“ KAYU “
OLEH :
FEBRI IRAWAN
05091002006
KELOMPOK 5
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2010
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang
mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk
berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan
bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga
dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.
Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada
dinding sel berbagai jaringan di batang. Ilmu perkayuan (dendrologi) mempelajari
berbagai aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat kimia, fisika, dan mekanika
kayu dalam berbagai kondisi penanganan. Mungkin pernah kita dengar kita
tentang Batu Akik yang terbuat dari fosil yang sebenarnya dimaksud adalah Fosil
Kayu. Didunia perbatuan, yang dimaksud Fosil Kayu adalah Kayu yang membatu
dimana semua bahan organiknya telah digantikan oleh mineral (biasanya sejenis
silikat, seperti quartz), dengan struktur kayu tetap terjaga. Proses fosil terjadi di
bawah tanah, ketika kayu terkubur di bawah lapisan sedimen. Air yang banyak
mengandung mineral masuk ke dalam sel-sel tanaman dan sementara lignin dan
selulosa membusuk, mereka digantikan oleh batu. Hal ini bisa terjadi setelah
bertahun-tahun terpendam bahkan setelah diteliti, terpendam selama Jutaan tahun.
Artinya kayu tersebut telah ada sebelum manusia hadir di bumi ini, dan mungkin
juga dengan jaman yang di sebut PRA SEJARAH.
Di dunia ini terdapat hutan fosil kayu terbesar di dunia yaitu di Lesvos
adalah hutan fosil kayu yang telah membatu. Hutan ini terletak di pulau Lesvos di
Yunani. Yang kedua terbesar adalah Taman Nasional Hutan Fosil Kayu di
Arizona. Hutan fosil kayu di Lesvos terbentuk dari fosil tumbuhan yang dapat
ditemukan di bagian barat pulau tersebut. Di Indonesia, banyak juga terdapat fosil
kayu seagai harta terpendam yang masih banyak belum di gali. Karakteristik unik,
keras, dingin, bercahaya,warna-warni dan berusia jutaan tahun. Itulah bebatuan
yang terlihat di Sukaraja, Sukabumi. Ada yang percaya batuan itu punya khasiat,
misalnya memberi wibawa, menarik rejeki dan menyembuhkan sakit gigi. Bisa
ditebus dengan harga mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 100 juta. Sebenarnya
Indonesia adalah surga bagi para pecinta batu. Beberapa belahan nusantara
tersebar lempengan lapisan tanah yang diyakini terpendam fosil kayu yang berusia
jutaan tahun. Salah satu contoh adlah bila anda ingin menikmati keindahannya,
rasanya Desa Sukaraja di Sukabumi ini layak dikunjungi. Di sepanjang jalan raya
Sukabumi-Cianjur, tepatnya di sekitar kilometer 5, terdapat beberapa art shop
yang mengasah sekaligus memasarkan batu-batu mulia. Umur Fosil-fosil kayu
sangat mempengaruhi warna karena adanya proses tekanan dan pergesekan
dengan kulit bumi selama bertahun-tahun. Menurut info, yang berwarna alam
seperti coklat, hitam, atau putih telah berumur sedikitnya 25 juta tahun.
Panjangnya ada yang mencapai 6 meter dengan diameter berlebar 1 meter.
Dipihak lain hipotesa introduksi jati dari India ke Jawa juga menimbulkan
pertanyaan yang sulit dijawab terutama tentang diketemukannya populasi jati
alam di beberapa pulau terpencil di Indonesia seperti di Madura, Muna, dan
ketidakhadirannya di pulau pulau lain selain di jawa padahal pulau - pulau
tersebut (Sumatera misalnya) juga berperan penting dalam jalur migrasi manusia
antara India, Thailand, Kambodia, China, Jepang. Berdasar itu Gartner (1956)
meragukan hipotesa Altona, demikian pula Troup (1921) yang cenderung
mengganggap bahwa keberadaan jati di Jawa dan beberapa pulau di indonesia
adalah alami.Penelitian Kertadikara (1992) yang mempelajari keragaman genetika
beberapa populasi jati India, Jawa dan Thailand dengan menggunakan isoenzym
serta data morfologi, menunjukkan bahwa populasi jati dari India memiliki
struktur genetika sangat khas yang jauh berbeda dengan populasi jati Jawa dan
Thailand. Sementara struktur genetika populasi jati Thailand lebih dekat dengan
struktur genetika populasi jati Jawa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pertama populasi jati India telah sejak lama terisolasi secara geografi dari
populasi-populasijati lainnya. Kedua, bila hipotesa introduksi jati dari india ke
Jawa dibenarkan, seharusnya akan terlihat kedekatan struktur genetika antara
populasi Jawa dan India. Berdasar itu Kertadikara (1992)cenderung pada hipotesa
migrasi alami jati dari pusat penyebaran alaminya di daratan asia tenggara (yang
kemungkinan besar terletak di Myanmar), menggunakan pulau ke pulau yang
menghubungkan daratan asia dengan kepulauan indonesia pada zaman
pleistocene. Hubungan antra daratan asia dan kepulauan indonesia tersebut
dimungkinkan akibat penurunan permukaan air laut sekitar 100 hingga 120 m
lebih rendah dibanding permukaannnya sekarang. Sementara keberhasilan
instalasi jati di jawa dan beberapa pulau lainnya tergantung sepenuhnya pada
kebutuhan klimatik dan edafik, yang menyebabkan penyebaran alami jati bersifat
terputus-putus.
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak
dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu
tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini
penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat
tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan
yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian
oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara
kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang
berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-
beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain.
2. Tujuan
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak
dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu
tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini
penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat
tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan
yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian
oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara
kontinyu atau terlalu mahal.
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat
ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya.
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2
(kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu
semakin berat dan semakin kuat pula.
b. Keawetan
c. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna
dalam kayu yang berbeda-beda.
d. Tekstur
e. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah
serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta
terpilin dan serat diagonal (serat miring).
f. Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu
(kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-
beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka.
Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau
kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya
bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
h. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan
pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang
membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.
i. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab
udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai
keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama
dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan
(EMC = Equilibrium Moisture Content).
Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik.
Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu
akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu
mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan
sama dengan daya hantar air.
1. Keteguhan Tarik
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat.
Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar
arah serat.
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan
kompresi sejajar arah serat.
3. Keteguhan Geser
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser
sejajar arah serat.
5. Kekakuan
6. Keuletan
7. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik
atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan
merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
8. Keteguhan Belah
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat
mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
b. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-
sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis-jenis
kayu yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain
dapat dikemukan sebagai berikut :
1. Bangunan (Konstruksi)
Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam
yang tinggi.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas,
keruing, lara, rasamala.
2. Veneer biasa
Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya
sedang.
Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang.
3. Veneer mewah
Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai,
weru, sonokembang.
4. Perkakas (mebel)
Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang,
ramin.
5. Lantai (parket)
Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan
cukup kuat.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku.
Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus,
serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet.
Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya
resonansi baik.
9. Alat Gambar
Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus.
Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin.
Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan
berwarna gelap.
Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek api),
elastis dan tidak mudah pecah (kotak).
Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang,
pinus.
14. Pensil
Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak
merah, berserat lurus.
Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus.
15. Moulding
Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah
dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif.
16. Perkapalan
m.Lunas
n. Gading
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
o. Senta
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
p. Kulit
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut.
Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran
mesin.
r. Pembungkus as baling-baling
s. Popor Senjata
Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar, kayu
malas, nyirih, rasamala, puspa, simpur.
Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara
jelas melalui panca indera, baik dengan penglihatan, pen-ciuman, perabaan dan
sebagainya tanpa menggunakan alat bantu. Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam
sifat kasar antara lain adalah :
g. lingkaran tumbuh,
e. Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan
bentuknya seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap
jenis kayu, tapi hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung
(Dyera spp.)
g. Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang berada di antara kayu,
yang terbentuk sebagai akibat kesalahan kambium dalam membentuk
kulit. Gelam tersisip juga tidak selalu ada pada setiap jenis kayu. Jenis-
jenis kayu yang sering memiliki gelam tersisip adalah karas (Aquilaria
spp), jati (Tectona grandis) dan api-api (Avicennia spp).
Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu daun lebar dan
sifat struktur kayu daun jarum. Kayu-kayu daun jarum tidak mempunyai pori-pori
kayu seperti halnya kayu-kayu daun lebar.
Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan pertama yang harus
dilakukan adalah memeriksa kayu tersebut dengan memeriksa sifat kasarnya.
Apabila dengan cara tersebut belum dapat ditetapkan jenis kayunya, maka
terhadap kayu tersebut dilakukan pemeriksaan sifat strukturnya dengan
mempergunakan loupe.
Untuk memudahkan dalam menentukan suatu jenis kayu, kita dapat
mempergunakan kunci pengenalan jenis kayu. Kunci pengenalan jenis kayu pada
dasarnya merupakan suatu kumpulan keterangan tentang sifat-sifat kayu yang
telah dikenal, baik sifat struktur maupun sifat kasarnya. Sifat-sifat tersebut
kemudian didokumentasikan dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam bentuk
percabangan dua (sistem dikotom).
Pada sistem kartu, dibuat kartu dengan ukuran tertentu (misalnya ukuran
kartu pos). Disekeliling kartu tersebut dicantunkan keterangan sifat-sifat kayu,
dan pada bagian tengahnya tertera nama jenis kayu. Sebagai contoh, kayu yang
akan ditentukan jenisnya, diperiksa sifat-sifatnya. Berdasarkan sifat-sifati
tersebut, sifat kayu yang tertulis pada kartu ditusuk dengan sebatang kawat dan
digoyang sampai ada kartu yang jatuh. Apabila kartu yang jatuh lebih dari satu
kartu, dengan cara yang sama kartu-kartu itu kemudian ditusuk pada sifat lain
sesuai dengan hasil pemeriksaan sampai akhirnya tersisa satu kartu. Sebagai
hasilnya, nama jenis yang tertera pada kartu terakhir tersebut merupakan nama
jenis kayu yang diidentifikasi.
Dikotom berarti percabangan, pembagian atau pengelompokan dua-dua atas
dasar persamaan sifat-sifat kayu yang diamati. Kayu yang akan ditentukan
jenisnya diperiksa sifat-sifatnya, dan kemudian dengan mempergunakan kunci
dikotom, dilakukan penelusuran sesuai dengan sifat yang diamati sampai
diperolehnya nama jenis kayu yang dimaksud.
Kunci cara pengenalan jenis kayu di atas, baik sistem kartu maupun dengan
sistem dikotom, keduanya mempunyai kelemahan. Kesulitan tersebut adalah
apabila kayu yang akan ditentukan jenisnya tidak termasuk ke dalam koleksi.
Walaupun sistem kartu ataupun sistem dikotom digunakan untuk menetapkan
jenis kayu, keduanya tidak akan dapat membantu mendapatkan nama jenis kayu
yang dimaksud. Dengan demikian, semakin banyak koleksi kayu yang dimiliki
disertai dengan pengumpulan mengumpulkan sifat-sifatnya ke dalam sistem kartu
atau sistem dikotom, akan semakin mudah dalam menentukan suatu jenis kayu.
III. METODOLOGI
Alat
a. Timbangan analitik
b. Oven
Bahan
a. Aluminium foil
b. Kayu jati
c. Kayu laban
d. Kayu meranti
e. Kayu medang
f. Kayu tembesu
g. Kayu puli ( pulai )
3. Cara Kerja
1. Hasil
Berak
Jenis Kayu Warna Berat Awal Warna Visual Bau
Akhir
Coklat
Jati 6,551 g Coklat Asam 5,805 g
kemerahan
6,551 g−5,805 g
Kayu jati = X 100 % = 12,85%
5,805 g
5,910 g−3,767 g
Kayu laban = X 100 % = 56,88%
3,767 g
4,273 g−3,800 g
Kayu meranti = X 100 % = 12,44%
3,800 g
5,562 g−4,959 g
Kayu medang = X 100 % = 12,15%
4,959 g
6,230 g−5,552 g
Kayu tembesu = X 100 % = 12,21%
5,552 g
5,179 g−3,398 g
Kayu puli = X 100 % = 52,41%
3,398 g
2. Pembahasan
Penjelasan dari beberapa sifat fisik dan kegunaan kayu yang dijadikan sampel,
yaitu :
1. Kayu Jati
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang
lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di
musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini
berasal dari kata thekku (തേക്ക്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara
bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.
Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu
27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling
baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri
dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30
– 60 cm saat dewasa.
Umumnya, Jati yang sedang dalam proses pembibitan rentan terhadap beberapa
penyakit antara lain leaf spot disease yang disebabkan oleh Phomopsis sp.,
Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria sp., dan Curvularia sp., leaf rust yang
disebabkan oleh Olivea tectonea, dan powdery mildew yang disebabkan oleh
Uncinula tectonae. Phomopsis sp. merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat
95% bibit terkena infeksi pada tahun 1993-1994. Infeksi tersebut terjadi pada bibit
yang berumur 2 – 8 bulan. Karakterisasi dari infeksi ini adalah adanya necrosis
berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap
menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, petiol, dan
ujung batang yang mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami
kekeringan. Jika tidak disadari dan tidak dikontrol, infeksi dari Phomopsis sp.
akan menyebar sampai ke seluruh bibit sehingga proses penanaman jati tidak bisa
dilakukan.
2.Kayu Laban
Nama Lokal : laban (Jawa), laban ketileng (Jawa), laban sungu (Jawa) , hegas
(Sunda), ki arak (Sunda) , lakhan(Madura) , gulimpapa (Makasar) , halapapa
(Dayak), halapapa (Kalimantan Timur) , haleban (Lampung), haniban (Sumatera
Selatan) , laban tanduk (Minangkabau), alaban (Sumatera Barat) , maneh (Aceh)
Deskripsi :
Tumbuhan berupa pohon, tingginya mencapai ± 25 m, diameter batang 35 - 45
cm, pohon ini mempunyai banyak cabang yang tidak lurus/bengkok serta tidak
teratur. Kayunya cukup keras, padat, seratnya lurus, warnanya berselang-seling
coklat kuning dan coklat pudar tua. Duduk daun berhadapan, umumnya 3 - 5
daun. Bentuk daun bundar telur sampai lonjong/elip dan meruncing ke ujung dan
pangkal daun. Perbungaan terdapat di ujung batang atau di ketiak daun, warna
bunga biru tetapi sebelah dalam agak keunguan. Buah termasuk buah batu, bentuk
bulat dan sedikit air.
Distribusi/Penyebaran :
Terdapat hampir di seluruh Indonesia, Jawa, Madura, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Bangka.
Habitat :
Tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian ± 800 m dpl. Pada hutan
sekunder, hutan jati.
Perbanyakan :
Belum pernah dibudidayakan karena pohon laban pertumbuhannya lambat.
Sampai saat ini kayu laban merupakan hasil hutan sekunder.
Manfaat tumbuhan :
Warna hijau muda diperoleh dari kain dicelup dahulu dalam larutan tom/tarum,
kain menjadi berwarna biru, setelah agak kering kain dicelupkan kembali pada
larutan kayu laban dan daun dandang gula. Kayu laban mempunyai warna yang
indah sehingga banyak dipakai untuk pembuatan perkakas rumah tangga.
3.Kayu Meranti
Meranti merah adalah nama sejenis kayu pertukangan yang populer dalam
perdagangan. Berbagai jenis kayu meranti dihasilkan oleh marga Shorea dari suku
Dipterocarpaceae. Sekitar 70 spesies dari marga ini menghasilkan kayu meranti
merah.
Meranti merah tergolong kayu keras berbobot ringan sampai berat-sedang.
Berat jenisnya berkisar antara 0,3 – 0,86 pada kandungan air 15%. Kayu terasnya
berwarna merah muda pucat, merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau
bahkan merah tua kecoklatan. Berdasarkan BJnya, kayu ini dibedakan lebih lanjut
atas meranti merah muda yang lebih ringan dan meranti merah tua yang lebih
berat. Namun terdapat tumpang tindih di antara kedua kelompok ini, sementara
jenis-jenis Shorea tertentu kadang-kadang menghasilkan kedua macam kayu itu
4.Kayu Medang
Ciri umum :
Warna : Kayu teras berwarna bervariasi dari kuning sarnpai hijau zaitun, coklat-
merah muda, rnerahcoklat, coklat-kuning, coklat tua, bahkan sampai coklat
kehitam-hitaman tergantung kepada jenis botanisnya. Kayu gubal pada umumnya
berwarna
putih atau kuning muda dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras, tebal
2 - 9 cm.
Tekstur : Tekstur kayu agak halus atau agak kasar dan merata.
Bau : Hampir semua kayu medang berbau aromatis bila masih segar, terutama
pada L. odorifera dan Cinnamomum spp. Bau aromatis ini lambat laun
menghilang, tetapi pada beberapa jenis dapat tahan beberapa tahun atau muncul
kembali jika dibuat sayatan baru.
Noda ernpulur : Noda empulur merupakan ciri khas untuk kayu medang .
Informasi lainnya :
Kegunaan : Jenis kayu medang yang kurang awet biasa dipakai untuk membuat
papan dan kano, sedangkan jenis yang lebih awet dapat dipakai untuk tiang, balok
dan rusuk. Kayu C. parthenoxylon lazim dipakai untuk membuat lesung. Kayu
medang mempunyai banyak jenis yang cocok untuk barang kerajinan.
5. Kayu Tembesu
Kayu tembesu merupakan kayu yang kuat dan tahan lama dalam
keawetannya selain kayu jati. Umumnya digunakan untuk pembuatan tiang listrik
dan telepon. Umumnya berwarna kuning emas tua atau coklat jingga. Merupakan
batang tegak dan tidak berbanir. Termasuk kedalam kayu kelas awet 1.
Nama Lokal : Lame (Sunda), pule (Jawa), polay (Madura). kayu gabus,; pulai
(Sumatera).hanjalutung (Kalimantan).kaliti, reareangou,; bariangow, rariangow,
wariangow, mariangan, deadeangow,; kita (Minahasa), rite (Ambon), tewer
(Banda), Aliag (Irian),; hange (Ternate). devil's tree, ditta bark tree (Inggris).;
Chatian, saitan-ka-jhad, saptaparna (India, Pakistan).; Co tin pat, phayasattaban
(Thailand).
Kadar air dari beberapa sampel kayu yang digunakan ada yang memiliki
kadar air sedikit dan juga ada yang memiliki kadar air yang banyak. Sebagai
contoh pada kayu medang yang memiliki persentase 12.15% yang menyebabkan
kayu medang mudah lapuk dan tidak awet.
Serta ada kayu yang memiliki kelas yang dibawah kayu laban yaitu kayu
puli yang memiliki kadar air 52,41% memiliki spesifikasi yang sering digunakan
pada tiang listrik. Kayu ini memiliki kadar air tinggi namun memiliki kekuatan
dan serat yang keras sehingga kayu ini lebih tahan lama dan kuat dari kayu akasia
yang tentu struktur dalamnya lebih berongga dan serat kayu yang dimiliki kayu
akasia lebih halus.
V. KESIMPULAN
1. Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-
beda.
2. Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi.
3. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan
dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa
(karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).