LANDASAN TEORI
A. Investasi
produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Hartono, 2000). Reilly
menempatkan sejumlah uang pada satu atau lebih aset selama periode tertentu
1. Investasi Langsung
gagal kecil, jatuh tempo pendek dengan tingkat cair yang tinggi seperti
contract.
11
12
portofolionya.
B. Resiko
tingkat keuntungan yang akan diperoleh (expected return) untuk suatu periode
tertentu di masa yang akan datang atas investasinya. Namun demikian, belum
1. Resiko Sistematik
yang dipilih secara acak. Resiko ini merupakan variabilitas dalam total
dengan nondiversifiable risk atau resiko pasar (market risk) atau resiko
politik negara.
Resiko ini merupakan variabilitas dalam total return suatu sekuritas yang
hanya terjadi pada suatu perusahaan tertentu. Resiko ini disebut tidak
dihilangkan dengan diversifikasi sekuritas karena sifat dari resiko ini unik,
yaitu untuk hal buruk yang terjadi pada suatu perusahaan dapat
dengan resiko total. Hubungan antara kedua jenis resiko tersebut dapat dilihat
pada gambar 1.
C. Beta
(volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar
2000). Menurut Fabozzi (1999) beta merupakan indeks resiko sistematis suatu
aktiva atau suatu portofolio aktiva. Saham dengan koefisien beta sama dengan
satu berarti memiliki resiko yang sama dengan dengan resiko rata-rata pasar.
Koefisien beta lebih dari satu menunjukkan bahwa beta tersebut sangat peka
terhadap perubahan pasar atau memiliki resiko diatas resiko pasar, disebut
sebagai saham yang agresif. Saham yang mempunyai beta kurang dari satu
disebut saham yang defensif dimana saham tersebut kurang peka terhadap
perubahan pasar.
keputusan investasi yang tepat. Beta untuk pasar modal yang berkembang
masih merupakan beta yang bias disebabkan oleh perdagangan yang tidak
pasar yang transaksi perdagangannya jarang terjadi atau disebut dengan pasar
D. Stabilitas Beta
kenyataannya bahwa beta bersifat tidak stabil, yaitu koefisien beta sering
penentuan tingkat return yang disyaratkan investor akan lebih berguna jika
2. Penggunaan beta sebagai indeks tunggal resiko sistematis. Setiap alat ukur
sistematis dapat bersifat tidak stabil pada saat menghadapi satu atau lebih
penyebab makro ekonomi atau mikro ekonomi dari resiko sistematis yang
mengalami perubahan.
yang tidak stabil pada faktor mikroekonomi dan makroekonomi. Brooks, Faff
dan McKenzie (1997) meneliti perubahan yang terjadi pada beta setelah
Brooks, Faff dan Ho (1997) meneliti reaksi pasar modal di Amerika Serikat
penurunan resiko atau tingkat beta. Brooks dan Faff (1997a) juga melakukan
kembali peraturan keuangan pada tingkat dan stabilitas beta pada saham
secara umum beta setelah deregulasi menjadi lebih stabil dalam sebagian
memiliki dampak yang besar pada beta saham dan industri portofolio.
Stabilitas beta pada pasar modal akan sangat berguna bagi para
investor, karena beta yang stabil akan menunjukkan resiko yang stabil
17
disyaratkan investor akan lebih berguna jika beta tersebut relatif stabil.
Beta dikatakan stabil jika misalnya β A>β B tahun ini tetap terjadi untuk
tahun depan, meskipun bukan berarti bahwa β A tahun ini harus sama
semakin tinggi volatility saham pasar dan semakin besar potensi tingkat
Brooks, Faff dan Slade (1997). Data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu data mingguan dan bulanan pada periode Januari 1987 sampai
stabilitas beta diuji dalam dua sub periode yaitu 1987 sampai dengan
1991 dan 1990 sampai dengan 1994. Hasil penelitian ini yaitu bahwa
ditemukan beta yang tidak stabil lebih signifikan. Hal ini terjadi karena
adanya efek interval pada stabilitas beta. Hal ini menunjukkan bahwa
ketidakstabilan beta.
20% ketika diuji dengan mengunakan analisis pada sub periode empat
dampak perubahan listing pada stabilitas beta. Hasil yang diperoleh dari
listing. Data harga pasar relatif diperoleh dari Straits Times Index dan
(1971) untuk menghitung nilai beta dengan sampel sebanyak 100 saham
Maret 2000. Nilai beta dihitung dengan menggunakan model OLS, dan
Hasil penelitian ini menunjukkan 50% lebih saham memiliki beta yang
Shah (2002). Penelitian ini menemukan 52% saham pada BSE-50 index
memiliki beta yang tidak stabil. Data penelitian adalah return harian 50
harga saham dan IHSG mingguan. Periode penelitian ini selama 1990
21
modal Indonesia.
dalam tiga sub periode amatan. Data yang digunakan yaitu data harga
sub periode amatan, hasil ini konsisten dengan penelitian Pudjiastuti dan
stabilitas beta saham cenderung berkurang jika diuji dalam sub periode
sehingga jika beta stabil maka beta tersebut dapat diprediksi. Alat uji
tidak stabil.
perlu diperhatikan, karena nilai beta saham yang selalu berubah bisa
sistematis yang stabil sehingga nilai beta saham di masa depan bisa
Squared Error digunakan karena dapat dengan mudah dibagi dalam tiga
Vasicek (1973) dan metode Meryll, Lynch, Pierce, Fenner, Schmidt Inc.
periode amatan selama Juli 1947 sampai dengan Juni 1972. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan oleh Brooks, Faff dan Lee (1992) pada
mengurangi bias dengan nilai mean, median dan variance yang rendah.
Mereka juga menemukan penggunaan jumlah lead dan lag yang lebih
besar pada metode CHMSW tidak mempengaruhi stabilitas beta, hal ini
inefisiensi dan random error. Nilai MSE pada beta Vasicek (1973)
paling rendah.
bulanan pada periode Januari 1987 sampai dengan Desember 1994 juga
point optimal invariant (POI). Tingkat dan stabilitas beta diuji dalam
25
dua sub periode yaitu 1987 sampai dengan 1991 dan 1990 sampai
Blume (1971), metode Brooks dan Faff (1997a, b), metode Vasicek
ditunjukkan oleh nilai MFE, MAFE dan MSFE paling rendah pada
waktu dari 1986 sampai dengan 1991 yang dibagi dalam dua sub
periode yaitu 1986 sampai 1989 dan 1990 sampai 1991. Metode yang
metode Vasicek (1973), metode Brooks dan Faff (1997a, b) dan metode
(1997a, b) memberi estimasi beta yang terbaik pada periode pertama dan
estimasi beta yang terbaik, dan sebaliknya mean squared error pada
teknik Brooks dan Faff yang terbesar. Hal ini disebabkan adanya
tepat untuk digunakan pada Bursa Efek Jakarta antara metode OLS,
metode Blume (1973), metode Vasicek (1973) dan metode Brooks dan