com
- A. A. Navis
www.rajaebookgratis.com
Rumah kedua orang tua itu bangunan kayu model lama yang
berkolong tinggi. Bercat oker yang telah pudar warnanya.
Kelihatan ganjil di antara sederetan bangunan bergaya terkini.
Mungkin karena sudah terlalu biasa dalam pandangan
penduduk kota kecil itu, tak terasa lagi ada keganjilan pada
rumah itu. Setiap orang tahu siapa penghuninya. Yaitu Inyik
Datuk Bijo Rajo dan Encik Jurai Ameh. Lazimnya orang
menyebutnya Inyik dan Encik saja. Inyik dulunya seorang
pejuang dan pernah menjadi gubernur. Menurut istilah lama
yang kini terpakai lagi, mereka "dikaruniai" enam orang anak.
Semua telah jadi orang terpandang di rantau. Pada hari tua
yang sudah lama terpakai mereka tinggal dengan sepasang
pembantu yang telah puluhan tahun bersamanya.
Kata Encik: "Pada setiap lebaran begini aku mau semua anak-
cucuku berkumpul. Aku rindu mereka antri, bertekuk lutut
sambil mencium tanganku waktu bersalaman. Seperti anak-
cucu presiden di televisi.Terharu aku melihatnya.
"Kodrat alam?"
"Bagaimana dia?"
"Tidak. Tidak akan. Karena kau tidak berkuasa lagi." kata tamu
yang disangka Inyik sebagai Sang Maut seraya keluar dari
kamar.
www.rajaebookgratis.com
****