Satu semester telah berlalu, tiba amanat baru datang menghampiri, saat itu
saya diberi tambahan untuk mencoba menangani Fatuh yang saat ini di kelas lima.
Amanat itu saya coba jalanakan. Pertama saya datang ke kelas Fathur saya mencvari
mana anak yang bernama Fathur, ketika saya melihat dia kesan pertama wahhh lucu,
cakep, imut. Namun ketika didekati ia tidak mau hingga berteriak “Fathur nggak mau
pakai helper!” saya sempat kaget mendengar jeritannya namun dalam hati, saya cool
dan abaikan teriakan itu.
Hari pendekatan lain, saya coba berbicara dengan Fathur bahwa saya bukan
helper untuk dia tapi saya adalah guru bantu untuk kelas lima tHaif, mulai saat itu
saya tidak mendekati Fathur seorang namun teman-temannya pun saya dekati dengan
mencoba memberi bantuan bagi yang membutuhkan. Hal tersebut sangat membantu
saya keesokan harina tanpa saya dekati Fathur mendekatio saya untuk membantunya
menghafal perkalian.
Wah satu tanda yang baik untuk saya mencoba mengakrabkan diri dengan
Fathur, saya coba memberinya PR matematika dengan alasan agar ia dapat nilai bagus
dalam perkalian, dan ia pun mau mengerjakan PR tersebut, akhirnya saya memberi
PR tiap hari untuk dia, namun pernah satu hari saya lupa untuk menulis PR saya
langsung pulang dan besok pagi saya mendapat laporan bahwa Fathur menunggu saya
untuk menuliskan Prnya, terharu sekali saya mendengar berita tersebut karena hari-
hari yang sulit telah saya lalui dan Fathur mau menerima saya untuk membantu
kesulitan yang ia hadapi.
Saat ini saya dan Fathur bisa duduk bersama untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya dan ia pun sudah tidak canggung lagi pada saya,jika saya sedang tidak ada di
kelasnya ia mau datang untuk meminta materi yang belum dipahami. Di satu sisi saya
merasa puas dengan kedekatan ini namun banyak hal yang belum saya pahami tentang
Fatur. Pernah suatu hari ketika ia bermain dengan temannya, mainan yang dibawa
Fathur rusak dan Fathur pun menangis sejadi-jadinya dan ia ingin melempar
temannya dengan batu bata yang cuku besar sambil berteriak dengan kata-kata yang
sangat kasar sekali. Saya coba untuk mendekatinya dan memberi solusi untuk mainan
yang rusak namun hasilnya “Nol Besar” ioa masih menangis dan terus menangis….
dengan tangisannya tersebut sampai terdengar oleh manager kelasnya Bu lIli, bu lili
pun mencoba untuk memberi solusi padanya akhirnya kami berdua mengambil
mainan yang ia bawa dan akan dikembalikan setelah ia mau berhenti menangis dan
selesai sholat dhuhur, dengan kesepakatan itu Fathur akhirnya berhenti menangis
meskipun ia masih terisak0isak melihat mainannya yang rusak.
Hari yang cukup melelahkan ……… ternyata cukup sulit untuk memahami
karakter Fathur, hilang karakter mengganggu teman namun muncul karakter baru
namun saya yakin dibalik kesulitan pasti akan ada kemudahan.
Tetap semangat dan terus berjuang itulah mottoku saat ini !!!
Love Busur