PENDAHULUAN
Esofagoskopi merupakan suatu tindakan pemeriksaan esofagus dengan
menggunakan alat esofagoskop. Esogoskopi diperlukan untuk membuktikan diagnosis
dari berbagai penyakit esofagus, terutama pada pasien dengan penyakit saluran cerna
yang etiologi dan proses patologinya tidak diketahui dengan jelas. Tujuan dari
tindakan ini ialah untuk melihat secara langsung isi lumen esofagus, keadaan dinding
atau mukosa esofagus serta bentuk lumen esofagus. 1
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan esofagoskopi yaitu: (1)
dinding esofagus tipis dan licin sehingga mudah terjadi perforasi, (2) daerah anterior
esofagus berbatasan dengan trakea, dinding ini disebut trachea-esofageal party wall ,
(3) Panjang rata-rata esofagus dari gigi incisivus tergantung usia, (4) Terdapat
beberapa penyempitan di daerah esofagus. Penyempitan pertama terletak pada bagian
proksimal disebabkan oleh otot krikofaring (sphincter atas esofagus /upper
esophageal sphincter) dan kartilago krikoid memiliki diameter transversal 23 mm
dan anteroposterior 17 mm. Pada penyempitan kedua setinggi arkus aorta yang
menyilang ke esofagus, diameter transversal esofagus 23 mm dan anteroposteriornya
19 mm. Penyempitan ketiga yaitu pada daerah dinding anterior kiri akibat penekanan
bronkus kiri dengan diameter transversal 23 mm dan anteroposterior 17 mm.
Peyempitan keempat pada waktu esofagus menembus diaphragma.
INDIKASI ESOFAGOSKOPI
1. INDIKASI DIAGNOSTIK2
Esofagoskopi diindikasikan untuk mengetahui penyebab sebenarnya
berdasarkan gambaran radiografik yang abnormal
Indikasi diagnostic dilakukannya esofagoskopi antara lain:
a. Menyelediki penyebab terjadinya disfagia atau odinofagi ketika gambaran dari
barium yang tertelan tidak menunjukkan kelainan.
b. Pemeriksaan pada faring dan sfingter atas esofagus dilakukan bila dipikirkan
adanya kemungkinan neoplasma, ulserasi, cedera, divertikulum, dan kelainan
radiologis yang tidak dapat dijelaskan
c. Pemeriksaan pada esofagus torakal dilakukan apabila terdapat kemungkinan adanya
striktur akibat inflamasi, ulserasi mukosa, tumor benign dan maligna, kelainan
perkembangan, benda asing, infeksi, retensi makanan, kelainan radiologis dan
disfagia yang tidak dapat dijelaskan
d. Pemeriksaan pada esofagus bagian distal dilakukan untuk membuktikan adanya
refluks atau esofagitis, striktur benigna atau maligna, divertikulum, varises.
2. INDIKASI TERAPI2
Indikasi esofagoskopi sebagai salah satu alat terapi adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan benda asing
2. Dilatasi akibat striktur benigna atau maligna
3. Injeksi dengan menggunakan larutan sklerosing pada varises esofagus
4. Pemasangan pipa pada karsinoma esofagus.
5. Penggunaan obat-obatan atau agen fisik untuk lesi tertentu (laser atau
krikoterapi)
KONTRAINDIKASI ESOFAGOSKOPI3
a. Perforasi esofagus
b. Varises esofagus
c. Sindroma Mallory-Weiss
d. Ankilosis atau trauma servikal
Ankilosis merupakan kontraindikasi pada penggunaan esofagoskop kaku tetapi
bukan merupakan kontraindikasi pada penggunaan esofagoskop lentur.
e. Trismus
f. Aneurisma aorta
g. Kantong faring
6. Penggunaan protesa endoluminal pada striktur malignansi dan pipa esofagus lebih
mudah dilakukan.
7. Injeksi larutan skrelosing pada varises esofagus yang aktif berdarah dapat
dilakukan dengan bantuan suction yang membuat lingkungan sekitar perdarahan
tetap bersih.
8. Instrumen yang digunakan relatif lebih murah, mudah dijaga dan disterilisasikan.
PERSIAPAN ESOFAGOSKOPI
Persiapan esofagoskopi meliputi persiapan operator dan persiapan pasien.
Persiapan operator meliputi pengetahuan operator tentang indikasi, metoda dan jenis
anestesi yang akan dilakukan dan anatomi serta gambaran radioopak pada esofagus
pada bagian servikal harus dilakukan sebelum dilakukannya esofagoskop.
Esofagoskop yang dilakukan tanpa adanya gambaran mengenai obstruksi
meningkatkan kemungkinan terjadinya perforasi.
Pasien dipuasakan 4-6 jam sebelum esofagoskopi dilakukan. Khusus untuk
pasien dengan riwayat sumbatan esofagus seperti akalasia, maka 5 hari sebelum
tindakan, pasien hanya diberikan makanan cair.
Pemeriksaan darah dan urin terutama untuk hal-hal yang berhubungan dengan
faktor pembekuan dan perdarahan. Pemeriksaan fisik ditujukan khusus untuk jantung,
paru, dan ginjal
KOMPLIKASI ESOFAGOSKOPI4
Komplikasi pada esofagoskopi terdiri dari komplikasi pada saat esofagus dan
komplikasi setelah esofagoskopi. Komplikasi pada saat esofagoskopi yang mungkin
terjadi adalah dispnu. Dispnu pada anak terjadi karena penggunaan tube yang terlalu
besar yang akan menekan lumen trakea pada daerah party wall
Komplikasi setelah esofagoskopi yang terjadi antara lain cedera pada
persendian krikoaritenoid yang akan menstimulasi paralisis rekurent. Paralisis
posticus dapat terjadi karena penekanan nervus rekuren atau nervus vagus
dikarenakan esofagoskop yang salah arah. Perforasi dinding esofagus dapat
menyebabkan kematian karena sepsis mediastinitis. Mediastinitis ditandai dengan rasa
nyeri pada bagian tulang belakang, bagian kepala belakang, dan di balik sternum. Dan
semua gejala ini disertai dengan demam sedang. Pus dapat masuk ke bagian pleura
yang menyebabkan pyopneumothoraks yang memerlukan thoracotomy dan biasanya
disertai dengan gastrotomy.
DAFTAR PUSTAKA