Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Hari/ tanggal : Jumat / 22 Mei 2010

Peralatan Industri Pertanian Dosen : Ir. Ade Iskandar M. Si


Asisten :
1. Indah Nurlita (F34061632)
2. Adrian D. P. T (F34060036)

SEPARATOR MACHINE

Oleh:
Aris Fredy F34080043
Yuni Astuti F34080089

2010
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan manusia semakin meningkat
khususnya kebutuhan pangan. Dalam Industri pengolahan komoditi pertanian
menjadi produk jadi khususnya industri pangan, begitu banyak peralatan, mesin-
mesin, dan alat penunjang produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk yang
diinginkan. Hal ini dilakukan dengan maksud agar bahan pangan juga mempunyai
nilai tambah. Dari banyak peralatan tesebut, salah satu peralatan yang memiliki peran
terpenting adalah peralatan pemisah atau separator machine.
Pemisahan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan komponen yang
diinginkan dalam suatu bahan atau produk. Komponen-komponen ini akan terbagi
menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil lagi yang bisa dalam bentuk ukuran partikel,
fasa atau komposisi kimia.
Teknik untuk pemisahan komponen-komponen suatu campuran dapat dibagi
menjadi metode pemisahan mekanis dan operasi-operasi difusinal. Metode pemisahan
mekanis biasa digunakan untuk pemisahan partikel padat atau bahan cair tetes.
Sedangkan operasi difusinal melibatkan perubahan fasa atau pemindahan bahan dari
suatu fasa ke bentuk fasa lainnya.
Pemisahan komponen makanan sangat penting adanya untuk diketahui prinsip-
prinsipnya, karena komponen yang telah terpisah fraksi-fraksinya, bisa dimanfaatkan
lebih lanjut menjadi produk baru yang mempunyai nilai tambah yang lebih dan harga
yang tinggi.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme kerja proses pemisahan
pada pembuatan pati dari alat pemisah (vibrating screener) dan mengetahui
perbandingan hasil pengambilan sampel saat pengendapan pada setiap selang waktu
tertentu.

I. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ember, pisau, mesin
pengupas, mesin pemarut(rasper), vibrating screen, gelas mineral, neraca timbangan,
settling tank, gelas ukur. sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah singkong,
pati singkong, tepung tapioca, dan air.

B. Langkah kerja

I. Pembuatan pati singkong


Pertama-tama singkong ditimbang beratnya, lalu dikupas kulitnya, dan
ditimbang ulang. Singkong dimasukkan ke dalam mesin pemarut, lalu diambil
patinya dengan penambahan air melalui alat vibrating screen. Setelah itu, ambil
sampel yang diperoleh ke dalam gelas mineral pada menit ke 20 dan menit ke 40.
Diamkan sampel sampai mengendap, keringkan, lalu timbang hasil sisa akhirnya.

II. Pengendapan larutan pati


Ekstrak pati yang diperoleh dilarutkan dengan air, untuk kemudian diendapkan.
Ambil sampel bagian atas, tengah, dan bawah pada menit ke 20 dan 40. Keringkan di
bawah terik matahari, lalu timbang sisa hasil akhir. Dan setelah praktikum usai,
bersihkan kembali dan rapihkan alat-alat yang telah digunakan

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil percobaan
A. Percobaan 1

Bobot Awal (g) Bobot Pati (g) Rendemen (%) Efisiensi (%)

2000.0 487.4 24.3 19.4

Menit ke-
Pengujian
0 2 4 6 8 10
Bobot Pati 3.527 2.570 3.552 3.654 4.300 3.876
(gram) 3.057 2.700 3.075 3.626 4.500 3.696
Rata-rata 3.292 2.635 3.313 3.640 4.400 3.388

B. Percobaan 2
Atas Tengah Bawah
Pengujian Menit Menit Menit
ke-0 ke-20 ke-40 ke-0 ke-20 ke-40 ke-0 ke-20 ke-40
Bobot Pati 0.446 0.705 1.057 0.829
0.1444 0.0397 0.4758 0.3079 0.5772
(g) 6 5 4 1
Bobot pati
0.294 0.107 0.166
Singkong(g - 0.4466 0.1340 0.5804 0.3669 0.3712
3 7 4
)
0.223 0.0868 0.499 0.582 0.497
Rata-rata 3 0.2955 5 0.5339 9 6 0.3374 8 0.4742

C. Kecepatan Linier Partikel Pati


Ketinggian Area Waktu Pemisahan Kecepatan Linier
Bahan
Bening (cm) (menit) Partikel Pati (cm/menit)
Pati Tapioka 3.5 80 0.04375
Pati Singkong 2 80 0.02500

B. Pembahasan

Proses pemisahan atau separasi merupakan salah satu proses pengolahan bahan
yang dilakukan di dalam industri. Proses pemisahan merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan suatu bahan tertentu dari suatu campuran. Pelaksanaan pemisahan
dilakukan dengan gaya fisik yang bekerja pada partikel atau bahan cair, gaya ini
termasuk gaya gravitasi, gaya sentrifugasi dan gaya kinetik yang timbul dari aliran
(Idrial, 1987).
Wiraatmadja (1981) menyatakan bahwa teknik untuk pemisahan komponen-
komponen suatu campuran dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
meliputi metode-metode operasi difusional yang melibatkan perubahan fasa atau
pemindahan bahan dari suatu fasa ke fasa lainnya. Kelompok kedua meliputi metode-
metode yang disebut pemisahan mekanis yang biasanya berguna untuk pemisahan
partikel padat atau bahan cair tetes.
Pemisahan mekanis digunakan pada campuran yang heterogen, dan larutan
yang tidak homogen, terutama pada partikel yang berukuran lebih besar dari 0.1 m
Pemisahan dengan gaya mekanis ini dapat dilakukan antara lain dengan pengayakan,
penyaringan, pengendapan dan sentrifusi. Pemisahan dengan gaya mekanis ini dapat
digunakan untuk memisahkan bahan padat atau cair (Idrial, 1987).
Metode pemisahan mekanis dibagi menjadi :
1. Pemisahan campuran padatan
Pemisahan campuran partikel padatan menurut ukuran dapat dilakukan pada
suatu rangkaian penyaring yang memiliki lubang-lubang berukuran standar. Pada
hampir semua penyaring partikel jatuh melalui lubang pembukaan oleh gaya
gravitasi. Dalam sebagian kecil rancangan partikel-partikel ditekan melalui lubang
pembukaan oleh sebuah sikat atau oleh gaya sentrifugal. Partikel-partikel kasar jatuh
dengan mudah melalui lubang pembukaan yang besar pada permukaan stasioner,
akan tetapi untuk partikel-partikel halus, permukaan penyaring harus digerakkan
dengan berbagai jalan seperti goyang dan getar secara mekanik atau elektris.
2. Pemisahan sistem padatan-cairan
Menurut Walas (1988) didalam Wiraatmadja (1981) terdapat beberapa proses
mekanis utama untuk pemisahan sistem padatan-cairan adalah sebagai berikut :
a. Pengendapan
• Pengendapan dengan gravitasi (pada pengental dan penjernih), padatan
mengendap di bawah, cairan di atas
• Pengendapan dengan gaya sentrifugal, padatan terlempar, cairan tetap dalam
tabung
• Pengendapan dengan flotasi udara, padatan digumpalkan dengan flokulan
• Pengendapan dengan flotasi media kental, menggumpalkan padatan sehingga
terpisah dari cairan
• Pengendapan dengan sifat magnetik, untuk bahan-bahan yang mempunyai sifat
magnetik
a. Penyaringan (Filtrasi)
• Pada saringan, dengan gravitasi
• Pada filter (dengan vakum, tekanan atau sentrifugasi)
a. Pengempaan (Expressi)
• Pengempaan tekanan batch
• Pengempaan tekanan kontinyu (screw, roll atau discs)
Pemisahan campuran partikel padatan menurut ukuran dapat dilakukan pada
suatu rangkaian penyaring yang memiliki lubang-lubang berukuran standar.
Pemisahan sistem padatan-cairan mempunyai bidang aplikasi yang sangat luas dalam
agroindustri. Banyak alat pemisahan bahan cair dan padatan yang terbagi sangat halus
ditemukan secara independen dalam sejumlah industri sehingga mempunyai karakter
yang berbeda. Sampai saat ini seleksi peralatan untuk aplikasi pemisahan padatan-
cairan spesifik lebih merupakan proses scale-up yang didasarkan langsung pada
pengalaman dengan bahan proses (Sosrosoedirdjo, 1982).
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pemisahan berbahan pati
singkong atau yang biasa disebut dengan tapioka. Tapioka merupakan granular dari
karbohidrat, bewarna putih, tidak mempunyai rasa manis dan tidak berbau. Bentuk
granular adalah bulat dengan permukaan datar, ukurannya bervariasi dari 5-35 μm.
Secara garis besar pembuatan tepung tapioka terbagi atas beberapa tahap yaitu (a)
penghancuran sel-sel dan pemisahan butir-butir pati dari benda-benda lain yang tidak
larut, yang meliputi perlakuan pengupasan, pencucian, dan pemarutan umbi, (b)
pemerasan dan penyaringan dengan menggunakan kain saring atau kawat kasa halus,
kemudian mengendapkan pati dalam bak pengendapan, (c) mengurangi air yang
terkandung dalam tapioka basah dengan cara menebarkan tapioka tersebut di atas
tampah atau nyiru bambu dan kemudian menjemurnya di bawah sinar matahari atau
dikeringkan dengan alat pengering dan (d) menghaluskan tapioka kasar dengan
penggilingan dan dilakukan pengayakan (Holleman dan Aten, 1956 di dalam S. Joni
Munarso).
Pada praktikum kali ini, mulanya singkong dihancurkan secara mekanis atau
diparut terlebih dahulu untuk mengecilkan ukuran. Singkong diparut dengan
menggunakan alat alat pemarut atau rasper. Rasper berfungsi sebagai mesin parut
dengan lubang-lubang tajam yang berputar pada permukaannya, sehingga lubang-
lubang tersebut akan memarut sample yang dimasukkan. Waktu yang diperlukan
untuk proses pemarutan ini relatif singkat. Rasper bekerja dengan prinsip yang
hampir sama dengan alat pemarut pada umumnya. Rasper memiliki piringan yang
permukaannya seperti parutan untuk menggores singkong yang masuk. Proses ini
memerlukan bantuan air yang akan memperbesar fraksi pati yang terekstrak selain itu
agar bahan singkong hasil parutan tidak tertinggal di dalam rasper.

Gambar. Rasper
Hasil dari pemarutan singkong adalah berupa bubur singkong tetapi lebih encer,
karena dalam pemarutan diberikan air untuk mempermudah proses pemarutan.
Setelah itu, Hasil parutan singkong dari rasper dimasukan ke dalam alat separasi
yaitu vibrating screener. Vibrating screener merupakan alat yang digunakan untuk
memisahkan padatan dengan cairan dengan menggunakan peralatan penyaringan
berlapis serta adanya nilai mess saringan yang berbeda-beda. Peralatan ini
memanfaatkan getaran dan tambahan air yang memudahkan bahan yang hendak
dipisahkan bisa lewat saringan. Getaran yang dihasilkan, selain untuk meratakan
permukaan bahan yang akan disaring juga berfungsi untuk mengarahkan bahan yang
tidak tersaring, dalam hal ini ampas, untuk masuk ke saluran keluar, sedangkan untuk
larutan yang telah terpisahkan akan keluar melalui saluran yang berada di bawah
saringan/filter (Swinkels, 1985). Ciri-ciri dari vibrating screen diantaranya, yaitu :
 Memiliki kapasitas penyaringan yang tinggi
 Mudah dalam pemeliharaan dan desain yang tersusun rapi dan rapat
 Luas daerah getaran (fibrasi) dapat mudah berubah dari keseimbangan berat
 Tahan lama
 Dapat digunakan dalam ukuran dan kapasitas yang berbeda-beda
Filter/saringan
Saluran
Vibrating
Salurankeluar
untuk
memasukkan
ampas
cairan
chamber(bahanbahan
berukuran lebih
besar)
kecil)

Gambar Vibrating Screener


Gambar. Vibrating screener yang ada di laboratorium

Vibrating Screen adalah alat pemisahan mekanis dengan pola pengayakan dan
penyaringan yang ukuran bahan disesuaikan dengan kain (screen) yang digunakan.
Kain (screen) berlaku sebagai saringan, saringan yang digunakan pada alat ini dapat
dibuat tersusun bertingkat atau hanya terdiri atas satu saringan. Mesin dengan satu
saringan akan menghasilkan satu jenis ukuran produk dan sisanya menjadi limbah,
sedangkan pada mesin dengan saringan bertingkat dapat menghasilkan produk lebih
dari satu ukuran. Saringan yang digunakan memiliki nilai mess yang menyatakan
jumlah lubang per 1 mm2. Saringan yang digunakan pada alat vibrating screen
umumnya memiliki nilai mess 100 sampai 200. Saringan bertingkat dengan nilai
mess sama akan memperbaiki kualitas dan keseragaman hasil, sedangkan saringan
bertingkat dengan nilai mess berbeda akan menghasilkan beberapa produk dengan
keseragaman berbeda. Pada bentuk yang lain, digunakan kain (screen) yang
memanjang dan kain dapat diganti sesuai dengan karakteristik produk yang
diinginkan. Desain sederhana dan efisien diharapkan dapat mengurangi tenga yang
digunakan.
Namun, pada saat praktikum berlangsung alat Vibrating Screen tidak dapat
digunakan secara langsung karena listrik yang menjadi sumber energi utamanya tidak
menyala, sehingga alat ini dikerjakan secara manual. Hal ini mengakibatkan hasil
separasi tidak maksimal dan terjadi loss atau banyak yang terbuang. Hasil dari
separasi ini menghasilkan rendemen sebesar 24,3% dari bobot awal singkong sebesar
2 kg dan diperoleh pati sebanyak 487,4 gram. Efisiensi yang tercapai sebesar 19,4%.
Hal ini menunjukan bahwa proses separasi kurang efektif atau masih banyak yang
loss. Hal ini terlihat dari pati yang diperoleh hanya 487,4 gram dar bahan baku
singkong seberat 2 kg. Namun, loss bisa juga terjadi dari awal proses pemarutan.
Proses berikutnya, pati akan dipisahkan komponen padatnya dari komponen
cairnya. Maka terlebih dahulu campuran tersebut diendapkan. Menurut S. Joni
Munarso, pengendapan bertujuan untuk memisahkan tapioka murni dari benda-benda
bukan tapioka seperti protein dan lain-lain. Sedangkan tujuan pengeringan adalah
mengurangi kadar air sampai batas di mana perkembangan mikroorganisme
pembusuk terhambat atau terhenti, dan mencegah perubahan-perubahan yang
diakibatkan oleh kegiatan enzim.
Sampel pati diambil setiap 2 menit sekali sampai 10 menit langsung sebanyak
dua kali untuk kemudian diendapkan. Pengendapan dilakukan dengan cara sampel
didiamkan lalu air yang telah terpisah dibuang. Maka diperoleh hasil bobot pati rata-
rata pada menit ke 0 seberat 3.292 gram, lalu pada menit ke 2 diperoleh bobot pati
rata-rata seberat 2.635 gram, pada menit ke 4 seberat 3.313 gram, pada menit ke 6
seberat 3.640 gram, pada menit ke 8 seberat 4.400 gram, dan pada menit ke 10
seberat 3.388 gram. Dari data tersebut terlihat bahwa setiap sampel yang diambil
jumlah padatan pati tidak selalu sama atau kandungan air pada saat pengambilan
sampel jumlahnya berbeda-beda untuk tiap sampel. Sehingga kurva yang tergambar
fluktuatif atau tidak konstan.
Selanjutnya adalah percobaan pengendapan menggunakan bahan baku tepung
tapioka yang dilarukkan dengan air dan juga pati singkong yang tadi dibuat.
Kemudian dilakukan pengambilan sampel bagian atas, tengah, dan bawah pada menit
ke-0, ke-20, dan ke-40 dengan dua kali pengambilan sampel (duplo). Pada
pengambilan sampel menit ke-0, sampel diambil langsung setelah bahan dicampur
dengan air. Sedangkan pada pengambilan sampel menit ke-20 dan 40, sampel
didiamkan dahulu selama waktu tersebut sebelum diambil. Setelah didapatkan
sampel, kemudian sampel-sampel tersebut diendapkan dengan cara didiamkan untuk
didapatkan endapan pati. Setelah padatan pati terpisah dari bagian cairnya, kemudian
cairan yang terdapat di atasnya dibuang, kemudian endapan pati dikeringkan selama
tiga hari. Setelah kering kemudian pati ditimbang, dan diperoleh hasil bobot rata-rata
pati. Pada bagian atas di menit ke-0, ke-20, dan ke-40 bobot rata-rata pati masing-
masing sebesar 0,4466 gram, 0,1444 gram, dan 0,0397gram. Pada bagian tengah,
diperoleh bobot rata-rata pati pada menit ke-0, ke-20, dan ke-40 masing-masing
sebesar 0,4758 gram, 0,7055 gram, dan 1,0574 gram. Sedangkan, bobot rata-rata pati
pada bagian bawah yaitu pada menit ke-0, ke-20, dan ke-40 masing-masing sebesar
0,3079 gram, 0,8291 gram, dan 0,5772 gram.
Sedangkan pada pati singkong yang dibuat, pada bagian atas di menit ke-0, ke-
20, dan ke-40 bobot rata-rata pati masing-masing sebesar - gram, 0,4466 gram, dan
0,1340 gram. Pada bagian tengah, diperoleh bobot rata-rata pati pada menit ke-0, ke-
20, dan ke-40 masing-masing sebesar 0,5804 gram, 0,2943 gram, dan 0,1077 gram.
Sedangkan, bobot rata-rata pati pada bagian bawah yaitu pada menit ke-0, ke-20, dan
ke-40 masing-masing sebesar 0,3669 gram, 0,1664 gram, dan 0,3712 gram.
Pada hasil percobaan terlihat pada bagian atas larutan saat menit ke-0 pada
tepung tapioka endapannya paling banyak. Hal ini terjadi karena pada saat baru
dicampur, partikel padatnya belum mengendap dan masih mengambang di atas
larutan. Pada tepung tapioka, di menit ke-20 endapan paling banyak terdapat di
bagian bawah, hal ini terjadi karena tepung telah mengendap. Sedangkan pada menit
ke-40, endapan terbanyak terdapat di bagian tengah, hal ini terjadi karena pada saat
pengambilan sampel menit ke-20 larutan mengalami pencampuran lagi akibat
gerakan saat pengambilan sampelnya sehingga partikel padatnya belum banyak
mengendap dibagian bawah saat pengambilan menit ke-40.
Secara keseluruhan berat endapan pada tepung tapioka lebih banyak daripada
pati singkong yang praktikan buat, hal ini karena pati singkong yang praktikan buat
telah terlebh dahulu mengalami pemisahan dengan vibrating screen sehingga
endapannya tinggal sedikit.

I. PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemisahan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan komponen yang
diinginkan dalam suatu bahan atau produk. Komponen-komponen ini akan terbagi
menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil lagi yang bisa dalam bentuk ukuran partikel,
fasa atau komposisi kimia.
Teknik untuk pemisahan komponen-komponen suatu campuran dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu metode-metode operasi difusional yang melibatkan
perubahan fasa atau pemindahan bahan dari suatu fasa ke fasa lainnya dan metode-
metode yang disebut pemisahan mekanis yang biasanya berguna untuk pemisahan
partikel padat atau bahan cair tetes.
Metode pemisahan mekanis dibagi menjadi pemisahan campuran padatan dan
pemisahan padat-cair. Pemisahan dengan gaya mekanis ini dapat dilakukan antara
lain dengan pengayakan, penyaringan, pengendapan dan sentrifusi. Salah satu alat
untuk melakukan pemisahan adalah vibrating screener. Vibrating screener
merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan padatan dengan cairan dengan
menggunakan peralatan penyaringan berlapis serta adanya nilai mess saringan yang
berbeda-beda. Peralatan ini memanfaatkan getaran dan tambahan air yang
memudahkan bahan yang hendak dipisahkan bisa lewat saringan.

B. Saran
Agar praktikum berjalan lancar sebaiknya dilakukan secara terencana, dengan
demikian semua praktikan dapat melakukan percobaan dan tidak ada yang
menganggur.

I. DAFTAR PUSTAKA

Idrial. 1987. Peralatan Pengolahan Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.


Departemen Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Munarso, S. Joni. Gaplek Press Sumbu Teknik Pengamanan Pati Singkong.
Sosrosoedirdjo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Ketela Pohon. CV. Yasaguna, Jakarta.
Swinkels. 1985. Sources of Starch, its Chemistry & Physics di dalam G.M.A, Van
Begnum and J. A , Roels, 1985. Starch Convention Tech. Marcell Dekker, Inc.
New York.
Wiraatmadja, Sutedja. 1981. Peralatan Industri. Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai