Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Fiqih Kesehatan Semester V
Oleh:
Rovita Nur Fitriani (108101000016)
Rizqy Unggul (108101000018)
Erniati (108101000019)
Niswah Afifah (108101000050)
Lindawati (108101000051)
1
http://ayok.wordpress.com/2007/06/27/berantas-narkoba-dengan-syariat/. Diakses pada tanggal 30
September 2010 pukul 22.15 WIB
2
idem
daya manusia yang profesional, ternyata angka penyalahgunaan NAPZA makin hari makin
meningkat sejalan dengan perjalanan waktu.3
3
www.drugfreeworld.org. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010, pukul 19:31 WIB
BAB II
PEMBAHASAN
NAPZA ialah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif, atau
biasa disebut dengan NARKOBA yang merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat
Berbahaya. Kata “Narkotika” sendiri berasal dari Bahasa Yunani “Narkoum” yang berarti
membuat lumpuh atau membuat mati rasa. Namun perlu diketahui sebelumnya bahwa
narkotika memiliki khasiat dan manfaat yang digunakan dalam kedokteran dalam
penanganan kesehatan dan pengobatan, serta berguna bagi penelitian perkembangan ilmu
pengetahuan farmasi / farmakologi. Ironisnya saat ini malah disalahgunakan oleh pihak
tertentu yang menjadikan narkotika sebagai komoditas ilegal.4
Saat ini dikenal jenis-jenis zat psikotropika dan zat adiktif, yaitu zat sintesis atau
obat yang dihasilkan melalui proses kimia yang apabila pemakaian melebihi dosis atau
disalahgunakan, akan memiliki efek sama dengan pemakaian jenis narkotika. Jenis-jenis
zat psikotropika secara klinis tergolong dalam kelompok-kelompok zat anti psikosis,
neurosis, depresi, dan psikotogenik dikenal dengan obat penenang atau halusinogen (zat
penghayal). Dari jenis zat adiktif dikenal obat-obatan yang dapat menimbulkan rasa
ketergantungan. Kedua jenis zat di atas tergolong sebagai narkotika sintetis, kemudian
dikenal nama-nama obat seperti methadon, barbitarat, amphetamin.5
Alkohol juga merupakan zat lain berbentuk cair yang memabukkan dan
mengakibatkan kecanduan. Zat tersebut (dalam bentuk minuman maupun makanan)
diperoleh melalui proses senyawa kimia dan fermentasi.
4
www.bnn.go.id. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2010 pukul 20:24 WIB
5
www.farmakologi.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010 pukul 15:13 WIB
II.2. Jenis-Jenis NAPZA
NAPZA dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu:
1. Narkotika
Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun sintetis yang dapat
menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi hilang rasa atau nyeri
dan perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungna akan zat tersebut secara terus
menerus.6 Contoh narkotika yang terkenal adalah seperti ganja, heroin, kokain, morfin,
amfetamin, dan lain-lain.
Narkotika menurut UU No. 35 tahun 2009 adalah zat atau obat berbahaya yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan maupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.7
6
www.drugfreeworld.org. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010 pukul 15:44 WIB
7
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
3) Narkotika semi sintetis yaitu zat/obat yang diproduksi dengan cara isolasi,
ekstraksi, dan lain sebagainya seperti heroin, morfin, kodein, dan lain-lain.
2. Psikotropika
Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat
atau obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku. Zat yang tergolong dalam psikotropika adalah: stimulansia yang membuat
pusat syaraf menjadi sangat aktif karena merangsang syaraf simpatis. Yang termasuk
dalam golongan stimulan adalah amphetamine, ekstasi (metamfetamin), dan fenfluramin. 8
3. Zat Adiktif Lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun
campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung dan
tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan
iritasi. Bahan-bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan termasuk ke dalam
narkotika dan psikoropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak fisik seseorang
jika disalahgunakan.9
Adapun yang termasuk zat adiktif ini antara lain: minuman keras (minuman
beralkohol) yang meliputi minuman keras golongan A (kadar ethanol 1% sampai 5%)
seperti bir, green sand; minuman keras golongan B (kadar ethanol lebih dari 5% sampai
20%) seperti anggur malaga; dan minuman keras golongan C (kadar ethanol lebih dari
20% sampai 55%) seperti brandy, wine, whisky. Zat dalam alkohol dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari bila kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan
mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10% (Marviana dkk. 2000).
Zat adiktif lainnya adalah nikotin, votaile, dan solvent/inhalasia.
8
www.drugfreeworld.org. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010 pukul 15:44
WIB
9
idem
II.3. Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba yaitu
faktor eksternal dan faktor internal.10
1. Faktor Internal
a) Faktor Kepribadian
Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih cenderung
terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri
yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan
ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas,
pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.
b) Inteligensia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang datang untuk
melakukan konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-
rata dari kelompok usianya.
c) Usia
Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja menggunakan narkoba
karena kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan
kelabilan emosi. Sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat
penenang.
d) Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu
Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa
enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin merasakan seperti yang
diceritakan oleh teman-teman sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan
yang utama.
e) Pemecahan Masalah
Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan
persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat
kesadaran dan membuatnya lupa pada permasalahan yang ada.
10
www.akademik.unsri.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010, pukul 15:13 WIB
2. Faktor Eksternal
a) Keluarga
Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi
pengguna narkoba. Beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota keluarganya
terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu:
1) Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan
narkoba.
2) Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan
yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu
3) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian
yang memuaskan semua pihak yang berkonflik.
4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter.
5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai
kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.
6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan
yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi
sesuatu.
b) Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-
teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti
kelompok itu.
c) Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai
pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba
internasional, menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh. Pengalaman feel good saat
mencoba drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan
dan akhirnya menjadi pecandu.
Hubungan kausal antara berbagai factor resiko dengan penyalahgunaan napza adalah
multiple cause multiple effect. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang atau kelompok masyarakat melakukan tindakan penyalahgunaan napza tidak
hanya satu (tunggal) melainkan banyak faktor.
NAPZA menyerang dan merusak syaraf dan akal manusia. Ini mengakibatkan
perasaan dan akal seseorang tidak berfungsi normal. Bila dua organ tersebut tidak
berfungsi, sebenarnya manusia itu telah kehilangan kemanusiaannya. Penyalahgunaan
pemakaian morfin maupun heroin yang berkepanjangan dapat menimbulkan “addict”
(ketergantungan) dan ia akan meningkatkan takaran pemakaian sesuai dengan tingkat
efeknya.11
11
www.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010, pukul 15:21 WIB
12
idem
• Dampak Penyalahgunaan NAPZA
Dampak Pribadi13
1. Semangat bekerja/belajar menurun, suatu ketika bisa bersikap seperti orang “edan”
2. Kepribadian berubah drastis, seperti berubah menjadi pemurung, pemarah, dan sikap
melawan kepada siapapun.
3. Menimbulkan “cuek” terhadap diri sendiri, seperti malas sekolah, malas mengurus
rumah, tempat tidur, kebersihan, dan lain-lain.
4. Tidak lagi taat terhadap norma agama, hukum, dan norma masyarakat.
1. Tidak lagi menjaga sopan santun, bahkan melawan orang tua sekalipun.
2. Kegiatan mencuri uang maupun menjual barang di rumah yang bisa diuangkan untuk
membeli napza atau narkoba akan terjadi.
3. Kurang menghargai barang di rumah, mengendarai kendaraan tanpa perhitungan yang
menyebabkan kerusakan atau kecelakaan.
4. Penyembuhan atau rehabilitasi terhadap pecandu memerlukan biaya yang sangat
besar, akan mengganggu ekonomi keluarga.
1. Generasi muda sebagai pewaris bangsa yang seharusnya menerima tongkat estafet
kepemimpinan semakin rusak.
2. Hilang rasa nasionalisme, patriotisme, dan rasa cinta terhadap bangsa dan negara. Hal
ini akan memudahkan para provokator untuk menghancurkan negara.
13
http://suryantara.wordpress.com/2007/12/02/pndangan-islam-tentang-penyalahgunaan-napza-dan-
cara-menanggulanginya/. Diakses pada tanggal diakses pada tanggal 30 September 2010 pukul 22.05 WIB
14
idem
15
idem
II.5. Pandangan Islam terhadap Penyalahgunaan NAPZA
Secara tekstual Islam tidak menyatakan bahwa narkoba itu hukumnya haram, akan
tetapi melihat dampak penyalahgunaan dari narkoba itu sangat membahayakan, lebih
banyak madharatnya dari pada manfaatnya, maka Islam memutuskan bahwa narkoba itu
hukumnya haram.16 Seperti firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 219
Artinya: : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya” (QS. Al-Baqarah: 219).
Dari ayat di atas jelas bahwa khamr itu memabukkan dan hukumnya haram sedangkan
narkoba lebih bahaya dari khamr dan hukumnya lebih haram dari khamr. Narkoba tidak
hanya membuat orang menjadi mabuk tetapi dapat membuat orang yang
menyalahgunakan menjadi mati. Melihat bahaya narkoba melebihi khamr, maka narkoba
hukumnya adalah haram.
Narkoba tidak hanya sekedar membuat mabuk, tetapi narkoba membuat gangguan
syaraf bagi yang menyalahgunakan. Oleh karena itu narkoba harus dijauhi dengan sejauh-
jauhnya. Melihat bahaya narkoba yang sangat besar, maka Allah SWT memerintahkan
agar sesuatu yang dapat membahayakan seperti minuman keras, narkoba dan lain-lainnya
itu supaya dijauhi.
16
http://alumnifiad.youneed.us/dakwah-f9/narkoba-dalam-paradigma-islam-t129.htm. Diakses pada
tanggal 30 September 2010, pukul 21:56 WIB
Al Qur’an secara tegas telah melarang minuman khamr, yaitu minuman yang
memabukkan. Narkotika dan sejenisnya merupakan jenis minuman keras.17 Termuat dalam
QS Al Maidah ayat 90 :
يأ يها الذ ين أ منوا إ ّنما الخمر والميسر و ال نصا ب وال زلم رجس ّمن عمل الشيطا ن فا جتنبوه لعّلكم
تفلحون
صلوة
ّ إّنما يريد الشيطا ن أن يوقع بينكم العداوة والبغضاء فى الخمر والميسر ويصدكم عن ذكر ال و عن ال
فهل أنتم منتهون
17
http://suryantara.wordpress.com/2007/12/02/pndangan-islam-tentang-penyalahgunaan-napza-dan-
cara-menanggulanginya/. diakses pada tanggal 30 September 2010 pukul 22.05 WIB
يامحمد ان ال لعن الخمر وعاصيرها ومعتصرها وشاربها والمحمول اليه وبائعها ومبتاعها: اتانيي جبريل فقال
وساقيها
Artinya: “Malaikat Jibril datang kepadaku lalu berkata : “ Hai Muhammad, Allah melaknat
minuman keras, yang memerasnya, yang meminumnya, orang yang menerima
penyimpanannya, orang yang menjualnya, orang yang membelina, orang yang
menyuguhkannya dan orang-orang yang mau disuguhi”. (Riwayat Ahmad bin Hambal
ibnu Abbas)
Hadits ini analaog kepada khamr, oleh karena itu narkoba mempunyai sifat merusak
melebihi khamr, sehingga pengguna (ganja, putaw, ekstasi, kokain dan sejenisnya) yang
meracik, penanam, pemproses, penyimpan, penjual, pembeli bahkan yang menyuguhkan
serta orang-orang yang mau disuguhi, semua dilaknat Allah, mendapat murka Allah dan
dosa.
Artinya: “Tiap zat/bahan yang memabukkan adalah khamr (alkohal, narkoba dan
sejenisnya) dan tiap zat bahan yang memabukkan adalah haram”. (Riwayat Abdullah ibnu
Umar).
Artinya: “Rasullullah SAW melarang setiap zat? Bahan yang memabukkan dan
melemahkan”. (Riwayat Umi Salamah)
Dalam Islam, narkotika ini sering disebut juga “hasyisyi”. Dalam kitab “Hisyayatul As
Syariah” karangan IbnuTaimiah disebutkan bahwa :18
18
http://suryantara.wordpress.com/2007/12/02/pndangan-islam-tentang-penyalahgunaan-napza-dan-
cara-menanggulanginya/ Diakses pada tanggal 30 September 2010 pukul 22.05 WIB
“Hasyisyi itu hukumnya haram dan orang yang meminumnya dikenakan hukuman
sebagaimana orang meminum khamr”.
19
http://www.bnpjabar.or.id/fatwa-mui-tentang-penyalahgunaan-narkoba. Diakses pada tanggal 01
November 2010 pukul 19:17 WIB
Dalil-dalil yang digunakan sebagai landasan dan dasar fatwa tersebut adalah ayat-ayat
Al Qur’an dan hadis nabi sebagai berikut:
2. QS An Nisa ayat 29 :
“Rasulullah melarang dari tiap-tiap barang yang memabukkan dan yang melemahkan
badan dan akal”. (Hadis riwayat Ahmad dalam musnadnya, dan Abu Daud dalam
Sunannya dengan sanad yang sholeh).
“Setiap benda yang memabukkan banyaknya, maka sedikitnya juga haram” (Hadis
dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, An Nasal, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).
Dari uraian-uraian tersebut, jelas bahwa meminum khamr termasuk narkotika dan
sebangsanya, hukumnya haram dan dan dilarang menyalahgunakannya.
Pendidikan Agama Islam sangat perlu dilaksanakan sejak dini. Bukan hanya itu,
bahkan anak yang masih dalam kandungan Sang Ibu pun berusaha mendidik anak tersebut
dengan jalan kedua orangtuanya selalu berakhlak dan berbudi baik, menyempurnakan
ibadah, memperbanyak bersedekah, membaca Al Qur’an, berpuasa, dan berdoa kepada
Allah dengan tulus agar anak yang akan lahir nanti dalam bentuk fisik yang sempurna dan
merupakan anak yang berjiwa shaleh.
Unit terkecil dari masyarakat adalah rumah tangga. Di sinilah tempat pertama bagi
anak-anak memperoleh pendidikan perihal nilai-nilai sejak anak dilahirkan. Maka dengan
demikian orang tua sangat berperan pertama kali dalam mendidik, mengajar,
membimbing, membina, dan membentuk anak-anaknya.
20
http://suryantara.wordpress.com/2007/12/02/pndangan-islam-tentang-penyalahgunaan-napza-dan-
cara-menanggulanginya/ Diakses pada tanggal 30 September 2010 pukul 22.05 WIB
21
idem
3. Pendidikan Agama di Sekolah / Kampus22
Sekolah maupun perguruan tinggi ialah tempat guru mengajar/mendidik dan murid
belajar dan terdidik, sehingga terciptalah masyarakat pendidikan yang bertujuan
menumbuhkan, mengembangkan, dan membentuk kepribadian, pengetahuan dan
keterampilan anak didik yang kelak akan tumbuh menjadi manusia seutuhnya. Untuk itu,
sekolah maupun perguruan tinggi harus berorientasi pada pembangunan dan kemajuan
sehingga dapat mencetak sumber daya manusia yang beriman, berilmu, dan mempunyai
keterampilan yang tinggi serta memiliki wawasan masa depan yang luas, berakhlak mulia,
juga berbudi pekerti luhur.
1. Majelis ta’lim.
2. Pengajian.
3. Khutbah di tempat ibadah (mesjid).
4. Peringatan hari besar keagamaan.
5. Pranata kemasyarakatan yang bersumber dari agama Islam (pernikahan, kelahiran,
khitanan, dll).
6. Perkumpulan-perkumpulan dan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang
melakukan kegiatan-kegiatan positif, yang sehat, dan sesuai dengan tuntunan
agama.
II.7. Sanksi Hukum Seputar NAPZA dalam Persepsi Islam dan Hukum yang
Berlaku di Indonesia
22
idem
Alim ulama sepakat bahwa penggunaan obat-obat psikotropika dalam bentuk dan jenis
apapun haram hukumnya. Mereka juga bersepakat bahwa penyalahgunaan obat
psikotropika merupakan dosa besar yang layak mendapat hukuman. Bahkan selayaknya
hukuman itu dalam bentuk yang paling berat. Akan tetapi hukuman penyalahgunaan
narkoba tersebut disesuaikan dengan bentuk kejahatan dan kerusakan yang ditimbulkan.
Sebab penyalahgunanaan narkoba bisa dalam bentuk mengkomsumsinya,
memperdagangkannnya atau mengedarkannnya.
Bahwa pengguna narkoba dalam beberapa sisi statusnya disamakan dengan peminum
khamer, seperti hilangnya kesadaran, ketergantungannya kepada barang tersebut terhalang
dari dzikrullah dan ibadah shalat dan beberapa sisi lain. Begitu juga beberapa perkara yang
membedakan narkoba ini dengan miras, seperti cara penggunaannya dalam bentuk benda
padat, dengan cara disuntikkkan, penurunan tingkat emosional, tidak mampu bertindak
disebabkan terbiusnya alat pengindra dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, ahli ilmu berbeda persepsi dalam mengklasifikasikan jenis obat
psikotropika ini, yang berakibat terjadinya perbedaan pendapat dalam menentukan sanksi
atas pengguna barang haram itu. Dalam hal ini ulama berbeda kelompok menjadi 2
kelompok :
1. Dilihat dari sisi pengaruhnya yang ditimbulkan, narkoba tergolong khamer. Otomatis
dalil Al Quran dan As Sunnah tentang pengharaman khamer juga berlaku bagi narkoba,
demikian pula mengenai statusnya sebagai murtakib kabair. Konskuensi seluruh tindakan
hukum yang berlaku atas peminum khamer juga berlaku atas pengguna narkoba. Karena
keduanya mempunyai illat “memabukkan”. Jika peminum khamer terkena hukum cambuk,
maka demikian juga pengguna narkoba. Alim Ulama yang berpendapat demikian itu
adalah Syaikhul islam ibnu Taimiyah, Ibnu Hajar Al Ast Qalani, Ibnu Hajar Al Haitami,
Az Zarkasi, Adz Dzahabi.
23
http://maktabah-jamilah.blogspot.com/2010/04/sanksi-hukum-seputar-narkoba.html- Diakses pada
tanggal 04 November jam 10:05 WIB
2. Sebagian ulama yang menggolongkan psikotropika hanya sebagai barang yang
membius saja tidak sampai memabukkan. Berdasarkan hal itu hukuman yang dijatuhkan
terhadap pengguna narkoba hanya bersifat ta’zir ( peringatan). Bentuk dan jenis
hukumannnya diserahkan kepada kebijakan penguasa sesuai dengan kondisi pelakunya.
Dan beberapa sudut pandang lain hingga hukuman yang dijatuhkan pemerintah benar-
benar merupakan peringatan keras atas penyalahgunaan narkoba. Sehingga sebagian
ulama berpendapat jika perlu dinaikkan menjadi hukuman mati.
2. Ibnu Hajar Al Atsqalani berkata: “setiap yang memabukkan adalah haram sekalipun
bukan dalam bentuk minuman termasuk didalamnya Hasyisy dan sejenisnya”. Diambil
dari mutlaknya hadist Nabi bahwa setiap yang memabukkan adalah haram hukumnya”.
Demikianlah pendapat yang ditegaskan oleh imam Nawawi dan ulama lainnya.
3. Ibnu hajar Al Makki, “penyalahgunaan Hasysy termasuk dosa besar dan perbuatan fasiq
sebagaimana halnya khamr. Semua ancaman berlaku atas peminum khamer juga berlaku
atas pengguna hasyisy dan sejenisnya. Sebab keduanya sama sama menghilangkan fungsi
akal yang semestinya dijaga. Maka segala sesuatu yang dapat menghilangkan fungsi akal,
akan diancam sebagaiman ancaman atas peminum khamer.
5. Imam Adz Dhahabi berkata, “Hasyisy semi sintesis yang terbuat dari daun rami haram
hukumnya bersadarkan ijma’. Seyogyanya diberlakukan hukum peminum khamer atas
pemakainya.
6. Ahli fiqih tidak membedakan antara meminum khamer dengan barang memabukkan
lainnya. Mereka menyatakan bahwa, “setiap yang memabukkan banyak / sedikit
hukumnya haram” . Semuanya tergolong khamer dan dikenai hukum khamer, yaitu haram
dan wajib ditegakkan hukuman atas pemakainya.
B). Kelompok kedua, mereka yang menggolongkan obat spikotropika hanya sebagai
barang yang membius saja, tidak sampai memabukkan. Berdasarkan hal itu, hukuman
yang dijatuhkan terhadap pengguna narkoba hanya bersifat ta’zir ( pelajaran). Bentuk dan
jenis hukumannya diserahkan kepada kebijakan pemimpin / penguasa sesuai dengan
kemaslahatan yang dirasa perlu, melihat kapasitas kejahatan serta kondisi pelakunya.
Ditambah lagi sudut pandang lainnya hingga hukuman yang dijatuhkan pemerintah benar
merupakan peringatan keras atas penyalahgunaan narkoba. Sebagian ulama berpendapat,
jika perlu dinaikkan menjadi hukuman mati. Sementara jumhur ulama berpendapat bahwa
menurut ketentuannya Ta’zir harus lebih ringan dari hukuman peminum Khamer.
Hukuman ta’zir diserahkan menurut kebijakan penguasa. Penguasalah yang menentukan
jumlah dan bentuk hukuman melihat kemaslahatan. Penguasa boleh menjatuhkan
hukuman mati atau lebih ringan dari itu, jika sekiranya dibutuhkan peringatan yang lebih
keras lagi, boleh dijatuhkan sanksi yang lebih berat. Demikian pendapat Imam Malik dan
beberapa ahli fiqih.
1. Jika seseorang terbukti menggunakan barang yang memabukkan, baik khamer atau
lainnya, maka hukum harus ditegakkan atas pelaku di dunia. Pengharaman khamer telah
ditetapkan nash Al Quran sedangkan hukuman ditetapkan dalam hadist yang shahih.
Bentuk dan jenis sanksi bersumber dari ijma.
2. Para sahabat dan kaum muslimin sepakat bahwa hukuman bagi peminum khamer adalah
dicambuk, namun berbeda pendapat dalam masalah jumlah cambukan antara 40 sampai
80 kali cambukan.
b) Riwayat Muslim dalam shahihnya, yaitu perintah Ustman kepada Ali untuk mencambuk
Al Walid bin Uqbah dalam kasus Khamer. Ustman juga menyuruh Abdullah bin Ja’far.
Setelah genap 40x cambukan Ustman meminta mencukup seraya berkata, “ketahuilah
bahwa Rasulullah mencambuk pemabuk 40 x demikian Abu Bakar. Lalu Umar
mencambuk 80x. Semuanya sunnah, namun 40x lebih aku sukai.
c) Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari, “Dalam riwayat itu terdapat penegasan bahwa
Nabi mencambuk sebanyak 40x. adapun riwayat lain tidak menyebut jumlah cambukan,
penyebutan jumlah cambukan hanya terdapat dalam sebagian riwayat, dari anas
disebutkan bahwa rasulullah mencambuknya sebanyak 40x. riwayat ini dapat digabungkan
dengan riwayat Ali sebagai standar, karena beliau menyebut jumlah secara pasti.
Sementara penyebutan jumlah cambukan dalam riwayat Anas hanya sebatas perkiraan.
d) Imam Abu Dawud meriwayatkan dari jalur sanadnya sendiri dalam kitab sunan dari Ali
bin Abi Thalib bahwa ia berkata, “aku tidak sudi menerima tebusan dari orang yang telah
jatuh vonis hukuman terhadapnya, kecuali peminum khamer. Sebab Rasulullah belum
menetapkan vonis hukuman tertentu, hukuman yang ditetapkan kepada peminum hanyalah
dari kebijakan kami sendiri.
e) Ibnu Hajar berkata, “Dua riwayat dari Ali yang kontradiktif antara riwayat yang
menetapkan bahwa Rasulullah mencambuk sebanyak 40 x dan riwayat bahwa Rasulullah
tidak menetapkan batasan hukuman tertentu, dapat kita gabungkan dengan membawakan
riwayat yang tidak menetapkan kepada makna bahwa Rasulullah tidak menetapkannya
sebanyak 80x atau lebih dari 40 x. Menurut ucapan beliau, “itu hanyalah kebijaksaan kami
sendiri. Beliau menyinggung tindakan Umar ( cambuk 80x) oleh sebab itu Ali., sekiranya
ia terancam mati pada cambukan diatas 40 x. demikian pendapat yang dipilih Ibnu Hazm
dan Al Baihaqi.
f) Imam Baikhaqi meriwayatkan dari sunannya, dari Ibnu Abbas berkata, “pecandu
minuman keras dimasa Abu Bakar lebih banyak ketimbang masa Rasulullah. Abu Bakar
lantas berkata, “kita akan berlakukan hukuman 40x atas mereka”. Abu Bakar kemudian
mencambuk pemabuk seanyak yang mereka terima pada zaman rasulullah. Beliau
mencambuknya sebanyak 40x, hal ini berlangsung hingga Abu Bakar Wafat.
g) Pada masa Khilafah Umar, beliau mengajak bermusyawarah dengan sahabat lain
tentang hukuman atas peminum khamer. Beliau berkata, “Orang orang sudah banyak
menggandrunginya dan tidak segan-segan menenggaknya!” Saat itu Ali bin Abi Thalib
mengajukan pendapat, “ sesungguhnya bila seorang sedang mabuk, ia akan berbicara
serampangan, orang berbicara serampangan akan berkata dusta dan menuduh orang yang
tidak bersalah, kenakan atasnya hukuman para penuduh (tanpa bukti). Umar lalu
menetapkan hukuman penuduh sebanyak 80x cambukan.
h) Diriwayatkan dari Ali, bahwa kadang kala beliau mencambuk lebih dari 80 x. Imam
Baikhaqi meriwayatkan dari Sufyan bin Atha’ bin Marwan dari ayahnya berkata, “Suatu
ketika dihadapkan kepada Ali seorang habsyi yang berbuka di bulan ramadhan dengan
minum khamer. Ali mencambuknya sebanyak 80x. Keesokan harinya setelah dilepas, Ali
kembali mencambukknya sebanyak 20x. Beliau berkata, “sesungguhnya 20x cambukan ini
adalah sebagai hukuman pelanggar hak Allah yang kamu lakukan yaitu berbuka ( tidak
berpuasa pada bulan Ramdhan).
إذا شربوا الخمر فاجلدواهم ثم إن شربوا فاجلدوهم ثم إن شربوا فاجلدوهم ثم إن شربوا فاقتلوهم.
Artinya:” Bila mereka minum khamer maka Cambuklah mereka, jika diulangi, hendaklah
kamu cambuk. Jika mereka masih mengulaginya, hendaklah kamu cambuk, jika pada
keempat kalinya mereka masih juga mengulangi, maka bunuhlah mereka .
j) Dalam kitab Mushannaf, Abduurazaq Ash Shan'ani meriwayatkan dari Ma'mar dari Ibnu
Juraij ia berkata, "Ibnu Syihab az Zuhri pernah ditanya , berapa kalikah rasulullah
mencambuk peminum khamer?" beliau menjawab, "Rasulullah belum menetapkan batasan
hukuman dalam masalah tersebut. Namun beliau perintahkan kepada orang yang
menyaksikan untuk memukulnya dengan tangan dan sandal mereka hingga beliau
mengatakan, "Cukup"
k) Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah sama sekali tidak
menjatuhkan hukuman, sebagaimana dalam Sunan Abu Dawud dengan sanad shahih dari
ibnu Abbas ia menceritakan bahwa, "Rasulullah tidak menetapkan hukuman tertentu bagi
peminum khamer. Ibnu Abbas melanjutkan, "Pernah suatu kali seorang laki-laki mabuk
dihadapkan kepada rasulullah ketika tiba disamping rumah Abbas, tiba tiba ia lepas lalu
masuk kerumah itu dan tidak keluar. Peristiwa itupun dilaporkan kepada Nabi, beliau
lantas tersenyum mendengarnya dan tidak menjatuhkan hukuman apapun terhadap lelaki
itu.
Perbedaan pendapat dalam masalah banyaknya cambukan yang dijatuhkan bagi peminum
narkoba, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul bari ada 6
pendapat. sebagai berikut :
1. Rasulullah belum menetapkan hukuman tertentu, beliau hanya memukul para peminum
khamer, beliau memerintahkan untuk memukul dan mencelanya dengan keras. Riwayat
tersebut menunjukkan tidak ada batasan hukuman, namun hanya dipukul dan dicela.
Sekiranya tindakan itu adalah hukuman, niscaya rasulullah akan menjelaskannya. Namun
setelah pecandu minuman keras bertambah banyak jumlahnya pada masa khilafah Umar
r.a beliau berinisiatif mengadakan musyawarah dengan bebarapa sahabat sekiranya para
sahabat mengetahui hukuman tertentu atas peminum khamer dalam sunnah nabi, tentu
Umar tidak akan melampuinya. Sebagaimana mereka tidak melampui hukuman yang
dijatuhkan atas para penuduh tanpa bukti. Sekalipun kasus tuduhan tanpa bukti banyak
terjadi, bahkan semakin menjadi-jadi, sehingga bersepakat dengan menjatuhkan hukuman
sebayak 80x. Ali bin Abi thalib berpandanagn bahwa meminum khamaer memicu
terjadinya tuduhan tanpa bukti sebagaiman ditetapkan di zaman Nabi yaitu 40x. Dengan
demikian yang terbaik adalah tidak mengurangi batas minimum hukuman yang dijatuhkan
nabi yaitu memukulnya. Karena itulah hukuman yang pasti, baik hal itu dinamakan
hukuman atau sekedar peringatan.
5. Batas hukuman 80x, hanya saja boleh ditambah sebagai bentuk peringatan.
6. Jika setelah terkena hukuman sampai tiga kali masih diulang maka yang ke 4 kalinya ia
boleh dibunuh. Ada yang berpendapat ke 5 kalinya. Al Hafidz Ibnu Hajar menambahkan,
bahwa Imam Al Qurthubi menggabungkan antara riwayat yang tidak menyebutkan
hukuman atas peminum khamer dengan riwayat yang menyebutkan hukuman / peringatan
sebagai berikut : "Mulanya tidak ada hukuman khusus atas pemabuk, dengan dalil riwayat
Ibnu Abbas menceritakan ada pemabuk yang berlindung dirumah abbas. Setelah itu
diberikan sanksi berupa peringatan atasnya sebagaimana yang diungkap dalam riwayat
yang tidak menyebutkan jumlah cambukan. Baru kemudian ditetapkan batasan hukuman
atas peminum khamer, namun hal itu banyak tidak dikehui oleh para shahabat, kendati
mereka meyakini bahwa hukuman tertentu itu mesti ada. Oleh karena Abu Bakar memilih
hukuman yang dilaksanakan dihadapan Rasulullah dan para sahabat pun menyepakatinya .
Kemudian melihat kondisi yang mendesak, Umar dan orang bersepakat dengan beliau
lebih dari 40x. Boleh jadi hal itu berdasarkan ijtihad mereka dan boleh jadi tambahan itu
hanya sebagai peringatan.
لعن ال في الخمر شاربها وساقيها وبائعها ومبتاعها وعاصرها ومعتصرها وحاملها والمحمولة إليه
Artinya: “Allah melaknat pemabuk khamer, penuang, penjual, pembeli, pemeras anggur,
yang meminta diperaskan, yang membawa dan yang dibawakan.
Perlu diketahui, dalam kitab fiqih klasik tidak disebutkan hukuman tertentu atas
pemasok, pengedar dan pedagang obat terlarang. Namun sebagian ahli fikih kontemporer
cenderung menjatuhkan hukuman seberat beratnya terhadap pemasok, pengedar dan
pedagang narkoba. Hingga mereka menetapkan hukum orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya, yaitu dibunuh, disalib atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilangan.
Dalam hal ini pemerintah boleh mengambil tindakan sepenuhnya untuk menjaga
ketahanan masyarakat dan melindungi mereka dari bahaya. Pemerintah boleh menetapkan
sanksi yang berat, seperti hukuman penjara, denda, penyitaan dan tindakan lain dapat
mewujudkan maslahat bersama dalam rangka menjaga stabilitas kamtibmas. Dengan
demikian oknum perusak dapat dieyahkan sekalipun dengan tindakan tegas seperti tembak
ditempat dan hukuman mati jika dibutuhkan. Dalilnya sebagai berikut:
a. Ketetapan ahli fiqih bahwa pemerintaha boleh menjatuhkan hukuman mati atas oknum
yang menyebar kejahatan ditengah umat manusia, baik berbentuk ta’zir atau berbentuk
kebijaksanaan politik.
b. Sekiranya hukuman dijatuhkan lebih ringan, maka dia pasti akan melanjutkan aksi
perusakan. Kejahatannya tidak dapat dibendung kecuali dengan hukuman mati.
Berdasarkan hal itu, maka pemerintah yang berwenang boleh menjatuhkan hukuman mati
sebagai bentuk ta’zir mnaupun dalam bentuk kebijaksanaan politik.
c. Hadist shahih Rasulullah berupa perintah membunuh peminum khamer pada ke empat
kalinya, bila sebelumnya hukuman telah dijatuhkan atasnya dalam kasus sama, sementara
ia tidak juga insaf dari perbuatan itu.
Realita membuktikan bahwa hukuman yang lebih ringan dari hukuman mati yang
diterapkan beberapa negara atas pengedar narkoba ternyata tidak berhasil, masih
ditemukan kasus penyelundupan. Sementara negara lain yang menerapkan hukuman mati
atas pengedar narkoba terbukti berhasil membendung atau meminimalkan dengan
menekan penyelundup narkoba.
Pasal 111
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan
miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 1
(satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
24
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 116
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hokum menggunakan
Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika
Golongan I untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
(2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau
pemberian Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati
atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana
penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).
Pasal 117
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai,
menyediakan Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 121
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hokum menggunakan
Narkotika Golongan II tehadap orang lain atau memberikan Narkotika
Golongan II untuk digunakan
orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan
miliar rupiah).
Pasal 122
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan III,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp400.000.000,00
(empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai,
menyediakan Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) beratnya melebihi 5 (lima) gram,
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun danpidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 126
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
Narkotika Golongan III tehadap orang lain atau memberikan Narkotika
Golongan III untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal penggunaan Narkotika tehadap orang lain atau
pemberian Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati
atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 127
(1) Setiap Penyalah Guna:
a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun.
BAB III
PENUTUP
25
http://ayok.wordpress.com/2007/06/27/berantas-narkoba-dengan-syariat/ Diakses pada tanggal 30
September 2010 pukul 22.15 WIB
Sayyid Sabiq menyebut diharamkannya khamr sesuai ajaran-ajaran Islam yang
menginginkan terbentuknya pribadi-pribadi yang kuat fisik, jiwa dan akal pikirannya.
Tidak diragukan khamr melemahkan kepribadian dan menghilangkan potensi-potensi
terutama akal.
Jelaslah, Islam anti narkoba. Islam menjadikan NAPZA sebagai zat yang haram
dikonsumsi. Sehingga bagi siapa saja yang melanggar hukum tersebut akan dikenai sanksi
baik secara agama maupun hukum pidana yang berlaku di negaranya.
DAFTAR PUSTAKA
http://ayok.wordpress.com/2007/06/27/berantas-narkoba-dengan-syariat/.Diakses
pada tanggal 30 September 2010 pukul 22.15 WIB
http://suryantara.wordpress.com/2007/12/02/pndangan-islam-tentang-
penyalahgunaan-napza-dan-cara-menanggulanginya/. Diakses pada tanggal diakses pada
tanggal 30 September 2010 pukul 22.05 WIB
http://alumnifiad.youneed.us/dakwah-f9/narkoba-dalam-paradigma-islam-t129.htm.
Diakses pada tanggal 30 September 2010, pukul 21:56 WIB
http://www.bnpjabar.or.id/fatwa-mui-tentang-penyalahgunaan-narkoba.Diakses pada
tanggal 01 November 2010 pukul 19:17 WIB
http://maktabah-jamilah.blogspot.com/2010/04/sanksi-hukum-seputar-narkoba.html-
Diakses pada tanggal 04 November jam 10:05 WIB
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika