Anda di halaman 1dari 3

Kasus Scotia

Pemerintah Inggris mengeluarkan serangkaian peraturan untuk mencegah tabrakan di


laut. Tahun 1864 Kongres Amerika Serikat secara praktis mengeluarkan peraturan-peraturan
yang sama, dan dalam waktu singkat kemudian hampir semua pemerintah negara-negara
maritime melakukan hal yang sama.telah memutuskan sebuah regulasi yang mengatur mengenai
navigasi kelautan, regulasi ini telah diterima di lebih dari tiga puluh negara . Dalam regulasi ini
disebutkan aturan mengenai lampu sebagai sinyal serta aturan lalu lintas berlayar.

Dikatakan di dalam aturan tersebut bahwa, setiap kapal wajib mempunyai lampu-lampu
(yang mengenai tata cara peletakan dan jenisnya diatur lebih jauh) sebagai tanda untuk
mencegah tabrakan, terdapat tata cara berlayar, seperti jika ada kapal uap dan kapal layar
berlayar pada jalur yang sama sehingga memungkinkan untuk terjadi tabrakan, maka diputuskan
untuk kapal uap agar menghindar.

Kasus Scotia berawal pada suatu kecelakaan laut yang melibatkan dua kapal yang
berbeda negara yaitu kapal Scotia (kapal uap) milik Inggris dan kapal Berkshire (kapal layar)
milik Amerika. Scotia menabrak Berkshire sehingga, Berkshire pun tenggelam (pada saat itu
Berkshire tidak memasang lampu sesuai dengan aturan).

Pemilik Berkshire membawa kasus ini kemuka hukum, namun scotialah yang menang
karena sebab Berkshire tidak malaksanakan aturan-aturan yang berlaku. Pengadilan menyatakan
bahwa hak – hak dan kewajiban internasional ini harus ditentukan oleh kaidah atau kebiasaan
baru hukum internasional yang telah tercakup dalam peraturan Inggris yang telah diterima secara
luas, dan oleh karena itu kesalahan tersebut berada di pihak Berkshire.

“Keputusan ini tidak memberikan kepada Statuta setiap negara untuk berlaku di
luar batas teritorialnya. Bukan memperlakukan ketentuan-ketentuan itu sebagai
undang-undang maritim umum, tetapi pengakuan atas kenyataan historis bahwa,
melalui persetujuan bersama umat manusia, ketentuan-ketentuan ini secara
diam-diam telah diakui sebagai kewajiban-kewajiban umum. Dengan fakta ini
kita berpendapat bahwa kita bisa memperhatikan aspek yudisialnya. Perundang-
undangan nasional asing harus benar-benar terbukti sebagai fakta akan tetapi
tidak demikian halnya dengan hukum internasional.”

Kejadian tabrakan antara Scotia dan Berkshire ini menjadi sumber hukum internasional.
Karena danya kebiasaan (custom) sebagai sumber dari hukum internasional sendiri sudah ada
sejak dahulu meskipun begitu adanya kebiasaan atau kaidah kaidah tersebut tidak lepas dari
sejarah panjang yang terjadi di dakam kaidah tersebut. Meskipun kebiasaan sebagai hukum
internasional telah banyak menyusut setelah banyaknya traktat-traktat dan dibentunknya Komisi
Hukum Internasional. Namun menurut para ahli bahwa kebiasaan internasional akan tetap ada
dan akan memainkan peranan penting bagi sumber kaidah hukum internasional. Ada juga
ungkapan “Kebiasaan, sebagaimana dimaksudkan oleh hukum adalah suatu adat istiadat yang
telah memperoleh kekuatan hukum.”

Namun sebelum adat istiadat menjadi salah satu bagian dari kaidah hukum internasional
sebelumnya ada dua syarat yang harus dipenuhi yakni secara aspek materi dan aspek
psikologis.Mengenai aspek materi secara umum harus ada suatu tindakan yang berulang ulang
agar melahirkan kaidah.Dalam kasus scotia adanya kebiasaan bahwa setiap kapal harus
menyalakan lampu di lautan sebagai pertanda. Dan menurut suatu pengadilan di jerman bahwa
satu tindakan tunggal badan atau otoritas Negara tidak dapat begitu saja menciptakan kebiasaan
yang dapat dimanfaatkan oleh Negara lain yang telah diuntungkan oleh tindakan
tersebut,karenanya tindakan tersebut harus berulang – ulang dan secara teratur. Terdapat dua
aspek yang harus dipenuhi sebuah kebiasaan agar dapat menjadi bagian dari hokum
internasional, yaitu aspek materil dan aspek psikologis. Dalam aspek materil, dibutuhkan seuatu
perulangan kejadian serupa agar hal tersebut dapat menjadi suatu kaidah.Dalam kasus scotia,
terdapat kebiasaan bahwa setiap kapal harus menyalakan lampu di lautan sebagai tanda
keberadaan kapal tersebut. Menurut Aspek Psikologis disebutkan bahwa hal tersebut
dikarenakan tindakan mengulang yang di akibatkan kaidah yang memaksa. Sehingga pada
akhirnya suatu kebiasaan menjadi sebuah hukum internasional apabila dapat diterima dan diakui
oleh masyarakat internasional secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai