Phronesis Jurnal IImiah Psikologi industri dan Organisasi
2008, Vol. 10, No. 2, 138-153
Emptoyee Aptitude Survey (EAS)
Sebagai Alternatif Tes Bakat dalam Konseling Karir
Herlina Siwi Widiana
Universitas Ahmad Dahlan
The purposes of this study were to adapt Employee Aptitude Survey (EAS) lest imo
Indonesian version and establish its psychometric properties especially for career
counseling. Senior High School students in Yogyakarta (N=471) were test with EAS
Indonesian version in three stages study design. Psychometric analysis supported item
characteristics and reliability. Mean of item difficulty index for each subtest range from
0,467 to 0,622. The item selection based on item discrimination index > 0,300. Reliability
coefficients range from 0,533 10 0,973 for each subtes.
Keywords: Employee Aptitude Survey (EAS), aptitude test, career counseling
Tes psikologi diperlukan dalam peng-
ambilan keputusan berkaitan dengan sum-
ber daya manusia dalam bidang psikologi
industri dan organisasi Gregory, 2000).
Pengambilan keputusan tersebut berkaitan
dengan penerimaan dan penempatan, pro-
mosi, evaluasi, maupun penctapan karier.
Kebutuhan akan alat untuk asesmen
mendorong banyak dikembangkan berbagai
alat ukur psikologis baik berupa tes, self
report, skala, maupun inventori, Pengem-
bangan alat ukur dapat dilakukan dengan
membuat alat ukur atau melakukan adaptasi
terhadap alat ukur yang telah dibuat di fuas
negeri
Pengembangen alat_ukur_psikologi,
baik berupa tes ataupun alat ukur yang lain
di Indonesia belum banyak dilakukan, ter
Herlina Siwi Widiana adalah alumni
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dablan.
Kopattisipansi artikel ini dialamatkan ke e-mail:
jimmy_peter2001@yahoo.com
138
masuk tes yang berkaitan dengan pengu-
kuran bakat. Tes bakat yang telah diadap-
asi dalam Bahasa Indonesia dari berbagai
rangkaian tes bakat yang telah dikembang-
kan di fuar negeri adalah General Aptitude
Test Battery (GATB), Flanagan Aptitude
Classification Test (FACT), dan Differen-
Hal Aptitude Test (DAT), Tidak semua sub-
tes dati ketiga rangkaian tes bakat tersebut
yang telah diadaptasi dalam Bahasa Indo-
nesia,
Tes Employee Aptioude Survey (EAS)
seperti tes bakat yang lain, juga berupa
batiery test, Tes ini dikembangkan untuk
mengukur kemampuan yang dibutuhkan
untuk kesuksesan dalam jenis pekerjaan
tertentu Gintings, 2005). Beberapa subtes
dari rangkaian tes EAS dikembangkan
berdasarkan tes bakat-tes bakat yang telah
dikembangkan lebih duty diantaranya
GATB, Army Group Examination Beta of
World War 1, Army Group Examination
Alpha of World War I, Minnesota ClericalEMPLOYEE APTITUDE SURVEY (EAS) SEBAGAI ALTERNATIF TES BAKAT
Test, California Test of Mental Maturity,
Primary Mental Ability dan MacQuarrie
Test.
Gambaran’ Umum Tes Employee Aptitude
Survey (EAS)
Employee aptitude survey (EAS) me-
rupakan baterai tes multi aptitude yang
dirancang untuk menilai berbagai kemam-
puan yang penting di dunia kerja. EAS
memiliki dua dasar kegunaan yaitu seleksi
pegawai dan panduan dalam pekerjaan
(career counseling).
Employee aptitude survey (EAS) ter-
diri atas scpuluh subtes, keseluruhan tes
tidak membutuhkan waktu penyajian yang
lama dan mudah diadministrasikan. Setiap
subtes membutuhkan waktu penyajian 5
Tabel 1
menit, kecuali EAS 2 membutuhkan waktu
penyajian 10 menit. BAS dikembangkan
dalam bentuk paralel yaitu Form A dan
Form B. Penyusunan tes paralel ini didasari
oleh alasan praktis yaitu kadang kala
diperlukan pengetesan ulang,
Salah satu penggunaan EAS adalah
dalam panduan pekerjaan. Informasi ten-
tang pekerjaan menjadi dasar_pemilihan
baterai tes yang disajikan. Organt (1975)
yang melakukan penelitian dengan partisi-
pan 235 karyawan yang bekerja di ling:
kungan sekolah merekomendasikan subtes-
subtes yang perlu diberikan untuk masing-
masing kelompok pekerjaan, yaitu ditun-
jukkan daiam tabel 1. Subtes 10 tidak disa-
Jikan dalam penelitian tersebut, dengan
pertimbangan subtes 10 sulit dalam admi-
nistrasi_ dan korelasi subtes 10 dengan
subtes lain yang cukup tinggi.
Prediksi Efisiensi Subtes EAS Berdasarkan Klasifikasi Pekerjaan
Klasifikasi 2 Proyeksi Peningkatan
Pekerjaan __N__‘Subtes RR E pfektivitas Karyawan
Sekrotaris 325A 95,6 0a ODI 111% 124%
Asisten Guru 38 '5,7,61 0.52" 027 14.6% 1%
Pembanty
Pendidikan 32«1,45,7,8 052 0.27 14.6% +20%
Khusus
Pembantu
Materi 25 921467 0.63" 0.40 22.1% 427%
Instruksional
Layanan od 26.59 39)
oom 31 83,74 0.68%" 0.46 26.5% 428%
Pegawai 7
Pegawal 16 9,4.26,1 0.69" 0.48, 27.6% 422%
Manual EAS (2005) merekomendasi-
kan subtes-subtes yang disarankan untuk
disajikan pada lima kelompok pekerjaan
yaitu kelompok Profesional, Managerial &
Supervisory, kelompok Clerical, kelompok
Production! Mechanical (skilled & semi
skilled), kelompok Technical, kelompok
Sales. Rekomendasi tersebut tidak dijadi-
kan dasar acuan pada penelitian ini karena
terdapat tiga subtes yaitu subtes EAS 8,
EAS 9, dan EAS 10 yang tidak termasuk
dalam rekomendasi untuk lima kelompok
pekerjaan tersebut.
Employee Aptitude Survey Technical
Manual memuat delapan kelompok peker-
jaan yang disusun berdasar pada Dictionary
.WIDIANA
of Occupational Titles (DOT) dan analisis ditunjukkan dalam tabel 2 (Employee
jabatan. Kedelapan kelompok pekerjaan Aptitude Survey Technical Manual, 1994),
Tabel 2
Deskripsi Delapan Kelompok Pekerjaan
Profesional, Managerial,
Production/ Mechanical
(skilled & semi skilled)
140
Kelompok Pekerjaan
& Supervisory
Clerical
Technical
Sales
Unskilled
Protective Services
Health Professional
Deskripsi
Fermasuk di dalamnya pekerjaan yang mengkhususkan
dalam bidang-bidang tertentu, seperti: keablian mesin,
akunting, penanggung asuransi, dan pembelian; juga
termasuk pekerjaan yang mengkhususkan dalam bidang
seperti relasi pegawai dan tata personalia. Macam pekerjaan
profesional yang memerlukan pendidikan dari universitas
atau akademi. Banyak pekerjaan manajerial dan supervisi
mencakup menjadwal, merancang, memantau dan meng-
koordinasi pekerjaan yang fain.
Termasuk pekerjaan yang memiliki aktivitas-aktivitas dasar
dan menyiapkan, memodifikasi, memeriksa, menyusun,
memelihara atau mengarsipkan dokumen-dokumen; meng-
kodekan informasi; atau memasukkan data
Termasuk pekerjaan yang termasuk di dalamnya meng-
operasikan, memonitor, menginspeksi, mencari dan meme-
cahkan masalah, memperbaiki dan memasang peralatan dan
mesin. Beberapa pekerjaan ini juga melakukan kalkulasi,
mengoperasikan komputer, menemui bagian produksi,
mengurusi kualiti kontrol, dan membaca data. Pekerjaan-
pekerjaan lain di kelompok ini dilakukan berdasar standar
prosedur yang spesifik.
‘Termasuk pekerjaan yang dispesialisasikan dalam industrial
arts, keahlian teknik, ilmu pengetahuan komputer dan ilmu.
pengetahuan aplikatif lainnya. Banyak macam dari peker-
jaan ini memerlukan paling tidak latar belakang pendidikan
sekolah teknik atav akademi/ D-3, Seringkali pekerjaan-
pekerjaan ini menyediakan dukungan untuk para profe-
sional di lapangan, misalnya seperti teknisi dan assiteldur.
‘Termasuk pekerjaan-pekerjaan yang menjadi dasar tang-
gung-jawab utamanya adalah marketing produk atau jasa.
Termasuk peKerjaan yang melibatkan tugas-tugas yang
mudah, rutin dan berulang dalam kondisi yang terstruktur.
Pekerjaan-pekerjaan ini tidak membutuhkan pengalaman
atau pendidikan khusus.
Termasuk pekerjaan yang fokus utamanya mendorong
Kesehatan, kes¢lamatan dan kesejahteraan umum. Termasuk
di dalamnya polisi, petugas pemadam kebakaran, dan
keamanan.
Termasuk pekerjaan yang fokus utamanya menyediakan
pelayanan medis, kesehatan gigi, psikologi dan jasa kese-
hatan yang lainnya. Sebagian besar kelompok pekerjean ini
membutuhkan pendidikan spesialis,
aEMPLOYEE APTITUDE SURVEY (EAS) SEBAGAI ALTERNATIF TES BAKAT.
Subtes-subtes Tes Employee Aptitude
Survey (EAS)
Employee aptitude survey (EAS) ter
diri atas seputuh subtes dengan interko-
relasi antara 0,22 sampai dengan 0,76
(Organt, 1975). Skor interkorelasi tersebut
berarfi bahwa antar subies EAS relatif
independen atau mengukur bakat yang
berbeda. Kesepuluh subtes EAS, yaitu: a)
EAS | (verbal comprehension), b) EAS 2
(numerical ability), c) EAS 3 (visual pur-
suit), d) BAS 4 (visual speed & accuracy),
e) BAS 5 (space visualization), f) EAS 6
(numerical reasoning), g) EAS 7 (verbal
reasoning), h) EAS 8 (word fluency), i)
EAS 9 (manual speed and accuracy), dan j)
EAS 10 (symbolic reasoning).
EAS | (verbal comprehension) meng-
ukur kemampuan untuk memahami kata-
kata yang tertulis dan memahami asosiasi
diantaranya. Testee memilih sinonim yang
mungkin dari empat kata yang diberikan
pada setiap item (Manual EAS, 2005).
Verbal comprehension merepresentasikan
keterampilan membaca (Nunnally, 1970).
Bakat verbal comprehension digunakan
ketika seseorang dihadapkan pada kata,
kalimat atau paragraf yang kompleks; bakat
ini menggambarkan kedalaman pemahaman
terhadap materi verbal. Tes yang meru-
pakan pengukuran verbal comprehension
yang baik adalah tes kosa kata, baik berupa
persamaan maupun lawan kata.
EAS 2 (numerical ability) mengukur
kemampuan untuk menjumlah, mengu-
rangi, mengkali, dan membagi bilangan bu-
lat, desimal, dan pecahan. Tes ini memiliki
tiga bagian yang dipisahkan berdasarkan
waktu. Bagian I mengukur kemampuan
menghitung dengan bilangan bulat. Bagian
I mengukur
dengan bilangan’ desimal
kemampuan menghitung
Bagian UI
mengukur kemampuan menghitung dengan
bilangan pecahan (Manual EAS, 2005).
Bakat numerik berkaitan dengan kecepatan
dan ketepatan untuk menyelesaikan perso-
alan aritmatik baik penjumlahan, pengu-
rangan, perkalian, pembagian, akar, dan
lain-lain (Nunnally, 1970).
Penelitian yang dilakukan oleh Kolz,
McFarland, dan Silverman (1998) dengan
partisipan 176 pekerja pabrik memperoleh
hasil skor numerical ability dari subtes EAS
2 memprediksikan secara signifikan perfor-
mansi kerja dalam dimensi aritmatik
(2,952; p<0,01) dan pemecahan masalah
logis (2,790; p<0,01). Penelitian tersebut
juga memperoleh hasil bahwa hubungan
antata skor numerical ability dari. subtes
EAS 2 dengan performansi kerja meningkat
seiring dengan meningkatnya pengalaman
(2,600; p<0.01).
Thumin (1993) metakukan penelitian
pada 206 operator yang bertugas mengetik
dan mengirimkan telegram dan mailgram
yang diterima melalui telepon. Hasil pene-
litian menunjukkan adanya korelasi yang
signifikan antara skor numerical ability dari
subtes EAS 2 dengan performansi selama
training.
EAS 3 (visual pursuit) mengukur ke
mampuan untuk mengikuti gerakan dengan
mata secara cepat. Teste mengikuti jejak
secara visual suatu jaringan kusut yang
menyerupai diagram skematik pada setiap
‘item (Manual EAS, 2005).
EAS 4 (visual speed and accuracy)
mengukur kemampuan untuk membanding-
kan angka atau pola secara cepat dan
akurat, Itern terdici dari dua deret angka-
angka yang diikuti desimal, huruf, atau
simbol-simbol lain. Testee membandingkan
dua deret tersebut apakah sama atau tidak
(Manual BAS, 2005). Bakat yang diukur
oleh subtes EAS 4 berkaitan dengan bakat
’
141WIDIANA
perseptual. Nunnaily (1970) mengungkap-
kan bahwa bakat perseptual dibutubkan
dalam mendeteksj bentuk-bentuk visual
serta dalam melihat persamaan dan perbe-
daan bentuk. Bakat perseptual yang diukur
subtes BAS 4 lebih cenderung pada kece-
patan perseptual (perceptual speed) yang
berhubungan dengan kecepatan mengenali
detail perseptual serta mengenali persamaan
dan perbedaan antaca bentuk visual yaite
angka, huruf, dan simbol.
EAS 5 (space visualization) mengukur
kemampuan untuk melihat bentuk ruang
dan untuk memanipulasi objek secara men-
tal, Visualisasi ruang merupakan komponen
yang kuat dari *bakat mekanik’, Tes terdiri
dari gambar-gambar bafok bersusun. Testee
mienentukant berapa banyak balok tain yang
saling bersentuhan pada balok tertenty
(Manual BAS, 2005). Space visualization
merupakan salah satu bakat spatial menun-
tut individu untuk membayangkan atau
memvyisualisasikan suatu objek (Nunnally,
1970). Individu diminta membayangkan
balok-balok yang disusun secara berhim-
pitan pada subtes EAS 5. Hasil penelitian
Haydel (2007) menunjukkan ada perbedaan
yang signifikan dalam skor space
visualization yang diukur dengan EAS 5
ditinjau dari jenis kelamin dan pengalaman
keatletan (F55,3; p=0,03). Atlet soccer
wanita mempunyai kemam-puan space
visualization (M=0,78, SD= 0,18) yang
lebih tinggi dibandingkan atlet dasedall
pria (M=0,58; SD=0,32), non atlet wanita
(440,50; SD=0,29) dan non atlet pria
(M=0,68; SD=0,30).
BAS 6 (merical reasoning) meng-
ukur kemampuan untuk menganalisa secara
logika korelasi antar angka dan menentukan
pola yang mendasarinya, Setiap item terdiri
dari sebuah seri-seri angka, dan festee
memilih angka berikutnya dalam seri
.
142
tersebut dari 5 alternatif (Manual EAS,
2005), Ide dasar dari EAS 6 mengacu pada
subtes 6 Army Group Examination Alpha of
World War I dengan perubahan pada
pemberian alternatif jawaban (Ruch &
Ruch, 1963). Penalaran adalah domain
Kompleks dimana kemampuan-kemampuan
yang terkait bercampur (Nunnally, {970).
Kemampuan yang paling sering ditemukan
dalam penalaran adalah kerampuan untuk
menemukan penyelesaian masalah yang
salah satu bentuknya adalah penalaran
numerik. Item tes penalaran seringkali be-
Tupa angka-angka, namun dalam menyele~
saikan soal bukan bakat numerik (sune~
vical ability) yang diperlukan melainkan
iebih pada penalaran numerik, yaitu dengan
menemuken prinsip-prinsip yang mengarah
pada jawaban yang benar.
EAS 7 (verbal reasoning) mengukur
kemampuan untuk mengkombinasi bagian
yang terpisah dari informasi dan menen-
tukan Kesimpulan berdasarkan_informasi.
Sebuah seri dari fakta-fakta diberikan ke-
pada fesfee untuk meninjau fima kesin-
pulan mengikuti setiap seri fakta, Testes
menentukan apakah kesimpulan tersebut
benar, salah atau meragukan berdasarkan
informasi yang diberikan (Manual EAS,
2005). EAS 7 mengacu pada subtes 15 dati
California Test of Mental Maturity dimana
partisipan diminta menyimpulkan beberapa
informasi (Ruch & Ruch, 1963). Retiabiti-
tas tes verbal reasoning dengan pendeka-
tan Lesteretest sebesar 0,80 (Ivancevich di-
kutip oleh Mumford, Supinski, Baughman,
Costanza, & Threlfall, 1997).
Salah satu bentuk tes penalaran adalah
deduksi, Deduksi berkaitan dengan peng-
gambaran kesimpulan dalam silogisme lo-
gis (Nunnally, {970). Dafam haf ini, ke-
mampuan berkaitan dengan evaluasi impli-
kasi dari sebuah pernyataan. Pada subtesEMPLOYEE APTITUDE SURVEY (EAS) SEBAGAI ALTERNATIF TES BAKAT
EAS 7, individu diminta memilih kesim-
pulan dari fakta-fakta yang telah diungkap-
kan sebelumnya, Mumford et al. (1998)
menggunakan subtes° verbal reasoning
untuk mengukur intelegensi umum pada
pimpinan militer US Army. Dalam pene-
litian tersebut diperoleh hasil ada hubungan
antara inteligensi umum (yang diukur
dengan subtes verbal reasoning) dan
pengalaman dengan prestasi_ pemimpin.
Skor verbal reasoning juga memi
lasi dengan keterampilan berpikir divergen,
yaitu dengan dimensi kualitas (0,28),
originalitas (r=0,29), time frame (r=0,27),
realisme (=0,21). kompleksitas (r=0,29),
serta pengunaan prinsip-prinsip umum
(0-029),
EAS 8 (word fluency) mengukur flek-
sibilitas dan kemudahan berkomunikasi se~
cara verbal. Teste menulis sebanyak
mungkin kata-kata yang dimulai dari huruf’
fertentu. (Manual EAS, 2005). EAS 8
merupakan adaptasi dari tes world fluency
dari Primary Mental Ability yang dikem-
bangkan oleh Thurstone (Ruch & Ruch,
1963). Word fluency merupakan subtes
yang mengukur bakat verbal. Nunnally
(1970) mengemukakan verbal fluency ber-
kaitan dengan kemampuan memproduksi
kata dan kalimat dengan cepat. Verbal
fluency merupakan aspek tingkat produksi
dari kemampuan verbal. Verbal fluency
digunakan ketika materi verbal yang
digunakan lebih sedethana.
EAS 9 (manual speed & accuracy)
mengukur kemampuan untuk membuat
sesuatu yang berulang, gerakan jari secara
cepat dan akurat. Testee menempatkan satu
tanda di dalam lingkaran sebanyak mung-
kin dalam waktu 5 menit dengan menggu-
nakan pensil (Manual EAS, 2005). EAS 9
mengacu pada subtes Dotting dari tes
MacQuarrie dengan modifikasi pada durasi
tes yang dibuat lebih panjang (Ruch &
Ruch, 1963). Penelitian Gagnon (dikutip
olch Palmer & Busciglio, 1996) menun-
jukkan bahwa skort tes EAS 9 dapat
meningkat dengan salah satu bentuk pela-
tihan umum yaitu berupa permainan video
game selama 5 hari dalam selang waktu 1
minggu.
Terakhir, EAS 10 (symbolic reaso-
ning) mengukur kemampuan untuk mema-
nipulasi simbol abstrak secara mental dan
untuk membuat keputusan dan menetap-
kannya secara logis dan valid. Setiap item
terdiri dari pernyataan dan kesimpulan.
Teste memilih apakah kesimpulan tersebut
benar, salah atau tidak mungkin ditentukan
(Manual EAS, 2005). EAS 10 dikembang-
kan berdasar pada dua ide yaitu tes yang
dikembangkan oleh Robert C. Wilson yang
mengukur kemampuan mengevaluasi hu-
bungan simbolik dan ide kategori respon
yang tidak jelas seperti pada EAS 7.
Modifikasi yang dilakukan adalah dengan
‘mengurangi instruksi verbal untuk memini-
malisasi aspek verbal dalam tes ini (Ruch &
Ruch, 1963). Symbolic reasoning merupa-
kan salah satu tes penalaran dalam bentuk
deduksi. Deduksi berkaitan dengan peng-
gambaran kesimpulan dalam silogisme
logis (Nunnally, 1970). Dalam hal ini
kemampuan berkaitan dengan evaluasi im-
plikasi dari sebuah pemyataan yang berisi
simbol-simbol. Pada subtes EAS 10, indi-
vidu diminta memilih kesimpulan dari
hubungan antara simbol-simbo! yang telah
diungkapkan sebelumnya.
Tes EAS yang dapat digunakan seba-
gai dasar pertimbangan dalam seleksi kar-
yawan maupun panduan pekerjaan (career
counseling) merupakan sebuah nilai tambah
dalam dunia pengukuran terutama pengu-
kuran bakat di Indonesia, Tes EAS belum
digunakan secara luas di Indonesia, dise-
’
143.WIDIANA
babkan karena untuk tes EAS bentuk A,
meskipun sudah diterjemahkan, ke Bahasa
Indonesia tetapi belum ada penelitian yang
mendukung penggunaan tes EAS di Indo-
nesia secara menyeluruh, sedangkan tes
EAS bentuk B belum ade versi Bahasa
Indonesia.
Kebutuhan akan data-data. mengenai
parameter item dan reliabilitas tes mendo-
rong peneliti untuk berupaya melakukan
adaptasi terhadap tes EAS dan metakukan
analisis terhadap parameter item baik ting-
kat kesukaran, daya diskriminasi maupun
efektivitas distraktor serta terhadap reliabi-
litas tes, Hasil penelitian terhadap tes EAS
ini akan memiliki nilai aplikasi Karena
menjadi dasar bagi penggunaan tes EAS
secara luas di Indonesia.
Metode
Variabel dalam penelitian ini adalah
skor item dan skor tes Employee Aptitude
Survey (EAS) yang terdiri atas sepuluh
subtes. Skor item dan skor tes digunakan
dalam pengujian parameter item yang meli-
puti tingkat kesukaran item, daya diskrimi-
nasi item, dan efektivitas distraktor, serta
reliabilitas tes.
Partisipan
Tes EAS disusun untuk seleksi karya-
wan dan panduaa pekerjaan (career coun-
seling). Perencanaan karir pada umumnya
dimulai ketika siswa SMA berada di kelas
1, yaitu ketika siswa mulai menetapkan
pilihan jurusan (IPA, IPS, atau Bahasa)
yang akea ditempuh pada kelas 2. Langkah
tersebut kemudian dilanjutkan pada kelas 3
ketika siswa mengerucutkan lagi karirnya
144
dalam pemilihan jurusan di Perguruan
Tinggi. Oleh karena itu, partisipan sebagai
sumber data skor item dan skor tes EAS
dalam penelitian ini adalah siswa SMA di
Kota Yogyakarta,
Jum{ah partisipan secata keseluruhan
berjumlah 471 orang, yaitu: 55 orang parti-
sipan dari SMA 9 terlibat pada ujicoba
tahap I, 156 partisipan berasal dari SMAN
11 terlibat dalam ujicoba tahap Il, sedang-
kan sisanya sebanyak 260 partisipan dari
beberapa SMA terlibat ujicoba tahap ITI.
Prosedur
BAS disusun dalam bentuk altematif
tes A dan tes B, Penelitian ini akan meng-
adaptasi EAS bentuk B dengan pertim-
bangan bahwa EAS bentuk B belum ada
versi Bahasa Indonesianya schingga hasil
adaptasi nantinya akan mempunyai nilai
guna.
Adaptasi dilakukan baik secara isi
maupun konteks. Proses adaptasi yang dila-
kukan adalah:
1. EAS disusun dalam bentuk embar
habis pakai, yaitu: lembar jawaban
menyatu dengan soal. EAS hasil adap-
tasi dibuat terpisah antara lembar soal
dengan lembar jawaban dengan pertim-
bangan efisiensi,
2. Adaptasi pada semua subtes dilakukan
dengan mengubah instruksi menjadi
instruksi dengan Bahasa Indonesia dan
mengubah nama subtes menjadi nama
dengan Bahasa Indonesia,
3. Adaptasi pada subtes BAS 1 dilakukan
dengan mengubah nama subtes menjadi
pemahaman kata. EAS 1 versi Bahasa
Indonesia terdiri atas beberapa item dari
EAS versi Bahasa Inggris, sedangkan
selebihnya dilakukan penulisan itemEMPLOYEE APTITUDE SURVEY (EAS) SEBAGAT ALTERNATIF TES BAKAT
baru. Penulisan item baru didasari oleh
pertimbangan bahwa item versi Bahasa
Inggris apabila diterjemahkan ke -Ba-
hasa Indonesia menjadi tidak mengukur
konstrak bakat verbal comprehension
karena terlalu mudah. Sebagian besar
item EAS 1 disusun dengan berdasar
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Poerwodarminto, 1986) dan Kamus
Sinonim Antonim (Mulyono, 2007).
Adaptasi pada subtes EAS 2 dilakukan
dengan mengubah nama subtes menjadi
kemampuan numerik. Perubahan yang
lain adalah pada alternatif jawaban E.
Altemnatif jawaban E pada item versi
Bahasa Inggris berupa tanda X yang
berarti tidak ada jawaban yang benar.
Perubahan yang dilakukan adalah
mengganti tanda X dengan SS yang
berarti sermua jawaban salah.
Adaptasi pada subtes EAS 3 dilakukan
dengan mengubah nama subtes menjadi
pengamatan visual.
Adaptasi pada subtes EAS 4 dilakukan
dengan mengubah nama subtes menjadi
kecepatan dan ketelitian visual. Peru-
bahan yang lain adalah pada alternatif
jawaban. Alternatif jawaban disesuai-
kan dengan alternatif jawaban yang
familiar dengan orang Indonesia, Alter-
natif jawaban pada item versi Bahasa
Inggris berupa huruf S (same) apabila
kedua pasangan angka adalah sama dan
huruf D (different) apabila kedua pa-
sangan angka adalah tidak sama, Peru-
bahan yang dilakukan adalah meng-
ganti huruf D dengan huruf B (beda).
Adaptasi pada subtes EAS 5 dilakukan
dengan mengubah nama subtes menjadi
visualisasi ruang.
Adaptasi pada subtes EAS 6 dilakukan
dengan mengubah nama subtes menjadi
penalaran numerik.
9. Adaptasi pada subtes EAS 7 dilakukan
dengan mengubah nama subtes menjadi
penalaran verbal, Adaptasi pada item
subtes EAS 7 dilakukan dengan mener-
Jemahkan item ke Bahasa Indonesia dan
menyestaikan dengan konteks Indo-
nesia, misalnya dalam hal nama orang,
nama jalan, dan nama benda. Adaptasi
juga dilakukan dengan mengubah alter-
natif jawaban sesuai dengan alternatif
jawaban yang familiar dengan orang
Indonesia. Alternatif jawaban pada item
versi Bahasa Inggris berupa huruf T
(rue) apabila kesimpulan adalah benar,
huruf F (false) apabila kesimpulan ada-
lah salah, dan huruf X apabila tidak
cukup informasi untuk menyatakan
apakah kesimpulan benar atau salah.
Perubahan yang dilakukan adalah
mengganti huruf T dengan huruf B
(benar), mengganti huruf F dengan
huruf $ (salah), serta mengganti huruf
X dengan ? (tanda tanya).
10. Adaptasi pada subtes EAS 8 dilakukan
dengan mengubah nama subtes menjadi
Kelancaran verbal. Perubahan yang lain
adalah pada huruf yang menjadi stimu-
lus awal kata, Pada versi Bahasa Ing-
gris huruf yang menjadi stimulus awal
kata adalah huruf S, C, atau M, Pada
versi Bahasa Indonesia, huruf yang
menjadi stimulus awal kata adalah
huruf $ dan K, Kedua twruf tersebut
diperoleh dengan cara menghitung jum-
lah huruf terbanyak yang munecul pada
buku cerita anak. Buku yang digunakan
berjudul Tarzan Kota (Supangkat,
2005). Peneliti menghitung, huruf yang
muncul pada halaman dengan kata
terbanyak yaitu halaman 7, 15 dan 23.
11. Adaptasi pada subtes EAS 9 dilakukan
dengan mengubah nama subtes menjadi
kecepatan dan ketelitian gerakan,
a
145WIDIANA
12, Adaptasi pada subtes EAS 10 dilakukan
dengan mengubah nama subtes menjadi
penalaran simbolik. Perubahan yang
lain adalah pada alternatif jawaban,
Alternatif jawaban disesuaikan dengan
alternatif jawaban yang familiar dengan
orang Indonesia. Alternatif jawaban
pada item versi Bahasa Inggris berupa
huruf T (#we) apabila kesimpulan ada-
lah benar, huruf F (false) apabila
kesimpulan adalah salah dan ? (tanda
tanya) apabila tidak mungkin ditentu-
kan apakah kesimpulan benar atau
salah, Perubahan yang dilakukan adalah
mengganti buruf T dengan huruf B
(benar) dan mengganti huruf F dengan
hhuruf S (satan).
13, Pada subtes yang tidak mengandung
unsur verbal, yaitu EAS 2, BAS 3, EAS
4, EAS 5, EAS 6, BAS 9, dan EAS 10,
item digunakan sama dengan aslinya.
Pengujian Kualitas Item dan Tes
Pengujian kualitas item dan tes difaku-
kan dengan menguji taraf kesukaran item,
daya diskriminasi item, efektivitas distrak-
tor, dan reliabilitas tes. Hesil pengujian
akan menjadi dasar pertimbangan bentuk
akhir tes EAS hasil adaptasi, Berikut ini
prosedur pengujian kualitas item dan tes
yang akan dilakukan:
1. Taraf Kesukaran Jtem
Penelitian ini menggunakan taraf kesu-
karan item sebagai dasar_menyusun
kembali urutan item. Item disusun
berurutan mutai dari item yang mudah
sampai dengan item yang sulit. Taraf
kesukaran item diperoleh dengan meng-
hitung indeks p dengan software
iteman. Penggunaan indeks p sebagai
indikator taraf kesukaran item didasari
146
pertimbangan bahwa indeks p menun-
jukkan proporsi partisipan yang menja-
wab dengan benar sehingga lebih mus
dah dipatami.
. Daya Diskriminasi Item
Daya diskriminasi item dianggap me-
muaskan apabila memilili daya diskri-
minasi > 0,3. Daya diskriminasi item
diketahui dengan menghitung korelasi
point biserial dengan sofware iteman.
Penggunaan korelasi point biserial
didasari oleh pertimbangan bahwa skor
yang diperoleh dalam penetitian ini
adalah skor dikotomi yang berasal dari
jawaban benar atau salah serta korelasi
point biserial relatif lebih stabil dari-
pada korelasi biserial.
Efektivitas Distraktor
Delapan subtes akan dianalisis efekti-
vitas distraktornya dalam penelitian ini,
yaitu: EAS 1, EAS 2, EAS 3, EAS 4,
EAS 5, BAS 6, EAS 7, dan EAS 10,
Dua subtes yaitu EAS 8 dan EAS 9
tidak dapat dianalisis efektivitas dis-
traktornya karena tidak memiliki dis-
traktor. Analisis efektivitas distraktor
dilakukan dengan menghitung korelasi
point diseria’ untuk masing-masing
alternatif jawaban dengan software
iteman. Penggunaan korelasi point bise-
vial didasari oleh pertimbangan bahwa
skor yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah skor dikotomi yang berasal
dari jawaban benar atau salah dan kore-
lasi point biserial relatif lebih stabit
daripada korelasi biserial.
Reliabilitas
Pendekatan yang digunakan dalam
mengestimasi reliabilitas dalam peneli-
tian ini adalah pendekatan konsistensi
internal dan pendekatan bentuk paralel.
Pendekatan konsistensi internal dipilih
untuk mengestimasi reliabilitas denganEMPLOYEE APTITUDE SURVEY (EAS) SEBAGAT ALTERNATIF TES BAKAT
pertimbangan partisipan hanya dikenai
satu. kali pengetesan sehingga lebih
efisien dan tidak terjadi efek bawaan.
Pendekatan konsistensi internal dengan
formula a digunakan untuk beberapa
EAS yaitu EAS 1, EAS 2, BAS 3, EAS
4, EAS 5, EAS 6, EAS 7, dan EAS 10.
Pendekatan bentuk paralel dignakan
pada EAS 8 dan EAS 9. Pada EAS 8
dilakukan dua kali penyajian yaitu
pertama dengan huruf $ kemudian
dengan huruf K. Pada EAS 9 skor
dipisahkan antara baris ganjil dan baris
genap. Perhitungan reliabilitas dilaku-
kan dengan software SPSS 13.
Hasil
Ujicoba tahap | dilakukan khusus pada
subtes EAS | pemahaman kata (verbal
comprehension). Pelaksanaan ujicoba tahap
1 khusus untuk subtes EAS 1 didasari
pertimbangan bahwa subtes EAS 1 disusun
sendiri oleh peneliti dengan mengumpulkan
kata-kata dalam Bahasa Indonesia sehingga
sebelum disajikan pada partisipan yang luas
perlu diujicobakan dulu pada sekelompok
partisipan untuk mengetahui gambaran
awal kualitas item.
Ujicoba tahap 1 dilakukan dengan
menyajikan EAS 1 pada 55 orang partisipan
yaitu siswa SMAN 9 kelas XI dan XII.
Hasil ujicoba menunjukkan bahwa dari 30
item yang disusun peneliti tingkat kesu-
karan (P) antara 0,000 sampai dengan
0,964, dengan rerata tingkat kesukaran
sebesar 0,438. Daya beda ivem (ris) antara
9,008 sampai dengan 0,564. Parameter item
baik tingkat kesukaran, daya beda maupun
efektivitas distrakior menjadi dasar untuk
memperbaiki item yang telah diujicobakan.
Item yong diperbaiki adalah item yang
memiliki tingkat kesukaran sebesar 0,00,
daya beda di bewah 0,2 serta item yang
memiliki distraktor dengan ry. positif.
Tiem-item yang diperbaiki adalah item
nomor 3, 5, 6, 7, 11, 12, 14, 18, 19, 22, 24,
25, 27, 28, 29. dan 30. Perbaikan dilakukan
dengan mengubah alternatif jawaban dan
menyusun ulang urutan penyajian item
herdasar tingkat kesukaran item. Item
disusun malai dari item yang mudah sampai
item yang sukar dengan pertimbangan agar
testee termotivasi dalam mengerjakan.
Ujicoba tahap 2 kembali dilakukan
khusus untuk subtes EAS 1 dengan pertim-
bangan masih banyak item dari subtes EAS
1 yang perlu diperbaiki berdasarkan hasil
ujicoba tahap I. Ujicoba tahap II dilakukan
dengan menyajikan kembali EAS subtes 1
yang telah diperbaiki pada 156 orang
partisipan yaitu: siswa SMA N 11 kelas XT.
Hasil ujicoba menunjukkan bahwa dari 30
item yang disusun peneliti tingkat kesu-
karan (P) antara 0,013 sampai dengan 0,
994 dengan rerata tingkat kesukaran sebe-
sar 0,427. Daya beda item (74p;) antara
0,057. sampai dengan 0,511. Berdasar
analisis terhadap parameter item, dilakukan
perbaikan item. Perbaikan item dilakukan
dengan mengubah alternatif jawaban. Jtem
yang diperbaiki adalah item nomor 6, 20,
21, 25, 28. Item kemudian disusun ulang
berdasar tingkat kesukaran.
EAS 1 hasil perbaikan serta 9 subtes
EAS yang lain kemudian disajikan pada
partisipan penelitian yaitu 260 orang siswa
SMA kelas XI dan XII. Urutan penyajian
dimulai dari EAS 8 dengan stimulus huruf
S selama 5 menit. Subtes yang disajikan
kedua adalah EAS 9 selama 5 menit. Subtes
EAS 8 kemudian disajikan lagi selama 5
menit, namun kali ini dengan stimulus
huruf K. Penyajian EAS 8 sebanyak dua
kali dimaksudkan untuk mendapatkan data
.
147WIDIANA
reliabilitas tes, Subtes EAS 1, EAS 2, EAS
3, EAS 4, EAS 5, EAS 6, EAS 7 berurutan
disajikan dengan waktu masing-masing 5
menit, kecuali EAS 2 disajikan dalam
waktu 10 menit dengan perincian 2 menit
untuk bagian J, sedangkan bagian II dan IIL
masing-masing 4 menit. Subtes yang disa-
jikan terakhir adalah subtes 10 dengan
waktu 5 menit.
Dasar pertimbangan EAS 8 dan EAS 9
disajikan di awal adalah subtes EAS 8
relatif mudah, sedangkan EAS 9 membu-
tuhkan kondisi yang masih segar. Langkah
berikutnya adalah metakukan scoring ter-
hadap jawaban partisipan. Data yang dipe-
roleh kemudian dianalisis untuk mendapat-
kan informasi mengenai parameter item
yang meliputi tingkat kesukaran, daya beda,
dan efektivitas distraktor, serta reliabilitas
tes.
Hasil analisis data menunjukkan rerata
tingkat kesukaran item dari subtes EAS 1,
EAS 2, EAS 3, EAS 4, EAS 5, EAS 6, EAS
7, dan EAS 10 antara 0,467 sampai dengan
0,622. Subtes EAS 8 dan BAS 9 tidak dapat
dianalisis tingkat kesukaran item-nya. Gam-
baran rangkuman tingkat kesukaran item
serta rerata tingkat kesukaran item seleng-
kapnya ditunjukkan pada tabel 3 di bawah
ini.
Tabel 3
Tingkat Kesukaran Item
Subtes __ Tingkat Kesukaran Item Rerata Tingkat Kesukaran Item.
EAS 1 0,035 — 0,985 0,467
EAS 2 0,038 - 0,985 0,614
EAS 3 0,046 — 0,981 0,595
EAS 4 0,008 - 1,000 0,612
EAS 5 0,031 - 0,981 0,595
EAS 6 0,104 — 0,992 0,622
EAS7 0,015 - 0,931 0,485
EAS 10 0,127 - 0,958 0,507
Daya beda item tentang rangkuman daya beda item pada
Daya beda item dilihat dari besamya
korelasi point biserial (rypis). Gambaran
subtes EAS 1 hingga subtes EAS 10,
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4 di
bawah ini,
Tabel 4
Daya Beda Item *
Subtes Daya Beda Item
EAS 1 0,015 — 0,421
EAS2 0,021 - 0,622
EAS3 0,110- 0,701
EAS 4 9,008 - 0,774
EAS 5 0,158 - 0,693
EAS 6 0,198 - 0,552
EAS 7 0,068 - 0,507
EAS 10 0,142 - 0,570
148EMPLOYEE APTITUDE SURVEY (EAS) SEBAGAI ALTERNATIF TES BAKAT
Efektivitas Distraktor
Distraktor yang perlu diperbaiki pada
BAS 1 adalah item nomor 28 pada
distraktor C, item nomor 29 pada distraktor
C serta item nomor 30 pada distraktor C
Distraktor yang perlu diperbaiki pada EAS
2 bagian I adalah izem nomor 1 pada
distraktor B, item nomor 2 pada distraktor
E, item nomor 9 pada distraktor C, item
nomor 19 pada distraktor A & C, ilem
nomor 20 pada distraktor A, C & D, item
nomor 21 pada distraktor C & E, item
nomor 22 pada distraktor E, item nomor 24
pada distraktor A. Distraktor yang. perlu
diperbaiki pada EAS 2 bagian U adalah
item nomor 16 pada distraktor B, item
nomor 21 pada distraktor A. Distraktor
yang perlu diperbaiki pada EAS 2 bagian
IM] adalah item nomor 12 pada distraktor A,
item nomor 13 pada distraktor B & C, item
nomor 15 pada distraktor C.
Distraktor pada EAS 3 tidak mungkin
diperbaiki karena antara satu izem dengan
yang lain saling berhubungan, Distraktor
pada satu item menjadi jawaban pada item
yang Distraktor pada EAS 4 tidak
mungkin diperbaiki karena alternatif jawa-
bannya hanya dua, yaitu: benar dan salah.
Pada EAS 5 distraktor 10 pada semua
rapa item disttaktor yang tain ada yang
tidak dipilih, namun tidak dapat dihilang-
kan ataupun diperbaiki karena alternatif
Jewaban untuk semua item adalah sama.
Distraktor yang perlu diperbaiki pada EAS
6 adalah item nomor | pada distraktor B,
item nomor 16 pada distraktor D, dan item
nomor 17 pada distraktor E.
Distraktor pada EAS 7 dan EAS 10
tidak mungkin diperbaiki Karena alternatif
jewabannya hanya benar, salab dan tidak
dapat ditentukan,
Reliabilitas Tes
Reliabilitas untuk EAS 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, dan 10 diketahui dengan menghitung
koefisien alpha (a). Reliabilitas untuk EAS
8 diketahui dengan menghitung korelasi
antara hasil tes EAS 8 yang disajikan dua
kali yaitu hasil tes dengan stimulus huruf $
dengan hasil tes EAS 8 dengan stimulus K.
Reliabilitas tes EAS 9 diketahui dengan
menghitung korelasi antara total skor
partisipan pada baris ganjil dengan total
skor partisipan pada baris genap. Gambaran
rincian nilai reliabilitas dan error standard
untuk masing-masing subtes EAS seleng-
kapnya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah
item tidak ada yang memilih. Pada bebe- ini.
Tabel 5
Reliabilitas dan Error Standar
Subtes Reliabilitas Varians Error Standard
EAS 1 0,402 8,971 2,316
EAS 2 0,927 133,777, 3,125
EAS3 0,843 19,256 1,739
EAS 4 0,968 345,121 3,323
EAS 5 0,924 81,029 2,482
EAS 6 0,671 7,236 1,543
EAS7 0,749 16,907 2,060
EAS 8 0,704 104,881 5,572
BAS 9 0,937 8172,480 22,691
EAS 10 0,760 21,848 2,290
149WIDIANA
Subtes BAS 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 10
kemudian dihitung kembali reliabilitasnya
setelah dihilangkan item-item yang memi-
Tabel 6
liki daya beda (7,4) < 0,300. Gambaran
reliabilitas masing-masing subtes, seleng-
kapnya dapat dilihat pada tabel 6.
Reliabilitas dan Error Standard Item dengan Daya Beda >0,300
Subtes___Reliabilitas Varians Error Standard
EAS | 0,533 3,887 1,347
EAS 2 0,929 115,633 2,865
EAS3 0,861 15,235 1,455
EAS 4 0.973 295,797 2,826
EAS 5 0,925 78,235 2,422
EAS 6 0,679 5,055 1.274
EAS7 0,764 12,263 1,701
EAS 8 0,704 104,881 5,572
EAS 9 0,937 8172,480 22,691
EAS 10 0,776 14,676 1,813
Profil Partisipan nilai z, yaitu: dengan mengurangkan skor
Profil partisipan disusun sebagai salah
satu cara untuk mempermudah interpretasi
techadap hasil tes. Profil partisipan dipe-
roleh dengan mengubah skor mentah men-
jadi skor standar dengan mempethatikan
rerata dan deviasi standar. Penggunaan skor
standar didasari oleh pertimbangan jumlah
item pada masing-masing subtes tidak
sama, sehingga perlu dihitung skor standar
agar skor antar subtes dapat dibandingkan.
Langkah pertama dalam menghitung
tes yang diperoleh dengan rerata, kemudian
hasilnya dibagi dengan deviasi_standar
(Gregory, 2000). Nitai z akan bergerak dari
-3 sampai dengan 3.
Beberapa sistem skor terstandar di-
kembangkan untuk mengubah nilai 2 agar
menjadi positif. Salah satu sistem skor
terstandar adalah T-Score (Gregory, 2000).
Rumus T-Score adalah sebagai berikut : 7
Score = 50 + 10 z. Gambaran contoh nilai z
dan skor terstandar safah satu partisipan,
selengkapaya dapat dilihat pada tabel 7 di
skor standar adalah dengan menghitung — bawah ini.
Tabel 7
Skor Partisipan A
Berdasar Jumlah Item Awal * Berdasar Jumlah Item Akhir
Subtes Skor 1.) Skorstandar —Skor 4.14; Skor standar
Mentah (T-Score) __ Mentah (F-Score)
EAS 1 1 -1,068 39 4 -0,71 42
EAS 2 58,774 58 41 0,744 37
EAS3 23 1,176 62 16 1,099 61
EAS 4 91 -0,044 50 38 -0,070 49
EAS 5 33071 58 33 0,806 58
EAS6 130,208 52 8 0,369 54
150EMPLOYEE APTITUDE SURVEY (EAS) SEBAGAI ALTERNATIF TES BAKAT
Berdasar Jumlah Item Awal Berdasar Jumlah tem Akhir
Subtes ~ Skor | Skor stander Skor =|. Skor standar
7
Mentah Ni “ er-score) —_Mentah_ Nill“ (r-scare)
EAS? 10-1100 40 6 -lai4 38
FASS 45-0117 49 45.0117 49
EAS9 —-301.——-1,816 33 301 1,683, 33
EAS10 201,023 60 9 0,389 54
Diskusi Hasil analisis daya beda item menun-
Hasil analisis tingkat kesukaran item
menunjukkan bahwa rerata tingkat kesu-
karan item pada subtes EAS | adalah 0,467
yang menunjukkan item-item subtes EAS 1
cenderung sulit dibanding item-item pada
subtes-subtes yang lain. Rerata tingkat ke-
sukaran item subtes EAS 6sebesar 0,622
yang menunjukkan item-item subtes 6 cen-
derung mudah dibanding item-item pada
subtes-subtes yang lain.
Rerata tingkat kesukaran item masing-
masing subtes menunjukkan item-item tes
EAS memiliki tingkat kesukaran yang
sedang. Tingkat kesukaran item yang
diperoleh mendukung fungsi dari tes EAS
yang ditujukan untuk mengukur bakat
secara umum. Murphy dan Davidshofer
(4991) menyatakan bahwa jika tes didesain
sebagai pengukuran umum dari variabel
kontinu, maka digunakan item dengan
indeks kesukaran item sckitar 0,5.
Jtem-item di nomor akhir subtes EAS 4
cenderung Sulit. Hal tersebut dipengaruhi
oleh karakteristik subtes EAS 4 yang
menuntut kecepatan dalam mengerjakan
tes. Partisipan yang berhasil mengerjakan
semua item dalam subtes EAS 4 hanya 1
dari 260 orang. Sedikitnya partisipan yang
berhasil menyelesaikan sampai ifem-item di
nomor akhir mempengaruhi besar kecilnya
indeks tingkat kesukaran item pada item-
item tersebut.
jukkan bahwa pada masing-masing subtes
terdapat item-item dengan daya beda item
lebih rendah dari 0,3 sehingga perlu di-
buang. Jumlah item pada masing-masing
subtes setclah dikurangi item dengan daya
beda lebih rendah dari 0,3 tidak sama.
Jumlah item terbanyak terdapat pada subtes
EAS 4 yaitu 84 item, scdangkan jumiah
item paling sedikit pada subtes EAS | dan
EAS 6 yaitu 11 item. Meskipun jumlah item
akhir lebih sedikit dari jumlah item awal,
namun waktu penyajian untuk masing-
masing subtes tidak dikurangi, Pertim-
bangan yang mendasari adalah skor yang
paling banyak muncul pada setiap subtes
berkisar antara 12 (40% dari jumlah ifem
seluruhnya) pada EAS 10 sampai dengan
14 (70% dari jumlah ifem seluruhnya) pada
EAS 6,
Jumlah item yang tidak sama antara
satu subtes dengan yang lain menjadi pet-
timbangan dikembangkannya skor standar
dalam menginterpretasi profil hasil tes yang
membandingkan hasil tes antar subtes. Skor
standart adalah pengubahan skor menttah ke
dalam bentuk penyimpangan dari mean
dalam satuan deviasi standar (Azwar,
2007a),
Hasil analisis reliabilitas menunjukkan
reliabilitas tertinggi sebesar 0,973 dengan
error standard 2,826 yaitu pada subtes
EAS 4. Koefisien reliabilitas 0,973 menun-
jukkan ‘bahwa variasi yang tampak pada
151WIDIANA
skor subtes tersebut mampu mencerminkan
97,3% dari variasi skor murni partisipan,
sehingga dapat dikatakan 2,7% dari variasi
skor tampak disebabkan oleh variasi error
pengukuran. Reliabilitas terendah sebesar
0,533 dengan error standard 1,347 yaitu
pada subtes EAS 1. Koefisien reliabilitas
0,533 menunjukkan bahwa varias! yang
tampak pada skor subtes tersebut mampu
mencerminkan 53,3% dari variasi_skor
murni partisipan, sehingga dapat dikatakan
46,7% dari variasi skor tampak disebabkan
oleh variasi error pengukuran. Namun
demikian, kadang-kadang suatu. koefisien
yang tidak begitu tinggipun masih dianggap
cukup berarti, terutama bila tes yang ber-
sangkutan digunakan bersama-sama dengan
tes-tes lain dalam suatu perangkat (baterai)
pengukuran (Azwar, 2007b),
Simpulan
Hasi! penelitian ini menunjukkan
bahwa secara umum tes EAS yang disusun
dalam budaya Amerika dapat diadaptasi
menjadi alat ukur tes bakat employee yang
nilai diagnostik di Indonesia.
Tes EAS hasil adaptasi masih perlu
diteliti lebih lanjut. Bagi peneliti yang ter-
tarik untuk melakukan kajian yang lebih
mendalam mengenai tes EAS dapat mene-
liti lebih lanjut mengenai:
1. Validitas prediktif (criterion related
validity) untuk mengetahui kemampuan
prediksi tes EAS dalam career coun
seling bagi siswa SMA.
2. Penulisan kembali isem-item pada Tes
Pemahaman Kata untuk memperbaiki
reliabilitas tes.
3. Perbaikan tethadap beberapa distraktor
pada Tes Kemampuan Numerik sesuai
dengan hasil analisis parameter item.
1s2
4, Parameter item khusus Tes Kecepatan
dan Ketelitian Visual, mengingat subtes
ini termasuk speed fest schingga perlu
dilakukan ujicoba tanpa batasan waktu
untuk mengetahui parameter item ter-
utama pada item-item nomor akhir.
5, Penyusunan norma sebagai dasar inter-
pretasi hasil tes EAS.
6. Penerapan EAS dalam seleksi kerja,
mengingat tes EAS disusun untuk dua
tujuan yaitu seleksi kerja dan career
counseling.
Bagi yang akan menggunakan tes EAS
hasil adaptasi disarankan untuk menyajikan
tes EAS dengan waktu yang sama yaitu 5
menit untuk EAS 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. dan
10. Sedangkan EAS 2 disajikan .dalam
waktu 10 menit yang terbagi menjadi 2
menit untuk bagian I, 4 menit untuk bagian
H serta 4 menit untuk bagian III. Kesepuluh
subtes dapat disajikan semua maupun bebe-
rapa subtes sesuai dengan kebutuhan. Peng-
guna dapat menyusun norma kelompok
sebagai dasar pertimbangan interpretasi
hasil tes EAS.
Daftar Pustaka
Azwar, S. (2007a). Tes prestasi (2°! ed).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2007b), Reliabilitas dan vali-
ditas (3" ed.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
* Employee Aptitude Survey Technical Ma-
nual, (1994). California: Psychological
Services.
Ginting, H. (2005). Description and use of
the EAS. Makalah disajikan dalam
Seminar & Workshop Intellectual
Assessment, Bandung.
Gregory, R. I. (2000). Psychological testing
Q% ed.). Singapore: Allyn and Bacon,EMPLOYEE APTITUDE SURVEY (EAS) SEBAGAI ALTERNATIF TES BAKAT
Haydel, $. B. (2007). The effect of gender
and athletic experience on spatial
ability test scores. Retrieved 2007,
Juni 21, from hitp//www.Clearing
house.missouriwestern.edu/manuscript
s/219.asp
Kolz, A. R, McFarland, L. A, &
Silverman, S. B. (1998). Cognitive
ability and job experience as predictors
of work performance, Journal of
Psychology, 132, 539-548,
Manual Employee Aptitude Survey (EAS).
(2005). Bandung: Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha,
Mulyono, S, (2007). Kamus sinonim anto-
nim. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Mumford, M. D., Supinski, E. P.,
Baughman, W. A., Costanza, D. P., &
Threlfall, K. V., (1997). Process based
measures of creative problem solving
skills: V. overall prediction. Creativity
Research Journal, 10, 73-85.
Mumford, M. D., Marks, M. A., Connelly,
M. S,, Zacarro, J, S., & Johnson, J.P.
(1998), Domain based scoring of
divergent thinking tests: Validation
evidence in an occupational sample.
Creativity Research Journal, 11, 151-
163.
Murphy, K. R., & Davidshofer, C. 0.
(1991). Psychological testing: Princi-
ples and application. New Jersey:
Prentice Hall.
Nunnally, J. C. (1970). Tntroduction to psy-
chological measurement. Kogakusha:
McGraw Hill.
Organt, G. J., (1975). Employee testing and
the selection of schoo! support pers-
onnel; A validation study. Education,
96, 40-45,
Poerwodarminto, W. J. S. (1986). Kamus
umum bahasa indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, .
Ruch, F. L., & Ruch, W, W. (1963),
Employee aptitude survey. Los
Angeles: Psychological Services.
Supangkat, E. (2005). Seri tito: Tarzan
kota, Yogyakarta: Kanisius.
Thumin, F. J. (1993). Predictor validity as
related to criterion _ relevance,
restriction of range, and ethnicity.
Journal of Psychology, 127, 553-563.
153