Anda di halaman 1dari 18

Bagaimana Chevron, Texaco dan Pemerintah Indonesia Membentuk Transaksi

Untuk Menghindari Milyaran Pajak Penghasilan di Amerika Serikat

Pendahulan
Kegunaan paper ini adalah untuk menjelaskan trnasaksi, kesepakatan dan metode
akunting yang telah diterapkan dan sepertinya terus diterapkan oleh Chevron, Texaco,
untuk mengurangi pembayaran pajak di Amerika Serikat. Tujuan utama kami adalah
untuk memungkinkan para pelajar, mahasiswa dan para pembuat kebijakan untuk dapat
memahami struktur transaksi dan akunting kontroversial yang luas, yang dapat terjadi
saat perusahaan multinasional besar bekerja sama dengan pemerintah asing untuk
menghindari pajak Amerika Serikat. Tujuan lainnya adalah untuk memacu petugas pajak
federal dan Negara bagian untuk menguji kembali tatanan ini.
Walaupun Chevron Texaco telah menjadi satu kesatuan gabungan pada 9 Oktober 2001,
selama bertahun-tahun Chevron dan Texaco beroperasi sebagai perusahaan terpisah,
dimana masing-masingnya memiliki 50 persen dari grup perusahaan yang terutama bukan
perusahaan Amerika Serikat, yang secara kolektif dikenal sebagai Caltex. Transaksi yang
dilakukan dibuat sedemikian sehingga perusahaan subsider Chevron dan Texaco
membayar minyak mentah Indonesia dengan harga di atas harga pasar, yang
menyebabkan pendapatan Amerika Serikat lebih rendah dan pendapatan Indonesia lebih
tinggi dan juga pajak-pajak yang terkait. Tanpa adanya bentuk-bentuk kompensasi
tertentu, pengelola Chevron dan Texaco mungkin telah melanggar pertanggung jawaban
mereka kepada para pemegang saham jika mereka secara sengaja merubah pendapatan
dari tingkat pajak marginal A.S yang lebih rendah menjadi tingkat pajak marginal
Indonesia yang lebih tinggi.
Caltex menjual produksi minyak Indonesianya hanya kepada perusahaan subsider
Chevron dan Texaco, yang disebut dengan offtaker, pada harga sekitar $ 4.55 lebih tinggi
dari pada harga pasaran yang wajar. Dividen khusus dibayarkan oleh Caltex baik kepada
Chevron maupun Texaco, bergantung pada firma offtaker mana yang membeli minyak
dengan harga mahal yang lebih banyak. Harga diatas harga pasaran tersebut menciptakan
pendapatan dividen tambahan (dengan kredit pajak asing) dan biaya pengurangan
penjualan yang dilaporkan atas pengembalian pajak penghasilan A.S.
Offtaker: subsidiari A.S. dari Chevron maupun Texaco yang membeli minyak mentah
melalui Caltex. Dengan membayar harga yang diatas harga pasar untuk minyak ini,
terjadi peningkatan biaya barang yang dijual, yang mengurangi pengembalian pajak
penghasilan A.S. dari Chevron dan juga Texaco.
Secara kasar, kami memperkirakan bahwa tatanan seperti ini memungkinkan Chevron
dan Texaco secara bersamaan, untuk menghindari sekitar $8.6 milyar pajak penghasilan
federal dan $433 juta pajak penghasilan Negara bagian selama periode 39 tahun yang
berkahir pada 31 Desember 2002, tidak termasuk tambahan bunga dan penalti potensial.
Pada tahun 1998 IRS mengeluarkan suatu Technical Advice Memorandum (selanjutnya
disebut dengan TAM) yang menginjinkan tatanan seperti ini, dengan kemungkinan hasil
bahwa perusahaan lain yang beroperasi di Negara asing akan menerapkan teknik serupa
(IRS 1998). Kami mengakui tidak memahami logika yang mendasari keputusan TAM,
dan bertanya-tanya apakah pengaruh dari industri minyak tingkat nasional dalam
kebijakan pemerintah A.S dan/atau kemungkinan tujuan geopolitis A.S untuk mendukung
pemerintah Indonesia-lah yang memegang peranan. Namun alasan yang demikian tidak
kemudian dapat membenarkan penggunaan perubahan harga, penerimaan minyak yang
tidak dilaporkan, dan pengembalian biaya yang dikarakerisasi dengan Dividen khusus,
yang tidak legal, dimana kesemuanya melanggar hukum A.S. IRS menguji namun juga
memutuskan untuk tidak melitigasi kasus ini, dan justru memilih menyelesaikan dengan
Chevron dan Texaco secara terpisah di luar pengwajaran. Namun demikian, jika
pengwajaran menemukan adanya penipuan pajak, seluruh tahun yang terlibat akan di
buka kempali untuk perhitungan ulang, yang berakibat pada potensi penjatuhan penalti
yang besar serta bunga akibat tambahan penundaan pajak apapun.
Pandangan Umum Atas Penerapan Peraturan Pajak A.S.
Kredit Pajak Asing
Kredit pajak asing dirancang untuk menetralisir pengaruh dari tumpang tindih penerapan
aturan pajak multi-negara terhadap penghasilan yang sama. Saat penghasilan asing
menjadi sasaran pajak A.S, kredit ini memungkinakan pembayar pajak A.S untuk
mengurangi liabilitas pajak federalnya dengan menurunkan jumlah pajak penghasilan
asing yang dibayarkan atau dianggap telah dibayarkan (IRC bagian 901) atau pajak A.S
atas penghasilan tersebut (IRC bagian 904). Dengan demikian, kredit ini terbatas pada
bagian pajak A.S yang berasal dari penghasilan asing yang termasuk dalam pengembalian
pajak penghasilan federal. Dengan kata lain, walaupun bagian 901 kredit pajak asing
tampak seperti menghilangkan multi perpajakan atas penghasilan yang sama, bagian 904
“batasan kredit pajak asing” dirancang untuk menjaga paling tidak perpajakan tunggal,
sehingga yang mempengaruhi pembayar pajak A.S tetap sama dengan pembayar pajak
asing dan pembayar pajak domestic lainnya.
Departemen Keuangan lebih jauh mengklarifikasi kredit yang berlaku dalam bagian 901,
pembayarannya harus memenuhi definisi “pajak” atas penghasilan [Reg. Bagian 1.901-
2(a)(1)]. Secara khusus, peraturan ini memberikan pengertian bahwa pajak adalah “suatu
pembayaran yang wajib dibayarkan pada pihak yang berwenang atas Negara asing
terhadap pajak” [Reg. bagian 1.901-2(a)(2)(i)]. Lebih jauhnya, untuk dapat dikualifikasi
sebagai pajak pendapatan, “karakter dominant dalam pajak asing [harus] merupakan
pajak penghasilan dalam pandangan A.S.” [Reg. bagian 1.901-2(a)(3)]. Selanjutnya, yang
berhak menyatakan kredit pajak asing, Reg. bagian 1.901-2(e)(5) mempersyaratkan
aturan ini (tidak dilaporkan di sini), kami menyimpulkan bahwa pembayaran yang
dilakukan oleh Caltex terhadap pemerintah Indonesia tidak memenuhi semua uji yang
diperlukan untuk mengkualifikasinya sebagai pajak yang dapat dikredit.
Perubahan Harga dan Dividen
IRC bagian 482 memberi kekuatan kepada komisioner IRS untuk merelokasi pendapatan
diantara pembayar pajak yang terkait jika para komisioner meyakini bahwa relokasi yang
demikian diperlukan untuk menggambarkan pendapatan secara jelas atau untuk
mencegah penghindaran pajak. Pengertian Reg. Bagian 1.482-1(b)(1) menjelaskan:
Kegunaan bagian 482 adalah untuk menempatkan pembayar pajak terkontrol pada
kesetaraan pajak dengan pembayar pajak tidak terkontrol, penghasilan sejati yang dapat
diambil pajaknya dari bisnis atau pemilikan pembayar pajak terkontrol.... Standar yang
diterapkan dalam setiap kasus yang dihadapi oleh pembayar pajak tidak terkontrol sama
dengan yang diterapkan pada pembayar pajak tidak terkontrol lainnya.
Dengan demikian, saat transfer harga yang tidak wajar terjadi, IRS memiliki hak dan juga
tanggung jawab untuk mengembalikan harga sebagaimana jika kelompok tersebut tidak
terlibat. Dalam pemahaman yang sama, bagian 301(a) dari Internal Revenue Code (IRC)
A.S menyatakan bahwa hanya bagian dari distribusi yang dibuat “dengan
mempertimbangkan saham” yang dapat diambil pajaknya sebagai dividen. Jika
pemnbayar pajak gagal untuk dapat menentukan dengan tepat jumlah dividen bagian 301,
IRS dan system pengwajaran dapat turut campur untuk menentukan apakah distribusinya
merupakan dividen atau merupakan pengembalian modal. Perbedaan ini penting dalam
kasus ini, karena, berbeda dengan dividen, pengembalian modal tidak menghasilkan
kredit pajak asing. Dalam kasus ini, jumlah yang ditemukan sebagai pengembalian modal
sangat penting.
Konsolidasi dan Dividen Untuk Kegunaan Pajak dan Laporan Keuangan
Sebelum merger yang mereka lakukan pada tahun 2001, baik Chevron maupun Texaco
tidak mengkonsolidasi pernyataan keuangan Caltex ke dalam laporan keuangannnya.
Baik Chevron maupun Texaco melaporkan 50 persen kepemilikannya atas Caltex sebagai
perusahaan afiliasi dan menghitung investasinya dengan menggunakan metode equity. Di
bawah metode equity, baik Chervron maupun Texaco, sebagai investor, mengakui 50
persen sahamnya sebagai pendapatan Caltex. Metode equity meningkatkan investasi yang
diperoleh melalui pendapatan saham dan mengurangi investasi yang diperoleh dari
dividen yang diterima.
Setelah dipilih, Chervron dan Texaco harus meneruskan membukukan pengembalian
pajak konsolidasi federal A.S. yang meliputi hasil dari subsidiari, terkecuali subsidiari
asing atau yang memiliki kurang dari 80 persen, seperti Caltex, tidak disertakan dalam
kelompok konsolidasi. Untuk mereka yang investisasi equity-nya tidak disertakan dalam
pengembalian pajak konsolidasi, pendapatannya biasanya berasal dari perolehan dividen,
karena kodek pajak A.S tidak mengenali metode equity. Untuk kegunaan pajak federal,
distribusi yang diterima adalah (1) pendapatan dividen hingga sejauh dimana perusahan
yang terdistribusi memiliki “penghasilan dan keuntungan (Earning and Profit, E&R)”
yang positif, (2) pengembalian yang tidak dapat diambil pajaknya atas modal investasi
hingga sejauh basis investor dalam equity investasi dan (3) pendapatan capital untuk
semua distribusi dalam kelebihan basis. E&P adalah konsep pajak atas kemampuan
membayar-dividen yang dalam cara tertentu merefleksikan istilah akuntansi keuangan
“retained earning” (IRC bagian 312), walaupun E&P biasanya berbeda dengan retained
earning. Akurasi komputasi E&P terpengaruh saat (halaman terpotong) nilai. IRC bagian
482 memberikan koreksi penyesuaian yang dapat mempengaruhi basis pajak Chevron
dan Texaco.
Saat investor A.S seperti Chevron atau Texaco menerima pendapatan dividen dari suatu
investee asing yang tidak dikonsolidasi (seperti Caltex), investor juga menerima kredit
pajak asing hingga sejauh dimana pajak penghasilan yang harus dibayarkan atas
pendapatan tersebut (IRC bagiam 902) termasuk dalam batasan kredit pajak asing. Sejak
undang-undang reformasi pajak (Tax Reform Act), batasan kredit pajak asing telah
diterapkan secara terpisah kepada masing-masing tipe atau “keranjang” pendapatan yang
berbeda-beda, tanpa memandang Negara tempat dimana pajak asing tersebut dibayarkan.
[IRC bagian 904(d)]. Dengan demikian, batasan kredit asing ini diterapkan secara
terpisah terhadap “keranjang” pendapatan ekstraksi minyak dan gas (IRC bagian 907),
kredit pajak asing demikian yang dihasilkan di Negara berpajak tinggi, dapat diperoleh
sebagai tambahan liabilitas pajak A.S yang meningkat saat pendapatan minyak dan gas
ini dihasilkan di Negara berpajak rendah.
Transaksi dan Akuntingnya
Istilah Kontrak
Kontrak sederhana mendasari transaksi Chevron/Texaco/Pemerintah Indonesia.
Pemerintah Indonesia membawa minyak ke meja penawaran dan Caltex membawa
kemampuan untuk mengambil dan menjualnua. Kelompok tersebut setuju bahwa minyak
akan dibagi antara perusahaan yang seluruhnya dimiliki pemerintah Indonesia, Pertamina
dan Caltex dengan cara pembagian saham, setelah mengizinkan Caltex memenuhi biaya
operasinya dan memberikan minyak yang cukup pada Pertamina untuk memenuhi
kebutuhan minyak dalam negri (Hom, 1994, paragraph 14). Dengan kata lain, hal yang
pertama dilakukan atas minyak yang dijual, adalah untuk menutupi biaya yang diperlukan
Caltex dan keuntungannya, atau “keuntungan minyak”, dibagi dalam bentuk persentase
antara Pertamina dan Caltex (Hom, 1994; IRS 1998). Sepanjang tahun perjanjian, rasio
pembagian setelah pajak berubah dari rasio awal yaitu, 60 persen untuk pemerintah
Indonesia dan 40 persen untuk Caltex menjadi 70/30 dan akhirnya 88/12, karena
Indonesia meminta 88 persen output minyak. Caltex menjual minyak bagiannya ke
perusahaan subsidiari yang seluruhnya dimiliki oleh Chevron dan Texaco –“offtaker” –
sehubungan dengan kebutuhannya akan minyak.
Kontrak kerja (Contract of Work, COW) tahun 1963 antara Caltex dan Indonesia
dinyatakan dalam istilah setelah-pajak, sehingga menggabungkan saham atas
“keuntungan minyak” Indonesia dengan pendapatannya, yang diterima sebagai kolektor
pajak (Hom 1994, paragraf 13; IRS 1998, dibawah “Facts”). Walaupun sulit untuk
memastikan kapan dan atas inisiatif siapa harga penjualan pemerintah (Government Sales
Price, GSP) bukan harga pasar dimulai, kami mengetahui bahwa COW menerapkan GSP
yang lebih mahal (Hom, 1994, paragraf 16). Kontrak Pembagian Produksi (Production
Sharing Contract, PSC) dinegosiasi pada tahun 1971 untuk menggantikan COW yang
tanggal kadaluarsanya dijadwalkan pada tahun 1983 (Hom 1994, paragraph…19; IRS
1998, dibawah “Facts”). Pada tahun 1978 sebelum PSC efektif, IRS merubah aturan
kredit pajak asing. Aturan pendapatan pemerintah 78-222 menghilangkan kreditabilitas
pajak PSC di bawah tahun 1971 terutama karena PSC meminta Pemerintah Indonesia
untuk menerima pajak Caltex dari Pertamina dan bukan dari Caltex langsung (Hom,
1994, paragraf 22; IRS 1998, di bawah “Renegotiation of the COW and the PSC”).
Pada tahun 1971 PSC digantikan dengan PSC baru yang tidak mempengaruhi pembagian
keuntungan minyak setelah pajak antara pemerintah Indonesia dengan Caltex. Tanpa
merubah perjanjian yang mendasarinya, PSC yang direvisi mengganti istilah basis
sebelum pajak dengan secara nyata membagi bagian Indonesia antara keuntungan minyak
dan pajak. Untuk mempertahankan kreditabilitas pajak Indonesia, PSC yang direvisi
menyaratkan Caltex untuk membayar pajak Indonesianya secara langsung kepada
pemerintah Indonesia; hal ini merevisi praktik awal yang membuat Pertamina
“membayar” pajak Caltex dari bagian pembagian minyaknya (Hom, 1994, paragraf 47-51
dan 54; IRS 1998, dibawah “Renegotiation of the COW and the PSC”). Sebagai hasilnya,
di bawah PSC baru ini, bagian keuntungan Caltex sebelum pajak berubah menjadi 22.7
persen, sama dengan 12 persen awal dibagi dengan 1 dikurangi dengan tingkat pajak
Indonesia 56 persen [.12/(1-.56) = .2727].
Akunting Dasar Berdasarkan Harga Pasaran yang Wajar
Skenario berikut ini menggambarkan kontrak Indonesia-Caltex nyata namun asumsi
produksi hanya 3.667 barel “keuntungan minyak” yang memiliki nilai pasar $20 per
barel. Kegunaan skenario ini adalah untuk menjelaskan bagaimana seharusnya kebutuhan
pajak dan akuntansi keuangan atas tatanan ini telah dikenali, pada nilai pasar $20.
Penyederhanaan menjadi barel tunggal atas keuntungan minyak yang dialokasikan pada
Caltex (3.667*0.2727 = 1) memungkinkan implikasi perhitungannya tetap utuh, karena
baik jumlah barrel sebenarnya maupun harga minyak pasar yang wajar pada berbagai titik
waktu dapat ditentukan secara retrospektif. Lebih jauhnya, jumlah kelebihan harga yang
dilaporkan dalam dokumen pengadilan, ditambah dengan harga minyak pasar yang wajar,
jumlah barrel yang sebenarnya, serta pembayaran “dividen” (repatriasi), dapat digunakan
untuk menentukan jumlah pajak penghasilan A.S per tahun yang dihindari. Sebagaimana
digambarkan dalam Tabel 1, identitas pembeli tidak relevan jika transaksi dilakukan pada
harga pasar yang wajar. Pada awalnya, kami berasumsi bahwa Chevron membeli 60
persen minyak Caltex, Texaco membeli sisa 40 persennya, dan kedua kelompok tersebut
membayar Caltex sebesar $20, yang merupakan tingkat harga basis per-barel yang wajar.
Sebagaimana dijelaskan di atas, revisi PSC yang menjadi aktif pada tahun 1983 memberi
Indonesia bagian atas keuntungan minyak sebesar 72.73 persen dan mengizinkan Caltex
untuk memiliki 27.27 persen sisanya, sebelum membayar pajak Indonesianya. Karena
biaya telah dipertimbangkan dalam menentukan 3.667 barel “keuntungan”, keuntungan
pra-pajak Indonesia yang diperoleh Caltex adalah $20.00 dari (0.2727*3.667*$20.00),
dan Caltex memiliki sisa sebesar $8.80 setelah membayar pajak penghasilan Indonesia
sebesar 56 persennya yaitu $11.20. Sebagai pemegang saham 50 persen, Chevron dan
Texaco harus mendapat masing-masing setengah bagian atas bagian distribusi
keuntungan paska-pajak Indonesia.
Selama periode 31 tahun dari tahun 1970-2000 dimana pernyataan keuangan telah
dikumpulkan, Caltex mendistribusikan rata-rata setiap tahunnya 86 persen
keuntungannya sebagai dividen. Dengan menerapkan rasio 86.1 persen ini ke dalam
keuntungan paska pajak Indonesia sebesar $8.80 sebagai contohnya, masing-masing
pemegang saham seharusnya, rata-rata menerima dividen sejumlah $3.79 dari
($8.80*.861*.50). Karena dividen ini dibawa kembali ke A.S., baik Chevron maupun
Texaco dapat memperoleh dolar-untuk-dolar kredit pajak asing A.S, yang termasuk
dalam batasan, yang sama dengan bagian masing-masing pemegang saham atas pajak
penghasilan Indonesia yang wajib dibayarkan atas dividen yang diterima. Kami
berasumsi bahwa batasan kredit pajak asing tidak efektif atau hanya efektif secara
sebagian, karena Chevron melaporkan tidak ada kredit pajak asing dalam catatan kaki
pajak laporan keuangannya antara 1977 hingga 200. Sebaliknya, dimulai pada tahun
1979, Texaco secara konsisten melaporkan hal yang demikian. Pajak yang wajib dibayar
dihitung sebagai berikut: (1) menghitung jumlah keseluruhan dividen pra-pajak dengan
membagi dividen dengan 1 dikurangi dengan besaran pajak Negara asing [$3.79/
(1-.56)=$8.61], dan (2) mengalikan hasil ini dengan besaran pajak Negara asing
[$8.61*.56 = $4.82]. Dividen pra-pajak sebesar $8.61 harus disertakan dalam penghasilan
kotor federal A.S. yang diterima perusahaan dan kerdit pajak asing sebesar $4.82
mengurangi liabilitas pajak A.S-nya (IRC 78).
Secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan di atas, Chevron dan Texaco masing-masing
menerima $5.60 atas ketrelibatannya dalam bisnis ini: $3.79 sebagai dividend an $4.82
sebagai kredit pajak asing dari pemerintah A.S., kurang dari $3.01 pajak penghasilan A.S
atas nilai dividen grossed-up (0.35*$8.61). Secara keseluruhan, Chevron dan Texaco
menerima $11.20 (2*$5.60). Mereka juga memiliki dividen dan kredit pajak asing yang
akan dapat diperoleh saat sisa penghasilan sebesar 13.9 persen yang belum
didistribusikan (100 persen – 86.1 persen), didistribusikan.
Akuntansi Caltex dan Chevron sebagaimana dijelaskan dalam IRS
Berkebalikan dengan akuntansi yang menggunakan harga transfer pasar yang wajar
sebagaimana dijelaskan di atas, bagian ini menjelaskan bagaimana Caltex, Chevron dan
Texaco menghitung transaksi ini, digambarkan dalam Gambar 1. Menyelidiki hingga
dokumen Chevron yang dalam (1984), The Economics Lifting Sumatran Crude, Caltex
dan Indonesia sepakat bahwa Caltex akan menjual minyaknya kepada offtaker subsidiari
dari perusahaan induknya pada harga diatas harga pasar, Indonesia-memberikan “harga
jual pemerintah” (GSP) (Chevron 1984; IRS 1998, di bawah “Renegotiation of COW and
PSC”). Secara khusus, Caltex mencatat penjualan minyaknya ke Chevron dan Texaco per
barel sebesar $4.55 di atas harga pasar yang wajar.
GSP: harga penjualan yang ditetapkan pemerintah Indonesia yang melebihi nilai pasar
yang wajar. Minyak dijual oleh Caltex ke offtaker Chevron dan Texaco pada harga GSP,
yang menyebabkan peningkatan pendapatan Indonesia dan penurunan pendapatan A.S.
Western hemisphere Allowance (WHA)
Untuk tiap barel yang dijual Caltex ke offtaker pada harga $4.55 di atas harga pasar,
Caltex membayar $2.55 ($4.55*0.56) ekstra ke pemerintah Indonesia sebagai pajak dan
menyisakan $2.00. Tanpa adanya suatu bentuk kompensasi, pembayar pajak tidak
memiliki alasan untuk memindahkan pendapatan dari yurisdiksi pajak sebesar 35 persen
ke yurisdiksi pajak sebesar 56 persen. Untuk memfasilitasi hal ini, pemerintah Indonesia
mengembalikan pajak Caltex sebesar $2.55 dalam bentuk minyak tambahan, yang disebut
dengan minyak Western Hemisphere Allowance (WHA) (IRS 1998, di bawah
“Renegotiation of COW and PSC”; Chevron 1984, 19 paragraf 7). Namun demikian,
karena minyak ini dengan sendirinya akan menjadi sasaran pajak saat dijual ke offtaker,
pemerintah Indonesia memberikan Caltex minyak yang cukup sehingga Caltex
mendaptkan $2.55 setelah pajak, dengan demikian Caltex mendapatkan seluruhnya (IRS
1998, di bawah “Renegotiation of COW and PSC”; Hom 1994, paragraph 56 dan 60).
Maka, dengan besaran pajak sebesar 56 persen, pemerintah Indonesia memberikan Caltex
minyak sebesar $5.80 dari [$2.55/(1-0.56)] untuk tiap barel yang dijual Caltex ke
offtakernya pada harga GSP yang lebih $4.55. $5.80 ini terdiri atas $3.25 untuk
membayar pajak 56 persen atas penjualan sebesar $5.80 minyak WHA ke offtaker dan
$2.55 untuk mengembalikan pajak tambahan yang dibayarkan Caltex akibat kelebihan
$4.55. Hal ini digambarkan dalam gambar 2.
Minyak WHA: minyak yang diberikan pada Caltex oleh Pertamina melebihi jumlah yang
disebutkan dalam kontrak pembagian produksi. Minyak ini mengembalikan seluruh pajak
penghasilan Indonesia yang diperoleh dari penggunaan harga transfer di atas harga pasar,
termasuk juga pajak penghasilan atas WHA itu sendiri.
Jumlah WHA besar pada waktu tersebut. Salah satu cara untuk memahami besaran WHA
adalah dengan mempertimbangkan memorandum pada Juni 1983 yang mem[erkirakan
bahwa bagian Chevron dalam WHA adalah sebesar $520,000 per haru, atau $189.8 juta
per tahun (Hom 1996, N). Memorandum tersebut menentukan bahwa tuntutan atas $15
juta atas pendapatan Chevron yang dibukukan bernilai sebesar $189.8 juta minyak. Pada
bulan januari 1986, saat jumlah HA mengalami peningkatan atas perbedaan yang
semakin besar antara harga pasaran yang jatuh dengan harga GSP yang tetap, Caltex
memberitahukan pengelola Chevron dan Texaco bahwa produksi minyak tidak cukup
untuk memenuhi “kompensasi” WHA yang diperlukan (Hom 1996, L).
Di luar keuntungan yang diterima Caltex dari WHA, harga jual GSP menghasilkan dua
pengaruh mitigasi-pajak untuk Caltex dan perusahaan induknya, yaitu: (1) peningkatan
pendapatan Caltex di Indonesia serta pajak yang terkait dengannya, menghasilkan kredit
pajak asing A.S lebih banyak, dan (2) penurunan pendapatan offtaker Chevron dan
Texaco di A.S. Kami mengamati masing-masing pengaruh ini secara bergantian, dengan
terus menggunakan contoh di atas sebagai dasar diskusi.
Penggunaan harga GSP
Asumsikan lagi bahwa Caltex memproduksi 3.667 barel minyak keuntungan yang
didistribusikan sebesar 0.7273 ke pemerintah Indonesia (2.667 barel) dan 0.2727 ke
Caltex (1 barel), sesuai dengan PSC. Sebagaimana dijelaskan dalam TAM dan dalam
pernyataan Hom 91994, 1996), Caltex menjual keseluruhan bagiannya ke offtaker pada
harga GSP, yang rata-rata lebih tinggi $4.55 dibandingkan harga pasar. Jika offtaker
Chevron membeli 60 persen keuntungan minyak Caltex dan offtaker Texaco membeli 40
persen, Chevron membayar Caltex lebih $2.73 ($4.55*0.6) dan Texaco membayar Caltex
lebih ($4.55*0.4). Gabungan kelebihan pembayaran sebesar $4.55 meningkatkan pajak
Indonesia Caltex sebesar $2.55 dari ($4.55*0.56) dan juga meningkatkan keuntungan
paska pajak caltex dengan sisa sebesar $2.00 ($4.55-$2.55).
Kemungkinan hokum Indonesia telah dipaksa atau dipengaruhi bagaimana Caltex
memberi ahrga atas transaksinya dengan offtaker Chevron dan Texaco dan dengan
pemerintah Indonesia. Namun demikian, jika pendekatan pemberian harga yang
dipersyaratkan oleh hokum Indonesia bertentangan dengan informasi keuangan yang
diperlukan dalam mengisi IRS atau SEC, beberapa penyesuaian harus dibuat sebelum
memenuhi kebijakan Amerika ini. Bahwa dividen khusus bulanan tersebut dihitung dan
dibayarkan, merupakan bukti bahwa koreksi atas kelebihan harga GSP tersebut mungkin
dilakukan. Perhitungan dividen khusus ini akan dibahas selanjutnya.
Dividen khusus
Masalah equity utama timbul jika keuntungan paska pajak Caltex didistribusikan secara
merata ke 50/50 pemegang sahamnya, karena dalam contoh, Chevron membeli 60 persen
bagian minyak harganya lebih tinggi sedang Texaco membeli 40 persennya. Untuk
menyesuaikan kelebihan harga atas volume pembelian yang tidak sama, Chevron dan
Texaco mengarahkan Caltex untuk membayar “dividen khusus” setiap bulannya hanya ke
pada overlifter (IRS 1998 dibawah judul “Dividends”; Hom 1994 paragraf 69). Untuk
menghitung dividen khusus ini, Caltex pertama-tama mengurangi 56 persen pajak
Indonesia dari keuntungan pra-pajaknya berdasarkan pada harga GSP $24.55 (= harrga
pasar $20.00 ditambah $4.55). Dalam contoh yang melibatkan satu barel keuntungan
minyak diberikan dalam Tabel 2, yang memberikan caletx keuntungan sebesar $10.80
[$24.55*(1-0.56].
Deviden khusus: jumlah dolar yang dihitung dan dibayarkan per bulan oleh Caltex beik
ke Chervron maupun ke Texaco berdasarkan pada perusahaan mana yang membeli
minyak dengan harga yang lebih mahal, yang lebih banyak dibanding yang lainnya.
Secara rata-rata, sepanjang tahun 1970 jingga 2000, Caltex mendistribusikan 86.1 persen
keuntungannya tiap tahun. Asumsikan pada persentase distribusi ini, Caltex
mendistribusikan $9.30 ($10.80*0.861). untuk memberikan kompensasi pada Chevron
atas kelebihan harga minyak yang dibelinya secara relative dengan Texaco, Caltex
terlebih dahulu membayar Chevron dividen khusus yang setara dengan kelebihan
keuntungan caltex setelah pajak Indonesia yang diberikan oleh Chevron diatas bagian
yang diberikan oleh Texaco. Dalam contoh ini, karena Chevron berkontribusi atas $6.48
(60 persen dari $10.80) dan Texaco hanya berkontribusi atas $44.32 (40 persen dari
$10.80), Chevron menerima dividen khusus sebesar $2,16 ($10.80 dikurangi hasil 2 kali
dividen yang sama, $4.32). Setelah mengeluarkan dividen khusus sebesar $2.16 dari
jumlah distribusi total sebesar $9.30, sisa sebesar $7.14 dibagi sama besar antara Chevron
dan Texaco sebagai dividen regular.
Perlu diingat bahwa bagian dividen reguler sebesar $7.14 juga disebabkan oleh
pemberian harga barel ekuivalen yang dijual ke Chevron dan Texaco pada harga GSP.
Secara khusus, $0.66 dari dividen reguler masing-masing pemilik saham sebesar $3.57
berasal dari pemberian harga pada GSP ($4.55/$24.55*$3.57). Secara keseluruhan,
berdasarkan pada rata-rata historisnya, Caltex hanya mendistribusikan 86.1 persen atau
hanya $9.30 dari total pendapatan setelah pajak sebesar $10.80, dan dalam contoh dimana
Chevron membeli 60 persen minyak, dan Texaco membeli 40 persennya, Chevron
menerima dividen sebesar $5.73 ($2.16 + $3.57) sedangkan Texaco menerima hanya
$3.57. Dengan demikian, pengaruh inflasi GSP juga terjadi pada pendapatan yang tidak
didistribusikan.
Pengaruh penggunaan harga GSP pada $24.55 bukannya harga pasae $20.00 ditunjukkan
dengan membandingkan hasil pada Tabel 3 dengan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Dari tiap barel keuntungan minyak yang diperoleh Caltex, Chevron saat ini mendapatkan
$8.46 atas keterlibatannya dalam bisnis ini: dimana $5.73 diperoleh seabgai dividen (dari
Tabel 2) dan $7.29 sebagai kredit pajak asing dari pemerintah A.S [$5.73/(1-0.56)*.56],
dikurangi $4.56 sebagai pajak penghasilan A.S atas jumlah dividen kasar [$5.73/
(1-.56)*.35]. Dengan demikian, dari tambahan kredit pajak asing saja, penggunaan harga
transfer GSP memberikan Chevron keuntungan paska-pajak bersih sejumlah $2.86 per
barel ($8.46 dikurangi $5.60, sebagaimana ditentukan dalam Tabel 1). Sama juga halnya,
Texaco saat ini mendapatkan keuntngan hanya $5.27 dari jumlah $3.57 sebagai dividen
dan $4.54 kredit pajak asing [$3.57/(1-0.56)*0.56], dikurangi $2.84 sebagai pajak
penghasilan federal [$3.57/(1-.56)*.35]. Yang menarik, karena adanya dividen khusus,
hal ini menghasilkan pengurangan bersih sebesar $0.33 dibandingkan dengan $5.60
keuntungan Texaco yang diperoleh dibawah perhitungan akuntansi yang dibahas dan
dijelaskan dalam Tabel 1. Secara bersamaan, asumsikan bahwa tidak satupun dari kedua
perusahaan yang dibatasi oleh batasan kredit pajak asing, maka saat ini Chevron dan
Texaco menerima $13.73 ($8.48 + $5.27), $2.53 lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah bersih yang mereka peroleh pada perhitungan di Tabel 1 yaitu $11.20.
Selanjutnya, kami mempertimbangkan dua aspek tambahan atas trransaksi-transaksi ini:
(1) biaya penjualan tambahan yang berasal dari pengembalian pajak domestik, dan (2)
“kompensasi” WHA dari pemerintah indonesia untuk tambahan pajak yang dibayarkan
oleh Caltex.
Deduksi Biaya Penjualan Tambahan
Di luar tambahan kredit pajak asing, keuntungan pajak yang kedua timbul dari
penggunaan GSP sebagai harga ternsfer minyak: adanya deduksi biaya penjualan yang
lebih besar yang tampak pada pengembalian pajak penghasilan federal dan negara bagian
Chevron dan Texaco. Untuk kegunaan pengembalian pajak, deduksi yang lebih besar ini
secara sebagian menurunkan, namun tidak mengurangi peningkatan pendapatan dividen
sebagaimana dijelaskan di atas yang terjadi jika pendapatan Caltex yang didstribusikan
saat ini hanyalah dividen. Karena Caltex mendistribusikan rata-rata hanya 86.1 persen
pendapatannya sebagai dividen, maka sekitar 13.9 persen sisanya tidak terdistribusi, yang
menghasilkan simpanan pajak federal tambahan akibat peningkatan deduksi biaya
penjualan. Untuk memperkirakan pengaruh ini, kami mengalikan rata-rata 35 persen
besaran pajak penghasilan federal perusahaan dengan hasil dari kelebihan pembayaran
GSP sebesar $4.55 dan rata-rata bagian pendapatan yang tidak didistribusikan, yaitu 13.9
persen. Rata-rata, Chevron dan Texaco mengurangi beban pajak penghasilan federalnya
melalui peningkatan deduksi biaya penjualan dengan $0.22 ($4.55*0.139*0.35) per barel
minyak yang dibeli dari Caltex pada harga GSP.
Untuk kegunaan pengembalian pajak penghasilan negara bagian, para offtaker
melaporkan deduksi biaya penjualan mereka di negara bagian dimana pendapatan
tersebut dialokasikan. Namun demikian, pendapatan dividennya mungkin dilaporkan di
negara bagian dimana perusahaan induknya berdomisili atau di negara bagian dimana
perusahaan tersebut beroperasi, bergantung pada aturan negara bagian dan pilihan
pembayar pajak. Meneruskan contoh yang dijelaskan di atas, dan asumsikan bahwa rata-
rata besaran pajak perusahaan adalah 6 persen, Chevron dan Texaco mengurangi pajak
penghasilan negara bagiannya sejumlah $.27 per barel yang dijual pada offtakernya
(kelebihan harga $4.55*.06 besaran pajak negara bagian).
Ringkasan
Dengan mengekstraksi minyak di Indonesia, pendapatan yang diperoleh Caltex di
Indonesia dapat diambil pajaknya secara saha oleh pemerintah Indonesia. Namun
demikian, jumlah pendapatan dan pajak Indonesia yang sebenarnya bergantung pada
pemberian harga yang wajar antara Caltex dan “offtaker” subsidiari Chevron dan
Texaconya yang membeli minyak. Dalam kasus ini, berdasarkan pada deklarasi
perjanjian melalui Kepala cabang IRS, TAM dan sejumlah dokumen Chevron dan Caltex,
diketahui bahwa Caltex menjual minyaknya kepada masing-masing offtaker pemegang
saham 50/50 pada harga yang ditetapkan $4.55 per barel lebih tinggi dibandingkan harga
pasaran yang wajar. Tentu saja, penggunaan GSP yang secara nyata berbeda dari harga
pasaran yang wajar saat ini telah diketahui hanya kepada pihak perpajakan yang
berwenang dan kelompok tertentu yang terlibat dalam transaksi – Caltex, Chevron,
texaco dan Pemerintah Indonesia.
Riwayat Audit dan Perkiraan Pajak yang Dihindari
Penyesuaian Audit, Perjanjian Awal dan TAM
IRS mulai mengaudit pajak Chevron antara tahun 1985-1987 pada awal tahun 1991.
setelah melalui proses audit yang panjang, Chevron melakukan perjanjian dengan IRS
pada tahun 1994 untuk pajak dari tahun 1979 hingga 1987 dengan membayar $675 juta
(Chevron 1995, FS-4). Perjanjian ini secara khusus meliputi jumlah dividen Chevron dari
Caltex, jumlah deduksi biaya penjualan minyak Chevron yang di beli dari Caltex, serta
perubahan jumlah kredit pajak asing berkaitan dengan perubahan dividend dan catatan
audit pajak yang paling tidak berjumlah $1.019 milyar, dimana $675 juta diantaranya
dibayarkan kepada IRS dan $344 juta dimasukkan kembali dalam pendapatan yang
dilaporkan dengan penjelasan ini:
Pda tahun 1994, penyesuaian pajak tahun sebelumnya, meningkatkan pendapatan
sejumlah $344 juta, termasuk kebalikan bersih pajak sejumlah $301 juta dan bunga bank
yang berasal dari kesepakatan global perusahaan dengan Internal Revenue Service untuk
masalah yang terkait dengan tahun 1979 hingga 1987 (Chevron 1995, FS-4).
Dengan demikian, melalui perkiraan Chevron sendiri, reduksi sejumlah $344 juta dalam
beban pajak mengindikasikan bahwa jumlah pajak, penalti dan/atau bunga yang
signifikan telah disepakati dalam perjanjian tahun 1994.
Beberapa masalah inti Chevron untuk jangka waktu antara tahun 1979 hingga tahun 1987
telah “diselesaikan” pada tahun 1994, namun IRS masih mempertanyakan apakah
Chevron pantas untuk menerima kredit pajak asing apapun atas perjanjiannya dengan
Caltex di Indonesia. Pada bulan oktober 1994 kantor distrik IRS menangani kasus yang
diminta oleh Technical Advice Memorandum dari kantor nasional. Kantor distrik ingin
tahu apakah kredit pajak Chevron yang berkaitan dengan Caltex seharusnya tidak
diberikan karena kantor ini meyakini bahwa, secara bersamaan, bahwa penggunaan harga
GSP, WHA dan dividen khusus membentuk transaksi yang mencurigakan:
Secara singkat dinyatakan untuk kepentingan pembahasan ini, kami meyakini bahwa dari
catatan yang ditemukan, kami akan menunjukkan bahwa kredit pajak asing yang diklaim
oleh Chevron tidak lain adalah merupakan suatu kepura-puraan dan “pajak” Indonesia
yang terkait dengannya tidak pernah dimaksudkan untuk hal lain kecuali untuk
mengalihkan perhatian IRS dan dengan demikian bukanlah pajak yang dapat dikreditkan
di bawah IRC 901,902,903, dan 904 (Hom 1994, paragraph 7), (dasar-dasar
ditambahkan).
Pada 29 Maret 1994, kantor distrik IRS mengeluarkan panggilan ke pengadilan yang
ditujukan untuk memperoleh beberapa dokumen inti dari Chevron yang diyakini
mendukung kecurigaan bahwa kredit pajak asing tidak patut diberikan. Chevron menahan
dokumen tersebut, beralasan bahwa mereka dilindungi oleh hak pengacara. Selanjutnya,
IRS mencari cara pemaksaan secara yudisial untuk dokumen yang dimintanya. Pada 25
Januari 1996, Hakim Magistrat F. Steele Langford menyatakan bahwa walapun sebagaian
besar dokumen yang diminta IRS memiliki hak khusus, 129 dari 648 dokumen
mengandung bukti “kriminalitas atau penipuan”. Secara khusus, dia menulis:
IRS berkeinginan untuk melihat dokumen tambahan yang akan menjelaskan kesepakatan
yang dibuat oleh CPI [Caltex] dan PN [Pertamina] untuk menipu IRS, dan menghindari
pajak A.S, misalnya,
1) GOI [Government of Indonesia], Pemerintah Indonesia melebihkan harga minyak
mentahnya…
2) Chevron dan Texaco selalu mengambil minyak mentah CPI [Caltex]….
Pengadilan ini secara menyeluruh dan hati-hati telah menelaah tawaran dukungan
pemerintah sebagai kemungkinan penyebab dan dokumen tersebut sendiri, yang
diberikan untuk telaah kamera.
Pengadilan memutuskan bahwa tawaran, sejalan dengan dokumen-dokumennya, cukup
mendukung temuan kemungkinan penyebab untuk meyakini bahwa satu atau lebih tinfak
criminal atau penipuan telah dilakukan atau dicoba untuk dilakukan dan bahwa
komunikasi antara pengacara dan klien atas permasalahan tersebut dibuat sebagai
kelanjutan atas tindak kriminal atau penipuan tersebut, termasuk juga menunjukkan
maksud kliennya [Chevron]. (Pengadilan distrik A.D 1996a) (dasar-dasar ditambahkan).
Baik IRS dan Chevron mengajukan banding atas keputusan Hakim Magistrat Langford.
Sebagai responnya, pada 13 Maret 1996, Hakim pengadilan distrik Sandra Brown
Armstrong menentukan bahwa tidak satupun dari 519 dokumen memiliki hak khusus,
berbeda dengan Langford dan mengatakan bahwa dia tidak menerapkan standar hukum
yang tepat (Pengadilan Distrik A.S 1996b). Lebih jauhnya, pada 30 Mei 1996, hakim
Armstrong mengklarifikasi bahwa hak khusus hanya untuk “bagian diskrit dan dapat
dipisahkan” atas masing-masing dokumen yang mengandung komunikasi yang ditujukan
untuk “kegunaan utama mencari saran legal” (Pengadilan Distrik A.S 1996c). Hakim
Armstrong juga menyatakan bahwa hak khusus tidak meliputi dokumen yang disiapkan
untuk telaah secara terus-menerus oleh personil legal maupun non-legal.
Pada bulan Februari 1998, setelah Chevron memberikan sebagian besar dokumen
kontroversialnya ke IRS namun sebelum kantor distrik IRS membawa kasus tersebut ke
pangadilan, kepala IRS nasional mengeluarkan TAM (IRS 1998). Dalam TAM terlihat
nyata bahwa kepala kantor nasional tidak memperdulikan atau melewatkan hal yang
dinyatakan kantor distrik mengenai transaksi kontroversial (Guttman 1998). Kepala
konsil juga memilih untuk tidak menujukan masalah yang timbul dari transaksi dan
kesepakatan multi sisi yang tidak sejalan dengan kontrak apapun. TAM justru secara
sederhana menyatakan bahwa kontrak antara Caltex dan pemerintah Indonesia akan
memiliki konsekuensi ekonomi yang nyata jika kesepakatan tersebut dipatuhi.
Mengulangi hal yang telah nyata disebutkan di awal paper ini, kami tidak memahami
alasan di balik keputusan ini.
Karena TAM yang dikeluarkan oleh kantor nasional IRS bersifat final, maka hal ini
menjadi dasar untuk menutup kesepakatan antara IRS dan Chevron [Reg 601.105(b)(5)
(vii)(a)]. Penutupan perjanjian yang seperti itu tidak dapat dibuka kembali untuk
membuat penyesuaian yang tidak menguntungkan bagi pembayar pajak, terkecuali: (1)
“terdapat bukti penipuan, kolusi, penyembunyian atau penyalahartian fakta materiil”, (2)
penutupan kesepakatan melibatkan adanya “kesalahan substansial yang nyata”, atau (3)
kegagalan untuk membuka kasus kembali akan menjadi “permasalahan administratif
yang serius” [Reg 601.105(b)(5)(vii)(j)(l)]. Analsis yang diberikan di atas menyatakan
bahwa paling tidak salah satu dari pengecualian ini ada. Jika demikian, maka
pertimbangan permasalahan menjadi pertimbangan keuntungan vs biaya: apakah
keuntungan atas pajak, penalti dan bunga akan melebihi biaya yang dikeluarkan untuk
menyelesaikan permasalahan ini di pengadilan? Untuk memulai menelaah hal ini,
berikutnya kami akan memperkirakan jumlah pajak yang terlibat, tidak termasuk penalti
dan bunga potensialnya.
Perkiraan jumlah pajak
Pengelola caltex melaporkan bahwa produksi minyak harian di Indonesia hamper selalu
konsisten sekitar 700,000 barel per hari sepanjang tahun 1970an dan awal 1980an (Hom
1996, P). Chevron (1984,4) menyatakan bahwa biaya yang diperlukan adalah sekitar 5
persen nilai produksi minyak. Maka, secara rata-rata, Caltex memproduksi 665,000 barel
keuntungan minyak per hari (0.95*700,000). Berdasarkan PSC, Caltex menerima
181,346 barel (27.27 persen) dan mendistribusikan sisa 483,654 barel ke Pertamina.
Dengan menggunakan data pada Tabel 4, kami memperkirakan pajak penghasilan federal
dan Negara bagian yang berhasil dihindari Chevron dan Texaco setiap harinya yaitu
sejumlah $633,194. Dari jumlah ini, bagian pajak penghasilan Negara bagian adalah
$30,375, sebagai berikut:
Deduksi biaya penjualan yang lebih tinggi
[(216,346 biaya dan keuntungan minyak + 51,058 barel WHA) * $4.55 kelebihan GSP *
0.06 besaran pajak Negara bagian)] $73,001
Dikurangi pengaruh dividen yang lebih besar
(181,346 barel keuntungan * $4.55 kelebihan GSP * 0.06 besaran pajak Negara bagian*
0.861 rasio pembayaran dividen) $42,626
Sama dengan: perkiraan pajak penghasilan Negara bagian yang
tersimpan setiap harinya $30,375
Jumlah perkiraan pajak penghasilan federal yang dihindari adalah jumlah sisa dari
perkiraan total pada Tabel 4, atau sejumlah $602,819 ($633,194 dikurangi $30,375).
Asumsikan bahwa hari operasional selama satu tahun sejumlah 365 hari, gabungan
jumlah perkiraan pajak penghasilan federal dan Negara bagian Chevron dan Texaco per
tahunnya berturut-turut berjumlah $220.0 juta dan $11.1 juta.
Tampaknya, aktivitas penghindaran pajak ini telah berlangsung paling tidak sejak 28
November 1963 (Hom 1994, paragraph 3) hingga tahun 2002, dengan demikian
menghasilkan jumlah perkiraan kasar sebesar $8.6 milyar dan $433 juta pajak federal dan
Negara bagia, secara berturut-turut, tidak termasuk penalti dan bunga. Perkiraan ini
mengasumsikan bahwa Caltex memiliki penghasilan dan keuntungan yang cukup untuk
mendukung adanya bagian dividen 301, serta kredit pajak asing yang terkait, untuk
distribusi dan tidak terkait dengan pengaruh harga GSP. Hingga sejauh distribusi tersebut
tidak berkaitan dengan pendapatan dan keuntungan positif Caltex setelah menerapkan
bagian 482, mereka harus dianggap sebagai pengembalian yang tidak bias diambil
pajknya atas modal yang tidak mendaptkan kredit pajak asing. Jika distribusi ini tidak
memperoleh jredit pajak asing, maka jumlah pajak federal atas permasalahan ini dapat
mengalami peningkatan secara subtansial.
Permasalahan perolehan kembali pajak
Secara umum, pengembalian pajak masih terbuka bagi pemeriksaan IRS hanya dalam
jangka waktu tiga tahun setelah mengisinya (IRC bagian 6501). Namun demikian, begitu
satu pemeriksaan atas pajak tahunan dimulai, pengembalian pajak tetap “terbuka” hingga
pemeriksaan ini ditutup. Karena sebagian besar pengembalian pajak perusahaan A.S
menggunakan beberapa bentuk audot IRS, beberapa pajak sebelum jendela tiga tahun ini
biasanya tetap dibuka pada waktu kapanpun. Seacra bertahap, seiring dengan
penyelesaian perbedaan antara IRS dan perusahaan, tahun pajak yang lebih tua menjadi
tertutup bagi pemeriksaan IRS dan penutupan ini mencegah IRS memperhitungkan
tamabhan pajak, bunga dan penalti yang terkait dengan tahun tersebut. Namun demikian
keberadaan penipua pajak dapat menghilangkan halangan ini dan membuka tahun pajak
yang telah ditutup inni untuk diperiksa [IRC bagian 6501(c)(1)]. Dengan kata lain, hal ini
merupakan penerapan prinsip yang sangat penting “matahari tidak pernah tenggelam
atas penipuan”.
Bagi pihak perpajakan yang berwenang, yang tertarik mengejar pajak potensial yang
belum dibayar apapun yang terkait dengan transaksi ini, permasalahannya adalah apakah
penipuan pajak benar-benar ada. Walaupun hal ini adalah pertanyaan fakta yang harus
dibuktikan di pengadilan, penelitian kami membuka tiga hal berikut yang memiliki
potensi relevan dengan temuan yang demikian:
Hakim Pengadilan Distrik Magistrat Langford menemukan bukti “tindak criminal atau
penipuan” dalam dokumen yang diajukan dalam tuntutan IRS
Analisis yang diberikan dalam paper ini menghubungkan harga transfer GSP, deviden
khusus dan akomodasi WHA terhadap simpanan pajak yang substansial menandakan
adanya penipuan pajak, dan
Chevron melakukan usaha dan biaya besar-besaran untuk menghindari pengeluaran
dokumen yang diyakini hakim Langford dan IRS mengandung bukti penipuan ini
(Guttman 1998).
Walaupun begitu, hal ini hanya menimbulkan pertanyaan yang perlu diselidiki dan tidak
tidak menghilangkan asumsi tidak bersalah hingga terbukti bersalah.

Anda mungkin juga menyukai