Anda di halaman 1dari 2

Adanya rencana Mendiknas untuk memajukan Ujian Nasional (UN) atau tidak, tak akan menjadi masalah

bagi siswa yang berkarakter pembelajar dan punya komitmen untuk selalu belajar. Tipe siswa seperti ini
akan istiqomah belajar, kapan pun dan dimana pun. Motivasi belajar mereka bukanlah hanya sekedar
karena akan menghadapi ujian saja. Mereka istiqomah belajar karena menganggap belajar adalah
sebuah kebutuhan, bukan kewajiban. Namun sayang, sedikit sekali kita temukan siswa yang mempunyai
karakter seperti itu, malah sebaliknya, kita lebih sering menemukan siswa yang berkarakter lain. Tidak
sedikit siswa yang hanya belajar diwaktu mereka akan menghadapi ujian saja dan sejenisnya. Jika hal ini
terus dibiarkan, UN bagi siswa semacam ini akan menjadi momok besar. Oleh karena itu, untuk
merekalah, tulisan ini ditujukan.

Kiat sukses UN disingkat dengan akronim alfabetis ABCDE. Pertama huruf “A”, Antusias. Kata ini berasal
dari bahasa asing en (di dalam), theos (Tuhan), isme (paham). Jadi, antusias bermakna ‘Tuhan ada di
dalam diri’ . Innallaha ma’ana. Jika antusias sudah merasuk ke dalam diri seseorang, maka siapapun akan
bersemangat dalam hidup dan menghadapi Ujian, meskipun, Ujian yang berat sekalipun. Datangnya
Ujian akan mereka sambut dengan sebuah keyakinan bahwa, mereka mampu menghadapinya dengan
segala persiapan yang sudah matang. Niat dan motivasi akan selalu menyala dari dalam diri mereka, tak
perlu lagi untuk diingatkan. Sebab, rasa antusias ini akan menjadi charger bagi diri masing-masing.
Permasalahannya adalah, bagaimanakah dengan kondisi belajar para siswa saat ini? Sudah siapkah
mereka?. Hal inilah yang harus kita pikirkan sebagai orang tua dan masyarakat umum.

Kedua huruf “B”, Belajar efektif. Karena waktu di kelas terminal, maka kelas VI SD/MI, kelas IX SMP/MTs,
dan kelas XII SMA/SMK/MA akan terasa sebentar dibanding kelas sebelumnya. Kemudian,
Bagaimanakah belajar yang efektif itu? Jawabannya adalah belajar secara fungsional dan global,
diantaranya; metode peta pikiran (mind mapping) sebaiknya diterapkan dalam catatan pribadi siswa
dengan tulisan warna-warni. Secara teori pendidikan, tulisan yang warna-warni, sangat membantu sekali
untuk mudah diingat. Berbagai sekolah telah lama mempersiapkan dengan drill latihan soal-soal disertai
dengan uji coba (try out) yang notabene tidak hanya sekali dua kali, namun berkali-kali dengan materi
terstruktur sejak kelas awal hingga akhir. Try out memang sengaja dibuat mirip dengan situasi yang
sesungguhnya atau yang biasa kita kenal dengan istilah simulasi. Sebab, cara ini dipandang efektif
selama model soal masih tetap pada ranah kognitif.

Ketiga adalah huruf “C”, Cara memenej waktu. Mengingat waktu yang singkat di kelas akhir, sudah
semestinya bagi siswa untuk bisa memenej waktu dengan sebaik-baiknya. Mau tidak mau harus disadari
bahwa, semua orang diberi anugerah waktu yang sama yakni, 24 jam dalam sehari semalam, 60 menit
tiap jamnya, dan 60 menit juga dalam setiap detiknya. Namun, mengapa hasilnya berbeda?. Jawabannya
mungkin terletak pada ketidakmampuan siswa dalam memenej waktu. Dalam teori accelerated learning
dijelaskan bahwa, emosi yang positif sangat membantu proses pembelajaran, belajar adalah berkreasi,
bukan mengkonsumsi, dan belajar membutuhkan keterlibatan seluruh anggota tubuh serta pikiran. Jika
mungkin, menjadikan belajar sebagai ‘hiburan’ juga diperbolehkan, sehingga siswa tidak akan merasa
tersiksa dengan belajar keras menjelang UNAS. Refreshing memang diperlukan saat suntuk belajar,
dengan konsekuensi tidak menyita waktu. Sebab kelak, bila menyesal karena tidak memanfaatkan waktu
secara baik, maka tidak akan bisa diulangi kembali ke masa lalu.

Keempat huruf “D”, Doa dan ibadah. Saat penulis sedang menyelesaikan tulisan ini, penulis teringat
ketika dulu ia masih duduk di bangku terakhir SMA Islam Sunan Gunung Jati Tulungagung. Ketika itu Ia
sering bertanya pada gurunya, “Pak, ada nggak ya doa yang ‘cespleng’ dan mujarab untuk bisa lulus
Ujian Nasional?”. Ketika pertanyaan itu muncul, sangat mungkin sekali bagi siswa untuk mendapatkan
jawaban yang tepat. Masalahnya, doa apakah dan oleh siapakah itu? Tentu doa kesuksesan dan doa
keselamatan dunia akhirat. Kemudian pertanyaan selanjutnya, siapa saja yang harus berdoa dan
beribadah? Tidak lain tidak bukan jawabannya ialah siswa yang bersangkutan, orang tua atau keluarga,
dan segenap warga sekolah. Jika doa bersama ini terlaksana, pasti akan menambah ketenangan bagi
siswa. Dan jika jiwa tenang, separuh kemenangan (kesuksesan) telah teraih.

Kemudian yang kelima huruf “E”, Empati. Doa yang menambah tenang, juga sebagai wujud kepedulian
pada siswa. Siswa sangat membutuhkan empati atau feeling in, minimal sekadar simpati atau feeling on
dari orang sekitar. Disinilah peran keluraga dan masyarakat untuk berempati guna membantu
menciptakan suasana rumah dan lingkungan yang kondusif untuk belajar.

Akhir kata, dengan kelima kiat di atas, semoga sukses dan bermanfaaat!

Anda mungkin juga menyukai