Anda di halaman 1dari 10

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknik Kultur Jaringan


Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur atau
tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda). Kultur
jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril,
ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan
dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak
diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Kultur jaringan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas,
jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi
invitro (didalam gelas).
Kultur jaringan/Kultur In Vitro/Tissue Culture adalah suatu teknik untuk
mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian
tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi
aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali.
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut
tissue culture. Kultur adalah budidaya, dan jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai
sifat seperti induknya. Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik
pemeliharaan jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang
dimaksud secara buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena
itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin, =
"di dalam kaca") karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan
Petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya.
Jadi, kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Yaitu teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut
dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh
dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari
teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.

B. Teori Dasar Kultur Jaringan


a. Sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama
dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut (Setiap sel berasal dari satu
sel).
b. Teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki
potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi
menjadi tanaman lengkap. Teori ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat
berkembang biak, karena seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan - jaringan
hidup.

C. Tipe-Tipe Kultur Jaringan Pada Tanaman


Kultur jaringan (tissue culture), sampai saat ini digunakan sebagai suatu
istilah umum yang meliputi pertumbuhan kultur secara aseptik dalam wadah yang
umumnya tembus cahaya. Sering kali kultur aseptik disebut juga kultur in vitro yang
artinya sebenarnya adalah kultur di dalam gelas.

Dalam pelaksanaannya dijumpai beberapa tipe-tipe kultur, yakni:


1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau
seedling.
2. Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya
menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun,
bunga, buah muda, inflorescentia, buku batang, akar dll.
3. Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan jaringan
(sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya.
4. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang menggunakan media
cair dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan
sel atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan
berupa kalus atau jaringan meristem.
5. Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas bagian
dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat
dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur
protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2
protoplas baik intraspesifik maupun interspesifik).
6. Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni:
kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur
pollen), ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.

D. Manfaat Teknik Kultur Jaringan Pada Tanaman


Merupakan cara yang paling baik mendapatkan bibit tanaman yang bebas
virus. Hal ini berdasarkan teori bahwa bagian tanaman tumbuh lebih cepat dari virus
yang menyerang bagian jaringan disekitarnya. Dengan kata lain, sel-sel disekitar
titik tumbuh sama sekali belum terinfeksi oleh virus. Dengan demikian menggunakan
teknik kultur jaringan akan bisa diperoleh tanaman baru yang bebas virus.
Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi, karena
dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk pembuatan obat-
obatan, yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kalus ataupun
protokormus, misalnya alkoloid, steroid, dan terponoid. Dengan ditemukannya cara
mendapatkan metabolit skunderdari kalus suatu eksplan yang di tumbuhkan dalam
medium kultur jaringan, maka berarti dapat menghemat waktu dan tenaga. Dengan
cara biasa, untuk mendapatkannya harus menunggu lama sampai tanaman cukup umur
bahkan sampai berproduksi hingga bertahun-tahun.

E. Metode Teknik Kultur Jaringan Pada Tanaman


Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak
tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau irisan
jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan
dipelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril.
Dengan cara demikian sebaian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami
proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan kedalam
medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap
dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari satu irisan kecil
suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi planlet dalam
jumlah yang besar.
Untuk mendapatkan varietas baru melalui kultur jaringan dapat dilakukan
dengan cara isolasi protoplas dari 2 macam varietas yang difusikan. Atau dengan
cara isolasi khloroplas suatu jenis tanaman yang dimasukkan kedalam protoplas jenis
tanaman yang lain, sehingga terjadi penggabungan sifat-sifat yang baik dari kedua
jenis tanaman tersebut hingga terjadi hibrid somatik.
Cara yang lain adalah dengan menyuntikkan protoplas dari suatu tanaman
ketanaman lain. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan
cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan
zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di
tempat steril.
Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan adalah
laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat
kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar
seperti, air listrik dan bahar bakar.

F. Tahapan-Tahapan Dalam Teknik Kultur Jaringan


Pada Tanaman
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat [endukung kehidupan
jaringan yang dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang
steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang
mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang
diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan
media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa
padatan gel, seperti agar. Nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi
yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu
bergerak, tergantung kebutuhan.
Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam
(eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan
tanaman hasil kultur jaringan ke lapang. Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan
serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan
tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri.

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur


jaringan adalah:

1) Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan
hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media
yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang
digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.

2) Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.

3) Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi kultur jaringan juga
harus steril.

4) Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
pada media. Ini dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan
gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan
pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.

5) Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar
yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna
putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).

6) Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan
serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap
serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan
lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan
bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Pada umumnya laboratorium kultur jaringan yang bergerak secara komersial tidak
melakukan penelitian tapi mengadopsi teknologi yang telah dihasilkan Institusi
Penelitian. Disamping itu biakan yang ada dibotol yang telah tanggap terhadap media
tumbuh dapat digunakan sebagai sumber bahan tanam bagi perbanyakan selanjutnya
melalui kultur jaringan.

Dari paparan tersebut di atas terbukti bahwa kultur jaringan merupakan


teknologi potensial dalam menunjang agroindustri, antara lain untuk perbanyakan
tanaman yang akan dieksploitasi secara luas. Dengan keseragaman pertumbuhan
tanaman yang tinggi di lapang akan mempermudah kegiatan pengolahan sebagai
industri hilir. Disamping itu, dengan bibit yang dihasilkan dapat bebas penyakit maka
dalam era globalisasi dapat memudahkan pertukaran antar negara.

G. Keunggulan Teknik Kultur Jaringan Pada


Tanaman dibanding teknik lain
Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan diaplikasikan terutama pada
tanaman-tanaman yang sulit dikembangbiakan secara generatif, akan dieksploitasi
secara besar-besaran (seperti lada, jahe, pisang, jati, kapolaga, panili, abaka,
berbagai tanaman obat dan tanaman hortikultura, pada tanaman tahunan penyerbuk
silang, (seperti jambu mente, cengkeh, melinjo, asam dan kapuk), pada berbagai
tanaman tahunan seperti tanaman kehutanan (jati, cendana) dan tanaman buah-
buahan. Pada tanaman-tanaman tersebut perbanyakan melalui kultur jaringan, bila
berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya,
seragam, dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan
bebas penyakit.
Bioteknologi pertanian dapat berperan besar dalam agroindustri baik di
sektor hulu maupun hilir. Ditinjau dari ruang lingkup peran kultur jaringan dalam
menunjang agroindustri adalah penyediaan bibit yang bermutu dan penciptaan
kultivar nggul.
Di negara-negara maju, produksi bibit dan penciptaan varietas unggul
dilakukan oleh industri benih, sehingga industri ini dapat dianggap sebagai industri
hulu yang mendukung agroindustri. Produksi bibit melalui kultur jaringan akan
menguntungkan untuk diusahakan secara komersial pada tanaman-tanaman yang sulit
diperbanyak secara generatif, bibit diperlukan dalam jumlah yang banyak atau
tanaman yang berumah dua. Perbanyakan melalui teknologi tersebut dapat
memberikan keuntungan antara lain bibit dapat diproduksi seragam dalam jumlah
banyak dengan waktu yang singkat dan bebas hama penyakit. Penggunaan bibit yang
memiliki keseragaman tinggi akan meningkatkan kapasitas produksi dan secara tidak
langsung memudahkan kegiatan pengolahan sebagai industri hilir dalam agroindustri.
Teknik kultur jaringan yang sudah dapat dikembangkan dalam menunjang
agroindustri antara lain untuk tanaman-tanaman jahe, jati, pisang, abaka, panili,
lada, nilam dan beberapa tanaman hias. Pada tanaman-tanaman tersebut masalah
utama yang dihadapi dalam pengembangannya adalah serangan penyakit dan
penyebaran penyakit yang cepat dari suatu daerah ke daerah lainnya umumnya
melalui bahan tanaman.
Ditinjau dari sudut agribisnis, produksi bibit melalui kultur jaringan bibit
yang dihasilkan dapat bebas penyakit dan memberikan beberapa keuntungan seperti
memperlancar masuknya bibit ke negara-negara pengimpor, meningkatkan hasil dan
mencegah penyebaran penyakit ke sentra-sentra produksi baru. Disamping itu
teknik kultur jaringan dapat memberikan jaminan yang lebih tinggi pada saat
permintaan akan bibit meningkat. Merupakan cara yang paling baik mendapatkan
bibit tanaman yang bebas virus. Hal ini berdasarkan teori bahwa bagian tanaman
tumbuh lebih cepat dari virus yang menyerang bagian jaringan disekitarnya. Dengan
kata lain, sel-sel disekitar titik tumbuh sama sekali belum terinfeksi oleh virus.
Dengan demikian menggunakan teknik kultur jaringan akan bisa diperoleh tanaman
baru yang bebas virus.
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau
seragam dengan induknya. Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk
mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat,
yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya.
Ditinjau dari sudut agribisnis, produksi bibit melalui kultur jaringan bibit yang
dihasilkan dapat bebas penyakit dan memberikan beberapa keuntungan seperti
memperlancar masuknya bibit ke negara-negara pengimpor, meningkatkan hasil dan
mencegah penyebaran penyakit ke sentra-sentra produksi baru. Disamping itu
teknik kultur jaringan dapat memberikan jaminan yang lebih tinggi pada saat
permintaan akan bibit meningkat. Perbanyakan tanaman secara klonal yang telah
dicoba diperbanyak melalui kultur jaringan antara lain pada tanaman jahe (Zingiber
officinale), touki (Angelica acutiloba), kapolaga (Eletaria cardamomum), Mentha sp.,
Geranium (Pelargonium graveolens dan P. tomentosum), panili (Vanilla planifolia),
abaka (Musa textilis), nilam (Pogostemon cablin), rami (Boechmeria nivea), lada
(Piper nigrum), pyrethrum (Chrysanthemum cinerarifolium), gerbera (Gerbera
jamesonii), seruni (Chrysanthemum morifolium), pulasari (Alyxia stellata), pule
pandak (Rauwolfia serpentina), temu putri (Curcuma petiolata), purwoceng
(Pimpinella pruatjan), inggu (Ruta angustifolia), daun dewa (Gynura procumbens),
beberapa tanaman pisang (Musa sp.) dan jati (Tectona grandis).
Dasar lain yang jadi pegangan adalah kenyataannya sel-sel meristematik
didaerah sekitar titik tumbuh punya potensi untuk berkembang menjadi tanaman
baru yang lengkap dengan akar, batang dan daun secara normal. Dalam kultur
jaringan, sepotong kecil bagian ujung tanaman jeruk yang ditumbuhkan dalam media
agar yang diperkaya dengan vitamin-vitamin, hormon tumbuh, supaya dapat
berkembang menjadi tanaman baru. Selanjutnya bibit yang telah jadi bisa ditanam
secara wajar di lapangan. Dan bila bibit tanaman ini dibudidayakan secara normal
tetap akan membawa daya tahan yang diturunkan kepada generasi-generasi
berikutnya.
Mula-mula perbanyakan secara kultur jaringan diprakarsai oleh James F.
Shepherd, seorang mahaguu bidang patologi denegara bagian Kansas, USA. Dengan
cara ini aia berhasil mendapatkan bibit kentang yang resisten terhadap phytophtora
infestans..Perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan memeiliki beberapa
keuntungan, yaitu diperolehnya bibit yang seragam dalam jumlah besar. Teknik ini
sangat bermanfaat untuk tanaman-tanaman yang diperbanyak secara vegatatif.
Adapun tanaman yang telah berhasil diperbanyak antara lain tanaman hias (misal:
anggrek dan mawar), tanaman obat (misal: purwoceng dan bidara upas), tanaman
berkayu (misal: jati dan cendana), serta tanaman buah-buahan (misal: pisang dan
manggis).

Secara rinci, kelebihan teknik kultur jaringan pada tanaman


1. Pengadaan bibit tidak tergantung musim
2. Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih
cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan
minimal 10.000 planlet/bibit)
3. Bibit yang dihasilkan seragam
4. Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
5. Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
6. Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan
lingkungan

H. Kendala Dalam Pengembangan Teknik Kultur


Jaringan Pada Tanaman
Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan oleh
para petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah mencoba
melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman memerlukan
keterampilan khusus dan harus dilatar belakangi dengan ilmu pengetahuan dasar
tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia dan pertanian. Dengan
demikian jelas akan amat sulit untuk diterima oleh kalangan petani biasa. Di samping
itu, pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak memerlukan laboratorium khusus,
walaupun dapat di usahakan secara sederhana (dalam ruang yang terbatas), namun
tetap memerlukan peralatan yang memadai. Kemungkinan lain petani akan merasa
enggan bekerja secara aseptik..
Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam
(eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan
tanaman hasil kultur jaringan ke lapang. Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan
serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan
tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri. Karena semua pekerjaan harus
dilaksanakan secara hati-hati dan cermat serta memerlukan kesabaran yang tinggi.
Biaya untuk mewujudkan perbanyakan tanaman secara in vitro ini juga sangat mahal,
kecuali kita meramu medium sendiri. Bila kita terpaksa harus membeli medium yang
sudah jadi (dalam kemasan) jelas akan sangat mahal, sebab medium yang sudah jadi
masih harus di impor dari luar negeri. Apalagi kita harus membeli saran untuk
perlakuan isolasi dan fusi protoplas, tentu biayanya akan bertambah besar. Enzim-
enzim yang digunakan dalam kultur jaringan juga masih dibeli dari luar negeri
seperti Jepang.

Secara rinci, kekurangan teknik kultur jaringan pada tanaman


1. Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar
2. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit.
3. Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium
khusus), peralatan dan perlengkapan.
4. Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur
jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan
5. Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh
Lepas semua dari kendala-kendala tersebut diatas, kita harus mengakui
bahwa teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan,
terutama untuk pengembangan bioteknologi.

Anda mungkin juga menyukai