Anda di halaman 1dari 26

Dampak Globalisasi Memasuki Abad Baru

Masa berubah, zaman berganti ! “Inna az zaman qad istadaara


Keadaan, sitausi dan kondisi senantiasa mengalami perubahan .
Begitulah Sunatullah. Yang Kekal hanyalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang membuat Sunnatullah itu saja. Aturan-aturan telah ditetapkan oleh
Allah, Maha Pencipta.
Menjelang berakhirnya alaf kedua dan memasuki abad baru – abad
keduapuluh satu --, sebagai awal Alaf Baru, suatu kenyataan adalah
terjadinya lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
pesat. Ditandai oleh lajunya teknologi komunikasi dan informasi
(information technology) .
Gejala yang acapkali disebut arus globalisasi, diringi dengan
program-program mendunia dengan menampilkan beberapa ciri kebebasan,
antara lain "perdagangan bebas” yang tentu saja akan menampilkan per-
saingan yang tinggi dan tajam. Sebenarnya globalisasi berarti pula suatu
tindakan atau proses menjadikan sesuatu mendunia (universal), baik dalam
lingkup maupun aplikasinya, the act of process or policy making something
worldwide in scope or application menurut pengertian The American
Heritage Dictionary.
Perkembangan cyber space, internet, informasi elektronik dan
digital, ditemui dalam kenyataan sering terlepas dari sistim nilai dan
budaya. Perkembangan ini sangat cepat terkesan oleh generasi muda yang
cenderung cepat dipengaruhi oleh elemen-elemen baru yang merangsang.
Suka atau tidak bila tidak disikapi dengan kearifan dan kesadaran
1
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
pembentengan umat, pasti akan menampilkan benturan-benturan psikologis
dan sosiologis.
Pada Era globalisasi telah terjadi perubahan perubahan cepat. Dunia
menjadi transparan, terasa sempit, hubungan menjadi sangat mudah dan
dekat, jarak waktu seakan tidak terasa dan seakan pula tanpa batas.
Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan satu sama
lain menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi industri, hasil dari
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

PERUBAHAN OLEH ARUS GLOBALISASI


1. Menggeser Pola Hidup Masyarakat. Dari agraris tradisional
menjadi masyarakat industri modern. Dari kehidupan berasaskan kebersa-
maan, kepada kehidupan individualis. Dari lamban kepada serba cepat.
Dari berasas nilai sosial menjadi konsumeris materialis. Dari tata
kehidupan tergantung dari alam kepada kehidupan menguasai alam. Dari
kepemimpinan formal kepada kepemimpinan kecakapan (profesional).

2
2. Pertumbuhan Ekonomi. Globalisasi bergerak kesana kemari.
Tidak samata satu arah. Hala atau arahnya akan menyangkut langsung
kepentingan sosial pada masing-masing negara. Keberbagaian atau
keragaman yang berlaku selama ini berkesempatan untuk berubah bentuk
menjadi seragam dan serupa. Atau berlainan wadah serupa isi.
Masing-masing negara (bangsa, nation) akan berjuang memelihara
kepentingannya sendiri-sendiri. Kecenderungan sikap kurang
memperhatikan nasib negara-negara lain akan merupakan kewajaran saja.
Kecenderungan ini berpeluan melahirkan kembali "Social Darwinism",
secara konseptual didalam persaingan bebas bentuk apapun, yang kuat akan
bisa bertahan dan yang lemah akan mati sendiri (Wardiman, 1997).
Kondisi ini banyak miripnya dengan kehidupan sosial budaya
masyarakat dizaman jahiliyah, sebagaimana diungkapkan sahabat Ja'far bin
Abi Thalib kepada Negus, penguasa Habsyi abad ke-7, yang nota bene
berada di alaf pertama. Perilaku masyarakat Jahiliyah antara lain
mengagungkan materi (berhala), mengabaikan kaedah-kaedah halal-haram,
memutus hubungan silaturrahim, berbuat anarkis dan kegaduhan terhadap
masyarakat (tetangga, bangsa,negara), yang kuat menelan yang lemah.
Ungkapan Ja’far Bin Abi Thalib, seperti dapat ditemui dalam kitab Al Islam
Ruhul Madaniyah tulisan dari assy Syaikh Musthafa al Ghulayaini,
terungkap sebagai berikut,"Kunna nahnu jahiliyyah, na’budul ashnam, wa
na’kulul maitah, wa nuqat-ti’ul arham, wa nusi-ul-jiwaar, wa nakkul ul
qawiyyu minna dha'ifun minna," artinya: "Kami masyarakat jahiliyyah, yang
kuat dari kami berkemampuan menelan yang lemah di antara kami."
Kehidupan sosial jahiliyyah telah dapat diperbaiki oleh Islam dengan
3
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
diutusnya Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dengan kekuatan
Wahyu Allah. Penerapan ajaran agama sesuai dengan syari'at Islam diawali
dengan menerapkan secara pasti ajaran tauhid dalam semua gerak ibadah
dan tauhid. Begitu juga dalam setiap hubungan serta perilaku hidup social.
Sertamerta masyarakat jahiliyah itu bisa diperbaiki dan dirubah menjadi
masyarakat beradab dan maju. Ini suatu bukti tamaddun pendekatan
historik yang merupakan keberhasilan masa lalu sesuai Firman Allah,
"Demikian itulah umat sebelum kamu. Bagi mereka amal usahanya, dan
bagi kamu amal usahamu." (Q.S. 2: 141)

DAMPAK GLOBALISASI
Globalisasi membawa banyak tantangan baik itu menyangkut
bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, bahkan menyangkut semua aspek
kehidupan manusia. Namun, globalisasi juga menjanjikan
harapan-harapan dan kemajuan. Diantara harapan dan kemajuan yang
menjanjikan, adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat, pada negara-negara
yang rajin dan bersungguh-sungguh. Pertumbuhan ekonomi adalah alat
untuk menciptakan kemakmuran masyarakat, termasuk bagi bangsa
Indonesia sebagai bagian dari Asia Tenggara. Sebelum terjadinya krisis
ekonomi 1997 -dampaknya masih terasa hingga hingga sekarang --, dalam
tiga dasawarsa (1967-1997) beberapa negara dikawasan serumpun Asean
telah menikmati pertumbuhan ekonomi pesat.
Bank Dunia menyebut beberapa negara dikawasan ini sebagai "The
Eight East Asian Miracle", yang tumbuh menjadi macan Asia diantaranya
4
Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, Thailand, Singapura, Malaysia.
Dibidang ekonomi ini, negara-negara Asean menikmati pertumbuhan
rata- rata 7- 8 % pertahun waktu itu, sementara Amerika dan Uni Eropa
hanya berkesempatan menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata
2,5 sampai 3 % pertahun. Pertambahan penduduk Asean sekitar 350 juta,
bisa saja bertambah banyak ditahun 2003 saat memasuki AFTA. Populasi
itu diperkirakan akan mencapai jumlah yang besar, mungkin 500 juta (Adi
Sasono, Cides, 1997). Bila pertumbuhan ekonomi ini dapat dipelihara, Insya
Allah pada tahun 2019, saat skenario APEC, maka kawasan ini akan
menguasai 50,7 % kekayaan dunia. Kemungkinan sekali, Amerika dan Uni
Eropa hanya 39,3% dan selebihnya 10 % dikuasai Afrika dan Amerika Latin
(Data Deutsche Bank, 1994). Apa artinya semua ini? Kita akan menjadi
pasar raksasa yang akan diperebutkan oleh orang-orang di sekeliling.
Pertumbuhan ekonomi itu tidak bertahan lama. Beberapa negara menjadi
lumpuh berhadapan dengan multi krisis tersebab fondasinya tidak mengakar
dan ketahanan umatnya lemah. Lanjutannya, maka bangsa serumpun akan
berhadapan dengan "Global Capitalism". Kalau kita tidak hati-hati keadaan
ini akan bergeser menjadi "Capitalism Imperialism" menggantikan
"Colonialism Imperialis" yang sudah kita halau sejak lebih setengah abad
silam. Dengan "Capitalism Imperialism" kita akan terjajah di negeri sendiri
tanpa kehadiran fisik si penjajah. Globalisasi membawa perubahan
perilaku, terutama pada generasi muda (para remaja).
MASALAH REMAJA
Dunia remaja akhir-akhir ini digoncangkan oleh fenomena yang
tidak menggembirakan.
5
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
a. Banyaknya tawuran pelajar, pergaulan a-susila dikalangan
pelajar dan mahasiswa.
b. Pornografi yang susah dibendung. Kalangan remaja dijangkiti
kebiasaan bolos sekolah.
c. Kesukaan terhadap minuman keras.
d. Kecanduan terhadap ectasy (XTC), menjadi budak kokain dan
morfin.
e. Kesukaan judi dalam urban popular culture, musro, world-
wide sing, dan sejenisnya.
Para remaja cenderung bergerak menjadi generasi buih yang
terhempas dipantai menjadi dzurriyatan dhi’afan, suatu generasi yang
bergerak menjadi “X-G” --the loses generation -- yang tidak memiliki
keberanian ikut serta didalam perlombaan dan percaturan gelombang era
globalisasi. Penyimpangan perilaku menjadi ukuran atas kemunduran moral
dan akhlak. Hilangnya kendali para remaja, berakibat ketahanan bangsa
akan lenyap dengan lemahnya remaja.
Penyebab utama karena;
a. rusaknya sistim, pola dan politik pendidikan.
b. diperparah oleh hilangnya tokoh panutan, berkembangnya
kejahatan orang tua,
c. luputnya tanggung jawab lingkungan masyarakat,
d. impotensi dikalangan pemangku adat, dan hilangnya wibawa
ulama,
e. bergesernya fungsi lembaga pendidikan menjadi bisnis, dan
profesi guru dilecehkan.
6
NARKOBA,1
Bahaya besar untuk generasi mendatang.

1. Pencandu Narkoba-Miras, menjadi malapetaka untuk dirinya


(zalim).
• Merubah kepribadian secara drastic, penantang, pemarah dan
pelawan,
• Masa bodoh terhadap dirinya, semangat belajar menurun,
berperangai seperti orang gila,
• Kejahatan sexual menjadi meruyak termasuk anak-anak dibawah
umur,
• Hilangnya norma-norma hidup beradat, beragama, dan
melecehkan norma hukum,
• Berperilaku menjadi penyiksa, putus asa, pemalas,
• Tidak punya harapan masa depan.

1
Menurut Laporan Kasus Narkoba 1999 Kapolda Sumbar, telah
ditangkap banyak pelaku pengedar Narkoba (Ganja, Shabu-Shabu dan
ectacy). Pelakunya berbagai kalangan Swasta, Penganggur,
Mahasiswa, Pelajar SMU, pedagang, PNS, tani, sopir). Berita TV dan
Radio dan masyarakat kampus telah menyatakan perang terhadap
Narkoba. Bahaya Narkoba mengancam jiwa dan generasi bangsa.
Narkoba adalah saudara kembar Pekat, anak kandung keluarga
GelapJahili. Bahan ini disampaikan dalam Seminar Bahaya
Narkoba Terhadap Generasi Muda pada tanggal 25 Desember
1999, bertempat di Aula Bank Indonesia Padang..

7
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
2. Membahayakan sendi kehidupan bermasyarakat,
• Kesukaan mengambil (mencuri), milik orang lain,
• Berbuat mesum,
• Mengganggu ketertiban umum,
• Tidak ada penyesalan berbuat kesalahan.

3. Membahayakan bangsa dan negara.


• Mengancam ketahanan nasional. Rusak generasi pewaris bangsa.
• Hilangnya patriotisme. Musnah rasa cinta berbangsa.
• Mengancam stabilitas keamanan kawasan.

Konspirasi internasional.
Pertentangan kekuasaan dan percaturan politik internasional selalu
mengarah kepada persekongkolan. Akhir abad duapuluh lahirnya kekuatan
anti agama menjadi konspirasi internasional.
Perebutan umat antara Salibi (Christ society) dan Yahudi Zionis
Internasional), menguasai paham dan pikiran manusia mengikuti ajaran
(millah) nya.
Sasaran utama kelompok Muslim sejagat.
Melumpuhkan umat Islam secara sistematik, dengan menanam citra
(imej) bahwa paham-ajaran Islam adalah musuh bagi kehidupan manusia.
Lahirnya paham yang menyebutkan bahwa,
• Tatanan dunia akan makmur mengikut lobi-lobi Yahudi.
• Penerapannya berbingkai ethnic cleansing.

8
• Tuduhan teroris ditujukan kepada gerakan dakwah Islam.
• Gelar fundamentalis, radikalisme, keterbelakangan, tidak sesuai
dengan kemajuan zaman.
• Sasaran akhir kalangan generasi muda umat Islam.
• Dunia remaja menjadi enggan menerima ajaran Islam dalam
kehidupan kesehariannya.
• Konsepsi Islam dilihat hanya sebatas ritual dan seremonial.
• Agama Islam dianggap tidak cocok untuk menata kehidupan sosial
ekonomi dan politik bangsa-bangsa.
• Hubungan manusia secara internasional tidak pantas di kover oleh
ajaran agama.
• Pemahaman picik bahwa agama hanya bisa di terapkan untuk
kehidupan akhirat tampak berkembang pesat. Agama tidak pantas
menjawab tantangan dan penyelia tatanan masa kini.
• Gejala kehidupan sekuler materialisma.

Demikian tadzkirah (warning dan peringatan) wahyu, bila dipahami


dalam lihat QS. Al-Baqarah 120.

Diniyah atau laa diniyah.


Pertentangan agama-agama bermuara dari memecah umat manusia
(firaq) yang telah di ikat oleh kewajiban kerja sama (ta’awun) menjadi dua
pihak bermusuhan. Keduanya seakan harus dipertentangkan dalam medan

9
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
perang secara bengis dan ganas. Penuh dengan kecurigaan dan intimidasi.
Akhirnya hilang keuatamaan budi manusia.
Semestinya umat Islam berpedoman kepada QS.al-Baqarah 256
bahwa tidak ada paksaan dalam agama.
Iman diperoleh sebagai rahmat,bukan melalui pemaksaan.
Umat Islam wajib menolak adanya permusuhan antar golongan
dalam masyarakat yang terkam menerkam dan terlepas dari tali Allah.

Hak asasi manusia.


1. Hak asasi manusia akan selalu terpelihara dan terjamin, selagi
kemerdekaan bertumpu kepada terpeliharanya kesopanan umum dan
ketertiban negeri.
2. Hak asasi manusia tetap akan terpenuhi bila setiap orang
memandang dengan sadar bahwa setiap orang memiliki hak untuk
tidak berbuat sesuka hati.
3. Mempertahankan hak asasi mesti dengan mengindahkan hak-hak
orang lain. Bila pengindahan hak ini hilang, maka pada saat yang
sama semua hak asasi itu tidak terlindungi lagi.
4. Kewajiban asasi adalah kesadaran untuk tidak melanggar
kehormatan orang lain. Memberikan penghormatan kepada
kemerdekaan orang lain dengan memelihara norma-norma yang
telah berlaku. Inilah bingkai dari hak asasi manusia yang
sebenarnya.

Perangi sungguh-sungguh.
10
Narkoba mesti diperangi secara terpadu oleh seluruh lapisan masyarakat,
petugas kemananan, kalangan pendidikan, sekolah dan kampus, alim
ulama, ninik mamak, pendeknya seluruh elemen masyarakat.
• Musnahkan.
• Putuskan jaringan pengedaran.
• Tegakkan hukum yang tegas.
• Berikan penyuluhan masyarakat. Lakukan pencegahan.
• Bina keluarga, remaja dan lingkungan,
• Lakukan kegiatan edukasi. Menghilangkan factor penyebab dalam
kerangka pre-emtif.
• Preventif, mengawasi ketat jalur dan oknum pengedarnya, sehingga
police hazard (potensi kejahatan) tidak berkembang menjadi
ancaman factual.
• Represif, penindakan tegas.2
Narkoba diperangi dengan memutus jalur pengedaran.
Membongkar sindikasinya. Mengungkap secara radikal latar
belakang jaringannya.
• Aparat keamanan dan kepolisian mesti bertindak konsekwen.
• Melakukan rehabilitasi, overhead cost-nya sangat tinggi.

2
Penegakan hukum secara tegas, dasarnya diatur oleh UU No.22 tahun 1997, UU.No.5
tahun 1997 yang dikenakan terhadap pemakai, pengedar, pembuat, pemasok, pemilik,
penyimpan, pembawa untuk tujuan penyalah gunaan.

11
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
Hancurnya satu generasi, dan punahnya satu bangsa. Inilah yang
sangat ditakutkan. Namun ada negara dunia yang terselubung menjadi
sarang mafia pengedaran Narkoba Internasional.
Perspektif Agama
Agama Islam menempatkan NARKOBA dan MIRAS sebagai
barang haram, menurut dalil Al Qurani.
1. Khamar, segala minuman (ic. Makanan) yang memabukkan, dan
judi. Disebutkan dalam QS.2: 219 “ Pada keduanya itu terdapat
dosa besar, dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi “dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya”.
2. Khamar, judi (al-maysir), berkurban untuk berhala (al-anshab) dan
mengadu nasib dengan anak panah (al-azlam), adalah keji (rijsun)
dari amalan syaithan. Jauhilah agar menang. (QS.5, al-Maidah:90).
3. Permusuhan dan kebencian (kekacauan) ditengah kehidupan
masyarakat ditimbulkan lantaran minuman khamar dan judi.
Inilah kerja syaitan. Berakibat kepada lalai mengingat Allah dan
meninggalkan shalat. Karena itu berhentilah. (QS.5:91).
4. Hadist diriwayatkan Tirmidzi dari Shahabat Anas RA, bahwa
“Rasul SAW melaknat sepuluh orang disebabkan khamar (la’ana
Rasulullah SAW fil-khamr ‘asyaratan):
• Orang yang memerasnya (pembuatnya, ‘aa-shirahaa),
• yang menyuruh memeras (produsen, mu’tashirahaa),
• peminumnya (konsumen, syaa-ribahaa),
• pembawanya (distributor, haa-milahaa),

12
• yang minta diantarinya (pemesan, al-mahmulata ilaihi),
• yang menuangkannya (pelayan, saa-qiyahaa),
• penjualnya (retailer, baa-I’a-haa),
• pemakan hasil penjualannya (aa-kila tsamanihaa),
• pembelinya (al-musytariya lahaa),
• yang minta dibelikannya (al-musytaraa-ta-lahu).
Hadist ini terdapat didalam Jami’ Tirmizi.3

Pandangan Adat di Ranah Minang


Di Ranah Minang, delapan perbuatan terkutuk, sangat dibenci.
Pelakunya dikucilkan, digantung tinggi, dibuang jauh dan kebawah tak
berurat keatas tak berpucuk dan ditengah digiriak kumbang. Sumpah
masyarakat sangat ditakuti oleh masyarakat beradat terhadap bahaya tuak,
arak, sabuang, judi, rampok, rampeh, candu dan madat.
Narkoba, merupakan salah satu problematika dakwah diabad ini dan
mesti diperangi dengan sungguh-sungguh. Walaupun ancamannya sudah
sangat berat, akan tetapi kenyataannya terlalu sulit memberantas peredaran
Narkoba ini, menimbulkkan dugaan kuat adanya jaringan luas secara
internasional.
Tidak tertutup kemungkinan bahwa para Mafia Yahudi Internasional
bermain padanya. Sebagaima diyakini bahwa gerakan Kristenisasi
Internasional itu tidak semata batasnya isu agama tetapi lebih banyak

3
Prof.AbdulHamid Siddiqui, Selection From Hadith, Islamic Book Publishers,
Safaat Kuwait, Cetakan ke-II, 1983. Bab-XIX, tentang Halal dan Haram.
13
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
kepada konspirasi politik, ekonomi, dan penguasaan suatu wilayah negara
asing dengan kekuatan apa saja.
Generasi mendatang menjadi tanggung jawab generasi kini untuk
menjaga dan membinanya. Peranan Dakwah dituntut setiap waktu. Bahaya
Narkoba yang mengancam generasi bangsa ini, maka setiap komponen
bangsa dan seluruh elemen masyarakat wajib memeranginya, dan
mengingatkan kepada umat binaan bahwa ;
NARKOBA dan MIRAS, dalam pandangan dan ajaran agama Islam, adalah
haram secara syar’i.
Narkoba sangat membahayakan. Berdosa besar. Walau manfaatnya ada,
tetapi mudharatnya lebih besar.
Perlu di berantas dengan berbagai cara. Secara adat dibenci.
Dibidang keamanan dan stabilitas, bahaya Narkoba sangat besar dan
ancaman sangat berat,
Menurut UU No.22/1997 pasal 78 ayat 1, ancaman pidana sepuluh tahun
atau denda 500 juta rupiah.
UU. No.5/1997 pasal 59 ayat 1, pengguna, memproduksi, pengimpor,
penyimpan, pembawa, bisa diancam pidana 15 tahun dan denda 750
juta rupiah.
Pasal 59 ayat 2, bila terorganisir diancam pidana 20 tahun atau denda 750
juta rupiah, Dan pasal 59 ayat 3 bila korporasi, jaringan sindikasi,
diancam pidananya tambah lagi dengan denda 5 milyar rupiah.
Salah satu cara diperlukan reposisi peran petugas keamanan
terutama kepolisian perlu membersihkan diri dan citranya ditengah
masyarakat luas.
14
PERILAKU UMAT
3 Terjadi interaksi dan ekspansi kebudayaan secara meluas. Di tandai
dengan semakin berkembangnya pengaruh budaya, pengagungan
materia secara berlebihan (materialistik), pemisahan kehidupan
duniawi dari supremasi agama (sekularistik), pemujaan kesenangan
indera mengejar kenikmatan badani (hedonistik). Penyimpangan jauh
dari budaya luhur, senantiasa akan memunculkan Kriminalitas,
Sadisme dan Krisis moral secara meluas. Terjadinya dis-equilibrium,
atau hilangnya keseimbangan moral dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat menyebabkan lahir krisis-krisis. Lambat atau cepat akibat
dari hilangnya keseimbangan pasti akan berpeluang menjadi tumbuhnya
multi krisis.
4 Antara lain,
a. krisis nilai, menyangkut etika individu dan sosial berubah
drastik, pada mulanya berpandangan luhur bergeser kencang
kearah tidak acuh, dan lebih parah mentolerir.
b. krisis konsep pergeseran pandang (view) cara hidup, dan ukuran
nilai jadi kabur.
Sekolahan yang merupakan cerminan idealitas masyarakat
tidak bisa dipertahankan.
c. krisis kridebilitas dengan erosi kepercayaan. Pergaulan orang
tua, guru dan muballig dimimbar kehidupan mengalami
kegoncangan wibawa.
d. krisis beban institusi pendidikan terlalu besar.

15
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
Tuntutan tanggung jawab moral sosial kultural dikekang oleh
sisitim dan aturan birokrasi.
Kesudahannya, membelenggu dinamika institusi, akhirnya
impoten memikul beban tanggung jawab.
e. krisis relevansi program pendidikan yang mendukung
kepentingan elitis non-populis, tidak demokratis.
Orientasi pendidikan beranjak dari mempertahankan prestasi
kepada orientasi prestise, keijazahan.
f. krisis solidaritas, dengan melebarnya jurang miskin kaya,
dan kesempatan mendapatkan pendidikan tidak merata,
g. kurangnya idealisme generasi remaja tentang peran dimasa
datang.

Pergeseran budaya dan mengabaikan nilai-nilai agama me-


lahirkan tatanan hidup berpenyakit sosial kronis,
a. kegemaran berkorupsi.
b. Aqidah bertauhid namun akhlaknya tidak mencerminkan akhlak
Islami.
c. Melalaikan ibadah.

PERILAKU KEHIDUPAN NON-SCIENCE


Diantaranya tampak pada perilaku-perilaku sangat berminat
terhadap kehidupan non-science, asyik mencari kekuatan gaib dengan
kecenderungan belajar sihir. Mencari jawaban persoalan dan kemusykilan
hidup yang dialami melalui jawaban dari paranormal, dan bahkan
16
tumbuhnya keinginan kuat menguasai kekuatan jin, bertapa ketempat
angker dengan menyelami black-magic dan mempercayai mistik-mistik.
Tidak terkecuali menghinggapi juga para cendekiawan. Mencari
dukungan melalui pedukunan, pertapaan, dan meditasi seperti
berekembangnya dengan pesat aliran-aliran Krishnan yang senyatanya
sangat merusak akidah umat Islam yang jumlahnya mayotitas sebelumnya.
Perilaku sedemikian banyak melahirkan split personalities, pribadi
yang terbelah “too much science too little faith”, lebih banyak ilmu
dengan tipisnya kepercayaan keyakinan agama, berkembangnya paham
nihilisme budaya senang lenang (culture contenment).
Diperparah oleh limbah budaya, antara lain, sensate-culture.
Budaya sensate memuja nilai rasa panca indera, menonjolkan
keindahan sebatas yang dilihat dan ditonton, di dengar dan dirasa, di sentuh
dan dicicipi, dengan tumpuan kepada sensual, erotik, seronok, kadang-
kadang ganas, mengutamakan kesenangan badani (jasmani).
Orientasi kehidupan kebanyakan berlatar belakang hiburan melulu,
dan seringkali terlepas dari kawalan agama dan adat luhur. Ajaran-ajaran
moral dan akhlak sebagaimana diajarkan oleg agama dan keyakinan syari’at
mulai ditinggalkan. Ilmu dan filsafat mulai terabaikan, sehingga umat mulai
tercerabut dari akar budaya dan nilai-nilai normatif lainnya. Seni mulai
dibungkus selimut seni untuk seni. Selalu dijadikan kadar ukuran adalah
sensualism, eksotik, erotik, dan gayanya senantiasa pula horor, ganas,
sebagaimana yang lazimnya diujudkan di klub-klub malam, night club,
kasino dan panti pijat.

17
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
Budaya sensate ini dipertajam dampaknya dalam kehidupan remaja
oleh budaya popular kekota (urban popular culture) yang hedonistik (mulai
berkembang 1960), dan berkembang lagi US culture imperialisme (uncle
Sam Culture) dan gaya hidup global, mencintai kehidupan para bintang dan
aktor yang khayali seperti Madonna, Michael Jakson, dan lain-lain serupa.
Dirasakan sedari tahun 1990 kehidupan pra kondisi globalisasi menyeruak
ketengah pergaulan acapkali bertalian dengan hedonistik.
Orientasi hiburan berselera rendah, dan pariwisata mulai dijangkiti
oleh 3-S tourisme atau menikmati matahari, laut dan seks.
Gaya hidup mulai berubah menjadi konsumeristis, rakus, boros,
cinta mode. Pergaulan bebas sex, ittiba’ syahawat (memperturutkan hobi
nafsu syahawat). Kebebasan salah arah ini adalah akibat langsung dari
terlepasnya umat dari kawalan agama dan adat luhur. Rela atau tidak, akan
tampil tata pergaulan dengan sikap permissif dan anarkis.
Pada hakekatnya semua perilaku a-moral tersebut lahir karena lepas
kendali dari nilai-nilai agama dan menyimpang jauh terbawa arus deras
keluar dari alur budaya luhur bangsa.
Kondisi seperti itu telah memberikan penilaian buruk terhadap dunia
pendidikan pada umumnya.

MEMBENTUK GENERASI MASA DEPAN 4


Pertama, Mestilah diyakinkan bahwa Generasi muda akan menjadi
aktor utama dalam pentas kesejagatan (Alaf Baru). Karena itu, generasi

4
Diketengahkan dalam seminar Generasi Muda Islam di Padang, 7
September 1999.
18
muda (remaja) harus dibina dengan budaya yang kuat berintikan nilai-nilai
dinamik yang relevan dengan realiti kemajuan di era globalisasi.
Generasi masa depan (era globalisasi) yang diminta lahir dengan
a. budaya luhur (tamaddun),
b. berpaksikan tauhidik,
c. kreatif dan dinamik,
d. memiliki utilitarian ilmu berasaskan epistemologi Islam yang
jelas,
e. tasawwur (world view) yang integratik dan ummatik sifatnya
(bermanfaat untuk semua, terbuka dan transparan).
Kedua, Perkembangan kedepan banyak ditentukan oleh peranan
remaja sebagai generasi penerus dan pewaris dengan kepemilikan ruang
interaksi yang jelas untuk menjadi agen sosialisasi guna menggerakkan
kelanjutan survival kehidupan kedepan.
Ketiga, kita memerlukan generasi yang handal, dengan beberapa
sikap;
a. daya kreatif dan innovatif, dipadukan dengan kerja sama berdisiplin,
kritis dan dinamis, memiliki vitalitas tinggi,
b. tidak mudah terbawa arus, sanggup menghadapi realita baru di era
kesejagatan.
c. memahami nilai-nilai budaya luhur, siap bersaing dalam knowledge
based society, punya jati diri yang jelas, hakekatnya adalah generasi
yang menjaga destiny, individu yang berakhlak berpegang pada
nilai-nilai mulia iman dan taqwa,

19
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
d. motivasi yang bergantung kepada Allah, yang patuh dan taat
beragama akan berkembang secara pasti menjadi agen perubahan,
e. memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam sebagai
kekuatan spritual, yang memberikan motivasi emansipatoris dalam
mewujudkan sebuah kemajuan fisik-material, tanpa harus
mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Sangat dipahami, bahwa kekuatan hubungan ruhaniyah spiritual
emosional dengan iman dan taqwa akan memberikan ketahanan bagi umat.
Hubungan ruhaniyah ini akan lebih lama bertahan daripada
hubungan struktural fungsional.
Keempat, Generasi kedepan wajib digiring menjadi taat hukum.
Upaya ini dapat dilakukan dengan cara ;
a. memulai dari lembaga keluarga dan rumah tangga, memperkokoh
peran orang tua, ibu bapak ,
b. fungsionalisasi peranan ninik mamak dan unsur masyarakat secara
efektif,
c. memperkaya warisan budaya dengan setia mengikuti dan
mempertahankan, bertumpu kepada cita rasa patah tumbuh hilang
berganti
d. menanamkan aqidah shahih (tauhid), dan istiqamah pada agama
yang dianaut,
e. menularkan ilmu pengetahuan yang segar dengan tradisi luhur.
f. Apabila sains dipisah dari aqidah syariah dan akhlaq akan
melahirkan saintis tak bermoral agama, konsekwensinya ilmu
banyak dengan sedikit kepedulian.
20
g. Menanamkan kesadaran tanggung jawab terhadap hak dan
kewajiban asasi individu secara amanah,
h. penyayang dan adil dalam memelihara hubungan harmonis dengan
alam,
i. teguh politik, kukuh ekonomi,
j. melazimkan musyawarah dengan disiplin dan
k. bijak memilih prioritas pada yang hak sebagai nilai puncak budaya
Islam yang benar. Sesuatu akan selalu indah selama benar.
Budaya adalah wahana kebangkitan bangsa. Maju mundurnya suatu
bangsa ditentukan oleh kekuatan budayanya.
Generasi yang mampu mencipta akan menjadi syarat utama
keunggulan. Keutuhan budaya bertumpu kepada individu dan masyarakat
yang mampu mempersatukan seluruh potensi yang ada.

ALAF BARU (Millennium Ketiga) ?


Millenium Baru akan diawali abad keduapuluh satu, ditandai oleh
mobilitas serba cepat dan modern, persaingan keras dan kompetitif,
komunikasi serba efektif, dunia tak ada jarak seakan global village, akan
banyak ditemui limbah budaya kebaratan westernisasi.
Alaf baru itu diyakini bahwa kehadirannya tak bisa di cegah.
Bahkan sudah berada didepan mata.
Pertanyaan yang perlu dijawab segera:
Sudahkah kita siap menghadapi perubahan zaman yang cepat dan
penuh tantangan ini?

21
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
Di antara jawabnya adalah, kita berkewajiban sesegeranya mem-per-
siapkan generasi baru yang siap bersaing dalam era global tersebut.
Kita berkewajiban membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang
masih berkecenderungan individual menjadi Sumber Daya Umat (SDU)
yang bercirikan kebersamaan dengan nilai asas "gotong royong", berat
sepikul ringan sejinjing, atau prinsip ta'awunitas.

PROSES PEMBANGUNAN SDM dan SDU


1. Tahap kesadaran tinggi (to create the high level awareness),
kesadaran tentang perlunya perubahan dan dinamik yang futuristik.
Langkahnya perlu dengan penggarapan secara sistematik dan pen-dekatan
proaktif mendorong terbangunnya proses pengupayaan (the process of
empowerment).
2. Tahap perencanaan dengan rangka kerja yang terarah,
terencana mewujudkan keseimbangan dan minat (motivasi) dan gita
kepada iptek, keterampilan dan pemantapan siyasah. Aspek pendidikan dan
latihan adalah faktor utama dalam pengupayaan.
Konsep-konsep visi, misi, selalu terbentur dalam pen-capaian oleh
karena lemahnya metodologi dalam operasional pencapaiannya.
3. Tahap aktualisasi secara sistematis (the level of actualization).
Bila pendidikan ingin dijadikan modus operandus disamping kurikulum
ilmu terpadu dan holistik, sangat perlu pembentukan kualita pendidik
(murabbi) yang sedari awal mendapatkan pembinaan. Pendekatan integratif
dengan mempertimbangkan seluruh aspek metodologis berasas kokoh
tamaddun yang holistik dan bukan utopis.
22
ANTISIPASI UMAT
Umat mesti mengantisipasi dengan penyesuaian-penyesuaian agar
tidak menjadi kalah. Dalam persaingan dimaksud, beberapa upaya
semestinya disejalankan dengan ;
a. Memantapkan watak terbuka,
b. Pendidikan moral berpaksikan tauhid,
c. mengamalkan nilai-nilai amar makruf nahi munkar seperti tertera
dalam QS.31, Lukman:13-17.
d. Integrasi moral yang kuat, berakhlak dan memiliki
penghormatan terhadap orang tua,
e. mempunyai adab percakapan ditengah pergaulan,
f. pendalaman ajaran agama tafaqquh fid-diin,
g. berpijak pada nilai-nilai ajaran Islam yang universal, tafaqquh
fin-naas,
h. perhatian besar terhadap masalah sosial atau umatisasi, teguh
memilih kepentingan bersama dengan ukuran moralitas taqwa,
i. responsif dan kritis terhadap perkembangan zaman,
j. mengenal kehidupan duniawi yang bertaraf perbedaan,
k. memacu penguasaan ilmu pengetahuan,
l. kaya dimensi dalam pergaulan mencercahkan rahmatan lil
‘alamin menampilkan kecerahan bagi seluruh alam.
m. iman dan ibadah, menjadi awal dari ketahanan bangsa.
Ketahanan umat bangsa terletak pada kekuatan ruhaniyah keyakinan
agama dengan iman taqwa dan siasah kebudayaan.

23
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru
Bila penduduk negeri beriman dan bertaqwa dibukakan untuk
mereka keberkatan langit dan bumi (QS.7,al-A’raf:96).

MEMBUKA LEBAR PINTU PENDIDIKAN


Pendidikan yang akan dikembangkan adalah pendidikan akhlak,
budi pekerti. Akhlak merupakan, jiwa pendidikan, inti ajaran agama, dan
buah dari keimanan.
Maka akhlak karimah (budi pekerti sempurna) adalah tujuan
sesungguhnya dari proses pendidikan, dan menjadi wadah diri dalam
menerima ilmu-ilmu lainnya.
Ilmu yang benar membimbing umat kearah amal karya, kreasi,
inovasi, motivasi yang shaleh (baik).
Untuk itu, beberapa model perlu dikembangkan;
1. pemurnian wawasan fikir disertai kekuatan zikir,
2. penajaman visi,
3. perubahan melalui ishlah atau perbaikan,
4. mengembangkan keteladanan uswah hasanah,
5. sabar, benar, dan memupuk rasa kasih sayang melalui
pengamalan warisan spiritual religi.
6. Menguatkan solidaritas beralaskan pijakan iman dan adat
istiadat luhur, “nan kuriak kundi nan sirah sago, nan baik budi
nan indah baso”
7. Intensif menjauhi kehidupan materialistis, “dahulu rabab nan
batangkai kini langgundi nan babungo, dahulu adat nan
bapakai kini pitih nan paguno”.
24
Setiap Muslim harus jeli ('arif) dalam menangkap setiap pergeseran
yang terjadi karena perubahan zaman ini. Harus mampu menjaring
peluang-peluang yang ada, sehingga memiliki visi jauh ke depan. "Laa
tansa nashibaka minaddunya", artinya "jangan sampai kamu melupakan
nasib/peranan kamu dalam percaturan hidup dunia (Q.S. 28: 77).

LANGKAH-LANGKAH KEDEPAN
a. pembinaan human capital melalui keluasan ruang gerak
mendapatkan pendidikan,
b. pembinaan generasi muda yang akan mewarisi pimpinan
berkualiti, memiliki jati diri, padu dan lasak, integreted inovatif.
c. Mengasaskan agama dan akhlak mulia sebagai dasar pembinaan
generasi muda.
d. Langkah drastik mencetak ilmuan Muslim yang benar-benar
beriman taqwa.
e. Pembinaan minda wawasan generasi muda kedepan yang bersatu
dengan akidah, budaya dan bahasa bangsa.
f. Secara sungguh-sungguh mewujudkan masyarakat madani yang
berteras kepada prinsip keadilan (equity) sosial yang terang.
Sungguh suatu nikmat yang wajib disyukuri. "Lain syakartum la
adzidannakum", bila kamu mampu menjaga nikmat Allah (syukur), niscaya
nikmat itu akan ditambah.
Disini peran yang amat crusial dari Agama Islam.
WAllahu a'lam.

25
Dampak Globalisasi Memasuki Alaf Baru

26

Anda mungkin juga menyukai