Surveilans - Tugas Sampai Hasil
Surveilans - Tugas Sampai Hasil
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
bersarang di jaringan limfoid pada dinding usus. Aliran limfe membawa organ
ini ke dalam hati dan empedu. Gejala demam tifoid atau thypus abdominalis
adalah suhu tubuh meningkat hingga mencapai 40oC dengan frekuensi nadi
relatif lambat. Sering ada nyeri tekan di perut, mengalami konstipasi dan dapat
juga diare. Pada kasus berat pasien mengalami deliriumi atau stupor, mungkin
terlihat bintik-bintik merah pada kulit dinding perut atau dada (Sucifi, 2008).
meninggal dunia karena penyakit tersebut dengan Case Fatality Rate (CFR)
0,9%. Laporan WHO tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid di
seluruh dunia, di mana 600.000 diantaranya meninggal (CFR 3,5%). Dan dari
hasil penelitian Crump (2000), Insidens Rate demam tifoid di Eropa yaitu 3
per 100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50 per 100.000 penduduk, dan di Asia
yaitu 274 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2005 Insidens Rate demam tifoid
1
2
jumlah 42.564 kasus dan 214 diantaranya meninggal dengan CFR 0,5%
(Hasibuan, 2009).
urutan ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di Rumah Sakit
tahun 2004 yaitu sebanyak 77.555 kasus (3,6%). Menurut hasil Survei
Pada tahun 2005 jumlah pasien rawat inap demam tifoid yaitu 81.116 kasus
(31,5%) dan menempati urutan ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat
angka nasional, yaitu Propinsi NAD, Bengkulu, Jawa Barat, Banten, Nusa
Timur, Sulawasi Selatan, Gorontalo, Papua Barat, dan Papua. Propinsi NAD
2008). Adapun data statistik penyakit demam tifoid di propinsi Riau secara
interpretasi data outcome khusus yang terus menerus untuk digunakan dalam
3
waktu, tempat dan orang (Lapau, 2007). Dan sistem surveilens mengandung 2
kata yaitu sistem dan surveilens. Sistem adalah sesuatu yang mempunyai
tersebut. Dari data yang didapat sejak tahun 2008 sampai tahun 2010 dimana
pasien rawat inap penyakit demam tifoid yang ada di RSUD Arifin Achmad
mengalami peningkatan pada tahun 2010. Jumlah pasien pada tahun 2008
peningkatan drastis menjadi 126 orang pada tahun 2010 (Rekam Medik RSUD
Arifin Achmad, 2011). Oleh karena itu, kelompok mengambil judul “Penilaian
Rumah Saikit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2008-
2010”.
4
C. TUJUAN UMUM
D. MANFAAT
masa berikutnya.
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. DEMAM TIFOID
pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam Tifoid juga dikenal dengan
nama lain yaitu typhus abdominalis, typhoid fever atau enteric fever.
ginjal.
type), sedang yang lain termasuk urinary type. Kekambuhan yang yang
5
6
ringan pada karier demam tifoid, terutama pada karier jenis intestinal,
cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar,
kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat
masuk ke usus halus. Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ”
(terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain). Pada keadaan demikian,
kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman typhi yang siap
dicemari.
berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering
dan beredar ke dalam saluran darah dan tubuh akan memberikan respon
kotoran di sembarang tempat yang dihinggapi lalat (lipas dan tikus) yang
a. Masa Inkubasi
umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala
- Anoreksia
- Rasa malas
- Nyeri otot
- Lidah kotor
- Gangguan perut
Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun bisa
sebagai berikut :
8
itu pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain,
perut kembung dan merasa tak enak, sedangkan diare dan sembelit
terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan
juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan
terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-
sempurna.
infeksi yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa
2) Minggu Kedua
kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada
lain-lain.
10
3) Minggu Ketiga
di akhir minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil
dingin, gelisah, sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba
4) Minggu keempat
5) Relaps
mendapatkan bahwa hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju endap
bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang,
penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan
darah dari media empedu, dan waktu pengambilan darah. Volume 10-
13
adalah media empedu (gall) dari sapi dimana dikatakan media Gall ini
perjalanan penyakit.
70-90% dari penderita pada minggu pertama sakit dan positif 10-50%
dengan volume darah dan rasio darah dengan media kultur yang
80-95% kasus dan sering tetap positif selama perjalanan penyakit dan
dari duodenum dan memberikan hasil yang cukup baik akan tetapi
pada anak.
yang dibutuhkan (5-7 hari) serta peralatan yang lebih canggih untuk
identifikasi bakteri sehingga tidak praktis dan tidak tepat untuk dipakai
1) uji Widal
2) tes TUBEX®
5) pemeriksaan dipstik.
penyakit).
garam empedu dalam spesimen feses), biaya yang cukup tinggi dan
teknis yang relatif rumit. Usaha untuk melacak DNA dari spesimen
a. Non medikamentosa
1) Perawatan :
perforasi usus.
17
bebas demam.
2) Dietetik :
serat/rendah selulosa.
b. Medika mentosa:
6. Pencegahan
peningkatan higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja
menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar
(Darmowandowo, 2006)
adalah vaksin yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara
kepada anak-anak kurang dari dua tahun. Satu dosis sudah menyediakan
2004)
kepada anak-anak kurang dari 6 tahun. Empat dosis yang diberikan dua
dan terus menerus terhadap penyakit demam tifoid dan kondisi yang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Teutsch et al, 1994
dalam Lapau (2004), bahwa sistim surveilens yang baik adalah surveilens
valid.
untuk:
hasil pengolahan dan analisis data, dan bila perlu dapat melakukan
faktor musiman.
program kesehatan
berikut :
dinyatakan,
c. Ketepatan diagnosis
Tubex.
d. Kelengkapan data
Kelengkapan data dari suatu unit berarti bahwa unit itu telah
menerima data dari sub unit yang sudah ditetapkan untuk mengirimkan
hasilnya ditandai **, dan apabila tidak ada informasi maka diberi tanda
e. Ketepatan data
Apabila tidak ada informasi sama sekali, hasilnya ditandai dengan (-).
- Bagus bila data didapatkan dari puskesmas, Rumah Sakit dan lain-
ke desa-desa,
25
ke desa-desa
menurut jenis kelamin. Bila sama disebut konsisten, bila tidak sama
konsisten
konsisten
1. Variabel orang
a. Umur
tifoid pada umur 3-19 tahun dan tertinggi pada umur 10-15 tahun
dengan insiden rate 687,9 per 100.000 penduduk, insiden rate pada
b. Jenis Kelamin
(Nainggolan, 2008)
27
c. Pendidikan
(Leni, 2009).
a. Internasional
Fatality Rate (CFR) 0,9%. Laporan WHO tahun 2003 terdapat 17 juta
Afrika yaitu 50 per 100.000 penduduk, dan di Asia yaitu 274 per
0,5%.
b. Nasional
Utara pada tahun 2001, insiden rate demam tifoid 680 per 100.000
penduduk dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 1.426 per 100.000
penduduk.
c. Propinsi
d. Kabupaten/Kota
Dari data yang didapat sejak tahun 2008 sampai tahun 2010 dimana
pasien rawat inap penyakit demam tifoid yang ada di RSUD Arifin
kabupaten dan kota yang ada di propinsi Riau. Jumlah pasien pada
3. Variabel Waktu
126 orang pada tahun 2010 (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad, 2011).
D. KERANGKA RASIONAL
Kasus Penyakit
Demam Tifoid
penyakit demam tifoid diruang rawat inap RSUD Arifin Achmad Propinsi
rawat inap
rawat inap
inap
BAB III
RANCANGAN SURVEILANS
A. TUJUAN KHUSUS
tifoid di unit rawat inap RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau tahun
2. Gambaran Epidemiologi
umur di unit rawat inap RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau tahun
2008-2010.
di unit rawat inap RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau tahun 2008-
2010.
32
33
Tabel 1
Definisi Operasional Penilaian Sistem Surveilens dan Gambaran Epidemiologi
Penyakit Demam Tifoid
UNSUR-UNSUR
No. DEFENISI OPERASIONAL SKALA KATEGORI
PENILAIAN
1. Penilaian sistem surveilens
a. Tujuan Surveilens Ordinal 1. Kurang
Tujuan sistim surveilens adalah tujuan sistim 2. Cukup
surveilens penyakit demam tifoid di unit rawat 3. Baik
inap yang disebutkan oleh penanggung jawab di
unit surveilens dan hasilnya dibandingkan
dengan tujuan sistim surveilens ideal yang
minimal meliputi: gambaran epidemiologi
,kewaspadaan dini terhadap tingginya angka
kasus, kecenderungan suatu masalah, analisis
faktor risiko, informasi untuk pemantauan dan
penilaian program kegiatan Penilaian dilakukan
oleh peneliti sendiri yang diberi tanda **.
Indikator penilaian:
Bagus berarti memenuhi standar tersebut diatas
Cukup berarti memenuhi seperdua dari standar
Kurang berarti memenuhi kurang dari seperdua
dari standar
b. Pengolahan dan Pengolahan dan analisa data adalah kegunaan Ordinal 1.
analisa pengolahan dan analisa data yang dinyatakan 2.
data oleh penanggung jawab sistim surveilens 3.
penyakit demam tifoid di unit rawat inap
apakah untuk mencapai tujuan sistim. Penilaian
dilakukan oleh peneliti dengan tanda **.
Pengolahan dan analisa dapat yang dimaksud
34
C. JENIS DISAIN
2. Gambaran Epidemiologi
Populasi yang juga sampel sistem surveilens pasien demam tifoid di unit
2. Gambaran Epidemiologi
unit rawat inap RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau tahun 2008-2010
E. PENGUMPULAN DATA
2. Gambaran Epidemiologi
Jenis data berupa data sekunder dan sumber data diperoleh dari status
2. Gambaran Epidemiologi
univariat.
37
BAB IV
HASIL SURVEILENS
Tabel 2
Hasil Penilaian Sistem Surveileins Epidemiologi Penyakit Demam Tifoid di
Unit Rawat Inap RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau
tahun 2008-2010
Menurut data yang ada pada tabel dibawah ini terlihat pada
tahun 2008 penderita demam tifoid terbanyak didapatkan pada
umur 5-14 tahun sebanyak 37 orang (51,38%), umur 25-44 tahun
sebanyak 16 orang (22,2%), dan pada umur 15-24 tahun sebanyak
8 orang (11,1%). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dan grafik
dibawah ini.
37
38
Tabel 3
DISTRIBUSI FREKUENSI PASIEN PENYAKIT DEMAM TIFOID BERDASARKAN
UMUR DI UNIT RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PROPINSI RIAU
TAHUN 2008
Umur Total %
No Bulan
0 -28 >28 1-4 5-14 15-24 25-44 45 -64 >65
1 JANUARI 0 0 0 3 0 1 0 0 4 5,6
2 FEBRUARI 0 0 0 1 0 1 0 0 2 2,8
3 MARET 0 0 0 6 4 2 2 1 15 20,8
4 APRIL 0 0 0 5 0 1 1 0 7 9,7
5 MEI 0 0 0 5 0 4 0 0 9 12,5
6 JUNI 0 0 0 2 0 1 0 0 3 4,2
7 JULI 0 0 0 2 1 3 1 0 7 9,7
8 AGUSTUS 0 0 1 0 2 0 0 0 3 4,2
9 SEPTEMBER 0 0 0 2 0 1 1 0 4 5,6
10 OKTOBER 0 0 1 1 1 1 0 0 4 5,6
11 NOPEMBER 0 0 0 6 0 0 2 1 9 12,5
12 DESEMBER 0 0 0 4 0 1 0 0 5 6,9
TOTAL 0 0 2 37 8 16 7 2 72 100
Tabel 4
DISTRIBUSI FREKUENSI PASIEN PENYAKIT DEMAM TIFOID BERDASARKAN
UMUR DI UNIT RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PROPINSI RIAU
TAHUN 2009
Umur Total %
No Bulan
0-28 >28 1-4 5-14 15-24 25-44 45 -64 >65
1 JANUARI 0 0 0 4 0 0 0 0 4 6,3
2 FEBRUARI 0 0 0 0 0 1 0 1 2 23,2
3 MARET 0 0 0 2 2 3 0 0 7 11,1
4 APRIL 0 0 0 2 0 0 1 0 3 4,7
5 MEI 0 0 0 0 2 0 4 0 6 9,5
6 JUNI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 JULI 0 0 1 5 1 3 1 1 12 19
8 AGUSTUS 0 0 2 0 4 9 2 0 17 26,9
9 SEPTEMBER 0 0 0 0 2 0 2 0 4 6,3
10 OKTOBER 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1,6
11 NOPEMBER 0 0 0 0 0 2 2 0 4 6,3
12 DESEMBER 0 0 0 0 2 3 0 0 5 7,9
TOTAL 0 0 3 13 13 21 11 2 63 100
Tabel 5
DISTRIBUSI FREKUENSI PASIEN PENYAKIT DEMAM TIFOID BERDASARKAN
UMUR DI UNIT RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PROPINSI RIAU
TAHUN 2010
Menurut data yang ada pada tabel dibawah ini pada tahun
2008 terlihat jumlah pasien demam tifoid berjenis kelamin laki-
laki lebih banyak daripada perempuan, dimana yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 42 (58,3%) dan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 30 (41,7%). Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel dan grafik dibawah ini.
41
Tabel 6
DISTRIBUSI FREKUENSI PASIEN PENYAKIT DEMAM TIFOID BERDASARKAN
JENIS KELAMIN DI UNIT RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD
PROPINSI RIAU
TAHUN 2008
Jenis Kelamin
No Bulan Perempua Total %
Laki – laki
n
1 JANUARI 3 1 4 5,6
2 FEBRUARI 1 1 2 2,8
3 MARET 10 5 15 20,8
4 APRIL 2 6 8 11,1
5 MEI 5 4 9 12,5
6 JUNI 2 1 3 4,2
7 JULI 4 3 7 9,7
8 AGUSTUS 2 1 3 4,2
9 SEPTEMBER 0 3 3 4,2
10 OKTOBER 2 2 4 5,6
11 NOPEMBER 6 3 9 12,5
12 DESEMBER 2 3 5 6,9
TOTAL 42 30 72 100
Menurut data yang ada pada tabel dibawah ini pada tahun
2009 terlihat jumlah pasien demam tifoid berjenis kelamin
perempuan lebih banyak daripada laki-laki, dimana yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 34 orang (53,9%) dan yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 29 orang (46%). Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini.
42
Tabel 7
DISTRIBUSI FREKUENSI PASIEN PENYAKIT DEMAM TIFOID BERDASARKAN
JENIS KELAMIN DI UNIT RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD
PROPINSI RIAU
TAHUN 2009
Tabel 8
DISTRIBUSI FREKUENSI PASIEN PENYAKIT DEMAM TIFOID BERDASARKAN
JENIS KELAMIN DI UNIT RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD
PROPINSI RIAU
TAHUN 2010
Jenis Kelamin
No Bulan Total %
Laki – laki Perempuan
1 JANUARI 3 6 9 7,1
2 FEBRUARI 3 1 4 3,2
3 MARET 6 6 12 9,5
4 APRIL 3 1 4 3,2
5 MEI 9 7 16 12,7
6 JUNI 6 4 10 7,9
7 JULI 1 0 1 0,7
8 AGUSTUS 3 8 11 8,7
9 SEPTEMBER 2 4 6 4,8
10 OKTOBER 12 9 21 16,7
11 NOPEMBER 5 6 11 8,7
12 DESEMBER 10 11 21 16,7
TOTAL 63 63 126 100
Tabel 9
DISTRIBUSI FREKUENSI PASIEN PENYAKIT DEMAM TIFOID BERDASARKAN
KURUN WAKTU DI UNIT RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD
PROPINSI RIAU BULAN JANUARI S/D DESEMBER
TAHUN 2008
No Bulan Jumlah %
1 JANUARI 4 5,6
2 FEBRUARI 2 2,8
3 MARET 15 20,8
4 APRIL 8 11,1
5 MEI 9 12,5
6 JUNI 5 4,2
7 JULI 5 9,7
8 AGUSTUS 3 4,2
9 SEPTEMBER 3 4,2
10 OKTOBER 4 5,6
11 NOPEMBER 9 12,5
12 DESEMBER 5 6,9
TOTAL 72 100
No Bulan Jumlah %
1 JANUARI 2 3,2
2 FEBRUARI 2 3,2
3 MARET 3 4,8
4 APRIL 2 3,2
5 MEI 6 9,5
6 JUNI 0 0
7 JULI 25 39,7
8 AGUSTUS 14 22,2
9 SEPTEMBER 2 3,2
10 OKTOBER 1 1,6
11 NOPEMBER 2 3,2
12 DESEMBER 4 6,3
TOTAL 63 100
45
Tabel 11
DISTRIBUSI FREKUENSI PASIEN PENYAKIT DEMAM TIFOID BERDASARKAN
KURUN WAKTU DI UNIT RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD
PROPINSI RIAU BULAN JANUARI S/D DESEMBER
TAHUN 2010
No Bulan Jumlah %
1 JANUARI 9 7,1
2 FEBRUARI 4 3,2
3 MARET 12 9,5
4 APRIL 4 3,2
5 MEI 16 12,7
6 JUNI 10 7,9
7 JULI 1 0,7
8 AGUSTUS 11 8,7
9 SEPTEMBER 6 4,8
10 OKTOBER 21 16,7
11 NOPEMBER 11 8,7
12 DESEMBER 21 16,7
TOTAL 126 100
Tabel 12
DISTRIBUSI FREKUENSI PASIEN PENYAKIT DEMAM TIFOID BERDASARKAN
WILAYAH DI UNIT RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PROPINSI RIAU
BULAN JANUARI S/D DESEMBER TAHUN 2008
N Alamat
Bulan Total %
o Pekanbaru Luar Pekanbaru
1 JANUARI 2 1 3 5,6
2 FEBRUARI 2 0 2 2,8
3 MARET 13 3 16 20,8
4 APRIL 8 0 8 11,1
5 MEI 9 0 9 12,5
6 JUNI 3 0 3 4,2
7 JULI 7 0 7 9,7
8 AGUSTUS 3 0 3 4,2
9 SEPTEMBER 2 1 3 4,2
10 OKTOBER 4 0 4 5,6
11 NOPEMBER 9 0 9 12,5
12 DESEMBER 5 0 5 6,9
TOTAL 67 5 72 100
Tabel 13
DISTRIBUSI FREKUENSI PASIEN PENYAKIT DEMAM TIFOID BERDASARKAN
WILAYAH DI UNIT RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PROPINSI RIAU
BULAN JANUARI S/D DESEMBER TAHUN 2009
Alamat
No Bulan Total %
Pekanbaru Luar Pekanbaru
1 JANUARI 1 1 2 3,2
2 FEBRUARI 2 0 2 3,2
3 MARET 2 1 3 4,8
4 APRIL 2 0 2 3,2
5 MEI 6 0 6 9,5
6 JUNI 0 0 0 0
7 JULI 22 2 24 39,7
8 AGUSTUS 13 2 15 22,2
9 SEPTEMBER 1 1 2 3,2
10 OKTOBER 1 0 1 1,6
11 NOPEMBER 2 0 2 3,2
12 DESEMBER 3 1 4 6,3
TOTAL 55 8 63 100
47
Tabel 14
DISTRIBUSI FREKUENSI PASIEN PENYAKIT DEMAM TIFOID BERDASARKAN
WILAYAH DI UNIT RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PROPINSI RIAU
BULAN JANUARI S/D DESEMBER TAHUN 2010
N Alamat
Bulan Total %
o Pekanbaru Luar Pekanbaru
1 JANUARI 7 2 9 7,1
2 FEBRUARI 4 0 4 3,2
3 MARET 9 4 13 9,5
4 APRIL 4 0 4 3,2
5 MEI 10 5 15 12,7
6 JUNI 7 3 10 7,9
7 JULI 1 0 1 0,7
8 AGUSTUS 5 6 11 8,7
9 SEPTEMBER 3 2 5 4,8
10 OKTOBER 18 3 21 16,7
11 NOPEMBER 10 2 12 8,7
12 DESEMBER 18 3 21 16,7
TOTAL 96 30 126 100
48
DAFTAR PUSTAKA
Alan R. Tumbelaka, 2003. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam
Pediatrics Update. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia: 37-46
Rekam Medik, 2011. Status Pasien Rawat Inap yang Menderita Demam Tifoid.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad, Pekanbaru.