Anda di halaman 1dari 10

STABILISASI TANAH

A. Martha K. 0706265945
Ananda Disadella 0706266020
Andrew Andreas S. 0706266033
Annisa Lutfia 0706266065
Ayu Widya M. 0706266090
Bianca Natasya 0706266121

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2010
Tanah dasar merupakan bagian penting dari kontruksi jalan karena tanah ini mendukung
seluruh kontruksi jalan beserta muatan lalu lintas diatasnya. Tanah dasar menentukan mahal
tidaknya pembangunan jalan tersebut karena kekuatan tanah tersebut menentukan tebal
tipisnya lapisan perkerasan. Tanah dasar dalam keadaan asli merupakan suatu bahan yang
kompleks dan sangat bervariasi kandungan mineralnya. Pembangunan jalan raya tidak selalu
berada diatas tanah dasar yang relatif baik, ada kemungkinan dibuat diatas tanah yang kurang
baik. Akibatnya, tanah tersebut tidak dapat langsung dipakai sebagai lapisan dasar
(subgrade). Oleh karena itu tanah dasar perlu dipersiapkan secara baik antara lain dengan
perbaikan tanah. Stabilisasi tanah adalah alternatif yang dapat diambil untuk memperbaiki
sifat-sifat tanah yang ada. Pada prinsipnya stabilisasi tanah merupakan suatu penyusunan
kembali butir-butir tanah agar lebih rapat dan saling mengunci.

Konsep Dasar Stabilisasi


Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan stabilisasi adalah untuk meningkatkan
kinerja perkerasan. Karena kinerja perkerasan tidak semata – mata menyangkut kekuatan,
maka dalam rangka memilih cara stabilisasi yang tepat perlu diketahui alasan perlunya
stabilisasi. Adapun beberapa alasan konvensional yang melatarbelakangi perlunya stabilisasi
adalah:
1) Kondisi tanah dasar yang jelek. Stabilisasi tanah dasar adalah untuk meningkatkan
mutunya sehingga tebal perkerasan dapat dikurangi.
2) Bahan lapis pondasi yang terbatas. Di antara kasus bahan lapis pondasi marjinal yang
kemungkinan sering dijumpai di lapangan adalah tingginya platisitas bahan. Dalam
hal tersebut, plastisitas dapat diturunkan dengan menambahkan kapur atau semen ke
dalam bahan.
3) Pengendalian debu. Meskipun sejauh ini penggunaan bahan stabilisasi untuk
mengendalikan debu belum populer di Indonesia, namun beberapa negara telah
menggunakannya.
4) Pengendalian kadar air. Beberapa bahan kimia dapat menahan air dalam tanah
sehingga pada musim kemarau memungkinkan tanah mudah untuk dipadatkan. Pada
kasus yang ekstrim, kemungkinan tanah dalam keadaan yang sangat basah sehingga
sulit dipadatkan. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat digunakan bahan stabilisasi
yang dapat “mengeringkan” tanah.
5) Mendapatkan bahan lapis pondasi yang lebih unggul. Penggunaan lapis pondasi yang
unggul, misal lapis pondasi distabilisasi semen (cement treated base) dan lapis
pondasi beton aspal, sering kali diperlukan, baik pada perkerasan beton aspal maupun
perkerasan beton semen. Lapis pondasi tersebut dapat menyumbangkan kekakuan
yang berarti terhadap perkerasan, sehingga perkerasan lebih tahan terhadap
keruntuhan lelah.
Mengubah sifat-sifat tanah yang ada sehingga diperoleh tanah yang mempunyai sifat-sifat
yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan, yang dikenal sebagai stabilisasi. Sifat-sifat
tanah dapat diubah melalui beberapa cara, diantaranya adalah melalui proses kimia,
pemanasan atau mekanis. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa karena variabilitas
tanah, tidak ada satu carapun yang dapat berhasil untuk semua jenis tanah, maka pemilihan
bahan stabilisasi sering kali tergantung pada jenis-jenis tanah dimana bahan stabilisasi
tersebut dapat berfungsi efektif. Stabilisasi yang tepat akan menuntut pemahaman tentang
sifat-sifat tanah yang perlu diperbaiki. Tuntutan teknis tersebut merupakan faktor penting
dalam memutuskan perlu-tidaknya tanah distabilisasi.
Beberapa alternatif untuk stabilisasi tanah dasar yaitu:
1) Perbaikkan dengan mengganti tanah asli
2) Perbaikkan gradasi butiran
3) Stabilisasi bahan kimia
4) Stabilisasi dengan proses pemadatan

Tabel 1Penggunaan Beberapa Jenis Bahan Stabilisasi

BAHAN PROSES PENGARUH TANAH YANG


STABILISASI COCOK
Semen Sementasi, sehingga - Kandungan bahan - Tidak terbatas,
terjadi ikatan antara stabilisasi rendah kecuali dengan
butir (<20%): menurunkan komponen yang
kerentanan terhadap mengganggu
perubahan kadar air (bahan organik,
- Kandungan bahan sulfat dan bahan
stabilisasi tinggi: lain yang menghalangi
meningkatkan modulus rekasi
dan kuat tarik secara dengan semen)
nyata, sehingga - Cocok untuk tanah
menghasilkan bahan granular, tetapi
terikat tidak efisien tanah
berbutir seragam
dan lempung berat
Kapur, termasuk - Ikatan sementasi - Meningkatkan sifat- - Cocok untuk tanah
kapur mati dan antara butiran, tetapi sifat tanah kohesif
kapur hidup tingkat pencapaiannya kohesif - Dalam tanah perlu
lebih rendah daripada - Kandungan bahan terdapat komponen
semen stabilisasi rendah lempung yang akan
- Reaksinya tergantung (<20%): menurunkan bereaksi dengan
pada suhu dan kerentanan terhadap kapur (yaitu
memerlukan perubahan kadar air, mengandung
keberadaan pozolan meningkatkan pozolan)
- Apabila pozolan tidak kekuatan sehingga - Bahan organik akan
ada dalam tanah, maka menghasilkan menghalangi reaksi
kapur dapat dicampur bahan modifikasi atau
dengan pozolan bahan terikat
- Kandungan bahan
stabilisasi tinggi:
meningkatkan modulus
dan kuat tarik,
menghasilkan bahan
terikat

Campuran bahan - Kapur dan pozolan -Umumnya mirip - Sebagaimana


pengikat merubah Gradasi dan semen, tetapi tingkat halnya stabilisasi
pemantapan lambat: menumbuhkan ikatan pencapaian kekuatan dengan semen
slag/kapur, abu sementasi mirip kapur - Dapat digunakan
terbang/kapur dan -Juga memperbaiki apabila tanah tidak
slag/kapur/aba kemudahan bereaksi dengan
terbang pengerjaan kapur
-Umumnya
mengurangi retak
penyusutan

Aspal: aspal busa, -Penggumpalan -Menurunkan Cocok untuk bahan


aspal bentur tinggi (anglomeration) permeabilitas dan granular yang
(high impact), aspal butir-butir halus meningkatkan mempunyai kohesi
cair dan aspal emulsi kekuatan kohesi dan platisitas
-Menurunkan kepekaan rendah
terhadap
kadar air melalui
penyelimutan
butir halus

Campuran Penggumpalan -Menurunkan Cocok untuk bahan


aspal/semen (anglomeration) permeabilitas dan granular yang
butir-butir halus yang meningkatkan mempunyai kohesi
disertai dengan ikatan kekuatan dan platisitas
sementasi -Semen membantu rendah
perolehan dini
kekuatan

Bahan granular -Mencampur dua atau -Peningkatan terbatas Tanah bergradasi


lebih bahan, untuk kekuatan,permeabilitas, jelek, tanah
mendapatkan gradasi stabilitas volume dan granular yang tidak
yang diperlukan kemudahan dipadatkan memiliki butir
-Bahan tetap berbentuk berukuran tertentu
granular

Bahan kimia lain Penggumpalan - Secara tipikal Secara tipikal tanah


meningkatkan bergradasi jelek
kekuatan dalam
keadaan kering
- Merubah
permeabilitas dan
stabilitas volume

Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bahan stabilisasi


adalah:
1) Cuaca dan drainase
2) Penyelidikan perkerasan
3) Pengambilan contoh dan pengujian bahan
4) Penilaian awal terhadap jenis stabilisasi yang diperlukan
5) Pemilihan akhir jenis stabilisasi

Tabel 2 Pedoman Umum Untuk Pemilihan Bahan Stabilisasi

1. Stabilisasi Kapur (Lime Stabilization)


Kapur merupakan bahan yang efektif untuk stabilisasi tanahplastis sehingga
tanah tersebut mempunyai kemudahan pengerjaan (workability) yang lebih baik serta
kekuatan yang meningkat. Namun demikian, kapur tidak efektif digunakan untuk
stabilisasi tanah yang tidak kohesif atau tanah berkohesi rendah, apabila tidak disertai
dengan penambahan bahan pozzolanik. Pada umumnya kapur yang digunakan sebagai
bahan stabilisasi adalah kapur mati atau kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan kapur
hidup atau kalsium oksida (CaO). Kalsium oksida (CaO) lebih efektif untuk kasus-
kasus tertentu, sedangkan dalam pelaksanaan stabilisasi yang sering digunakan adalah
kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Untuk kalsium karbonat (CaCO3) kurang efektif
sebagai bahan stabilisasi kecuali sebagai bahan pengisi (Ingles dan Metcalf, 1992).

 Reaksi Bahan Perkerasan dengan Kapur


Karena oksida cepat bereaksi dengan air untuk membentuk hidroksida, maka
reaksi utama semua jenis kapur dengan bahan yang distabilisasi adalah sama.
Beberapa keuntungan penambahan kapur terhadap tanah adalah:
1) Menimbulkan pengaruh yang cepat terhadap tanah, sehingga melalui
penggumpalan butir-butir (flocculation) akan memperbaiki gradasi dan sifat-sifat
yang diperlukan untuk kemudahan pengerjaan. Besarnya pengaruh tersebut
bervariasi menurut kandungan aktual mineral yaitu tergantung pada bahan
pozzolanik dalam lempung: besar dengan lempung kelompok lempung
montmorillonit dan kecil dengan kelompok lempung kaolinit.
2) Mempunyai pengaruh jangka panjang terhadap kekuatan, sehingga terjadi
peningkatan kekuatan yang menerus.
3) Memungkinkan pengurangan tebal perkerasan, karena bahan yang distabilisasi
dapat dianggap sebagai lapis pondasi bawah
Peningkatan kekuatan dalam jangka panjang (reaksi pozolanik) berlangsung pada
lingkungan alkali tinggi (pH > 12,3) sehingga mengakibatkan penguraian lempung,
terutama pada ujung-ujung pelat (partikel) lempung dan memungkinkan terbentuknya
kalsium silikat dan aluminat pada daerah tersebut. Bahan sementasi tersebut
mempunyai komposisi yang sama dengan yang terdapat pada pasta semen. Proses di
atas berlangsung relatif lambat, karena kapur yang ada harus menyebar melalui matrik
bahan dan bahan sementasi yang awal terbentuk. Reaksi stabilisasi tidak dapat
berlangsung terus, karena ada lempung atau sejumlah bahan pozolanik di dalam bahan
perkerasan yang akan bereaksi dengan kapur. Reaksi antara kapur dengan bahan
perkerasan diperlambat oleh suhu yang lebih rendah (di bawah 15 oC) dan terhambat
oleh kandungan organik yang tinggi.
 Kondisi yang Cocok untuk Stabilisasi Kapur
Keberhasilan stabilisasi kapur ditentukan oleh faktor bahan, yaitu: menyangkut
komposisi bahan yang akan distabilisasi serta perilakunya terhadap kapur. Agar kapur
yang digunakan pada stabilisasi dan dapat berfungsi secara efektif, maka bahan yang
akan distabilisasi harus mengandung partikel lempung atau bahan pozzolanik. Secara
umum dapat dikatakan bahwa makin plastis dan makin tinggi kandungan lempung,
maka makin tinggi pula takaran kapur yang diperlukan untuk mendapatkan kekuatan
atau sifat lain yang ditentukan. Namun demikian, tingkat pelekatan yang dapat
diberikan oleh kapur dibatasi oleh volume bahan yang dapat bereaksi. Takaran kapur
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan awal tanah yang distabilisasi harus
dievaluasi untuk mengetahui tambahan kapur yang diperlukan setelah reaksi awal
selesai, yaitu untuk mendapatkan sifat-sifat jangka panjang yang akan digunakan pada
disain. Dibandingkan dengan stabilisasi semen, keuntungan stabilisasi kapur makin
meningkat dengan makin tingginya plastisitas dan kandungan partikel halus. Tanah
dengan PI<10 umumnya akan mempunyai respon yang lebih baik terhadap kapur
daripada terhadap semen. Namun demikian, perbandingan hasil pengujian dipandang
lebih baik.
Untuk menurunkan indeks plastis dan meningkatkan kemudahan pengerjaan pada
stabilisasi kapur, kapur hendaknya ditambahkan dalam takaran secukupnya, agar
penambahan lebih lanjut kapur tidak mengakibatkan perubahan lebih jauh terhadap
nilai indeks plastis. Pada stabilisasi kapur, pengujian pH untuk mengetahui dapat-
tidaknya tanah bereaksi dengan kapur serta untuk memperkirakan takaran kapur, yang
ditunjang dengan pengujian kuat tekan bebas pada umur 28 hari, akan menentukan
takaran optimum kapur.
Kapur merupakan bahan stabilisasi yang efektif untuk menurunkan plastisitas
tinggi pada bahan lapis pondasi bawah dan lapis pondasi atas. Dalam praktek,
modifikasi bahan lapis pondasi atas telah diterapkan secara luas dan berhasil. Dengan
kandungan kapur kurang dari sekitar 3%, resiko terjadinya retak susut yang tidak
dikehendaki adalah rendah, dan dalam kaitannya dengan hal tersebut, jarang
dilakukan upaya untuk mengatasi retak refleksi.

2. Garam Dapur (NaCl)


Struktur NaCl meliputi anion di tengah dan kation menempati pada rongga
octahedral. Larutan garam merupakan suatu elektrolit, yang mempunyai gerakan
brown dipermukaan yang lebih besar dari gerakan brown pada air murni sehingga bisa
menurunkan air dan larutan ini menembah gaya kohesi antar partikel sehingga ikatan
partikel menjadi lebih rapat (Bowles, 1984), selain itu larutan ini bisa memudahkan
didalam memadatkan tanah (Ingles dan Metcalf, 1972). Stabilitas tanah adalah upaya
yang dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat asal tanah pada dasarnya stabilisasi
yang menggunakan garam mempunyai prinsip yang sama dengan stabilisasi yang
menggunakan zat kimia lainnya. Keuntungan yang dihasilkan adalah Stabilisasi
Tanah Lempung Ekspansif Dengan Garam Dapur (NaCl) menaikkan kepadatan dan
menambah kekuatan tanah. Tanah dengan LL (liquit limits) yang tinggi biasanya
memberikan reaksi yang bagus dengan penambahan garam ini (Ingles dan Metcalf,
1972).

3. Mineral Tanah
Tanah (lempung) ekspansif mempunyai tiga mineral utama, yakni
monthmorillonite, illite, dan kaolinite, yang semuanya berupa hydrous aluminosilikat
yang berbentuk kristal. Besarnya kemungkinan tanah mengembang santa tergantung
pada jenis dan jumlah kandungan mineralnya, kemudahan bertukarnya ion-ionnya,
kandungan elekstrolit dan tatanan struktur lapisan mineral tanahnya.
Struktur kaolinite terdiri dari unit lapisan sililca dan aluminium yang diikat oleh
ion hydrogen, kaolinite membentuk tanah yang stabil karena strukturnya yang terikat
teguh mampu menahan molekul-molekul air sehingga tidak masuk kedalamnya.
Struktur illite terdiri dari lapisan-lapisan unit silica-aluminium-silika yang
dipisahkan oleh ion K+ yang mempunyai sifat dapat mengembang. Struktur
montmorillonite mirip dengan struktur illite, tetapi ion pemisahnya berupa ion H 2O,
yang sangat mudah lepas, mineral ini dapat dikatakan sangat tidak stabil, pada kondisi
tergenang, air dengan mudah masuk kedalam sela antar lapisan ini sehingga mineral
mengembang, pada waktu mongering, air diantara lapisan juga mongering sehingga
mineral menyusut.
Letak posisi lapisan digambarkan pada skema berikut:
Gambar 1. Struktur Mineral Tanah Ekspansif

Penelitian Holtz and Seed menyatakan kadar air awal merupakan pengendali
besarnya kembang susut tanah. Tanah lunak yang sangat kering dengan kadar air
dibawah 15% dengan mudah akan berkembang susut, karena jika ada air yang dapat
diserap, kelembabannya dapat naik sampai 35%, sedangkan tanah dengan kadar air
30% mengindikasikan bahwa hamper semua ekspansi mineral sudah terjadi, sehingga
kemungkinan terjadinya perpindahan mineral sangat kecil.
Pengendalian kadar air sangat membantu dalam menjaga kestabilan tanah,
penambahan material yang dapat mengikat ekspansi mineral montmorillonite
meningkatkan daya dukung dan kestabilan tanah.

4. Abu Sekam Padi


Sekam padi merupakan bahan hasil sampingan produk pertanian, sekam yang
dibakar mempunyai sifat pozzolan yang mengandung unsure silikat yang tinggi, rata-
rata SiO2 91.72% dengan Pozzolanic Activity Index 87%. Pozzolan ini mengandung
sifat sementasi jika bercampur dengan kapur padam dan air.

REFERENSI
http://jurnal.uajy.ac.id
http://www.pu.go.id
http://www.pusjatan.pu.go.id

Anda mungkin juga menyukai