Pada tanggal 28 Nopember 2008 bertempat di Lembongan Resor Kabupaten
Klungkung telah diadakan sosialisasi Sadar Wisata yang dihadiri oleh mantan Menbudpar I Gede Ardika, Peneliti dari sebuah lembaga konservasi ekologi laut di Nusa Penida yaitu I Made Dewantama, pada intinya disini membahas tentang pariwisata perairan Nusa Penida yang hancur disebabkan karena tindakan para pencari ikan menggunakan dinamit atau bom ikan sehingga menyebabkan rusaknya terumbu karang karena ledakan yang sangat keras yang ditimbulkan oleh dinamit atau bom ikan tersebut.
Sehingga dalam hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan :
• Perlu kesadaran masyarakat dalam mencari ikan tidaklah menggunakan cara yang dapat menghancurkan terumbu karang, karena terumbu karang merupakan tempat pariwisata yang dapat dinikmati oleh para wisatawan. • Perlu ditindak lanjuti oleh pihak yang berwenang atau pemerintah dalam hal ini dinas pariwisata bali pada umumnya dan dinas pariwisata kabupaten klungkung pada khususnya dapat ditindak sesuai dengan peraturan atau undang-undang yang berlaku sehingga dapat menimbulkan epek jera pada pelaku.
Sumber : Nusa Bali , Sabtu, 29 November 2008
ULASAN :
TEMA : BEKAS HOTEL DI GILIMANUK JADI
“RUMAH HANTU”
Bangunan bekas Hotel Nusantara 2 disebelah terminal Gilimanuk hingga
sekarang masih menjadi sengketa antara pengelola yang mengontrak dengan Pemkab Jembrana, Pemkab Jembrana, pada bulan Mei 2006 silam Pemkab Jembrana hendak mengambil alih Hotel Nusantara 2 dari tangan pengelola yang mengontrak sejak Agustus 1988 sampai 2018 dengan pola setiap lima tahun kontrak. Pemutusan kontrak ini didasari karena adanya isi perjanjian yang dilanggar oleh pihak pengelola yakni nunggak pembayaran kontrak dan akhirnya berlanjut dimeja hijau dan dalam proses hukum di PN Negara dan pada tingkat Pengadilan Tinggi juga dimenagkan oleh pihak Pemkab dan bahkan sudah sampai putusan MA dan juga sudah dimenagkan oleh pihak Pemkab Jembrana. Walaupun demikian sampai saat sekarang ini Hotel tersebut belum juga diperbaiki dan bahkan kelihatan kumuh seperti rumah hantu.
Sehingga dalam hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan :
• Sebaiknya Pemkab Jembrana segera mengambil langkah-langkah untuk segera mengktifkan/memfungsikan hotel tersebut untuk dijadikan tempat pariwisata sehingga tidak terkesan kumuh seperti rumah hantu untuk dapat meningkatkan Devisa Negara dari bidang pariwisata.
Sumber : Bali Post, Sabtu, 29 November 2008
ULASAN :
TEMA : DEWAN PERTANYAKAN PENGELOLAAN
PARIWISATA KINTAMANI
Adanya pernyataan Menbudpar Jero Wacik tentang kunjungan
wisatawan tahun 2009 ke bali 7,5 juta orang mengundang pertanyaan kalangan DPRD Bangli, andaikata hal itu benar, Kintamani yang selama ini merupakan salah satu aikon pariwisata dunia patut meratapi/memperbaiki diri. Menurut Anggota DPRD Bangli Ida Bagus Made Santosa jika hal tersebut benar maka pengelolaan pariwisata di kintamani patut dipertanyakan, pihaknya merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam pengelolaan pariwisata itu. Dikatakan pula jika dari 7,5 juta orang wisatawan, 50 persen datang kekintamani dengan rata-rata setiap wisatawan belanja sebesar Rp.1 juta maka uang yang beredar sekitar 3,5 triliun sehingga Bangli tidak lagi mengemis ketempat lain, uang sebesar itu sudah cukup untuk mensejahterakan masyarakat Bangli.
Sehingga dalam hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan :
• Diharapkan pemerintah melakukan kajian-kajian secara terintegrasi dan koordinasi lintas sektoral tentang permasalahan yang ada, seperti halnya mengadakan promosi • Sebaiknya Pemkab bangli juga mengevaluasi perda retribusi yang usianya sudah kadaluarsa sejak dibuat tahun 1998 hingga sekarang belum pernah direpisi. • Sebaiknya Pemkab Bangli juga memperbaiki tata ruang sehingga tidak terkesan kumuh.