Anda di halaman 1dari 8

Pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan dengan Menggunakan

Multimedia Interaktif untuk Mengembangkan Keterampilan Generik dan


Berpikir Kritis Siswa

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh jarangnya pemanfaatan komputer
pada pembelajaran biologi di tingkat SMP. Jenis penelitian yang dilakukan
merupakan quasi experiment yang melibatkan 44 orang siswa yang
belajar menggunakan ilustrasi animasi serta video dan 44 orang siswa
lainnya belajar menggunakan dengan ilustrasi statis. Dari data tes awal
dan tes akhir yang dianalisis oleh uji Z dua pihak, diperoleh hasil bahwa
siswa yang belajar dengan memanfaatkan ilustrasi animasi dan video
unggul secara signifikan dalam keterampilan generik dan berpikir kritis.
Sekolah yang memiliki sarana komputer yang memadai hendaknya
memaksimalkan pemanfaatan komputer dalam berbagai kegiatan
pembelajaran agar siswa menjadi lebih akrab dengan tombol-tombol
pengoperasian.
Kata kunci: Multimedia Interaktif, Ilustrasi Animasi dan Video, Ilustrasi
Statis, Keterampilan Generik, Berpikir Kritis.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan studi pendahuluan di dua SMP di kota Cimahi, diketahui
bahwa komputer jarang dipergunakan dalam pembelajaran biologi.
Jarangnya penggunaan komputer dalam pembelajaran di kelas, dapat
disebabkan oleh kekurangmampuan guru dalam mengoperasikan
program-program komputer (Priyono, 2004). Di sisi lain, guru sebagai
fasilitator dan kreator kegiatan pembelajaran diamanatkan oleh Undang-
undang Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 40 Ayat 2 untuk dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, dinamis, dan
dialogis.
Suasana pembelajaran yang menyenangkan dapat diwujudkan dengan
memanfaatkan multimedia komputer dalam pembelajaran (Universitas
Negeri Jakarta, 2005). Jenis multimedia yang dianjurkan dipergunakan
dalam pembelajaran adalah multimedia interaktif (MMI). MMI memiliki
beberapa elemen penting, yaitu gambar diam dan gambar bergerak
(animasi dan video) (Reiber, 1994 dalam Nurtjahjawilasa, 2004; Chia,
2003). Animasi dan video dianggap lebih istimewa karena memiliki aspek
dinamis sehingga lebih dapat memvisualisasikan konsep-konsep yang
abstrak dan sulit untuk dipraktekkan di kelas.
Sayangnya, selama ini banyak program multimedia pembelajaran dengan
ilustrasi animasi hanya dirancang untuk meningkatkan penguasaan
konsep siswa (Meranti et al., 2007). Padahal pembelajaran di sekolah
hendaknya mampu membekali siswa dengan berbagai kemampuan yang
dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan dalam
kehidupannya di masa depan, dua diantaranya adalah keterampilan
generik dan berpikir kritis yang termasuk kegiatan berpikir kompleks
(Cohen 1971 dalam Costa, 1985; Hartono, 2006). Permasalahan yang
begitu marak berkembang dalam beberapa dasawarsa terakhir ini di
antaranya adalah mengenai reproduksi hewan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan pembelajaran
reproduksi hewan berbasis MMI yang dirancang untuk meningkatkan
keterampilan generik dan berpikir kritis siswa.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan suatu
permasalahan, yaitu, “Bagaimana perbandingan tingkat keterampilan
generik dan berpikir kritis siswa kelas IX yang belajar menggunakan
Program MMI Reproduksi Hewan dengan ilustrasi animasi dan video
dengan siswa yang memanfaatkan Program MMI dengan ilustrasi statis?”

3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat keterampilan
generik dan berpikir kritis siswa kelas IX yang belajar menggunakan
Program MMI dengan ilustrasi animasi dan video dengan siswa yang
memanfaatkan Program MMI dengan ilustrasi statis.

4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi guru, hasil penelitian dapat memperkaya wawasan sehingga
terpacu untuk turut meningkatkan keterampilan generik dan berpikir kritis
siswa melalui MMI.
2. Siswa mengalami pembelajaran yang menyenangkan sehingga
pembelajaran menjadi bermakna dan dapat merangsang siswa untuk
membangun konsepnya sendiri, pada akhirnya diharapkan keterampilan
generik dan berpikir kritis siswa meningkat.

B. LANDASAN TEORITIS
Multimedia merupakan gabungan teks, suara, gambar, warna, animasi,
dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) untuk dapat
menyampaikan informasi sehingga pengguna dapat bernavigasi (The
Florida Center for Instructional Technology University of South Florida,
2007). Multimedia dapat dibagi menjadi dua kategori (Sutopo, 2003;
Ariasdi, 2008), yaitu multimedia linier dan multimedia interaktif.
Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan
alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna sehingga
tampilan berjalan sekuensial sebagai garis lurus, contohnya TV dan film.
Dalam multimedia interaktif (MMI), pengguna dapat memilih apa yang
akan dikerjakan selanjutnya, bertanya atau mendapatkan jawaban yang
mempengaruhi komputer untuk mengerjakan fungsi selanjutnya. MMI
memiliki beberapa elemen penting, yaitu, gambar diam dan gambar
bergerak (animasi dan video) (Reiber, 1994 dalam Nurtjahjawilasa, 2004;
Chia, 2003). Animasi dan video dapat menjadi media pembelajaran yang
baik karena dapat memperlihatkan aspek-aspek yang dinamik sehingga
siswa mampu membuat interpretasi yang benar. Tampilannya yang
memikat dapat menarik perhatian siswa karena pada dasarnya manusia
lebih menyukai sesuatu yang dinamis daripada statis (Rieber 1990 dalam
Chan dan Black, 2005; Park dan Gittelman 1992 dalam Chan dan Black,
2005; Lowe, 2001; Nurtjahjawilasa, 2004; Suheri, 2006; Utami 2007).

C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMPN Y Kota Cimahi. Sebanyak dua kelas dipilih
secara acak dari sepuluh kelas IX yang ada. Masing-masing kelas terdiri
atas 44 orang siswa. Oleh karena itu jenis penelitian yang dilakukan
tergolong quasi experiment. Indikator keterampilan generik yang
dikembangkan didasarkan pada indikator yang dikemukakan oleh
Brotosiswoyo (2001), sedangkan indikator berpikir kritis didasarkan pada
indikator dari Ennis (Costa, 1985). Pengumpulan data utama dilakukan
melalui pelaksanaan tes awal dan akhir keterampilan generik berbentuk
uraian, tes awal dan akhir berpikir kritis berbentuk pilihan ganda. Di
antara tes tes awal dan tes akhir dilaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan program MMI.
Berikut merupakan visualisasi fertilisasi dengan ilustrasi animasi pada
Program MMI animasi-video yang dirancang menggunakan software
utama Macromedia Flash 8, Photoshop CS3, dan software pendukung
lainnya.

Sedangkan tampilan materi fertilisasi yang dilengkapi dengan ilustrasi


statis dalam software Microsoft Powerpoint dapat dilihat di bawah ini.

Desain pelaksanaan penelitian digambarkan sebagai berikut:


Tabel 1. Desain Penelitian
Kelas

Tes Awal

Perlakuan

Tes Akhir
Eksperimen

X1

O
Pembanding

X2

O
Keterangan:
O = Observed (tes awal dan tes akhir).
X1 = Penggunaan MMI menggunakan ilustrasi animasi dan video.
X2 = Penggunaan MMI menggunakan ilustrasi statis.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Keterampilan Generik Siswa
Di bawah ini merupakan statistik nilai keterampilan generik siswa di
kedua kelas.

Gambar 1. Statistik Nilai Keterampilan Generik Siswa di Kedua Kelas


Berdasarkan hasil uji Z dua pihak terhadap rerata N-Gain di kedua kelas
diketahui bahwa N-Gain siswa di kelas eksperimen unggul signifikan (α =
0,05). N-Gain siswa di kelas eksperimen termasuk kategori sedang,
sedangkan N-Gain siswa di kelas eksperimen tergolong rendah. Melalui uji
Z satu pihak diketahui pula bahwa ilustrasi animasi dan video efektif dan
efisien dalam mengembangkan keterampilan generik siswa (α = 0,05).
Berikut disajikan N-Gain siswa pada empat indikator keterampilan generik
yang diukur.

Gambar 2. Rata-rata N-Gain Siswa pada Indikator yang Diukur


Peningkatan keterampilan generik siswa secara umum pada
pembelajaran konsep Reproduksi Hewan menggunakan ilustrasi animasi
dan video ini dapat terjadi karena siswa memiliki kesempatan untuk lebih
menggunakan kemampuan berpikirnya. Hartono (2006) mengemukakan
bahwa pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan generik
merupakan pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa untuk aktif
berpikir.
Animasi dan video mampu memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi
materi ajar. Pembelajaran yang demikian memfasilitasi siswa untuk
berpikir sistematis sesuai urutan kejadian didasarkan pada keteraturan
fenomena (logical frame). Melalui urutan kejadian yang dipaparkan secara
eksplisit, siswa dapat memahami mengapa sesuatu dapat terjadi dan apa
akibat yang ditimbulkannya (causality) sehingga siswa dapat membuat
generalisasi atau mengambil suatu kesimpulan (inferensia logika).
Namun perolehan rata-rata N-Gain siswa di kelas eksperimen masih
tergolong sedang. Menurut Gibb (2001 dalam Rahman et al, 2007), untuk
mengembangkan keterampilan generik memerlukan waktu yang lama,
sekalipun sudah dilatihkan berulangkali hasilnya belum seluruhnya
tergolong kategori tinggi.
Kemampuan siswa dalam membuat pemodelan menunjukkan rerata N-
Gain yang rendah. Keterampilan siswa dalam memodelkan situasi-situasi
ke dalam bentuk matematik, yaitu grafik termasuk dalam keterampilan
komunikasi matematik (National Council of Teachers of Mathematics,
1989 dalam Putri, 2007). Selanjutnya juga dikemukakan bahwa
pengetahuan awal (prior knowledge) siswa sebagai akibat proses belajar
sebelumnya mempengaruhi kemampuan komunikasi matematik.
Ketiadaan latihan pembuatan grafik yang benar menyebabkan
keterampilan generik siswa untuk indikator pemodelan kurang
berkembang.

2. Berpikir Kritis Siswa


Berikut disajikan statistik nilai berpikir kritis siswa di kedua kelas.

Gambar 3. Statistik Nilai Berpikir Kritis Siswa di Kedua Kelas


Berdasarkan hasil uji Z dua pihak terhadap nilai tes akhir, diketahui
bahwa rata-rata nilai berpikir kritis siswa di kelas eksperimen unggul
signifikan (α = 0,05). Hasil uji Z satu pihak terhadap N-Gain, membuktikan
ilustrasi animasi dan video efektif dan efisien meningkatkan berpikir kritis
siswa (α = 0,05). Berikut ditampilkan rata-rata nilai tes akhir siswa pada
setiap indikator berpikir kritis yang diadopsi dari Ennis (1985 dalam Costa,
1985).

Gambar 4. Statistik Nilai Berpikir Kritis Siswa di Kedua Kelas


Siswa di kelas eksperimen unggul dalam tiga indikator, yaitu mencari
alternatif, berpikiran terbuka, fokus pada sebuah pertanyaan, dan
menganalisis argumen.
Lebih tingginya berpikir kritis siswa di kelas eksperimen yang belajar
memakai ilustrasi animasi dan video ini sejalan dengan pendapat Uhlig
(2002). Ia menyatakan bahwa berpikir kritis yang termasuk kemampuan
berpikir tingkat tinggi memerlukan banyak sumber kognitif.
Animasi dan video terdiri atas informasi audio dan gambar dinamik.
Kedua komponen tersebut mampu menyediakan muatan kognitif lebih
banyak kepada pembelajar. Animasi dapat lebih menjelaskan, karena
animasi menyediakan multiple visual dan perspektif konseptual terhadap
materi subjek. Karakteristik-karakteristik tersebut mampu memperluas
cakrawala berpikir siswa yang penting untuk meningkatkan berpikir kritis
siswa (Bittner dan Tobin, 1998 dalam Simpson dan Courtney, 2001).
Kendala yang menyebabkan siswa di kelas eksperimen mencapai nilai
yang rendah pada indikator mencari alasan dikarenakan sedikitnya waktu
yang tersedia untuk belajar.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Siswa yang belajar dengan memanfaatkan ilustrasi animasi dan video
unggul secara signifikan dalam keterampilan generik dan berpikir kritis.

2. Saran
Sekolah yang memiliki sarana komputer yang memadai hendaknya
memaksimalkan pemanfaatan komputer dalam berbagai kegiatan
pembelajaran agar siswa menjadi lebih akrab dengan tombol-tombol
pengoperasian sehingga kegiatan pembelajaran secara mandiri dengan
menggunakan program komputer dapat berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Brotosiswoyo, B. (2001). “Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan
Tinggi”, dalam Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Kimia di
Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI UT.
Chan, M. dan Black, J. (2005). When can animation improve learning?
Some implications for human computer interaction and learning. [Online].
Tersedia: http://www.ilt.columbia.edu. Download:10 Mei 2008.
Chia, H. (2003). Perancangan dan Pembuatan Program Aplikasi Alkitab
Multimedia. [Online]. Tersedia: http://digilib.petra.ac.id. Download: 4 Juni
2008.
Costa, A. (1985). Developing Minds. Virginia: Association for Supervision
and Curriculum Development.
Hartono. (2006). Pembelajaran Fisika Modern bagi Mahasiswa Calon Guru.
Disertasi IPA SPs UPI: Tidak diterbitkan.
Lowe, R. (2001). Beyond “Eye-Candy”: Improving Learning with
Animations. [Online]. Tersedia: http:// auc.uow.edu.au. Download: 10 Mei
2008.
Meranti, D. et al. (2007). “The Use of Computer Animation in Learning
Process of Electrolysis Topic for Supporting Practical Activity to Improve
Conceptual Understanding and Basic Skill of Scientific Work (BSSW)”.
Makalah pada Seminar Internasional Pendidikan IPA I SPs UPI, Bandung.
Nurtjahjawilasa. (2004). Efektifitas Multimedia dalam Menunjang
Pembelajaran. [Online]. Tersedia: www.pusdiklathut.com. Download: 26
Februari 2007.
Priyono, E. (2004, 28 Agustus). Muh. Saefudin Guru Berprestasi Tingkat
Nasional. Suara Merdeka [Online], halaman 1. Tersedia:
http://www.suaramerdeka.com. Download: 14 September 2007.
Putri, S. (2007). Pembelajaran Konsep Bakteriologi dan Virologi Berbasis
Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Keterampilan Generik
Mahasiswa. Tesis IPA SPs UPI: Tidak diterbitkan.
Rahman, T. et al. (2007). “Peran Praktikum dalam Membekali Kemampuan
Generik pada Calon Guru”. Makalah pada Seminar Internasional
Pendidikan IPA I SPs UPI, Bandung.
Simpson, E. dan Courtney, M. (2001). Critical Thinking in Nursing
Education: A literature review. [Online]. Tersedia:
http://eprints.qut.edu.au. Download: 4 Juni 2008.
Suheri, A. (2006). Animasi dalam Pembelajaran. Dalam Animasi dalam
Pembelajaran [Online], Vol 2 (1), 7 halaman. Tersedia: http:// unsur.ac.id.
Download: 2 Juni 2007.
The Florida Center for Instructional Technology University of South Florida.
(2007). Multimedia in The Classroom. [Online]. Tersedia:
http://fcit.usf.edu/multimedia/overview/overviewa.html. Download: 22 Mei
2007.
Uhlig, G. (2002). Teaching Critical Thinking Online. [Online]. Tersedia:
http://www.freelibrary.com/2002/june.htm. Download: 28 Mei 2008.
Universitas Negeri Jakarta. (2005). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Multimedia dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://www.unj.ac.id
Download: 5 Juni 2008.
Utami, D. (2007). Animasi dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://www.uny.ac.id. Download: 14 September 2007.

FITRI, Trina Ambar,


No. Panggil S BIO FIT p-2010
URN etd-0601110-143226
Judul PERANAN MEDIA ANIMASI TERHADAP PENINGKATAN
PENGUASAAN KONSEP MATERI REPRODUKSI MANUSIA
Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Biologi
Pembimbing
Nama Pembimbing Fungsi
Riandi Pembimbing 1
Topik Hidayat Pembimbing 2
Kata Kunci

* Penguasaan Konsep
* Animasi
* Reproduksi Manusia
* Pendidikan
* Pendidikan

Tanggal Sidang 2009-02-25


Sipat Pengaksesan unrestricted
Abstrak

Makalah ini mengkaji tentang Peranan Media Animasi terhadap


Peningkatan Penguasaan Konsep Materi Reproduksi Manusia. Kajian
berdasarkan pada keunggulan dan kelemahan media animasi berdasar
hasil penelitian dengan metode studi pustaka. Hasil kajian pustaka
menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media animasi
terutama pada konsep-konsep yang bersifat abstrak dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa dibandingkan media ilustrasi statis. Media
animasi berperan sebagai alat untuk menyampaikan konsep yang
karakteristik materinya abstrak menjadi konkret. Karakteristik materi
sistem reproduksi manusia terdapat konsep yang bersifat abstrak
misalnya sistem hormonal, sehingga diperlukan alat bantu untuk
memvisualisasikan konsep tersebut yaitu dengan menggunakan media
animasi. Penggunaan media animasi dapat memudahkan siswa dalam
memahami konsep yang bersifat abstrak karena siswa seakan-akan
disajikan hal yang konkret, yang mana animasi menyajikan gerakan yang
dinamis. Pembelajaran yang menggunakan media animasi akan
membantu siswa dalam memahami materi sehingga siswa dapat
menguasai materi yang diajarkan. Media animasi dapat
memvisualisasikan konsep, menarik perhatian siswa, menggambarkan
proses, membuat kapasitas memori siswa lebih baik dan membangun
mental belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai