2 (2008) p: 93-101
Abstract
Coastal sandy land development faces the sand characteristics, the lower holding water
capacity and the larger nutrient leaching due to heavier rainfall in the tropics, soil porosity and
without soil layering so it need alternative technology for more efficient harvesting water resources
in suppor-ting the crop growing. The laboratory research studied the characteristic of various kind,
thickness and ratio of hardplain material was carried out at Laboratory of Agronomy of UNSOED, Soil
Mechanic of GMU. the SEM and X-RD of Lemigas Jakarta. Permeability determination by Falling Head
which is appropria-te measurment was not significantly different with ELE28-290 permeameter.
Permeability of Kokap clay soil and Nanggulan bentonite were larger than the rainfall intensity in
coastal sandy land. The Sentolo vertisol content 68% calcium smectite had permeability 3,7 mm.day -
1
. Bentonite permeabi-lity were not significantly different due to more than 80% clay mineral
composition. Therefore the permeability of natrium bentonite like as BPIB and BLUB namely 1,4.10 -2
and 10-2 mm.day-1 were lower than the calcium bentonite like as RMBL and BLBK permeability
namely 4,3 10-2 and 2,43 10-2 mm.day-1. Permeability of 0,5 cm thickness bentonite was not
significantly different than 1,0 dan 1,5 cm thickness and those had very low permeability. Bentonite
sand mixture 15 and 20 percent produced bentonite sand agregate that had mesopores by which
allowing the drainage and available soil water so that those had water permeability 13,7 dan 10,3
mm.day-1 respectively. The mixture 30-100% had not significantly different permeability namely
7,3.10-2 up to 1,4 10-2 mm.day-1. The combination of tickness and the low ratio of bentonite sand
mixutre need to be determined to produce favourable environment in supporting the plant growth.
Key words: bentonite ratio, coastal sandy land, microstructure, mineral composition
hari hujan per bulan dengan intensitas tunggal, biasanya deposit tersusun oleh
mencapai 47,3 mm.hari-1 (Saparso, 2001). beberapa jenis mineral (Ranst, 1995).
Perakaran tanaman sayuran yang dangkal
Ketebalan lapisan tanah berpengaruh
(Brar dan Reynold, 1996) dan kandungan
terhadap permeabilitas tanah (Verplancke,
lengas volumetrik kapasitas lapangan
1990). Pencampuran tanah dengan mineral
15,20% dan titik layu permanan 3,4%
lempung aktif seperti bentonit dapat
(Saparso, 2001) menyebabkan air siap
menghasilkan cam-puran yang memiliki
tersedia hanya 3,9 mm.hari-1 per kedalaman
permeabilitas yang ren-dah serta stabil secara
7,5 cm, lebih rendah daripada kebutuhan air
mekanis. Nisbah cam-puran 5-15% bentonit
tanaman daerah tropis 8-9 mm.hari-1
dengan tanah pasir debu-an (silty sand)
(Dorrenboss dan Kassam, 1979). Selain
digunakan sebagai penyekat tempat
berpengaruh terhadap hasil tanaman, daya
sampah (de Magistris dkk., 1998). Namun
menahan air yang rendah dengan laju
peranan dan penerapan berbagai bahan
pengatusan tinggi (Massoud, 1975) juga
lapisan kedap terhadap ketersediaan air, hara
menyebabkan air pengatusan mencapai 204,5
dan oksigen untuk mendukung pertumbuhan
mm.hari-1.
tanam-an di lahan pasir pantai belum
Tanah pasiran gumuk pasir pantai diketahui. Peneli-tian ini bertujuan
tergolong tanah muda yang tidak memiliki mengidentifikasi permeabi-litas, komposisi
horizon tanah (Darmawijaya, 1990) sedangkan mineral dan mikro-struktur berbagai jenis,
aliran air suatu tanah ditentukan oleh lapisan ketebalan dan nisbah bentonit pasir sebagai
yang memiliki permeabilitas yang paling bahan lapisan kedap.
rendah (Verplancke, 1990). Massoud, (1975)
dan Al-Omran dan Al-Harbi (1998) Bahan dan Metode
menyatakan bahwa upaya pemberian lapisan
yang relatif kedap air dapat mengurangi Bahan lapisan kedap diperoleh dari
pelindian hara dan meningkatkan air segera wilayah di dalam dan luar Daerah Istimewa
tersedia. Pemberian lapisan aspal terbukti Yogyakarta dengan jenis tanah dan asal
dapat meningkatkan hasil tanaman dan bahan seperti tertera dalam Tabel 1.
penghematan air 18 persen. Namun tiupan Penelitian dilaksanakan dalam empat tahap
angin bergaram dan air pengatusan kurang percobaan.
dari 380 mm.tahun-1 dapat menyebabkan Percobaan I sebagai percobaan
tanah menjadi salin (Donahue dkk., 1977). pendahuluan bertujuan untuk membandingkan
metode penentuan permeabilitas metode
Indonesia memiliki deposit bentonit
dengan jenis dan sifat kimia yang berbeda penurunan tinggi tekanan (Falling Head
antar daerah (Simatupang dan Sigit, 1992). Methode, FHM) dan permeameter ELE29-
Bentonit tersusun mineral smektit lebih dari 290. Bahan lapisan kedap yang dicobakan
80% (Kau dkk., 1998) dengan permeabilitas adalah PSIR, BLBK, BLUB, BPIB, nisbah (BPIB
dengan pasir) 15 dan 20%. dimana P’ adalah
sangat rendah 10–10 sampai 10–14 m.detik-1
(Dixon dkk., 1999; Kau dkk., 1998) berpotensi penampang tabung penurunan air (cm), P
sebagai bahan lapisan kedap. Menurut adalah penampang melintang lapisan kedap
Simatupang dan Sigit (1992) ada dua jenis (cm), adalah panjang sample lapisan kledap
bentonit yaitu bentonit natrium (cm), t adalah waktu yang dibutuhkan
(mengembang) dan bentonit kalsium (tidak selama penurunan permukaan air tabung dari
mengembang). Bentonit juga mempunyai H1 ke H2 , 10 adalah faktor pengubahan
sifat mengadsorpsi air, dapat memperbaiki satuan dari cm menjadi mm. Permeabilitas
lingkungan pertumbuhan tanaman (lengas dan juga ditentukan dengan Pasir dan bahan
suhu tanah). Indonesia juga memiliki lahan lapisan kedap dimasukkan ke dalam botol
bertanah gromosol 1.800.000 ha (Dudal dan permeameter Falling Head (Gambar 1a).
Supraptohardjo, 1957). Tanah gromosol yang Permeabilitas (K) ditentukan mempergunakan
rumus (Verplancke, 1990):
disebut juga Vertisol tersusun oleh lempung
smektit dan memiliki permeabilitas rendah.
Mineral yang mengembang memiliki jarak P' L H 1
antar unit makin melebar dan lapisannya K ln x10....mm.hari 1
menjadi bentuk serpihan serta dapat Pt H2
ditentukan dengan Difraksi SinarX dan secara
alamiah jarang ditemukan deposit mineral permeameter ELE28-290 (Gambar 1b)
dilaksanakan di Laboratorium Mekanika Tanah,
Shiddieq. Karakterisasi Berbagai Jenis Bahan 95
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Ht adalah tebal lapisan (2 cm), Rt adalah
dengan rumus (Hardijatmo, 2002): faktor koreksi, P adalah tekanan air (kPa), A
adalah luas penampang, 0,0116 adalah faktor
qHt9.81Rt 1
pengubahan dari satuan m.detik-1 menjadi
K x0.0116mmhari mm.hari-1. Permeabilitas kedua metode
100PA100 dibandingkan dengan uji α2 taraf 5 persen.
dimana q adalah debit rata-rata (cm3.detik-1)
plastik
D
(4)
E
ai
r C
(5)
(2)
B lapisan
A kedap
pasi
r (1)
kain
(a) (b)
Gambar 3. Permeameter metode Falling Head (a) dan ELE28-290 (b): sel
konsolidasi (1), baut penekan (2), kran air (3), manometer (4)
dan tabung kerosin (5)
96 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 93-102
Percobaan II, III dan IV disusun dalam Pinacle dan disimpan dalam file.JPEG.
Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan Mikrostruktur nisbah 20% dan 100% juga
tiga ulangan. Tiap unit percobaan terdiri atas ditentukan di Laboratorium Scanning
satu unit permeameter metode Falling Head. Electrone Microscope (SEM) Lemigas, Jakarta.
Percobaan II bertujuan untuk menentukan Gambar yang mewakili karakter sampel
permeabilitas dan mengidentifikasi komposisi disimpan dalam file Microsoft Excel (Lemigas,
mineral penyusun berbagai jenis lapisan kedap 2001).
antara lain : PSIR, BNGL, KKAP, VERT,
RMBL, BLBK, BLUB dan BPIB. Komposisi
mineral bahan ditentukan di Laboratorium
Hasil dan Pembahasan
Difraksi-Sinar X Lemigas, Jakarta dengan Metode Penentuan Permeabilitas
mesin XRD tipe Philips PW1730/10. Analisis Bahan Lapisan Kedap
lindak terhadap sampel 4 m untuk Uji χ2 menunjukkan bahwa penentuan
menentukan jenis dan persentase mineral permeabilitas dengan metode penurunan
semi kuantitatif berdasar difraktogram yang tinggi tekanan (Fallling Head Methode) dan
dicocokkan dengan d-spacing dalam Join permeameter ELE28-290 tidak berbeda nyata
Commision of Powder Data Standart (JCPDS). pada taraf kepercayaan 5 persen. Waktu
Analisis terarah dilaksanakan untuk pengamatan setelah lapisan kedap jenuh
mengetahui jenis mineral lempung dengan berbeda sangat nyata antara metode Falling
analisis kering udara (AD). Apabila difrakto- Head dengan ELE29-290 (Tabel 2). Menurut
gram menunjukkan adanya kaolinit dan/ atau Hardijatmo (2002) permeabilitas tanah
klorit dilanjutkan dengan Hot analysis. Difrak- lempung sangat lambat, dapat ditentukan
togram dicocokkan dengan difraktogram dengan metode permeameter penurunan
standar smektit Na dan Ca (Lemigas, 2001). tinggi tekanan yang dirancang khusus dari
Percobaan III bertujuan menentukan suatu percobaan konsolidasi dengan diberi
permeabili-tas berbagai jenis dan ketebalan tekanan udara tertentu untuk menghindari
lapisan bentonit. Perlakuan jenis bentonit penggunaan pipa yang tinggi seperti ELE28-
meliputi empat taraf yaitu RMBL, BLBK, BLUB 290. Permeameter ELE18-290 hanya dimiliki
dan BPIB. Keteba-lan lapisan terdiri atas 3 oleh laboratorium tertentu dengan jumlah
taraf yaitu 0,5 cm; 1,0 cm dan 1,5 cm. yang sangat terbatas sehingga hasil analisis
Perlakuan kontrol meliputi lapisan semen dan diperoleh dalam waktu yang lama meskipun
plastik. Percobaan IV bertuju-an menentukan pengukurannya sangat cepat. Pemanfaatan
permeabilitas dan membedakan mikrostruktur metode FHM selain dapat dilaksanakan dimana
berbagai nisbah lapisan bentonit yaitu 0, 15, saja dengan biaya murah, alat ini dapat
20, 30, 40, 60, 80 dan 100%. Faperta didapat dengan mudah dan dapat
Unsoed, Purwokerto. Gambar dalam dengan menggambarkan keadaan sebenarnya di
binokuler di Laboratorium Agronomi, lapangan baik letak dan ketebalan lapisan
Mikrostruktur perbesaran 200 kali ditentukan seperti yang diharapkan.
mikroskop ditangkap dengan program visual
Tabel 2. Permeabilitas (K, mm.hari-1) berbagai jenis bahan lapisan kedap dengan metode ELE28-
290 dan Falling Head (FHM)
ELE 28-290 . FHM .
Jenis lapisan
P t Q K ts T H1- H2 K
PSIR 10,0 0,0002 141.112,8 566,0500 0,005 0,005 18,2-13.9 558,007
15% * 56,0 0,0003 7153,9 8,4670 0,472 4,750 18,5-14,0 13,700
20% * 80,0 0,0004 6056,6 6,4192 0,009 5,460 18,5-14,7 10,290
BLBK 74,3 0,0014 57,6 0,0582 0,380 6,830 18,1-16,9 0,024
BLUB 166,5 0,0010 87,7 0,0255 0,880 24,130 18,1-17,1 0,010
BPIB 170,0 0,5525 1,0 0.0003 2,410 36,800 18,1-17.4 0,014
2 hit 751.826,80 ** 6,08 tn
2 tab 11,07 11,07
Keterangan : * : nisbah bentonit (BPIB) dengan pasir ( PSIR); P adalah tekanan air (kPa); Q adalah debit air rata-rata
(cm3/hari); ts adalah lama penjenuhan (hari); t adalah waktu pengamatan setelah jenuh (hari); H1, H2
adalah tinggi air awal dan akhir pengamatan (cm)
Shiddieq. Karakterisasi Berbagai Jenis Bahan 97
Permeabilitas lapisan bentonit RMBL, dan 65%. Vertisol mengandung kuarsa 17%
BLBK, BLUB dan BPIB lebih rendah daripada dan plagioklas 15% sedangkan bentonit
permeabilitas tanah vertisol Sentolo. Antar BLBK tidak mengandung plagioklas tetapi
jenis lapisan bentonit memiliki permeabilitas mengandung Illite 5% dan kaolinit 12% (Tabel
tidak berbeda nyata berkisar antara 0,043 4 dan Gambar 2). Menurut Rans (1987) dan
mm.hari-1 sampai 0,014 mm.hari-1. Lapisan Welton (1984) bahan mineral di alam tersusun
bahan baku basah bentonit Boyolali, RMBL oleh beberapa jenis mineral. Puncak difraksi
memiliki permeabilitas 0,043 mm.hari-1. utama mineral kuarsa mudah diidentifikasi
Bahan lapisan kedap bentonit Punung Pacitan, karena menunjukkan adanya pola dengan
BPIB memiliki permeabilitas 0,014 mm.hari-1 banyak puncak. Mineral bukan lempung
dan tidak berbeda nyata dengan bentonit yang menunjukkan puncak-puncak yang tajam
lain (Tabel 3). Menurut Ranst (1995) daripada mineral lempung (Rans, 1995).
permeabilitas tanah ditentukan oleh komposisi Kuarsa memiliki jarak lempeng 4,26 Ao, 3,34
mineral penyusun tanah. Uji XRD Ao dan 2,46 Ao pada sudut 2θ : 20o, 27o dan
menunjukkan bahwa bentonit BPIB dan 36o. Mineral Illit memiliki puncak utama pada
BLUB dikuasai oleh mineral smektit masing- sudut 2 θ: 8o , 17o dan 27o berturut-turut
masing 90 dan 95%. Vertisol dan bentonit 10,01 Ao, 5,0 Ao dan 3,8Ao (Rans, 1995 ;
BLBK masing-masing mengandung smektit 68 Welton, 1984).
penyumbat tempat sampah (de Magistris dkk., cm yang memiliki permeabilitas masing-
1998) dan bahan isolator pengemas sampah masing 0,0194 dan 0,0190 mm.hari-1. BPIB
radioaktif (Kau dkk., 1998). maupun BLUB tergolong bentonit Na. Menurut
Simatupang dan Sigit (1992) bentonit Na
memiliki fungsi utama sebagai lumpur
Permeabilitas Berbagai Jenis dan pemboran (drilling mud) yang memiliki
Ketebalan Lapisan Bentonit permeabilitas yang sangat rendah akibat daya
Bahan baku bentonit Boyolali, RMBL mengembang yang tinggi mencapai 8 kali
dalam bentuk serbuk 80 mesh ketebalan 1 cm volumenya. Semua lapisan bentonit mimiliki
maupun 1,5 cm masing-masing memiliki permebailitas yang sangat rendah bahkan
permeabilitas 0,0573 dan 0,0331 mm.hari-1 pada ketebalan 0,5 cm masih sangat efektif
nyata lebih rendah daripada ketebalan 0,5 cm mengendalikan permeabilitas tanah pasir
memiliki permeabilitas 0,1216 mm.hari-1 namun ketebalan 0,5 cm sangat sulit
Permeabilitas RMBL tebal 0,5 cm tidak penerapannya di lapangan. Permukaan tanah
berbedanyata dengan permeabilitas BLBK yang benar-benar rata tanpa ada perbedaan
baik 0,5 cm, 1,0 cm maupun 1,0 cm yaitu tinggi sangat sulit dicapai di lapangan oleh
berturut-turut 0,1220 mm.hari-1, 0,0840 dan karena itu perlu dicari ketebalan tertentu
0,0687 mm.hari-1 (Tabel 5). Hal ini diduga yang mudah dilaksanakan di lapangan dan
bahwa RMBL merupakan bahan baku masih memiliki fungsi mengendalikan laju
BLBK.Lapisan kedap bentonit Punung, Pacitan perkolasi. Permeabilitas yang terlalu rendah
(BPIB) dengan ketebalan 0,5 cm tidak dapat menyebabkan tanah menjadi salin
berbeda nyata dengan BLUB 0,5 cm masing- akibat rendahnya perkolasi sehingga perlu
masing memiliki permeabilitas 0,0321 dan dicari kombinasi ketebalan dengan nisbah
0,0219 mm.hari-1. Lapisan kedap bentonit 1,0 campuran bentonit dengan pasir yang dapat
cm dan 1,5 cm BPIB memiliki permeabilitas meningkatkan kandungan air dan masih
paling rendah yaitu 0,0179 dan 0,0144 memberikan air perkolasi sehingga
mm.hari-1 dan tidak berbeda nyata dengan memberikan pertumbuhan yang baik bagi
bentonit BLUB dengan tebal 1,0 cm dan 1,5 pertumbuhan tanaman.
Tabel 5. Permeabilitas jenis dan ketebalan lapisan kedap bentonit dengan metode Falling Head
Permeabilitas
Jenis Ketebalan ts t H1- H2
Rata2 Rata2
bentonit (cm) (hari) (hari) (cm) (mm.hari-1) % pasir
Jenis Ketebalan
RMBL 0,5 0,17 13.83 18,6-14,6 0,122 a 0,022 0,071 a 0,074 a
1,0 0,80 19,20 18,4-16,5 0,057 b 0,010 0,044 b
1,5 1,58 18,42 18,1-17,0 0,033 b 0,006 0,033 c
BPIB 0,5 0,17 19,83 18,7-17,5 0,032 b 0,006 0,020 b
1,0 3,33 16,67 18,0-17,5 0,014 c 0,003
1,5 4,29 15,71 18,0-17,6 0,014 c 0,003
BLUB 0,5 0,67 19,93 18,6-17,8 0,022 b 0,004 0,019 b
1,0 1,67 18,33 18,0-17,4 0,019 c 0,004
1,5 1,67 18,33 18,1-17,5 0,019 c 0,003
BLBK 0,5 0,20 19,80 18,6-14,6 0,122 a 0,022 0,091 a
1,0 0,80 19,20 18,3-15,6 0,084 a 0,015
1,5 1,25 18,75 18,2-16,0 0,069 a 0,012
Plastik 0,02 20,00 17,7-17,7 0,000 d
Semen 0,5 20,00 18,2-18,2 0,000 d
Shiddieq. Karakterisasi Berbagai Jenis Bahan 99
3,3 3 3,3
15 4 0 4
4,0
00 Q 0 Q
4
3,2
h 4, Pla
1 2,
i 10 Smc 21
2 Pla 56
t 00 , S
0 S
u 15,3 m 1,82
0 m
n 4,2 5 c 2,1 1,93Q 1,
g 5 1,8 1 c
15,1 5 2,3 1 Q 77
a 0 2,5 2,1 2 0 S
4 7. Q 3, 3, 2,6 Q 1,6 Q
n 0 1 4, 57 2 QQ Q Q 0 m
Smc 1 1,98 7
, 5 c
0 K K S Q Q 0
0 S ao m
ao
Il10 m 20 c 30 40 10 20 30 40
50
l c 50
posisi (2 ) posisi (2 )
BLB VE
K RT
6 4
3,3 4, 3,3
0 0 15,2
4 45 4
0 0 4
Q S Q
h 4, Smc
4 3 m
i 48 4,2
0 0 c 4
t S
0 15,2 4,2 0 3, 2,
u m 2, 2 Q
5 4 10 57
n c 1,
g
Sms Q 3, 71 0 S S
2 3, 11 S 0 m2,69
m 1,8 69
a 1, 5,
0 57 S m2,28 1,82 69 1 c Qc 1 S
n 7, 5, K 7, 19
0 m c Q 1,98 0 m
16 18 ao QQ
S
0
17 S
Q c
c
K S m
0
K m
0 ao m c ao c 20
10 30 40
10 c 20 30 40
50
50
posisi (2 )
posisi (2 )
BPI BL
B UB
Gambar 2. Difraktogram analisis lindak komposisi mineral dalam bahan lapisan kedap, bentonit
Boyolali BK, BLBK (a), tanah vertisol (b), bentonit pacitan , BPIB (c) dan bentonit
Boyolali UB, BLUB (d) dimana: angka menunjukkan jarak lempeng (Ao), Smc
(smektit), Ill (Illit), Kao (Kaolinit), Pla (Plagioklas), Q (Kuarsa)
pasir dengan bentonit. Analisis SEM pada Semakin tinggi nisbah bentonit terhadap
mikrostruktur lapisan kedap bentonit 20 pasir semakin banyak dijumpai gugusan
persen menunjukkan bahwa bentonit dapat bentonit yang mirip kumpulan awan. Nisbah
menyatukan fraksi pasir menjadi jonjotan bentonit 30 persen tidak tampak lagi zarah
dan tidak lepas pada keadaan kering dan pasir dan hanya tampak gugus bentonit yang
masih memiliki pori-pori meso berukuran 100 saling bersinggung-an dan tidak dijumpai pori-
µm (Gambar 3a). Hal ini mirip yang pori antara zarah bentonit. Nisbah bentonit
ditemukan oleh Welton (1984) pada kuarsa yang lebih tinggi 40-100 persen juga tidak
dari Amoco Red Canyon # 1 well, Wyoming tampak adanya zarah pasir karena tertutup
Formation (age) direkatkan satu sama lain zarah bentonit. Analisis SEM menunjukkan
oleh adanya lempung. Menurut Don Scot bahwa butir bentonit murni berukuran 60 m
(2000) pori-pori meso selain mampu dan saling bersinggungan membentuk gugus
meningkatkan kandungan air tersedia bagi seperti awan dan tidak tampak adanya pori-
tanaman juga masih dapat memberikan air pori antar zarah sehingga ber-sifat relatif
perkolasi. kedap terhadap air (Gambar 3b)
b
a b
s
b h
s h
h
Gambar 3. Mikrostruktur lapisan kedap bentonit 20% dengan perbesaran 130 kali (a) dan 100%
dengan perbesaran 1800 kalai (b) dalam SEM pada tegangan 20 KV , h (pori meso), b
(zarah bentonit , warna putih), s (zarah pasir kuarsa)
Tabel 6. Permeabilititas (K) berbagai nisbah bentonit Pacitan (BIB) dengan pasir dengan metode
Falling Head
Nisbah bentonit dan t s (hari) T (hari) H1- H2 (cm) K (mm.hari-1)
pasir
0% (pasir 100%) 0,080 0,005 18,2-13,9 558,3070 a
15% BPIB 0,472 4,75 18,5-14,0 13,7000 b
20% BPIB 0,009 5,46 18,5-14,7 10,2900 c
30% BPIB 0,360 9,37 18,1-16,9 0,0753 d
40% BPIB 0,750 12,25 18,2-16,9 0,0597 d
60% BPIB 0,650 12,35 18,0-17,2 0,0383 d
80% BPIB 1,480 18,.50 17,9-17,4 0,0169 d
100% BPIB 2,410 36,80 18,1-17,4 0,0144 d
bentonit tidak berbeda nyata akibat BPS Bantul. 2000. Bantul dalam Angka. BPS
kandungan smektit lebih dari 80%. Meskipun Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
demikian permeabilitas bentonit natrium Yogyakarta.
seperti BPIB dan BLUB berturut-turut 1,4.10-2 Brar, G.S. dan C.M. Reynold. 1996. Soil Physical
dan 10-2 mm.hari-1 lebih rendah tidak nyata Environment and Root Growth in Northern
terhadap permeabilitas bentonit kalsium Climates. Special Report 96-13. Strategic
seperti RMBL dan BLBK yaitu 4,3 10-2 and Environment and Development.
2,43 10-2 mm.hari-1. Ketebalan lapisan Chalifah, A. 2006. Beragribisnis yang Lestari di
bentonit 0,5 cm memiliki permeabilitas lebih Lahan Pasir Pantai, Mengapa Tidak.
tinggi nyata daripada ketebalan 1,0 dan 1,5 http.www.pemda-diy.go.id.
cm. Nisbah campuran bentonit Pacitan 15 Chartzoulakis, K.S. and M.H. Loupassaki.
persen dan 20 persen terhadap pasir dapat 1997. Effect of NaCl Salinity on
membentuk agregat yang memiliki pori-pori Germination, Growth, Gas Exchange and
meso dan memiliki permeabilitas 13,7 dan Yield of Greenhouse Eggplant. Agriculture
10,3 mm.hari-1. Nisbah bentonit 30-100 Water Management 32(3): 215-225.
persen memiliki permea-bilitas tidak Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi Tanah,
berbeda nyata berkisar 1,4. 10-2 sampai 7,5 Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan
10-2 mm.hari-1. Perlu dikaji kombinasi Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah
ketebalan dengan nisbah bentonit dengan Mada University Press, Yogyakarta.
pasir rendah sampai 30% terhadap DeMagistris, F.S., F. Silvetri and F. Vinale.
lingkungan pertumbuhan tanaman. 1998. Physical and Mechanical Properties
of a Compacted Silty Sand with Low
Bentonite Fraction. Can. Geotech. J.
Daftar Pustaka 35:909-925.
Dinas Pertambangan, Prop. Daerah Istimewa
Adiyoga, W. 1999. Pola Pertumbuhan Yogyakarta. 1999. Prospek Bahan Galian di
Produksi Beberapa Jenis Sayuran di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Indonesia. J. Hort. 9(3): 258-265. Dixon, D.A., J. Graham and M.M. Gray. 1999.
Ahmadsarido, A.S. 1982. Kondisi Hydraulic Conductivity of Clay in Confined
Geomorfologi Lingkungan dan Test under Low Hydraulic Gradients. Can.
Geomorfologi Dinamik di Daerah Pantai dan Geotech J. 36: 815-825.
Implikasinya terhadap Pengelolaan Donahue, R.L., R.W. Miller and J.C.Sickhma.
Lingkungan Fisik Daerah Pantai. Disertasi 1977. Saline and Sodic Soil and their
UGM, Yogyakarta. Reclamation dalam An Introdustion to Soil
Al-Omran, A.M. and A.R. Al-Harbi. 1998. and Plant Growth. Prentice Hall Inc.,
Improvement of Sandy Soils with Soil Englewood Cliffs, New Jersey.
Conditioners.. In Wallace, A. and A.E. Don Scott, H. 2000. Soil Physics Application,
Terry (eds.) Handbook Substaces That Agriculture and Environment. Iowa State
Enhance of Soil , the Physical Properies of University Press, Ames.
Soil Condi-tioners. Mercel dekker, Inc. New Doorenboss, J. and A.H. Kassam. 1979. Yield
York. Response to Water. FAO Irrigation and
Arifin, M. dan A. Sudradjat. 1997. Bentonit. Drainage Paper,UNO, Rome.
Dalam Bahan Galian Industri (ed. Suhala, Dudal, R. dan Supraptohardjo. 1957. Soil
S dan M. Arifin). Pusat Penelitian dan Classification in Indonesia. Pemb. Balai
Pengembangan Teknologi Mineral, Besar Penyelidikan Tanah, Bogor.
Bandung. Hardijatmo, H.C. 2002. Mekanika Tanah I.
Boswell, F.C., J.J. Meisinger and N.L. Case. Gadjah Mada Universiry Press, Yogyakarta.
1997. Produksi, Pemasaran dan Kertonegoro, B.J. 2003. Pengembangan
Penggunaan Pupuk Nitrogen. Dalam Budidaya Tanaman Sayuran dam
Engelstad, O.P. 1985. Fertilizer Technology Hortikultura pada Lahan Pasir
and Use (terje-mahan Goenadi,D.H. 1997. Pantai:Sebuah Model Spesifik Dari Daerah
Teknologi dan Penggunaan Pupuk). Edisi Istimewa Yogyakarta. Agr-UMY XI(2):67-
Ketiga. UGM Press, Yogyakarta. 75.
BPP Sanden. 2001. Programa Penyuluhan Kau, P.M.H., D.W. Smith and P. Binning. 1998.
Pertanian Tingkat BPP Sanden. Balai Experiment Sorption of Fluoride by
Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kaolinite and Bentonite. Geoderma 84:89-
Kabupaten Bantul, Yogyakarta. 108.
102 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 93-102
Lemigas. 2001. Instruksi Kerja Alat Scanning Simatupang, M. dan S. Sigit. 1992. Pengantar
Electrone Microscope dan Metode Uji Pertambangan Indonesia. Asosiasi
Identifikasi Jenis Mineral. Laboratorium Pertambangan Indonesia, Jakarta.
Eksplorasi, Pusat Penelitian Pengembangan Smika , D.E., D.F. Heermann, H.R. Duke and
Teknologi Minyak dan Gas Bumi, LEMIGAS. A.R. Batchchelder. 1977. Effect on Soil
Jakarta. Properties and Tomato Growth Using
Massoud, F.I. 1975. Physical Properties of Micro Irrigation. Agronomy Journal 69:623-
Sandy Soils in Relation to Cropping and Soil 626.
Conservation Practices. Dalam Sandy Soil. Sukresno, Mashudi, A.P. Supangat, Sunaryo
Report of FAO/UNDP Seminar on dan D. Subaktini. 2000. Pengembangan
Reclamation and Management of Sandy Potensi Lahan Pantai Berpasir dengan
Soils in the Near East and North Africa. Budidaya Tanaman Semusim di Pantai
FAO-UNO, Roma. p: 47-72. selatan Yogyakarta. Prosiding Seminar
Ranst, E.V. 1995. Clay Mineralogy; Crystal Nasional Pengelolaan Ekosistem Pantai dan
Structure, Identification, Analysis and Pulau-pulau Kecil dalam Konteks Negara
Chemistry of Clay Mineral and Clays. Kepulauan. Fakultas Geografi UGM,
International Trainning Centre for Post Yogayakarta, 2 September 2000.
Graduate Soil Scientists. State University Suryana, A. 2007. Strategi dan Inovasi Iptek
Gent, Belgium. Sumberdaya Lahan dalam Menghadapi
Ratusari, Y. 2003. Keragaan Beberapa Varietas Perubahan Iklim Global dan Perbaikan
Bawang Merah di Lahan Sawah dan Lahan kualitas Lingkungan. Disampikan dalam
Pasir Pantai. Skripsi Fakultas Pertanian UGM Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan
(Tidak dipubikasikan). Lingkungan. Balai Besar Litbang
Saparso. 2001. Kajian Serapan N dan Sumberdaya Lahan Pertanian,
Pertumbuhan Tanaman Kubis Pada Balitbangtan, 7-8 November 2007, Bogor.
Berbagai Kombinasi Mulsa dan Dosis Pupuk Verplancke, H.J.W. 1990. Soil Physics, Partim
N di Lahan Pasir Pantai. Tesis Program 1. University Gadjah Mada, Faculty of
Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta (Tidak Agriculture and Rijksuniversiteit Gent,
dipublika-sikan). Faculty Van De, Belgium.
Saparso, Subiyanti-Harsono dan Tohari. 2002. Welton, J.E. 1984. SEM Petrology Atlas.
Serapan Nitrogen Tanaman Kubis Pada Chevron Oil Research Company, Methode
Berbagai Kombinasi Mulsa dan Dosis in Exploration Series. The American
Pupuk Nitrogen di Lahan Pasir Pantai. Assosiaton of Petroleum Geologist,
Agrin (Agricultural Research and Oklahom
Informatuon), Jurnal Penelitian Informasi
Pertanian6(12):20-29.
Saparso, Subiyanti-Harsono dan Tohari. 2003.
Pengembangan Tanaman Kubis Lahan Pasir
Pantai: Pertumbuhan Tanaman Pada
Berbagai Kombinasi Mulsa dan Cara
Pemupukan Nitrogen. Agrin (Agricultural
research and Informatuon), Jurnal
Penelitian Informasi Pertanian 7(2):60-73.