Anda di halaman 1dari 19

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN (MICROTEACHING)

“ISTIRAHAT DAN TIDUR”

A. TIDUR DAN ISTIRAHAT


Tidur dan Istirahat merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh
semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi
secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada
setiap individu. Secara umum, Istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks,
tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat
bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di
taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat.

Sedangkan Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas
fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fsiologis
tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga
dari waktu kita, kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan
bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian
beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan
kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.

B. FISIOLOGI TIDUR
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan periode yang
lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur-terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi
fisiologis dan respons perilaku.
1. Circadian Rhythm (Irama Sirkadian)
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada
manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor
lingkungan (misal; cahaya, kegelapan, gravitasi, dan stimulus elektromagnetik).
Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi
siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung, tekanan darah,
temperature, sekresi hormon, metabolisme, dan penampilan serta perasaan
individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama
biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu
memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan
bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur
pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis,Taylor,Lemone,1989).
a. Tahapan tidur

ricco arika sandy’s file


Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat
elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram
(EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement
(NREM) dan rapid eye movement (REM).
1) Non Rapid Eye Movement (NREM).
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena
gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek
daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar.
Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di
samping itu,semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital,
metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4
tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap
III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep).
a) Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri
sebagai berikut : rileks, masih sadar dengan lingkungan, frekuensi nadi
dan nafas sedikit menurun, bola mata bergerak dari samping ke
samping, dapat bangun segera selama tahap ini. Tahap ini berlangsung
selama 5 menit.
b) Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut : bola mata berhenti bergerak,
temperatur tubuh menurun, serta frekuensi nadi dan nafas menurun
secara jelas. Tahap ini berlangsung sekitar 10-15 menit.
c) Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi
nafas serta proses tubuh lainnya lambat, awal dari keadaan tidur lelap,
disebabkan adanya dominasi sistem syaraf parasimpatis dan sulit
untuk dibangunkan. Berlangsung 15-30 menit.
d) Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur nyenyak, sulit dibangunkan gerakan
bola mata cepat, sekresi lambung menurun, jarang bergerak dan sulit
dibangunkan, serta tonus otot menurun.

ricco arika sandy’s file


Pre sleep

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV

Tahap REM

Tahap II Tahap III

2) Rapid Eye Movement (REM).


Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30
menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi
terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM,otak cenderung aktif dan
metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada tahap individu menjadi
sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba,
tonus otot terdepresi,sekresi lambung meningkat,dan frekuensi jantung
dan pernapasan sering kali tidak teratur

b. Siklus Tidur
Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang
komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya
melalui emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai
dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung
selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit.
Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I
REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.

ricco arika sandy’s file


2. Pengaturan Tidur

Kontrol dan regulasi tidur tergantung pada interrelasi antara dua mekanisme
serebral yang bekerja saling berlawanan antara yang satu dengan lainnya.
Keduanya secara intermiten mengaktivasi dan mensupresi pusat luhur di otak
yang mengontrol tidur dan terjaga. Satu mekanisme menyebabkan individu
terjaga, sedangkan mekanisme lainnya menyebabkan individu tertidur.

Sistem pengaktipan reticular (reticular activating system/RAS) terletak dalam


batang otak atas (upper brainstem). RAS diyakini mengandung sel-sel khusus
yang mempertahankan keadaan siaga dan terjaga. RAS menerima input rangsang

ricco arika sandy’s file


sensori visual, auditori dan nyeri serta rangsang raba. Aktivitas dari serebral
kortek (seperti emosi dan proses berfikir) juga menstimulasi RAS. Studi yang
dilaporkan oleh Canavan (1984) dan Chuman (1983) dalam Potter & Perry (1993)
meyakini bahwa keadaan terjaga merupakan akibat dari neuron-neuron yang ada
dalam RAS melepaskan katekolamin seperti hormon norepineprin.

Tidur dapat juga ditimbulkan oleh pelepasan serotonin dari sel khusus dalam
raphe sleep system pada pons dan bagian medial dari otak depan. Area otak ini
disebut juga sebagai regio pengsinkronan bulbar (bulbar synchronizing
region/BSR). Bagaimana seseorang dapat mempertahankan keadaan terjaga atau
keadaan tidur bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat
otak (seperti, berfikir); reseptor sensori perifer seperti stimuli bunyi dan cahaya;
dan sistem limbik atau emosi (Potter & Parry,1993).

Seorang yang mencoba untuk tidur, akan menutupkan matanya dan mengatur
posisinya sehingga rilek. Stimulus pada RAS menjadi menurun. Jika ruangan
digelapkan dan tenang, maka aktivasi RAS akan semakin menurun. Pada suatu
saat BSR akan mengambil alih, sehingga menyebabkan individu menjadi tertidur
(Potter & Perry, 1993)

C. FUNGSI TIDUR
Fungsi tidur adalah restorative (memperbaiki) kembali organ – organ tubuh.
Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement
(REM) dan Nonrapid Eye Movement (NREM). Nonrapid Eye Movement akan
mempengaruhi proses anabolik dan sintesis makromolekul ribonukleic acid
RNA). Rapid Eye Movement akan mempengaruhi pembentukan hubungan baru
pada korteks dan sistem neuroendokrin yang menuju otak. Selain fungsi di atas
tidur, dapat juga digunakan sebagai tanda terdapatnya kelainan pada tubuh yaitu
terdapatnya gangguan tidur yang menjadi peringatan dini keadaan patologis
yang terjadi di tubuh.
Menurut Oswald,dkk (1983), tidur merupakan waktu pemulihan fisiologis dan
psikologis dan persiapan untuk periode jaga berikutnya.

Kebutuhan Tidur Normal


Kebutuhan tidur pada manusia tergantung pada tingkat perkembangan,
kebutuhan tidur manusia.
Berdasarkan Umur :

Umur Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur


0 – 1 bulan bayi baru lahir 14 - 18 jam/hari
1 bulan - 18 bulan masa bayi 12 - 14 jam/ hari

ricco arika sandy’s file


18 bulan - 3 tahun masa anak 11 - 12 jam/hari
3 tahun - 6 tahun masa prasekolah 11 jam/hari
6 tahun - 12 tahun masa sekolah 10 jam/ hari
12 tahun - 18 tahun masa remaja 8,5 jam/hari
18 - 40 tahun masa dewasa 7 - 8 jam/hari
40 tahun - 60 tahun masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun keatas masa dewasa tua 6 jam/hari.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR


1. Penyakit fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik, atau masalah
suasana hati, seperti kecemasan atau depresi dapat menyebabkan masalah tidur.
Penyakit juga membuat pasien tidur dalam posisi yang tidak biasa, seperti posisi
yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat mengganggu
tidur. Beberapa penyakit yang menyebabkan gangguan tidur diantaranya adalah
penyakit pada pernapasan, jantung koroner, hipertensi, nokturia, lansia, dan
orang yang berpenyakit tukak peptik.

2. Obat-obatan dan substansi


Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. hipnotik
dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat menyebabkan
insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan
morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga
di malam hari.

3. Gaya hidup
Individu yang bekerja bergantian berputar (misal 2 minggu siang diikuti oleh 1
minggu malam) seringkali mempunyai kesulitan menyeseuaikan perubahan
jadwal tidur.

4. Pola tidur yang biasa dan mengantuk yang berlebihan pada siang hari
EDS seringkali menyebabkan kerusakan pada fungsi terjaga, penampilan kerja
atau sekolah yang buruk, kecelakaan saat mengemudi atau menggunakan
peralatan, dan masalah perilaku atau emosional. Perasaan mengatuk biasanya
intens saat terbangun dari, atau sesaat sebelum pergi, tidur, dan sekitar 12 jam
setelah periode tengah tidur.

5. Stress emosional
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali
mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres juga menyebabkan seseorang
mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selam siklus tidur, atau

ricco arika sandy’s file


terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur
yang buruk.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas
dapat meningkatkan kadar nor-epinfrin darah melalui stimulasi system saraf
simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan
tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.

6. Lingkungan
Yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur
diantaranya adalah ventilasi yang baik, ukuran, kekerasan, dan posisi tempat
tidur, suara, serta tingkat cahaya.
faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak
adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat
upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang
buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu
bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi trsebut.

7. Latihan fisik dan kelelahan


Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin
lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah
beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

8. Asuhan makanan dan kalori


Kehilangan atau peningkatan berat badan mempengaruhi pola tidur. Ketika
seseorang bertambah berat badannya, maka periode tidur akan menjadi lebih
panjang dengan lebih sedikit interupsi. Kehilangan berat badan menyebabkan
tidur pendek dan terputus-putus. Gangguan tidur tertentu dapat dihasilkan dari
diet semisempurna yang popular di dalam kelompok masyarakat yang sadar-
berat badan.

9. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di
malam hari.

10. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga
sering kali dapat mendatangkan kantuk.

ricco arika sandy’s file


E. GANGGUAN TIDUR (Sleed Disorders)
1. Insomnia
Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk
tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala
tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun. Insomnia sering
disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan
psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah
satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi
kognitif. Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki
kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai
tidur. Banyak penderita insomnia tergantung pada obat tidur dan
zat penenang lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat sedatif memiliki
potensi untuk menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan bahwa
mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut.

Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki
berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian
obat-obatan. Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut;
dan seringkali timbul bersamaan dengan gangguan emosional, seperti
kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan. Kadang seseorang sulit tidur
hanya karena badan dan otaknya tidak lelah. Dengan bertambahnya usia, waktu
tidur cenderung berkurang. Stadium tidur juga berubah, dimana stadium 4
menjadi lebih pendek dan pada akhirnya menghilang, dan pada semua stadium
lebih banyak terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering membuat orang
tua berfikir bahwa mereka tidak cukup tidur.

Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Beberapa
orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan sulit

ricco arika sandy’s file


untuk tertidur kembali. Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa
belum puas tidur. Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan
pertanda dari depresi. Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami
irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan
bangun pada saatnya tidur.
Hal ini sering terjadi sebagai akibat dari:
a. Jet lag (terutama jika bepergian dari timur ke barat).
b. Bekerja pada malam hari.
c. Sering berubah-ubah jam kerja.
d. Penggunaan alkohol yang berlebihan.
e. Efek samping obat (kadang-kadang).
f. Kerusakan pada otak (karena ensefalitis, stroke, penyakit Alzheimer).

2. Sleep Apnea (Apnea Tidur)


Apnea Tidur adalah gangguan pernafasan dimana napas berulang kali berhenti
selama beberapa detik hingga setengah menit ketika orang yang bersangkutan
dalam keadaan tidur. Kondisi ini sangat menggangu tidur yang normal dan dapat
memicu kelelehan yang amat sangat, sakit otot, dan meningkatnya tekanan
darah setelah satu kurun waktu tertentu.

Gangguan pernafasan tersebut biasanya disebabkan oleh sangat berkurangnya


aliran udara karena adanya hambatan dari jaringan lebih yang menghasilkan
relaksasi otot di bagian belakang tenggorokan. Gangguan pernafasan tersebut
dapat terjadi hingga 60 kali dalam satu jam. Jarang orang yang bersangkutan
menyadari masalah tersebut kecuali pasangannya atau orang yang tidur
bersamanya mengeluhkan suara dengkurnya, suatu kondisi yang umumnya
menyertai sebagian besar masalah apnea. Kadang pasangannya mengetahui
kondisi terhentinya napas orang yang bersangkutan dan dengan suara keras
berusaha mengambil napas. Episode apneik dapat menimbulkan rasa takut bagi
orang yang melihatnya. Mendengkur (yang dapat berhubungan atau tidak
berhubungan dengan apnea tidur karena hambatan napas) dan apnea tidur
meningkat seiring semakin tua usianya (Bliwise, dkk., 1984). Untuk menegakkan
diagnosis apnea tidur yang reliabel, orang yang bersangkutan harus menginap
semalam di labolatorium tidur, di mana berbagai parameter tidur ( a.l., gerakan
mata, pernapasan, ketegangan otot ) dipantau.

3. Periodic Limb Movements Disorders (PLMD)


Gangguan periodik gerakan ekstremitas (PLMD) adalah kram berulang atau
menyentak kaki saat tidur. Ini adalah gangguan-satunya gerakan yang terjadi
hanya selama tidur, dan kadang-kadang disebut kaki resah (atau anggota badan)
gerakan saat tidur. "periodik" merujuk pada kenyataan bahwa gerakan-gerakan

ricco arika sandy’s file


yang berulang dan berirama, yang terjadi setiap sekitar 20-40 detik. PLMD juga
dianggap sebagai gangguan tidur, karena gerakan sering mengganggu tidur dan
menyebabkan kantuk di siang hari.

PLMD mungkin terjadi dengan gangguan tidur lainnya. Hal itu sering dikaitkan
dengan sindrom kaki resah, tetapi mereka tidak sama. Sindrom kaki gelisah
adalah suatu kondisi yang melibatkan sensasi aneh di kaki (dan kadang-kadang
tangan) saat terjaga dan dorongan tak tertahankan untuk menggerakkan anggota
badan untuk meringankan sensasi. Setidaknya 80% orang dengan sindrom kaki
gelisah telah PLMD, tetapi sebaliknya tidak benar.

Ketika PLMD pertama kali dijelaskan pada 1950-an, ini disebut nocturnal
myoclonus. Nocturnal berarti malam, dan myoclonus merupakan kontraksi,
cepat berirama dari kelompok otot yang sama dengan yang terlihat pada kejang.
Gerakan PLMD tidak myoclonus, bagaimanapun, dan nama asli tidak digunakan
hari ini.

PLMD dapat terjadi pada semua usia. Seperti banyak gangguan tidur, PLMD lebih
umum pada orang paruh baya dan lebih tua.

4. Circadians-Rhythm sleep disorders


Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana
penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,walaupun
jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur
sirkadian normal. Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian
antara lain temperatur badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi.

Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama
tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk
bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila
irama tersebut mengalami peregseran. Menurut beberapa penelitian terjadi
pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur
yang irreguler (bringing irama sirkadian).

Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan irama sirkadian
adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian:
a. Sementara (acut work shift, Jet lag)
b. Menetap (shift worker
Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi perubahan
pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM.

ricco arika sandy’s file


Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah sebagai
berikut:
a. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh
waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering
ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orang-orang
tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari
(insomnia sekunder).
b. Tipe Jet lag ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat
menurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari
satu zone waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang
dengan tidur yang terputus-putus.
c. Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang
yang secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan
mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan
gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola
irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM.
d. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome).
Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana
onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3 pagi.
Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur
tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk
sesuai.
e. Tipe bangun-tidur beraturan
Tipe bangun-tidur beraturan yang menyajikan sebagai tidur pada waktu yang
sangat tidak teratur, dan biasanya lebih dari satu kali per hari (sering
terbangun di malam hari dan tidur siang di siang hari), tetapi dengan total
waktu tidur khas untuk orang usia.
f. Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.
Di mana individu yang terkena dampak tidur terjadi kemudian dan kemudian
setiap hari, dengan jangka waktu puncak kewaspadaan juga terus bergerak di
sekitar jam dari hari ke hari.

5. Parasomnias
Yaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian
episode yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu
antara bangun dan tidur. Kasus ini sering berhubungan dengan gangguan
perubahan tingkah laku danaksi motorik potensial, sehingga sangat potensial
menimbulkan angka kesakitan dan kematian, Insidensi ini sering ditemukan pada
usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami perbaikan atau penurunan
insidensi pada usia dewasa (3%). Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya
parasomnia yaitu:

ricco arika sandy’s file


a. Peminum alkohol
b. Kurang tidur (sleep deprivation)
c. Stress psikososial

Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi
antara bangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan
sistem otonom. Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan
diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3
dan 4.
a. Gangguan tidur berjalan (slepp walking) / Somnabulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek termasuk adanya
automatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu,
menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki,
berbicara. Tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur.
Gambaran tipikal gangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur
yang rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur NREM
pada stadium 3 dan 4. Selama serangan, relatif tidak memberikan respon
terhadap usaha orang lain untuk berkomunikasi dengannya dan dapat
dibangunkan susah payah.
Pada gambaran EEG menunjukkan iram acampuran terutama theta dengan
gelombang rendah. Bahkan tidak didapatkan adanya gelombang alpha.

b. Gangguan teror tidur (sleep terror)


Ditandai dengan pasien mendadak berteriak, suara tangisan dan berdiri
ditempat tidur yang tampak seperti ketakutan dan bergerak-gerak. Serangan
ini terjadi sepertiga malam yang berlangsung selama tidur NREM pada
stadium 3 dan 4. Kadang-kadang penderita tetap terjaga dalam keadaan
terdisorientasi, atau sering diikuti tidur berjalan. Gambaran teror tidur mirip
dengan teror berjalan baik secara klinis maupun dalam pemeriksaan
polisomnografy. Teror tidur mungkin mencerminkan suatu kelainan
neurologis minor pada lobus temporalis. Pada kasus ini sering kali terjadi
perubahan sistem otonomnya seperti takhicardi, keringat dingin, pupil
dilatasi, dan sesak nafas.

c. Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM


Ini meliputi gangguan tingkah laku, mimpi buruk dan gangguan sinus arrest.
Gangguan tingkah laku ini ditandai dengan atonia selama tidur (EMG) dan
selanjutnya terjadi aktifitas motorik yang keras, episode ini sering terjadi
pada larut malam (1/2 dari larut malam) yang disertai dengan ingat mimpi
yang jelas. Paling banyak ditemukan pada laki-laki usia lanjut, gangguan
psikiatri atau dengan janis penyakit-penyakit degenerasi, peminum alkohol.

ricco arika sandy’s file


Kemungkinan lesinya terletak pada daerah pons atau juga didapatkan pada
kasus seperti perdarahan subarakhnoid. Gambaran menunjukkan adanya
REM burst dan mioklonik potensial pada rekaman EMG.

Gangguan perilaku REM paling sering terjadi pada orang dewasa, dan dapat
merupakan gejala penyakit Parkinson, sebuah gangguan saraf degeneratif.
Dokter biasanya memperlakukan kelainan dengan obat yang mengurangi
tidur REM dan membuat tubuh rileks.

Jika sleep paralysis adalah contoh dari imobilitas terlalu banyak, apa yang
disebut gangguan perilaku REM adalah contoh yang terlalu sedikit. Kadang-
kadang, otak tidak memberikan sinyal yang benar untuk tubuh selama tidur
(REM).

Ketika itu terjadi, orang-orang bertindak diluar kesadaran mereka. Mereka


mungkin berteriak, dan menendang, dan bahkan keluar dari tempat tidur dan
berlari-lari. Ketika terbangun, mereka biasanya akan ingat mimpi mereka,
tetapi mereka tidak akan ingat bahwa mereka pernah bergerak.

d. Bruksisme (Menggertakkan gigi saat tidur)


Bruksisme adalah kebiasaan menggertakkan gigi, atau mengatupkan gigi
geligi atas dan bawah dengan tekanan yang besar. Munculnya biasa terjadi
pada malam hari, pada fase awal tidur. Tetapi ada juga yang mengalaminya
pada siang hari. Kapanpun munculnya, kebiasaan itu merupakan kebiasaan
yang tidak disadari.

Bruksisme umum terjadi di masyarakat kita. 50% sampai 96% orang dewasa
pernah mengalaminya. Umumnya, kebiasaan ini tidak disadari oleh
pelakunya, karena pada tingkat ringan kebiasaan ini tidak mengganggunya.
Kebiasaan ini tidak mengganggu pelakunya, tapi justru mengganggu teman
tidurnya, karena bunyi yang dihasilkan cukup keras. Seseorang baru
menyadarinya setelah teman tidurnya memberitahu atau dokter giginya
menemukan kelainan-kelainan dalam rongga mulutnya.

Gejala klinis awal berupa retakan pada gigi akibat bruksisme baru muncul
setelah bertahun-tahun. Karena itulah sulit untuk memperkirakan, apalagi
menghitung jumlah penderita bruksisme.

Sampai saat ini, penyebab bruksisme tidak diketahui secara pasti. Diduga
penyebab paling umum adalah faktor emosional, seperti stress di siang hari,
kecemasan, kemarahan, rasa sakit dan fustrasi. Selain itu, oklusi (cara gigi
geligi rahang atas dan bawah mengatup) yang tidak normal dan gigi ompong

ricco arika sandy’s file


juga diduga menyebabkan bruksisme. Selain faktor-faktor penyebab di atas,
bruksisme akan diperparah jika penderitanya mengkonsumsi alkohol dan
obat-obatan tertentu.

Ketika seseorang mengunyah makanan, tekanan yang ditimbulkan oleh


gesekan gigi-geligi atas dan bawah diserap oleh makanan. Dalam keadaan
tidak sadar, gerakan rahang menimbulkan tekanan yang jauh lebih besar
daripada ketika mengunyah. Dan seluruh tekanan yang terjadi diserap oleh
gigi geligi dan jaringan penyangganya. Tekanan yang terjadi kurang lebih 10
kali tekanan mengunyah normal. Bayangkanlah beban yang ditanggung oleh
gigi geligi dan jaringan penyangganya.

Tanda lain yang sering dijumpai pada penderita bruksisme adalah


terbentuknya cekungan di daerah perbatasan mahkota dan akar gigi.
Cekungan ini terjadi karena email di bagian ini tipis, sehingga patah ketika
mendapat tekanan berlebihan. Tanda ini sering disalah-tafsirkan sebagai
akibat kesalahan dalam menyikat gigi.

Tanda-tanda klinis yang disebutkan di atas biasanya tidak menimbulkan


keluhan, kecuali bila gigi menjadi sensitif terhadap dingin, tekanan dan
rangsangan lain. Seseorang dengan bruksisme memerlukan waktu bertahun-
tahun untuk merasakan gangguan bagi dirinya sendiri. Pada tingkat lebih
lanjut, gigi bisa goyang, bahkan lepas dari soketnya.

e. Enuresis
Dalam kondisi ini, juga disebut mengompol, orang terkena tidak dapat
mempertahankan kontrol kencing saat tidur. Ada dua jenis enuresis-primer
dan sekunder. Dalam Enuresis primer, seseorang telah mampu memiliki
kontrol kencing dari bayi seterusnya. Dalam Enuresis sekunder, seseorang
memiliki kambuh setelah sebelumnya telah mampu memiliki kontrol kemih.
Enuresis dapat disebabkan oleh kondisi medis (termasuk diabetes, infeksi
saluran kencing, atau sleep apnea) atau gangguan kejiwaan. Beberapa
pengobatan untuk mengompol mencakup modifikasi perilaku, perangkat
alarm, dan obat-obatan.

6. Narkolepsi
Narkolepsi dalam bahasa awam, bisa dikatakan sebagai serangan tidur, dimana
penderitanya amat sulit mempertahankan keadaan sadar. Hampir sepanjang
waktu ia mengantuk. Rasa kantuk biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit,
tetapi dalam waktu singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di
malam hari, banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.

ricco arika sandy’s file


Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan
gelombang otak, terbagi dalam tahapan-tahapan mulai dari tahap 1, 2, 3, 4 dan
Rapid Eye Movement (REM.) Tidur REM adalah tahapan dimana kita bermimpi.
Pada penderita narkolepsi gelombang REM seolah menyusup ke gelombang
sadar. Akibatnya kantuk terus menyerang, dan otak seolah bermimpi dalam
keadaan sadar.

Untuk mengenali penderita narkolepsi, terdapat 4 gejala klasik (classic tetrad):


a. Rasa kantuk berlebihan (EDS)
b. Katapleksi (cataplexy)
c. Sleep paralysis
d. Hypnagogic/hypnopompic hallucination.

Katapleksi merupakan gejala khas narkolepsi yang ditandai dengan melemasnya


otot secara mendadak. Otot yang melemas bisa beberapa otot saja sehingga
kepala terjatuh, mulut membuka, menjatuhkan barang-barang, atau bisa juga
keseluruhan otot tubuh. Keadaan ini dipicu oleh lonjakan emosi, baik itu rasa
sedih maupun gembira. Biasanya emosi positif lebih memicu katapleksi
dibanding emosi negatif. Pada sebuah penelitian penderita narkolepsi diajak
menonton film komedi, dan saat ia terpingkal-pingkal tiba-tiba ia terjatuh lemas
seolah tak ada tulang yang menyangga tubuhnya.

Kondisi mimpi yang menyusup ke alam sadar bermanifestasi sebagai halusinasi.


Penderita narkolepsi biasanya berhalusinasi seolah melihat orang lain di dalam
ruangan. Orang lain tersebut bisa orang yang dikenal, teman, keluarga, sekedar
bayangan, hantu atau bahkan makhluk asing, tergantung pada latar belakang
budaya penderita.

Dengan gejala-gejala yang tidak biasa ini, tidak jarang keluarga menganggap
penderita narkolepsi mengidap gangguan jiwa.

F. PROSES KEPERAWATAN DAN TIDUR


1. Pengkajian
Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur,
pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
a. Riwayat Tidur
Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien
memasuki faislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan
kebutuhan klien dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan.

ricco arika sandy’s file


Riwayat tidur meliputi :
- Kebiasaan sebelum tidur
- Perubahan pola tidur
- Dampak pola tidur terhadap kehidupan sehari-hari
- Alat bantu tidur
- Lingkungan tidur

b. Catatan tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat khusus untuk klien yang memiliki
masalah tidur sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola
tidur klien. Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari
informasi berikut :
1) Jumlah jam tidur total per hari.
2) Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu).
3) Ritual sebelum tidur (mis; minum air, obat tidur).
4) Waktu
 Pergi tidur,
 Mencoba tidur,
 Tertidur,
 Terjaga di malam hari dan durasinya, serta
 Bangun tidur di pagi hari.
5) Adanya masalah yang klien yakini dapat memengaruhi tidurnya.
6) Faktor yang klien yakini member pengaruh positif atau negatif pada
tidurnya
Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan
atau grafik yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang klien
alami.

c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energi
klien. Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara
lain adanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak
mata bengkak, dll. Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas,
gelisah, tidak perhatian, bicara lambat, menguap, dll.Di samping itu, klien
yang mengalami masalah tidur juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah
akibat kekurangan energi.
Observasi :
1) Penampilan Wajah
Terdapat area gelap disekitar mata
Bengkak pada kelopak mata
Konjungtiva kemerahan

ricco arika sandy’s file


Mata kelihatan cekung dan sayu

2) Tingkah Laku
mudah tersinggung
gelisah, bingung
sering menguap
kurang perhatian
bicara, gerakan pelan
postur tubuh tidak stabil
tangan tremor

3) Tinkat Energi
> lemah, letih, lesu

d. Pemeriksaan Diagnostik
Tidur dapat diukur secaran objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat
ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien
terjaga di malam hari.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan :
- kerusakan neurologi
- tempat yang asing
- prosedur invasif
- nyeri
- kencemasan
- pengobatan

dengan data :
data subjektif
perubahan pola tidur
gangguan aktivitas

data objektif
perubahan penampilan dan perilaku
hasil Pemeriksaan fisik
hasil pemeriksaan diagnostik

ricco arika sandy’s file


3. Intervensi
Tujuan : gangguan pola tidur klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- klien dapat tidur 6 - 8 jam sehari secara verbal mengatakan dapat relaks
dan lebih segar
- hasil pemeriksaan fisik tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan tidur
Mandiri :
- Lakukan kajian masalah gangguan tidur (perubahan pola dan
penyebabnya)
- Lakukan persiapan untuk tidur malam
- Berikan makanan atau minuman yang bisa menyebabkan tidur
- Persiapkan lingkungan tidur yang hygiene, tenang, dan nyaman
- Berikan pendidikan kesehatan : jadwal tidur, mengurangi stress dengan
latihan relaksasi.
- Bila perlu anjurkan untuk mandi air hangat dan lakukan masase
punggung klien sebelum tidur.
Kolaborasi :
- Pemberian medikasi

ricco arika sandy’s file


REFERENSI

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. (hal 186 – 195)

ricco arika sandy’s file

Anda mungkin juga menyukai