Disusun Oleh :
Kelompok 2
Analisis Vegetasi
B. POKOK BAHASAN
C. SUBPOKOK BAHASAN
D. PRINSIP DASAR
A. Vegetasi
B. Struktur Vegetasi
C. Hutan Wanagama
a. Patok 20 buah)
b. Meteran panjang / roll meter (1 buah)
c. Alat-alat untuk data abiotik:
Thermometer (1 buah)
Hygrometer (1 buah)
Roll meter pendek / metlin (1 buah)
Memperluas plot sebesar dua kali lipat dari luas sebelumya dan kembali
mencatat serta
F. LANGKAH KERJAmenghitung jumlah spesiesyang ada. Teerus melakukan hal
ini hingga tidak ditemukan spesies baru pada plot tersebut.
1. QUADRAT SAMPLING TECHNIQUES
Setelah luas miimal plot dikeyahui, membuat plot seluas plot minimal
sebanyak beberapa kali. Mencatat dan menghitung jumlah spesies yang ada.
Garis
kedua
Sampling
point
• Tetapkan jarak rata-rata antarpohon (digunakan jarak antara pohon dan point),
yang selanjutnya dikenal sebagai D (mean distance).
D (mean distance) = total jarak pohon dari seluruh pengukuran : jumlah seluruh
quarter
• Densitas absolute seluruh spesies dalam luas area tertentu (jumlah pohon seluruh
spesies dalam luas area tertentu). Jika digunakan luas area = 100 m2, maka:
= jumlah pohon spesies ybs pada seluruh quarter : jumlah seluruh quarter ..(B)
• Densitas absolute spesies ybs (jumlah pohon spesies ybs setiap luas area 100 m2)
= (jumlah pohon sp ybs pada seluruh quarter : jumlah seluruh quarter) x densitas
seluruh spesies tiap 100 m2
Atau
= (B) x (A)
= (densitas absolute sepsies ybs : total densitas absolute seluruh spesies) x 100%
Plot
Nama Spesies Jumlah
I II III IV V
Podocarpus 127 27 16 53 199 422
Mahoni 11 6 7 28 19 71
Leresede 9 14 46 238 74 381
Akasia 1 2 7 17 27
Mlanding 3 6 11 100 22 142
Kerinyu 6 2 26 69 103
Sembung 6 6
Sembukan 5 10 10 6 31
Duwet 3 4 7
Paku Suplir 2 2 4
B 4 6 14 24
Jamur bentuk bunga 2 2
C 1 1
D 8 16 1 25
E 1 1
F 1 1
G 1 1
Rikateku 3 2 3 8
Rurukem 1 4 2 3 10
I 2 2
Rumput Gajah 2 20 22
Risaradan 3 3
L 1 1 2
Suweg 2 3 5
Tapak Liman 5 5
Jamur berbentuk tudung 3 3
Dandelion 2 2
2. DATA QUADRAT SAMPLING TECHNIQUES
Plot
Nama Spesies Jumlah
I II
Podocarpus 127 27 154
Mahoni 11 6 17
Leresede 9 14 23
Akasia 1 2 3
Mlanding 3 6 9
Kerinyu 6 2 8
Sembung 6 6
Sembukan 5 10 15
Duwet 3 3
Paku Suplir 2 2
B 4 4
Jamur bentuk bunga 2 2
C 1 1
D 8 8
E 1 1
F 1 1
G 1 1
Rikateku 3 3
Rurukem 1 1
4. DATA ABIOTIK
Plot
Komponen Abiotik
I II
Suhu 25°C 25°C
Intensitas Cahaya 590 cd 480 cd
Kelembaban Udara 61% 61%
Tekstur Tanah Gembur Gembur
Diamet Diameter
Basal Jarak Luas
Poi Quart Nama er Tajuk (m)
Area Pohon Penutupan
nt er Spesies Batang
(cm2) (m) D1 D2 (m2)
(cm)
Podocarp
1 I 28,26 0,6 5 3 2,52 23,94
us
II Leresede 7,06 1,84 3 1,3 0,56 2,72
III Mahoni 530,66 1,32 20 7,43 2,2 72,86
IV Leresede 63,58 0,63 7 2,88 1,94 18,25
2 I Leresede 12,56 0,6 2 1,1 0,85 2,99
II Leresede 314 1,5 3,5 2,7 0,4 7,55
III Leresede 19,62 0,99 2,25 3,5 2,5 28,28
IV Akasia 3,4 1,4 3,5 6,3 3,9 8,17
Diamet
Nama Basal Jarak Luas
Poi Quart er Diameter
Spesies Area Pohon Penutupan
nt er Batang Tajuk (m)
Center (cm2) (m) (m2)
(cm)
Podocarp
1 I 38,46 0 5 1,96 3,016
us
2 I Mahoni 12,56 0 3 0,35 0,096
H. PEMBAHASAN
Setelah beberapa plot dibuat hingga tidak ditemukan spesies baru pada
plot yang telah dibentuk terakhir kali, kami membuat grafik atas dasar hasil
yang dikerjakan melalui langkah-langkah di atas dengan ketentun: sumbu X
menunjukkan luas kuadrat dan sumbu Y menunjukkan jumlah kumulatif
spesies. Setelah grafik terbentuk, menentukan titik pada sumbu X seharga 10%
dari luas kuadrat terbesar (luas kuadrat dijumpai spesies mulai tetap
jumlahnya). Kami juga melakukan hal yang sama pada sumbu Y, kami
menentukan titik pada sumbu Y seharga 10% dari jumlah kumulatif tertinggi
spesies. Setelah diperoleh titik pada sumbu X dan Y, kami membuat garis
ordinasi melalui titik temu 10% jumlah spesies dan 10% luas plot terbesar.
Kemudian membuat garis sejajar dengan garis ordinasi yang menyinggung
grafik harga-harga jumlah kumulatif sepsies. Dari titik singgung antara garis
sejajar dengan grafik itu, proyeksikan pada sumbu Y maka ditemukan luas
minimal plot yang akan digunakan selanjutnya untuk pengamatan. Grafik
untuk menentukan luas minimal plot kami lampirkan. Dari grafik, di dapatkan
luas minimal plot sebesar 32 m2. Namun, kami melakukan kesalahan saat
perhitungan di lapangan sehingga luas plot yang kami hitung hanya 16 m2.
Dari hasil perhitungan, jumlah minimal plot yang harus kami buat
sebanyak 2 buah. Vegetasi yang ada di sana antara lain sebagai berikut. Pada
plot I, Podocarpus (Podocarpus sp.) ditemukan seanyak 127 pohon. Spesies ini
ditemukan paling banyak di plot 1. Mahoni (Swietenia mahagoni) sebanyak 11
pohon. Jumlahnya tidak terlalu banyak dibandingkan dengan Podocarpus.
Kemudian, adapula Leresede sebanyak 9. Akasia (Cassia sp.) yang ditemukan
sebanyak 1 pohon. Manding yang ada di dalam plot I sebanyak 3. Kerinyu
yang ditemukan sebanyak 6. Sembung (Blumea balsamifera) yang ditemukan
sebanyak 6. Jumlah ini sama dengan jumlah Kerinyu yang ditemukan dalam
plot ini. Sembukan (Paedania foetida) yang ditemukan sebanyak 5. Pada plot I
ini, Podocarpus memiliki jumlah spesies yang paling dominan. Vegetasi yang
paling sedikit ditemukan adalah Akasia, hanya 1 pohon.
Pada plot II, Podocarpus yang ditemukan 27 pohon. Jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah Podocarpus yang ditemukan di plot I. Mahoni
yang ditemukan di dalam plot ini sebanyak 6 pohon. Jumlah ini juga lebih
sedikit dibandingkan dengaan plot I. Leresede yang ditemukan ssebanyak 14.
Jumlah spesies Leresede ini ditemukan lebih banyak di plot II daripada plot I.
Akasia yang ditemukan sebanyak 2 pohon. Jumlah ini juga lebih banyak 1
buah dibandingkan plot I. Manding yang ditemukan 6, lebih banyak dari plot I.
Kerinyu yang ditemukan 2, lebih sedikit dibandingkan plot I. Pada plot II ini
tidak ditemukan Sembung seperti yang ditemukan di plot I. sembukan
ditemukan lebih banyak di plot II, yaitu sebanyak 10. Di plot II ini juga
ditemukan vegetasi baru yang awalnya belum menyusun plot I. Ada Dhuwet
sebanyak 3 pohon, Suplir (Adiatum sp.) sebanyak 2, jamur berbentuk bunga
sebanyak 2, Rikateku sebanyak 3, Rurukem sebanyak 1, tumbuhan B sebanyak
4, tumbuhan C sebanyak 1, tumbuhan D sebanyak 8, tumbuhan E, F, dan G
masing-masing sebanyak 1. Nama tumbuhan yang kami tulis dengan alphabet
dikarenakan kami belum tahu nama spesiesnya. Untuk plot II, vegetasi yang
paling banyak adalah Podocarpus, sedangkan yang paling sedikit adalah
vegetasi tumbuhan C, E, F, dan G.
a. Densitas absolut
B : 4/32 = 0,125
C : 1/32 = 0,03125
D : 8/32 = 0,25
E : 17/32 = 0,03125
F : 1/32 = 0,03125
G : 1/32 = 0,03125
Total : 8,1875
b. Densitas relatif
B : (0,125/8,1875)x100% = 1,52672%
C : (0,03125/8,1875)x100% = 0,38168%
D : (0,25/8,1875)x100% = 3,05344%
E : (0,03125/8,1875)x100% = 0,38168%
F : (0,03125/8,1875)x100% = 0,38168%
G : (0,03125/8,1875)x100% = 0,38168%
Total : 100%
c. Frekuensi absolut
Podocarpus : 2/2 = 1
Mahoni: 2/2 = 1
Leresede : 2/2 = 1
Akasia : 2/2 = 1
Manding : 2/2 = 1
Kerinyu : 2/2 = 1
Sembukan : 2/2 = 1
B : 1/2 = 0,5
C : 1/2 = 0,5
D : 1/2 = 0,5
E : 1/2 = 0,5
F : 1/2 = 0,5
G : 1/2 = 0,5
Total : 13
d. Frekuensi relatif
B : (0,5/13)x100% = 3,85%
C : (0,5/13)x100% = 3,85%
D : (0,5/13)x100% = 3,85%
E : (0,5/13)x100% = 3,85%
F : (0,5/13)x100% = 3,85%
G : (0,5/13)x100% = 3,85%
e. Nilai penting
• D =
= 1,11
= = = 25,97
3. Densitas absolute tia species
5. Luas penutupan
6. Dominansi absolute tiap species, tiap area tiap 32 m2 (dasar basal area)
4187,98711
534,85215
9187,98711
Jumlah = 99,98 %
14. Nilai penting tiap spesies (dengan menggunakan harga dominansi, yang didasarkan
atas luas penutupan)
I. KESIMPULAN
Dari analisis data yang kami lakukan pada pengamatan vegetasi hutan
Wanagama, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: