© Kasus Asli
c
menemukan zat berbahaya pada awalnya. "Saya yakin pada waktu pengujian di
komisi pestisida Deptan ia tidak menggunakannya. Kalau kita tahu sudah lama,
maka sudah sejak lama peredarannya dilarang," tegasnya. Benny juga menduga
distributor bahan berbahaya itu tidak mengetahui bahwa zat kimia itu akan
digunakan dalam obat nyamuk tersebut. "Distributor kemungkinan tidak tahu
persis digunakan untuk itu karena pembuatan pencampuran di produsen,"
katanya. Menurut Benny, produsen bisa dijerat dengan UU Perlindungan
Konsumen atas kasus ini. Benny sendiri mengaku pihaknya tidak bisa berbuat
banyak untuk mengawasi mengingat perizinan industri kini sudah dilimpahkan ke
daerah sejalan dengan otonomi daerah. "Dan mestinya yang aktif lembaga
konsumen bisa mengecek," tandasnya
© Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil temuan yang dipublikasikan pada tanggal 08 Juni 2006
melalui media detik.com ditemukan zat berbahaya seperti Disklorovos pada
produk obat anti-nyamuk yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dibuat
oleh PT Megarsari Makmur yang kemudian dilakukan pergantian dengan produk
baru yang lolos uji dan mendapat izin dari Pemerintah melaui Departemen
Pertanian pada tanggal 8 September 2006 dan Departemen Kesehatan pada
tanggal 22 september 2006.
© © Landasan Teori
c
pada produk itu maupun pada iklannya. Dengan kata lain, konsumen atau
pembeli tidak boleh ditipu oleh produsen dan penjual dengan produk
tertentu. Karena itu, semua ketentuan mengenai produk itu harus
dipenuhi, misalnya, mengenai masa berlaku, tidak membuat orang
kecanduan, tidak mengandung alkohol, halal, keamanan, unsur-unsur atau
komponen kimianya, dan seterusnya. Semuanya ini harus jelas dan
dipenuhi sebagaimana tercantum. Kalau tidak terpenuhi sebagaimana
tercantum, konsumen dapat menuntut balik produsen karena telah
melakukan penipuan.
2. Produsen punya kewajiban untuk menyingkapkan semua informasi
yang perlu diketahui oleh semua konsumen tentang sebuah produk
Jadi, produsen tidak boleh menutup-nutupi informasi penting tertentu:
kadar alkohol, halal, unsur kimia dan seterusnya. Semua fakta harus
diungkap secara benar dan tuntas, termasuk mengenai risiko keamanan
dan keselamatan dalam menggunakan produk tertentu. Misalnya, produk
mainan anak-anak. Harus jelas batas usia anak dan kemungkinan risiko
yang bisa dihadapi.
3. Kewajiban untuk tidak mengatakan yang tidak benar tentang
produk yang ditawarkan Kewajiban ini jauh lebih penting dari dua
kewajiban lain di atas karena dalam mengatakan hal yang tidak benar
tentang suatu produk sudah jelas-jelas terkandung unsur penipuan. Ada
maksud sadar untuk menipu konsumen. Pada kedua kewajiban lain di
atas, bisa saja ada unsur kelalaian tak disengaja (saat mencampur bahan
baku, ada kekeliruan menghitung, atau ada kelupaan dalam
menyampaikan informasi yang tidak terungkapkan). Namun, mengatakan
yang tidak benar adalah suatu tindakan sadar yang disengaja untuk
menipu konsumen. Misalnya, dalam iklan ³Lima Belas Menit Dari
Semangi´ sudah jelas ada penipuan karena semua orang waras tahu
bahwa tidak mungkin mencapai lokasi perumahan di Bekasi dalam jangka
waktu lima belas menit dari Semangi.
c
4. Produsen tidak boleh memaksa pembeli atau konsumen baik secara
terang-terangan atau secara halus Bonus, hadiah, dan undian dalam
kasus tertentu sesungguhnya adalah sebah bentuk paksaan halus yang
terselubung. Betul bahwa produsen hanya menawarkan bonus, hadiah,
atau undian tertentu. Tapi sangat sering terjadi iming-iming tersebut telah
merupakan sebuah bentuk paksaan halus terhadap konsumen. Secara legal
mungkin ini sulit dibuktikan dan sulit ditindak Namun, secara moral sulit
diterima ketika konsumen dari kalangan miskin terpaksa membeli hanya
karena iming-iming hadiah tersebut dan bukan karena ia benar-benar
membutuhkan barang yang dibeli itu.
c
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.
c
£ Konsumen berhak mendapat pelayanan yang memadai baik selama
maupun setelah membeli produk tertentu
© ü Penyelesaian Masalah
c
Pihak produsen (PT. Megasari Makmur) menyanggupi untuk menarik
semua produk HIT yang telah dipasarkan dan mengajukan izin baru untuk
memproduksi produk HIT Aerosol Baru dengan formula yang telah
disempurnakan, bebas dari bahan kimia berbahaya. HIT Aerosol Baru telah lolos
uji dan mendapatkan izin dari Pemerintah. Pada tanggal 08 September 2006
Departemen Pertanian dengan menyatakan produk HIT Aerosol Baru dapat
diproduksi dan digunakan untuk rumah tangga (N0. RI. 2543/9-2006/S).
Sementara itu pada tanggal 22 September 2006 Departemen Kesehatan juga
mengeluarkan izin yang menyetujui pendistribusia dan penjualannya di seluruh
Indonesia.
3.5.2 Kerugian
1. Sebagian konsumen memilih produk lain karena masih trauma dengan
produk HIT walaupun telah dikeluarkan produk baru yang memiliki
izin dari pemerintah.
2. PT. Megasari Makmur harus mengeluarkan dana yang cukup besar
untuk mengganti kerugian pada konsumen dan membuat produk baru
HIT.
c
© PT. Megasari Makmur harus menarik semua produk HIT yang telah
dipasarkan sehingga mengakibatkan PT. Megasari Makmur
mengalami kerugian besar
© Saran
Sebaiknya PT. Megasari Makmur melakukan kerjasama dengan Prodia
untuk memberikan cek kesehatan gratis bagi pengguna produk HIT lama yang
mengandung bahan kimia berbahaya. Jika ada konsumen yang positif terkena
penyakit akibat dari mengkonsumsi produk HIT maka perusahaan harus
membiayai sampai konsumen tersebut kembali sehat. Sedangkan agar konsumen
kembali menggunakan produk HIT yang baru, PT. Megasari Makmur harus
melakukan promosi ulang yang memaparkan informasi mengenai zat yang
terkandung dalam produk HIT baru telah aman di konsumsi. Promosi tersebut
dapat dilakukan melalui beberapa media diantaranya televisi, dengan memasang
iklan di 3 televisi besar dalam siaran yang memiliki rating tertinggi.
c
BAB IV
KESIMPULAN
Bisnis merupakan hal yang tak asing lagi di era modern ini, seringkali
bisnis yang dilakukan menyimpang karena ulah para produsen yang hanya
memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen tanpa bertanggung jawab atas
barang atau jasa yang dapat berpotensi merugikan konsumen. Untuk menghindari
hal itu di perlukan perlindungan terhadap konsumen yang juga diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999. Dalam melakukan
bisnis, seorang produsen harus memperhatikan kewajibannya terhadap konsumen
dan hak-hak konsumen. Bersumber dari perlindungan konsumen yang harus di
tegakkan muncullah sebuah gerakan konsumen atau lembaga konsumen yang
akan memperjuangkan hak-hak konsumen.
c
DAFTAR PUSTAKA
½
½
c
c