Anda di halaman 1dari 19

Ê Ê

   



 Ê  
Tanaman kopi Arabika merupakan tanaman tahunan yang sangat
penting, karena sebagian masyarakat memeanfaatkannya sebagai bahan
minuman yang cukup digemari. Di samping itu, kopi juga merupakan komoditi
ekspor. Tidak semua Negara di dunia sebagai produsen kopi yang dapat
mengembangkan komoditi ini (Aksi Agraris Kanisius, 2000). Perolehan devisa
dari ekspor kopi menempati urutan ke empat setelah kayu, karet, dan kelapa
sawit. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan dari tahum 1997, bahwa volume
ekspor kopi mencapai 312.649 ton, dengan nilai US $ 10.730.000,- atau 1,2%
dari pendapatan nasional. Kopi juga merupakan komoditi strategis dari
masyarakat pedesaan di Indonesia, karena mampu memberikan penghidupan
terhadap 1,7 juta kepala keluarga ± 9 juta jiwa (AKK,2000). Khusus untuk
Sumatra Barat berdasarkan laporan Kanwil Departemen perdagangan dan
Perindustrian Sumatra Barat tahun 1999 bahwa ekspor kopi telah mencapai
1.314.000 kg dengan nilai devisa sebesar 1.615.246,81 US$.
Dalam rangka pengembangan kopi saat ini, upaya yang banyak
dilakukan adalah menciptakan dan mengembangkan varietas dan klon kopi
yang memiliki produktivitas tinggi. Salah satu diantaranya adalah kopi Arabika
rontas kartika dan Andong Sari, kedua jenis kopi ini tahan terhadap hama dan
penyakit, dan menghasilkan lebih cepat (± 24 bulan) sesudah tanam dengan
produktivitas 4,762 kg kopi/ha/th, dan dapat ditanam pada ketinggian 1200 m
dpl (Retno dan Mawardi, 1996).
Untuk memperluas areal tanam dan peremajaan kebun yang sudah ada
diperlukan bibit yang cukup banyak, sedangkan untuk mendapatkan bibit kopi
yang baik dan mampu berproduksi baik dan berkualitas dalam waktu yang
singkat sangat tergantung dengan bibit yang digunakan. Salah satu cara untuk
mendapatkan bibit yang baik adalah dengan menciptakan media tanam yang
cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit kopi.

c
Untuk menciptakan media tanam yang cukup bagi pertumbuhan
dan perkembangan bibit kopi maka hal yang paling penting adalah berkaitan
dengan kondisi fisik dan kimia pada media tanam. Dimana diperlukan
kandungan unsure hara yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit
kopi terdebut. Namun keberadaan unsur hara pada tanah sangat terbatas, apalagi
setiap hari diserap oleh tanaman. Apabila tidak dimbangi dengan penambahan
unsur hara maka tanah akan menjadi miskin unsur hara. Pemupukan merupakan
salah satu cara untuk menjaga ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Pupuk digolongkan menjadi dua, berdasarkan sumber bahannya yakni
pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat
dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan
(dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan
pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk
kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi
kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut
rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk
tinggi. Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh
pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase
kandungan hara yang tinggi.
Pemakaian pupuk organik yang mulai ditinggalkan karena kehadiran
pupuk kimia kini mulai dikembangkan kembali. Kelangkaan pupuk, mahalnya
harga, serta efek negatif yang ditimbulkan pupuk kimia yang berlebihan
mendorong penggunaan kembali pupuk organik atau pupuk alami lainnya.
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak,
baik berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air kencing
(urine). Walaupun demikian sepertinya orang-orang sepertinya enggan
membicarakan kotoran cair yang berupa urine ternak. Dalam hal ini
mengumpulkan kotoran padat memang jauh lebih praktis dibanding urin ternak.
Padahal dari segi kadar haranya, urine jauh lebih tinggi dibanding feces.
Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak
mempunyai sifat khas tersendiri. Makanan masing-masing ternak berbeda-beda.


Padahal makanan inilah yang menentukan kadar hara. Jika makanan yang
diberikan banyak mengandung hara N, P dan K maka kotorannyapun akan kaya
dengan zat tersebut.
Selain jenis makanan usia ternak juga menentukan kadar hara dalam
kotorannya. Ternak muda akan menghasilkan feses dan urine yang kadar
harannya rendah terutama N, karena ternak muda memerlukan sangat banyak
zat hara N dan beberapa macam mineral dalam pembentukan jaringan tubuhnya.
berikut komposisi unsur hara kotoran dari berbagai jenis ternak.
Pupuk kandang yang terbaik bagi pertumbuhan tanaman adalah pupuk
kandang ayam. Berdasarkan penelitian Elisma (2001) bahwa pupuk kandang
ayam dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga tanah menjadi
lebih gembur, memberikan kontribiusi hara yang mampu mencukupi
pertumbuhan bibit tanaman, karena pupuk kandang kotoran ayam mengandung
hara yang lebih tinggi dari kotoran pupuk kandang hewan lainnya. Kandungan
kotoran ayam tiap tonnya 10 kg N, 8 kg P205, dan 4 kg K2O. (Linna, 1998).
Jumlah pemberian pupuk kandang rata-rata yang biasa diberikan di Indoneisa
berkisar 20-30 t/ha (Hakim, dkk, 1998). Di Indonesia sangat banyak jenis tanah
dengan tingkat kesuburan tanah yang berbeda-beda. Jenis tanah Andosol lebih
banyak berada di lereng pegunungan dan merupakan tanah yang cukup baik
dengan pH 5-7, kandungan bahan organic 10-30%, dan kandungan hara sedang
sampai tinggi (Hardjo Wigeno, 1987).
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dirasakan perlu untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian pupuk kandang kotoran
ayam pada berbagai takaran terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit
Kopi Arabika ([ ½ varietas Kartika 1.

     


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
À‘ Apakah terdapat pengaruh interaksi dari berbagai tatakaran pupuk
kandang kotoran ayam yang memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan Kopi Arabika ([ ½ varietas
Kartika 1.

0
À‘ Takaran yang memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan
dan perkembangan Kopi Arabika ([ ½ varietas Kartika 1.

‘       


Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan takaran pupuk kandang
ayam yang terbaik bagi pertumbuhan bibit kopi Arabika.
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi para petani yang bisa meningkatkan hasil dan kualitas kopinya.

‘   


Banyak faktor alasan atau penyebab yang mempengaruhi perkembangan
dan pertumbuhan tanaman. Apabila faktor tersebut kebutuhannya tidak
terpenuhi maka tanaman tersebut bisa mengalami dormansi / dorman yaitu
berhenti melakukan aktifitas hidup. Faktor tersebut dibagi menjadi 2 yaitu faktor
internal dan eksternal. Factor internal meliputi factor intrasel (sifat
genetis/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Sedangkan factor
eksternal meliputi cahaya matahari, temperature, kelembaban, air, unsure hara,
dll.
Pemupukan merupakan upaya memasok unsur hara essensial bagi
tanaman sehingga mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Upaya pemupukan lebih efektif dibandingkan dengan sarana pertanian
lainnya, sehingga penting untuk meningkatkan produksi tanaman (Egelstad,
1997). Pemupukan yang tepat dalam meningkatkan produktivitas tanaman yaitu
dengan memadukan penggunaan pupuk organik dan pupuk anorganik, karena
disatu sisi lain dapat mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik.
Pupuk memberikan peranan penting untuk memacu pertumbuhan
tanaman. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda tergantung dari jenis
tanaman, fase pertumbuhan tanaman dan bagian yang akan dipanen.
Pertumbuhan dari bibit kopi selain dipengaruhi oleh kondisi tanah, juga sangat
tergantung dari pemupukan.
Pemberian pupuk organic ke dalam tanah lebih ditujukan untuk
mempertahankan kesuburan tanah, antara lain : 1) Memperbaiki sifat fisik tanah
(menahan air, meningkatkan gradasi agregat dan menurunkan kohesi tanah serta
sifat-sifat buruk dari liar: 2) mempengaruhi9 sifat kimia seperti meningkatkan

^
daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK) dan dapat menaikkan pH tanah; 3)
dapat mempengaruhi sifat biologis tanah sepertijumlah aktivitas metabolic
organism tanah akan meningkat(Hakim,dkk, 1981).
Penggunaan pupuk organik dapat berupa padat maupun cair yang
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pupuk kandang (pukan)
padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum dikomposkan
maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi tanaman.
Keunggulan dari pupuk organik padat secara umum adalah dapat merangsang
aktivitas mikroorganisme sehingga kondisi kimia, fisik dan biologi tanah lebih
baik.
Pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki unsur hara yang lebih
besar daripada jenis ternak lain. Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas
tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya, kandungan unsur hara pada urine
selalu lebih tinggi daripada kotoran padat.seperti kompos, sebelum digunakan,
pupuk kandang perlu mengalami proses penguraian. Dengan demikian kualitas
pupuk kandang juga turut ditentukan oleh C/N rasio. Beberapa hasil penelitian
aplikasi pukan ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada
musim pertama. Hal ini terjadi karena pukan ayam relatif lebih cepat
terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan
dengan jumlah unit yang sama dengan pukan lainnya (Widowati   
., 2005).
Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang
diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin
seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka
kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis
yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada
tanaman (Suwandi & Nurtika, 1987).
Dari uraian di atas dapat diduga bahwa penggunaan pupuk kandang
kotoran ayam dalam beberapa takaran memberikan respon terhadap
pertumbuhan dan perkembangan bibit Kopi Arabika ([   ½ varietas
Kartika 1.

è

  
Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran, dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
1.‘ Terdapat perbedaan respon pertumbuhan dari bibit Kopi Arabika ([ 
 ½ varietas Kartika 1 pada beberapa takaran pupuk kandang
kotoran ayam
2.‘ Salah satu takaran pupuk kandang kotoran ayam akan memberikan
pengaruh paling baik terhadap terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bibit Kopi Arabika ([ ½ varietas Kartika 1.

G
Ê Ê
!  "  


‘ "      
Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab   yang berarti
kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi
tinggi. Kata   kembali mengalami perubahan menjadi   yang
berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi  dalam
bahasa Belanda. Penggunaan kata  segera diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat
dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika
sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang
hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang
dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.
Biji kopi dibawa masuk pertama kali ke Eropa secara resmi pada tahun
1615 oleh seorang saudagar Venesia. Ia mendapatkan pasokan biji kopi dari
orang Turki, namun jumlah ini tidaklah mencukupi kebutuhan pasar. Oleh
kerena itu, bangsa Eropa mulai membudidayakannya. Bangsa Belanda adalah
salah satu negara Eropa pertama yang berhasil membudidayakannya pada tahun
1616. Kemudian pada tahun 1690, biji kopi dibawa ke Pulau Jawa untuk
dikultivasi secara besar-besaran. Pada saat itu, Indonesia masih merupakan
negara jajahan Kolonial Belanda.
Pada sekitar tahun 1714-an, Raja Perancis Louis XIV menerima
sumbangan pohon kopi dari bangsa Belanda sebagai pelengkap koleksinya di
Kebun Botani Royal Paris,   
 . Pada saat yang sama, serorang
angkatan laut bernama Gabriel Mathieu di Clieu ingin membawa sebagian dari
pohon tersebut untuk dibawa ke Martinique. Akan tetapi, hal tersebut ditolak
oleh Louis XIV dan sebagai balasannya, ia memimpin sejumlah pasukan untuk
menyelinap masuk ke dalam 
  untuk mencuri tanaman kopi.
Keberhasilan Gabriel Mathieu di Clieu membawa tanaman kopi ke
Martinik merupakan suatu pencapaian yang sangat besar. Hal ini dikarenakan


budidaya tanaman kopi di sana cukup baik. Hanya dalam kurun waktu 50 tahun,
telah terdapat kurang lebih 18 juta pohon kopi dengan varietas yang beragam.
Progeni inilah yang menjadi salah satu sumber dari kekayaan jenis kopi di
dunia.
Sejarah perkembangan kopi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
masa penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda pada awalnya menanam kopi di
daerah sekitar Batavia(Jakarta), Sukabumi, Bogor, dan akhirnya menyebar ke
berbagai daerah seperti Jawa timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra,
Sulawesi. Sekitar abad ke-20, semua perkebunan kopi di Indonesia terserang
hama yang mengakibatkan musnahnya hampir semua tanaman kopi. Untuk
menanggulangi masalah tersebut, akhirnya pemerintah Belanda mencoba
menanam kopi Liberika. Akan tetapi, varietas ini ternyata tidak begitu populer
dan pada akhirnya juga terserang hama. Saat ini, kopi Liberika masih dapat
ditemui di pulau Jawa, meskipun jarang ditanam sebagai bahan produksi
komersial.
Bencana alam, perang Dunia II ,dan perjuangan kemerdekaan, semuanya
mempunyai peranan penting bagi perkembangan kopi di Indonesia. Awal abad
ke-20 perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Di
bawah pemerintahan Belanda ini Infrastruktur dikembangkan untuk
mempermudah perdagangan kopi. Sebelum Perang Dunia II, di Jawa Tengah
terdapat jalur rel kereta api yang digunakan untuk mengangkut kopi, gula,
merica, teh dan tembakau menuju Semarang untuk kemudian diangkut dengan
kapal laut. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi Arabika.
Kopi Arabika juga banyak diproduksi di kebun kebun seperti (Kayumas,
Blawan, Kalisat/Jampit) di Bondowoso, Jawa Timur. Sedangkan kopi robusta
banyak diproduksi di Jawa Timur seperti Ngrangkah Pawon (Kediri), Bangelan
(Malang), Malangsari, Kaliselogiri (Banyuwangi). Sedangkan di daerah
pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi
Arabika dan Robusta.
Setelah kemerdekaan banyak perkebunan kopi yang diambil alih oleh
pemerintah yang baru atau ditinggalkan. Saat ini sekitar 92% produksi kopi
berada di bawah petani-petani kecil atau koperasi.

ÿ
Perkembangan kopi Indonesia saat ini ditilik dari hasilnya, menempat
peringkat keempat terbesar di dunia. Kopi memiliki sejarah yang panjang dan
memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Indonesia
diberkati dengan letak geografisnya yang sangatlah cocok bagi tanaman kopi.
Letak Indonesia sangat ideal bagi iklim mikro untuk pertumbuhan dan produksi
kopi.
  Ê     
Klasifikasi tanaman kopi arabika adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus : Coffea
Spesies : [  L.
[  adalah spesies asli yang berasal dari Ethiopia. Tumbuh di
Afrika barat, India barat, Brazil dan Jawa. Tanaman ini termasuk dalam familia
(kopi-kopian) dan genus [ . [  merupakan tanaman
perdu tahunan yang memiliki akar tunggang. Tingginya antara 7-12 m dan
mempunyai cabang. Percabangan sekunder sangat aktif bahkan pada cabang
primer di atas permukaan tanah membentuk kipas berjuntai menyentuh tanah.
Panjang cabang primer rata-rata mencapai 123 cm sedangkan ruas cabangnya
pendek-pendek. Batang tanaman [   berkayu, keras dan tegak
dengan warna putih keabu-abuan.
Pada ruas-ruas cabang tanaman terdapat daun yang lebat. Daun tersebut
tunggal dan berbentuk bulat telur. Tepi daun rata dengan ujung yang runcing.
Namun, pada bagian pangkal terlihat tumpul. Daun tanaman [  ini
mempunyai panjang kira-kira 5-15 cm dan lebar 4-6,5 cm. Secara keseluruhan,
daun tampak mengkilat dengan bentuk pertulangan daun menyirip. Daun yang


sudah tua berwarna hijau tua, sedangkan daun yang masih muda a
 
berwarna coklat kemerahan. Apabila tanaman [   ditanam tanpa
penaung, tepi daun menjadi bergelombang dan helaian mengatup ke atas. Oleh
karena itu, sepintas bentuk daun tampak oval meruncing ramping. Dalam
kondisi normal ada penaung, daun berbentuk oval datar memanjang dan
berwarna hijau sangat tua.
Bunga tanaman [   merupakan bunga majemuk (muncul
secara berkelompok). Bunga ini tumbuh di ketiak daun dengan bentuk
menyerupai payung. Mahkota bunga berbentuk bintang dan berwarna putih.
Masing-masing bunga mempunyai diameter sekitar 1-1,5 cm. Tanaman kopi
umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Mula-mula bunga ini
keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi.
Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang
menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman
yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak
daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup
sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga.
Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan
bergerombol.
Tidak berbeda dengan bunganya, buah tanaman ini juga tumbuh
berkelompok atau bergerombol. Walaupun ukuran buah cukup besar, dompolan
buah kurang rapat. Buah yang masih muda berwarna hijau bersih, sedangkan
buah yang sudah masak berwarna merah cerah. Bentuk buah adalah bulat telur
dengan diameter lebih kurang 10-15 mm. Di dalamnya terdapat biji yang
berjumlah dua berbentuk bulat panjang. Berat 100 buah masak merah rata-rata
196 gram.
Tanaman ini termasuk dalam golongan tanaman C3 karena fiksasi
karbon organik pertama ialah senyawa berkarbon tiga, 3-fofogliserat. Tumbuhan
C3 yaitu tumbuhan yang fiksasi karbon awal terjadi melalui rubisco, enzim
siklus Calvin yang menambahkan CO2 pada ribulosa bifosfat. Tumbuhan ini
memproduksi sedikit makanan apabila stomata tertutup pada hari yang panas
dan kering.

c
Kandungan yang ada yaitu Kafein 1-2 %, tanin, asam klorogenat
(kafeotanat), lemak, gula & pentosan.
 ‘ "#   $     
À‘    
Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang
terletak di antara 20o LU dan 20o LS. Berdasarkan data yang ada,
Indonesia terletak di antara 5o LU dan 10o LS. Hal ini berarti sangat
ideal dan potensial bagi pengembangan tanaman kopi.
Selain itu, kopi hanya dapat menghasilkan dengan baik apabila
ditanam pada tanah yang sesuai, yaitu tanah dengan kedalaman efektif
yang cukup dalam (> 100 cm), gembur, berdrainase baik, serta cukup
tersedia air, unsur hara terutama kalium (K), harus cukup tersedia bahan
organik (> 3 %). Derajat kemasaman (pH) yang ideal untuk
pertumbuhan tanaman kopi berkisar antara 5,3 6,5à Jenis tanah latosol
dan vulkanis cocok untuk tanaman kopi.
Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah Optimal dan Kopi Arabika


Tinggi Tempat (m dpl) 700 1.400
Suhu Udara Harian (o C) 15 24
Curah Hujan Rata-rata (mm/th) 2.000 4.000
Jumlah Bulan Kering (bl/th) 1 3
  
Derajat Kemasaman (pH) 5,3 6,0
Kandungan B.O (%) >3
Kedalaman Efektif (cm) > 100
Kemiringan Maksimum (%) 40

À‘ Ê$ 
Bibit yang baik adalah bibit yang tumbuhnya normal dan
ukurannya seragam. Tidak terserang hama/penyakit, batang dan daunnya
bersih dan kelihatan segar. Mempunyai akar tunggang yang lurus. Bibit
yang akan ditanam harus berasal dari klon/varietas unggul yang
dianjurkan. Bibit yang dianjurkan adalah bibit vegetatif, terutama bibit
sambungan dan setek, karena: Cepat berbuah, terutama bibit stek.

cc
Mempunyai sifat sama dengan induk. Bibit sambungan merupakan
gabungan dari 2 jenis kopi yang bersifat unggul. Bibit semai yang dapat
digunakan adalah hasil silangan pertama (hibrida) yang diperoleh
langsung dari penangkar-penangkar benih.
À‘    
Media pembibitan yang dianjurkan adalah media tanah, pasir dan
pupuk kandang dengan perbandingan 3:2:1. Pemberian pupuk kandang
pada pembibitan di samping sebagai sumber hara juga memperbaiki
struktur tanah dan menjadikan tanah gembur serta sangat baik bagi
pertumbuhan akar bibit tanaman kopi (Dinas Hutbun Kota Bukittinggi,
1995).
 %       # 
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak,
baik berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air kencing
(urine). Walaupun demikian sepertinya orang-orang sepertinya enggan
membicarakan kotoran cair yang berupa urine ternak. Dalam hal ini
mengumpulkan kotoran padat memang jauh lebih praktis dibanding urin ternak.
Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak
mempunyai sifat khas tersendiri. Makanan masing-masing ternak berbeda-beda.
Padahal makanan inilah yang menentukan kadar hara. Jika makanan yang
diberikan banyal mengandung hara N, P dan K maka kotorannyapun akan kaya
dengan zat tersebut.
Selain jenis makanan usia ternak juga menentukan kadar hara dalam
kotorannya. Ternak muda akan menghasilkan feses dan urine yang kadar
harannya rendah terutama N, karena ternak muda memerlukan sangat banyak
zat hara N dan beberapa macam mineral dalam pembentukan jaringan tubuhnya.
berikut komposisi unsur hara kotoran dari berbagai jenis ternak.
Pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki unsur hara yang lebih
besar daripada jenis ternak lain khususnya kadar hara P. Penyebabnya adalah
kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya,
kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada kotoran padat
seperti kompos. Selain itu pula dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa-sisa


makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan
tambahan hara ke dalam pukan terhadap sayuran. Sebelum digunakan, pupuk
kandang perlu mengalami proses penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk
kandang juga turut ditentukan oleh C/N rasio.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk kandang
adalah sebagai berikut.
- Penebaran pupuk organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah
seperti pembajakan atau penggemburan tanah agar pupuk organik dapat
mencapai lapisan tanah yang lebih dalam.
- Pemberian pupuk organik dengan dosis kecil tetapi sering lebih baik dari
pada dosis banyak yang diberikan sekaligus.
- Pada beberapa jenis sayuran, pupuk organik sebaiknya ditempatkan pada
lubang tanam satu minggu sebelum bibit ditanam.
- Pada media tanam dalam pot perbandingan pupuk kandang dan tanah
yang ideal adalah 1:3.
- Jika harus menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna
(rasio C/N masih tinggi) harus diberi jeda waktu antara pemberian pupuk
organik dan penanaman bibit yakni minimal satu minggu. Hal itu
dilakukan untuk menghindari dampak buruk yang mungkin terjadi pada
tanaman ketika proses penguraian pupuk organik berlangsung.

c0
Ê Ê
Ê     


&      
Penelitian ini dilaksanakan di Kenagarian Batipuh, Kabupaten Tanah
Datar, dengan ketinggian tempat 1200 m dpl dengan jenis tanah Andosol, pH
6,5. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2001 hingga Februari 2002.

 Ê       
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : bibit kopi Arabika
varietas Kartika 1 pada stadium kepelan, kantong polybag dengan ukuran 30x20
cm dengan diameter 12,5 cm. tanah Andosol, pasir, pupuk kandang kotoran
ayam kayu bamboo, atap daun kelapa, dan insektisida Miothirin 50ES, serta
Curater 3G, Fungisida Dithane M45.
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : cangkul, tugal,
emrat, tali rapia, meteran, kored, pisau, kawat, paku, timbangan, jangka sorong,
mistar, label, alat tulis, dan buku untuk pencatatan data.

    
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6
perlakuan dan 4 ulangan, sehingga terdapat 24 petak penelitian. Setiap satuan
penelitian terdapat 10 tanaman dan diukur 5 sampel tanaman dari setiap masing-
masing perlakuan. Dengan demikian bibit yang dibutuhkan sebanyak 6
perlakuan x 4 ulangan x 10 tanaman = 240 bibit tanaman tembakau. Adapun
sebagai perlakuan adalah pupuk kandang kotoran ayam, yaitu : 0 g, 100g, 200g,
300g, 400g, dan 500g.
Data hasil penelitian dihitung dalam model linier rancangan acak
kelompok sebagai berikut :

c^
‘
‘
Dari model linier tersebut dapat disusun tabel sidik ragam
Rancangan Acak Kelompok seperti terlihat pada Tabel 1. Data yang
diperoleh dianalisis dengan uji-F untuk menentukan beda nyata atau tidak
berbeda nyata.

 $    !   (   )  ) $*+


  '  $$  (    
,
,
" $
   
Hormon v =h 1 JKH JKH / v (KTH) / F(v v )
1 1 1, 2
(KTG)
Galat v = (rh-1) JKG JKG / v
2 2
(h-1)

Total rh - 1 JKT

Keterangan *) : Bila F hitung < F 5 % tidak ada perbedaan nyata =   


 ; H diterima pada taraf uji 5 %.
0
Bila F hitung > F 5 % ada perbedaan nyata =   ;
H diterima pada taraf uji 5 %.
1
Bila F hitung > F 1 % ada perbedaan sangat nyata = 

 
  . H diterima pada taraf uji 1 % ‘
1
‘
 %     
Penelitian direncanakan melalui 4 tahap , yaitu : 1) persiapan lahan ; 2)
persiapan media pembibitan ; 3) pemeliharaan bibit ; dan 4) pengamatan


0  
 
-‘ Persiapan lahan diawali dengan pembuatan petakan dengan ukuran 212,5
x 85 cm.
-‘ Petakan tanah kemudian diratakan untuk menyusun polybag yang telah
diisi dengan media. Pada penelitian ini diperlukan 24 petak, dimana
masing-masing petak terdapat 10 bibit kopi.
-‘ Selanjutnya naungan dibuat dengan tinggi 1,75 m, dengan atap daun
kelapa. Intensitas cahaya diusahakan ± 60%.

0  
 
 
-‘ Persiapan media pembibitan terdiri dari tanah Andosol dan pasir dengan
perbandingan 2:1.
-‘ Untuk menghilangkan mikroorganisme parasit maka diberi Curater 3G
sebanyak 4 g/kg media, kemudian diinkubasi selama 15 hari, setelah itu
baru dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 1,8 kg/polybag
-‘ Perlakuan pemberian kotoran ayam dilaksanakan 3 hari sebelum bibit
ditanam di polybag dengan cara mencampur sebagian media bagian atas
yang ada dalam polybag.

0  0  
-‘ Bibit yang ditanam dalam polybag adalah bibit stadium kepelan dengan
dua helai daun atau telah berumur enam minggu di pendederan.
-‘ Sebelum bibit ditanam, tanah disiram dengan air dan dibuat lubang
tanam dengan menggunakan tugal. Bibit dimasukkan kedalam lubang
tanam lalu ditutup dengan tanah kembali. Pananaman dilakukan pada
pagi hari.

0     
-‘ Pemeliharaan bibit yang akan dilakukan meliputi penyiraman,
penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit.
-‘ Penyiraman dilakukan 2 kali sehari setiap pagi dan sore.
-‘ Penyiangan dilakukan dengan mengendalikan gulma secara mekanis.

cG
0      
 
    
-‘ Pengambilan sample dilakukan secara random dengan mengambil 5
sampel pada masing- masing petak.
-‘ Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 16 MST, dimana
pengamatan meliputi tinggi bibit, jumlah daun, total luas daun, lingkar
batang, diameter batang, panjang akar tunggang, jumlah akar cabang
primer, berat segar bibit, berat brangkasan segar, berat segar akar, berat
kering bibit, berat kering akar dan berat brangkasan kering.

   
1.‘ Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi bibit dilakukan bersamaan dengan pengukuran
diameter batang, Pengukuran tinggi bibit dilakukan dari pangkal
batang sampai ujung pucuk daun tertinggi.
2.‘ Jumlah daun per tanaman (helai)
Perhitungan jumlah daun dilakukan bersamaan dengan
pengukuran diameter batang dan tinggi tanaman.
3.‘ Luas daun (cm2)
Luas daun dihitung dengan metode pola turunan daun, yaitu
dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada
sehelai kertas, yang menghasilkan replica daun. Replika daun itu
kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya telah
diketahui sebelumnya. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan
perbandingan replica daun dengan berat total kertas sebagai
berikut:

     Dimana: LD = Luas Daun

Wt = Berat Total Kertas Sampel
Wr = Berat Kertas Replika Daun
LK = Luas Total Kertas

c
4.‘ Lingkar batang dan Diameter batang (mm)
Pengukuran diameter batang dilakukan pada jarak sekitar 5 cm
dari pangkal batang, untuk mendapatkan letak pengukuran
diameter batang yang konstan.


cÿ
 ) '"  

 -..   $  / .0


0.
0.  1  1    

 -..  1(    $  / .002.

.  1
$  1   1 13
2  

 -..$   / .45

 -..$  / .0
0.0.    1   1 1  1   1
$  # 1   1 .

 -.. 67 (  / .0


0.0%.0.11  1 1/  1
 # .

 -..    . .  .602%87%7  

 -.. ( .(. 

 -..    / .9  

 -..  # $  / .008.07.    1 1/   

 -..    .  1# 1  1$  1 1


 $  1 $  1   1  1$  

 -..  #   (  / .002.0%..    1  1  1


  .

 -..     # / .  . .


.:  3  $/ 

 -..( ( 1   $  / .002.


0.  1  1# 1
    

 -..(((     / .9 4  586 

c

Anda mungkin juga menyukai