Anda di halaman 1dari 40

KELAS REPTILIA

A. CIRI UMUM
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Merupakan kelompok hewan
vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan peru-paru. Ciri umum
kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit
kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota
ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total
yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo
Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah
mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit.
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada
beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada
serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya
memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia
mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru.
Semua Reptil bernafas dengan paru-paru. Jantung pada reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan
2 ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna
sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil merupakan hewan berdarah
dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur
suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinarmatahari.
Saluran ekskresi Kelas Reptilia berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk
ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada Ordo Squamata yaitu Sub-ordo
Lacertilia dan Sub-ordo Ophidia. Kloaka dengan celah membujur yaitu terdapat pada Ordo
Chelonia dan Ordo Crocodilia.
Pada anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting
untuk identifikasi. Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada saat jouvenile,
reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk dapat menetas, yang kemudian
gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa. Beberapa jenis reptil
memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar atupun tidak. Pada

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 1


beberapa jenis lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata pada reptil ada yang
berkelopak dan ada yang tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada reptil ada yang dapat
digerakkan dan ada yang tidak dapat digerakkan dan ada juga yang berubah menjadi lapisan
transparan.
Reptilia menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik. mayoritas
reptil adalah ovipar (bertelur) meski beberapa spesies Squamata bersifat vivipar (melahirkan).
Reptil vivipar memberi makan janin mereka menggunakan sejenis plasenta yang mirip dengan
mamalia. Ukuran reptil bervariasi, dari yang berukuran hingga 1,6 cm (tokek kecil,
Sphaerodactylus ariasae) hingga berukuran 6 m dan mencapai berat 1 ton (buaya air asin,
Crocodylus porosus). Cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari reptil adalah
herpetologi.
Habitat dari Kelas Reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik
seperi penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu Ordo Crocodilia dan beberapa anggota
Ordo Chelonia, beberapa Sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan Sub-kelas
Lacertilia dan Ophidia, bebepapa anggota Ordo Testudinata, sub terran pada sebagian kecil
anggota Sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil Sub-ordo Ophidia dan Lacertilia.
Sekarang ini mereka menghidupi setiap benua kecuali Antartika, dan saat ini mereka
dikelompokkan menjadi 4 ordo yaitu :
 Ordo Crocodilia contohnya : Buaya, garhial, caiman, Senyulong dan alligator.
Terdiri dari 23 spesies.
 Ordo Sphenodontia / Rhyncocephalia contohnya : Tuatara Selandia Baru
Terdiri dari 2 spesies.
 Ordo Squamata contohnya : Kadal, ular dan amphisbaenia ("worm-lizards"), Serpentes,
Lacertilia, dan Amphisbaena. Terdiri dari 7.900 spesies
 Ordo Testudinata / Chelonia contohnya : Kura-Kura, penyu, dan terrapin
Terdiri dari 300 spesies.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 2


B. KLASIFIKASI REPTILIA
Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya. Formulasi ini
dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak:
anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah,
dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.

 Ordo Testudinata
Terdiri dari dua subordo:
a. Subordo Cryptodira
Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi akuatik dan ada pula yang
akuatik. Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam
cangkang membentuk huruf S, mempunyai 12 sisik plastral, dan 9-8 tulang plastral. Pada
sebangsa kura-kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang sangat penting artinya
terutama dalam mengidentifikasi jenisnya (Zug, 1993).
Karapaks Subordo Cryptodira bermacam-macam, mulai dari tipis hingga tebal, dengan
warna dan bentuk yang bermacam-macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal) sesuai
dengan lingkungan hidup masing-masing jenisnya. Subordo Cryptodira dibagi dalam 11
famili diantaranya :
1) Famili Chelydridae (contoh : Chelydra serpentina)
Superfamilia Testudinoidea
 Famili Geoemydidae
Fosilnya anggota famili ini banyak ditemukan pada Jaman Krestasea Atas di
Eropa. Dulunya Geoemydidae atau lebih dikenal sebagai Bataguridae dianggap
sebagai satu suku dengan suku kura–kura air tawar Amerika Selatan. Anggota yang
terbesar, yaitu Bajuku atau Biuku, yang berada di Sumatera dan Kalimantan dapat
mencapai 1170 mm. Adapun jenis-jenis anggota famili ini yang ada di indonesia
antara lain Batagur baska, Callagur borneoensis, Geoemyda japonica, Malayemys
subtrijuga, Notochelys platinota, Orlitia borneensis, Siebenrockiella crassicollis, Coura
amboinensis, Cyclemys dentata dan Heosemys spinosa.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 3


Amyda cartilaginea Batagur baska Geoemyda japonica
jantan

Callagur borneoensis Malayemys subtrijuga

Myda cartilaginea Geoemyda japonica


betina

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 4


 Famili Testudinidae
Famili ini memiliki banyak anggota, yang paling terkenal terdapat di
Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Secheyles. Pada kedua kepulauan tersebut
mereka dikenal sebagai kura–kura purba dan kura-kura raksasa. Di Indonesia
fosilnya hewan ini dijumpai di Jawa, Flores, Timor dan Sulawesi. Kura–kura
Kuning di Sulawesi dan Baning yang terdapat di hutan–hutan Sumatera dan
Kalimantan merupakan kerabat kedua anggota famili di Kepulauan Galapagos dan
Kepulauan Secheyles yang masih hidup di Indonesia. Di Asia Tenggara terdapat
tiga genus yaitu Indotestudo dan Manouria yang masih hidup dan diwakili oleh satu
jenis saja di Indonesia, dan Geochelone yang ditemui dalam bentuk fosil di Jawa,
Sulawesi dan Nusa Tenggara. Contohnya : Geochelone gigantean, Testudo
hermanii, Testudo elephantopus (Iskandar, 2000).

Testudo hermanii

 Famili Emydidae
Sebagian besar anggota famili ini merupakan kura-kura semiakuatik. Ada
beberapa jenis yang hidup di air laut ( Malaclemys terrapin), ada yang hidup di
darat (beberapa spesies Terrapene) dan ada yang sepenuhnya akuatik( Terrapene
coabuila). Sebagaian besar merupakan omnivora akan tetapi terdapat beberapa
jenis yang murni karnivora ( misalnya genus Emydoidea dan Deirochelys).
Anggota famili ini mempunyai cangkang yang keras. Terdiri dari 12 genera dan
kurang lebih 39 spesies. Di indonesia, beberapa jenis kura-kura anggota famili ini
merupakan hewan import yang diperdagangkan bebas, misalnya Trachemys
scripta ( kura-kura brazil).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 5


Trachemys scripta

2) Superfamilia Trionychoidea
- Famili Carettochelydae
- Famili Trionychidae
- Famili Kinosternidae
- Famili Dermatemydidae
Kura-kura ini memiliki penyebaran paling luas di dunia. Terdapat
diseluruh benua, kecuali Australia yang hanya berupa fosil saja. Tiap genus dari
suku ini hanya memiliki satu sampai tiga anggota saja yang dapat dibedakan
dengan mudah dari perisainya yang berasal dari tulang rawan dan ekornya yang
agak panjang. Pada beberapa jenis, kaki belakangnya dapat disembunyikan dalam
suatu katub perisai. Lehernya relatif panjang, sehingga kepalanya hampir dapat
mencapai bagian belakang tubuhnya. Lubang hidungnya terletak pada ujung
moncong yang kecil dan pendek. Ukurannya dapat mencapai panjang satu meter,
dengan berat satu kuintal. Adapun beberapa jenis anggota super famili ini yang
berada di indonesia adalah Amyda cartilaginea (bulus), Dogania subplana ( labi-
labi hutan), Pelodiscus sp., Chitra chitra (manlai/labi-labi bintang), Pelochelys
bibroni ( labi-labi irian), Pelochelys cantori ( antipa/labi-labi raksasa), dan
Charettochelys insculpta ( moncong babi). (Iskandar, 2000).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 6


Pelochelys cantori Pelochelys bibroni

3) Superfamilia Chelonioidea
 Famili Cheloniidae
Famili ini dapat dibedakan dengan famili lainnya dengan dua ciri khas
yakni adanya keping inframarginal yang menghubungkan perisai perut dan perisai
punggung dan juga kaki yang berbentuk dayung. Kaki depannya umumnya hanya
mempunyai satu cakar, bila ada cakar kedua biasanya berukuran sangat kecil.
Hewan jantan biasanya memiliki cakar depan dan ekor yang lebih panjang. Ia
mempunyai lubang hidung yang terletak agak dekat permukaan atas tengkorak
untuk memudahkan mengambil udara untuk bernafas (Iskandar, 2000).
Semua anggota Famili Cheloniidae hidup di laut tropik, subtopik,
terkadang ada di daerah dengan iklim temperate. Penyu ini tersebar luas di
samudra-samudra di seluruh dunia. Dari tujuh spesies anggota famili ini, enam
diantaraya ditemuan di Indonesia. Adapun contoh spesies anggota famili ini
antara lain Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik ( Eretmochelys
imbricata), Penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu tempayan (Caretta caretta).
Perkawinan terjadi di laut, karenanya hewan yang jantan tidak pernah naik ke
daratan, hanya yang betina saja yang naik untuk bertelur (Iskandar, 2000).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 7


Chelonia mydas

 Famili Dermochelyidae
Satu-satunya anggota dari famili ini yang masih tersisa adalah Penyu
Belimbing. Penyu ini mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah
beriklim dingin. Ciri–ciri penyu ini adalah warna tubuh hitam sampai abu–abu
kehijauan, kaki tidak bercakar dan perisai ditutupi oleh kulit sebanyak tujuh
lipatan memanjang dan berbintik putih tanpa keping yang jelas. Penyu ini dapat
dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang dibentuk oleh tulang–tulang
kecil yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh baris yang
membentuk lunas pada perisai punggungnya. Perisai perutnya pun tersusun
sedemikian rupa sehingga terdapat dua baris yang rapat bersebelahan. Anakannya
berwarna hitam dengan bagian bawahnya berwarna coklat (Iskandar, 2000).
Contoh spesies anggota famili ini adalah Dermochelys coriacea.

Dermochelys coriacea

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 8


b. Subordo Pleurodira
Sub-ordo Pleurodira merupakan kura-kura akuatik dengan ciri memiliki leher yang
panjang. Kepalanya dapat dilipat ke samping badan namun tidak dapat ditarik ke dalam
tempurungnya. Karapaks biasanya berbentuk oval dan berwarna gelap, memiliki 13 sisik
plastral dan 9-11 tulang plastral. Pelvisnya bersatu dengan tempurung/cangkang.
Merupakan hewan karnivora, pemakan siput, kura-kura, dan amphibi (Zug, 1993).
Subordo Pleurodira dibagi menjadi 3 Famili yaitu:
- famili Chelidae
- famili Pelomedusidae
- famili Podocnemididae
Contoh dari Subordo Pleurodira antara lain : Chelodina oblonga, Eydura subglobosa
(Famili Chelidae), dan Pelomedusa subrufa (Famili Pelomedusidae) (Zug, 1993).
 Famili Chelidae
Famili ini terdiri dari kurang lebih 17 genus dan 54 spesies. Famili ini dapat
dikenali dari lehernya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam perisainya, dan
bagian perisainya mempunyai keping intergular. Famili ini dianggap lebih primitif
daripada kura–kura yang dapat menyembunyikan lehernya dalam perisai.
Diperkirakan nenek moyangnya telah ada sejak 223 juta tahun yang lalu,
berdasarkan fosil–fosil dari Genus Chelodina, Elseya, dan Emydura. Genus
Chelodina dikenali dari kaki depan dengan empat kuku, keping intergular yang
tidak berhubungan dengan tepi perisai yang relatif panjang. Genus ini dibagi
menjadi dua, yakni kura–kura dengan leher panjang dan kepala yang juga relatif
panjang dan kelompok yang kedua adalah kura–kura dengan panjang leher sedang
dan kepala relatif pendek dan lebih besar (Iskandar, 2000).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 9


 Ordo Rhynchocephalia
Merupakan kelompok reptile primitive yang kadang-kadang disebut sebagai fosil hidup.
Bentuk tubuhnya mirip anggota-anggota lacertilian pada umumnya, tetapi berbeda dengannya
terutama karena tengkoraknya bersifat diosit(mempunyai 2 cekungan di daerah temporal).
Gigi-gigi terdapat pada prunaicilla, maxilla, palatinum, dan dentale. Tulang-tulang
gostralia(tulang-tulang perut) berkembang baik. Celah kloaka melintang. Diatap kepala
terdapat mata parietal dengan lensa dan retina. Pada hewan muda, mata parietal tampak lebih
jelas karena kulit yang menutupnya bening, tetapi pada saat dewasa kulit tersebut menebal.
Alat ini di duga peka terhadap panas dan cahaya. Ordo ini mencakup satu familia, yaitu
Sphenodontidae dengan spesies Sphenodon punctatus.
 Ordo Squamata
Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik
yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut
molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kultikula baru di
bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara
keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan
susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap.
Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi
menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki
ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa spesies
Ordo Lacertilia. Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan
vertilisasi internal. Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali
Artik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania. (Zug, 1993)
Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu :
a. Subordo Lacertilia/ Sauria
Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan
sisik yang bervariasi. Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang
sisiknya termodifikasi membentuk tuberkulum. Dan sebagian lagi menjadi spina.
Sisik-sisik ini dapat mengelupas. Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian
tidak semua sisik mengelupas pada saat yang bersamaan (Zug, 1993).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 10


Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang
bersatu pada rahang atas pada bagian yang disebut satura. Selain itu pada Lacertilia
mereka memiliki kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu pada beberapa anggota
Subordo Lacertilia, ada yang dapat melepaskan ekornya. Contohnya pada Mabouya
sp (Zug, 1993).
Lidah Lacertilia panjang dan adapula yang bercabang. Pada beberapa spesies lidah ini
dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa seperti pada Chameleon sp.
Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia, yaitu
Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae.
 Agamidae
Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau
yang tersusun seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup
sisik. Lidahnya pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta bervilli. Jari-jarinya
kadang bergerigi atau berlunas Tipe gigi acrodont. Pada Draco volans memiliki
pelebaran tulang rusuk dengan lipatan kulit. Habitatnya di pohon dan semak.
 Scincidae
Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama
besar, demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan
simetris. Lidahnya tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan
tersusun seperti genting. Tipe giginya pleurodont. Matanya memiliki pupil yang
membulat dengan kelopak mata yang jelas. Ekornya panjang dan rapuh. Contoh
spesies famili ini adalah Mabouya multifasciata.

Mabuya multifasciata

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 11


 Varanidae
Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di
bagian dorsalnya sedang di bagian ventral sisik melintang dan terkadang terdapat
lipatan kulit di bagian leher dan badannnya. Lehernya panjang dengan kepala yang
tertutup oleh sisik yang berbentuk polygonal. Lidahnya panjang bercabang dan tipe
giginya pleurodont. Pupil matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang
nyata (Zug, 1993).
Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus komodoensis ) yang
panjangnya dapat lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa
pulau kecil di Nusa Tenggara. Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang
sedikit berbeda, yaitu marga Varanus yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh
dunia) dan marga Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis
yang bersalah dari kalimantan. Marga Lanthanous ini merupakan biawak yang
bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga.

Varanus komodoensis

 Gekkonidae
Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang
berbeda dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan
gecko yang lain. Kebanyakan gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan
matanya dilapisi membrane transparan yang dibersihkan dengan cara dijilat.
Banyak spesies anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi
untuk memudahkannya memanjat permukaan vertikal maupun melewati langit-
langit dengan mudah

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 12


Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang.
Beberapa spesies dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan
lingkungannya ataupun dengan temperature lingkungannya. Beberapa spesies dapat
melakukan parthenogenesis dan juga beberapa spesies betina dapat berkembang
biak tanpa pembuahan.

b. Subordo Serpentes/ Ophidia


Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang
seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui
bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah
seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata
digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota
Ordo Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan
ligament elastis (Zug, 1993).
Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya
termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya
vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor
yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan
Thermosensor. Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya
utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam
aliran darah mangsa (Zug, 1993).
Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :
• Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan
Boidae.
• Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian
depan). Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.
• Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat
tidak dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.
• Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya.
Contohnya pada Famili Hydrophiidae

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 13


Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan
mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu :
• Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara
menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini
adalah: Colubridae dan Viperidae.
• Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini
menyerang jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung
sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti. Contoh
Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik. Dalam arti,
banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.
• Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah
sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan
mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili
yang memiliki bisa tipe ini.
Diantara famili-famili di atas, yang terdapat di Indonesia antara lain:
 Typhlopidae
Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata
yang vestigial. Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya
terdapat sisik yang mengalami penandukan. Secara keseluruhan badannya pun
berbentuk bulat dan panjangnya hanya mencapai kurang lebih 30cm. Hidupnya di
bawah tanah, di dalam serasah, atau meliang. Genusnya yang paling dikenal adalah
dari Genus Typhlops sedangkan yang lainnya adalah Xenotyphlops,
Acutotyphlops,dan lain-lain. Terdiri dari 6 genus dengan 240 spesies. Umumya
ditenukan di daeran tropis di Asia, Afrika, dan Amerika.
 Boidae
Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan
persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah
dan organ pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang
vestigial. Moncongnya dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini memiliki
genus diantaranya: Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes,
Gongylophis, dan Sanzinia.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 14


 Hydropiidae
Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi.
Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famili ini kebanyakan Proteroglypha dengan tipe
bisa neurotoxin. Biasanya warnanya belang-belang dan sangat mencolok. Bagian ekor
termodifikasi menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsi untuk membantu
pergerakan di air. Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu kebanykan di
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Untuk spesies Pelamis platurus
persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung
untuk hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan
sesekali naik ke permukaan untuk bernafas.
 Elapidae
Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang
banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231
spesies yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha dan
ketika menutup gigi bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe
neurotoxin. Dekat kekerabatannya dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata
membulat karena kebanyakan merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat mencapai
ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang
ovovivipar (Hemachatus).

Ophiophagus hannah

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 15


 Colubridae
Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain
diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan
lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun
dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi
hampir setengah dari spesies ular di dunia. Kebanyakan anggota famili Colubidae
tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia. Gigi
bisanya tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. lain:
Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan Elaphe.
 Viperidae
Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili
ini kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang
hidup di daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya biasanya
termodifikasi menjadi lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping.
Memiliki facial pit sebagai thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan
hewan yang ovovivipar dan beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di
Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies.
 Pythonidae
Python merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya
sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae
karena mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tukang kecil di bagian paling
depan dan tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuan Tropis.
Merupakan ular yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python
reticulatus). Beberapa spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan tungkai
belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka. Taji ini lebih besar pada
yang jantan dan berguna untu merangsang pasangannya pada saat kopulasi.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 16


Python reticulatus

 Xenopeltidae
Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila
terkena cahaya. Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah
permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya. Salah satu spesiesnya
Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di
dalam tanah. Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993).

c. Subordo Amphisbaenia
Subordo Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak
berkaki namum memiliki kenampakan seperti cacing karena warnanya yang semu
merah muda dan sisiknya yang tersusun seperti cincin. Kelangkaanya dan kehidupnya
yang meliang menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini
(Zug, 1993).
Kepalanya tidak memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras,
memiliki gigi median di bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan
matanya tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya
hampir menyerupai kepalanya (Zug, 1993).

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 17


 Ordo Crocodilia
Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain.
Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur
berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada
bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi
empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing
bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral.
Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang
sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal
ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara
otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi
cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5
tanpa selaput.
Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak
sempurna yang menyebabkan terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki
foramen panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan
berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari.
Crocodilian dewasa terutama yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada musim
kering teritori tersebut dilupakan karena daerah mereka menyempit akibat kekeringan
(Goodisman, 2002).
 Famili Alligatoridae
Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan deretan
gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada deretan
rahang atas sehingga pada saat moncongnya mengatup hanya deretan gigi pada rahang
atasnya saja yang terlihat.dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun. Tahan terhadap
suhu rendah.memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik
dari bahan tanduk yang lebar.yang berjumlah lebih dari 6 sisik

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 18


 Famili Crocodylidae
Ciri-ciri Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang hampir
segitiga dan pada saat mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas. Kedua tulang
rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar. Terdapat pula baris
tunggal sisik balakang kepala yang melintang yang tidak lebih dari 6 buah di bagian tengkuk.
 Famili Gavialidae
Famili Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat moncong
tersebut menangkup, kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan rahang bawah
terlihat berseling. Ujung moncongnya melebar dan bersegi 8. sekilas bentuknya mirip dengan
Tomistoma schlegelii.
Spesies anggota Famili Crocodilidae yang ada di Indonesia adalah :
a. Crocodylus novaguineae (Buaya Irian)
Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang lain
berdasrkan ukuran sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik belakang
kepalanya berjumlah 4-7 buah. Sisik D.C.W (Double Crest Whorl) sejumlah 17-20 pasang,
sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah. Jumlah sisik ventral
terdiri atas 23-28 baris dari depan ke belakang. Ukuran maksimum dapat mencapai 3350
mm untuk jantan dan 2650 mm untuk betina (Iskandar, 2000).
Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal musim
kemarau, hal ini berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur – telur ini dijaga oleh
induk sampai mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya-buaya ini menempati habitat
yang sama dengan buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai sampai ke pedalaman
dengan persebaran meliputi Irian sebelah utara, mulai dari daerah DAS Memberamo,
sampai semenanjung selatan Papua Nugini (Iskandar, 2000).
b. Crocodylus porosus (Buaya Muara)
Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang
tujuh meter. Buaya ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang
kepalanya yang kecil ataupun tidak ada, sisik dorsalnya berlunas pendek berjumlah 16-17
baris dari depan ke belakang biasanya 6-8 baris. Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau tua
terutama pada yang dewasa pada sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan dengan

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 19


bercak hitam, dan pada ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna hitam
(Iskandar, 2000).
Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan.
Buaya ini bertelur pada awal musim penghujan. Telur – telur ini akan terus dijaga oleh
induk sampai menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri (Iskandar, 2000).
Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai. Kadang dijumpai di laut lepas.
Makanan utamanya adalah ikan walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang
mendekati sungai untuk minum. Persebaran buaya ini hampir di seluruh perairan Indonesia
(Iskandar, 2000).

Crocodylus porosus

c. Crocodylus siamensis (Buaya Air Tawar)


Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang
berjumlah 2-4 buah. Moncongnya tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas di antara
kedua matanya.. Panjang moncongnya satu setengah sampai satu tiga perempat kali
lebarnya. Umumnya memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil dan hanya
dapat mencapai panjang sekitar satu meter, berwarna hijau tua kecoklatan dan anakan
berwarna lebih muda dengan bercak- bercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada
ekor umumnya tidak utuh. Buaya Air Tawar betina bertelur pada awal musim penghujan
(Iskandar, 2000).
Buaya ini hidup pada pedalaman dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa.
Makanan utamanya adalah ikan. Jenis ini juga dikenal sebagai buaya.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 20


Crocodylus siamensis

d. Tomistoma Schlegelii ( Buaya Senyulong)


Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya yang
sangat sempit dengan ukuran tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki selaput,
dan sisi kakinya berlunas. Matanya memiliki iris yang tegak. Betinanya bertelur pada awal
musim penghujan. Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan sampah
tetumbuhan (Iskandar, 2000).
Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam, rawa-
rawa, hingga ke pedalaman. Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet.
Persebaran buaya ini meliputi Sumatera, Kalimantan, dan Jawa (Iskandar, 2000).

Tomistoma Schlegelii

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 21


C. SISTEM RANGKA
Reptil memiliki tengkorak yang penulangannya lebih banyak daripada amfibi dan
terdapat banyak variasi di bagian temporal. Tengkorak reptil yang memiliki lubang spesifik
dibagian temporal disebut tipe tengkorak anapsid. Tipe tengkorak jenis ini ditemukan pada kura-
kura. Sedangkan tipe tengkorak eurapsid ditemukan pada Plesiosaurus dan kerabatnya,
mempunyai sebuah penyambung supratemporal yang berkembang di kedua sisi tengkorak.
Reptile di era Permian sampai Jurassic mempunyai tengkorak seperti mamal, ada sepasang
lubang infratemporal disebut tipe diapsid, yang ditandai dengan lubang supra dan infratemporal.
Ciri ini juga menjadi cirri reptile sesudah era cheloina ( Testudinata).
Atap ruang otak reptile adalah melengkung agak datar, seperti pada kelas Amphibia.
Sebuah foramen parietal kea rah pineal, atau mata ketiga, ditemukan pada Tuatara
(sphenodon)I dan beberapa jenis kadal, tetapi tidak ditemukan pada kebanyakan reptil. Selain
ular semua reptile memiliki tulang septum orbitalis. Perkembangan awal dari palatum sekunder,
dari nares internal ke bagian belakang ringga mulut melintaas sepanjang nasal tersebut,
ditemukan pada kura-kura dan sebangsanya. Palatum sekunder berkembang baik pada buaya.
Ada sebuah kondilus oksipital. Tulang quadrat pada kura-kura, buaya maupun tuatara, menyatu
dengan baik. Rahang atas dan bawah pada ular dan kadal dapat bergerak dengan baik, karena
adanya engsel yang dilengkapi dengan ligamenutum. Ligamentum adalah jaringan ikat yyang
berfungsi untuk menghubungkan tulang satu dengan tulang lainnya. Ligamentum ini merupakan
penyambung kedua rahang, yakni rahang atas dan rahang bawah, sedangkan rahang bawah kanan
dan rahang bawah kiri juga dihubungkan oleh ligamentum elastic oleh karena itu rahang ular
mampu bergerak kuadratik dan memungkinkan menelan mangsa yang ralatif besar dari ukuran
kepalanya. Kemampuan ular untuk menelan mangsa kebih besar ini juga dibantu oleh karena
tidak adanya stermum. Gigi pada kura-kura tidak ada tetapi digantikan oleh lembaran bertanduk.
Gigi reptile terdapat pada bagian premaksila dan maksila. Gigi tersusun atas bagian palatin,
vomer dan pterigoid.
Kolumna vertebralis reptile kecuali pada ular dan kadal, berada pada bagian servik,
thorak, lumbal, sacrum dan kauda. Kondilus oksipital dihubungkan dengan vertebra servik

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 22


pertama (atlas). Tulang leher kedua (aksis) menahan bagian anteriornya yang dikenal sebagai
prosesus odontoid yang diyakini sebagai pusat dari atlas tersebut. Vertebra thorakis mendukung
tulang iga dan bertemu sternum pada bagian ventral (kecuali pada reptile tak bertungkai dan
kura-kura). Antara vertebra thorak dan kedua vertebra sacrum adalah bagian lumbal yang sangat
fleksibel geraknya. Jumlah vertebra bagian ekor pada reptile sangat bervariasi. Ruas tulang
belakang kura-kura, selain servik dan kauda, menyatu pada lempeng karapaks. Sebagian besar
reptile mempunyai cetrum tulang belakang yang disebut procoelous ( pro = depan, coelous =
cekung) dengan tipe persendian berbentuk bola dan socket, ujung posterior membulat dan ujung
anteriornya cekung. Bentuk sambungan ini sangat bervariasi tergantung dari tipe gerakan reptile
bersangkutan, sehingga dapat ditemukan berbagai bentuk permukaan cetrum vertebra, antara lain
; procoelous, opisthocoelous, heterocoelous, amphycoelous maupun acoelous.
Ular dan reptile yang tidak bertungkai tidak memiliki alat gerak, beberapa reptile lain
terdapat sisa-sisa tungkai yang tersembunyi tampak sebagai taji. Tungkai kura-kura laut
mengalami modifikasi menjadi sirip untuk berenang, namun kura-kura darat memiliki tungkai
untuk menyangga berat tubuhnya.
Kadal, umumnya memiliki 5 jari pada masing-masing kaki dan beberapa spesies
mempunyai kemampuan untuk berlari sangat cepat, tetapi ada kadal yang tidak bertungkai
sehinga menyerupai ular. Jari kaki pada beberapa reptile sejenis buaya mungkin terpisah atau
menjadi satu oleh anyaman selaput sebagai adaptasi untuk kehidupan air.

D. SITEM OTOT
Otot aksial (otot badan ) reptil mulai menunjukkan beberapa spesialisasi seperti yang
ditemukan pada mamal. Otot reptil terutama untuk gerakan lateral tubuh dan menggerakkan
ruas-ruas tulang belakang. Hal ini bisa diamati pada bangsa ular diaman jaringan otot lengan
telah hilang. Sedangkan pada otot bangsa kura-kura sangat berkurang kecuali pada daerah leher
akibat danya karapaks dan plastron. Dermal atau otot kulit berkembang dengan baik pada reptil
dan perkembangan yang sangat baik terjadi pada ular. Jaringan otot tungkai pada reptil bervariasi
tergantung pada tipe gerakannya.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 23


E. SISTEM CIRKULASI

Sistem circulatoria pada reptilia dibagai menjadi tiga bagian utama:


1. Jantung (Cor)
2. Pembuluh darah (Vascularis)
3. Darah
Cor (Jantung) :
1. Jantung kadal posisisnya dibagaian median cranio ventral thorax (rongga dada di depan
tengah-tengah bawah)
2. Antara ventrikel dextrer dan ventrikel sinaiter dipisahkan oleh sekat yaitu septum septum
ventrikularum tetapi sekat belum menutup secara sempurna
3. Pada crocodillia (buaya nampak lebih sempurna tetapi masih ada lubang kecil yang
disebut Foramen Fanizzae
4. Antara autrium dan vnetrikel terdapat septum autrioventricularis yang dilengkapi klep
(valvula)
5. Pada kadal masih ada sinus venostra terletak di dorsal dari autrium dextar, fungsinya
menerima darah dari venacava superior anterior lalu memasukkan darah melalui aparera
sino atrikularis
6. Pada foramen panizzae ada tiga pembuluh darah utama yaitu :
a. Dua berasal dari ventriole dexter
 Arcus aorta sinister
 Arteri pulmo ovalis
b. Berasal dari sinister
 Arcus aorta dexter
7. Fungsi cor Crocodilla (Foramen Panizzae) adalah :
a. Memungkinkan pemberian oksigen ke area pencernaan
b. Untuk menyeimbangkan tekanan dalam cor pada waktu binatang berenag

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 24


8. Sebelum berenang atau menyelam, menarik nafas sedalam-dalamnya sehingga pulmo
penuh dengan oksigen, oksigen terjepit darah tidak mengalir sehingga autrium sisnister
menjadi kosong.

Darah dari vena masuk ke dalam cor melalui 1) sinus venosus, 2) auriculum dextra, 3)
ventriculum dextra, 4) arteri pulmonalis dari paru-paru darah kembali masuk, 6) auriculum
sinestra dan terus ke ventriculum sinestra. Dari sini akan melalui sepasang archus aorticus yang
selanjutnya ke arah dorsal mengelilingi oesephagus dari dasar archus aorticus dexter muncul dua
arteri carotis (arteri carotis comunis dexter dan sisnistra) yang menuju leher dan kepala, dan
arteri subclavia menuju ke masing-masing extermitas anterior.
Dua archus aorticus menghubungkan diri menjadi satu disebelah dorsal menjadi aorta
dorsalis yang akan memberikan darah kepada alat-alat pada rongga tubuh, ke ekxtremitas
posterior dan ekor. Darah vena dikumpulkan 1) oleh vena canva posterior yang menampung
darah dari kepala dan kedua extremitas anterior, 2) oleh sebuah vena cava posterior yang
menampung darah dari organun reproduction dan ren, 3) oleh vena porta hepatica menampung
darah dari dalam tractus digestiva yang memecah menjadi kapiler-kapiler di dalam hepar dan
dikumpulkan oleh vena hepatica yang pendek, dan 4) Vena epigratris pada masing-masing sisi
dalam rongga abdominalis menampung darah dari ekstremitas posterior, ekor, dan tubuh. Dari
kedua vena cava itu akan masuk ke sinus venosus.

Tiga Pola Sistem Sirkulasi Pada Reptil


Sistem peredaran darah pada reptil tidak bisa disamaratakan dalam satu model. Ini tidak
begitu mengherankan mengingat keragaman morfologi, fisiologi dan perilaku yang ditemukan di

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 25


dalam superkelas ini. Kita dapat membagi model jantung reptile ke dalam tiga pola; pola
Squamata, pola Varanid, dan pola Crocodilian.

 Pola Squamata

Pola ini ditandai dengan tiga ruang jantung (2 atria dan 1 ventrikel jantung). Atrium kanan
menerima darah miskin oksigen lalu diteruskan ke cavum venosum ventrikel. Atrium kiri
menerima darah kaya oksigen dari paru-paru lalu diteruskan ke cavum arteriosum. Kontraksi
ventricular pada pola ini adalah tunggal, yang mana akan berakibat pada tercampurnya darah
miskin oksigen dan darah kaya oksigen.

 Pola Varanid

Kelompok kadal-kadalan/Varanida biasanya memiliki tingkat metabolism yang lebih tinggi


dari reptile lainnya dan memilliki sedikit perbedaan struktur jantung. Pola ini memiliki
karakteristik berjantung tiga ruang tetapi cavum venosum-nya lebih kecil dari pada cavum
venosum pada pola Squamata. Selain itu peredaran darahnya ganda. Perbedaan ini mengurangi

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 26


resiko pencampuran dari darah kaya oksigen dan darah miskin oksigen. Namun pencampuran
masih dapat terjadi dalam beberapa keadaan.

 Pola Crocodilia

Pola ini merupakan karakteristik dari Crocodilian. Jantungnya terdiri dari empat ruangan
(dua atria dan dua ventrikel), tetapi terdapat saluran sempit, yaitu foramen Panizza, yang
menghubungkan dua arteri utama (arteri kanan dan arteri kiri). Dua system arteri ini muncul dari
ruang ventrikel yang berbeda (arteri kiri dari ventrikel kanan, dan arteri kanan dari ventrikel
kiri). Ini memberikan kesempatan bagi paru-paru untuk melakukan anoxia (mengurangi suplai
oksigen pada jaringan tubuh) pada kondasi tertentu, misalnya ketika menyelam dalam air.
Menurut para penyelam sukarelawan, buaya dapat diam dalam air selama 10-15 menit. Ketika
buaya sedang bersembunyi dari mangsanya, kemampuan menyelam ini bisa lebih lama lagi,
sekitar 30 menit atau lebih. Eksperimen menunjukkan bahwa kebanyakan buaya sebenarnya
dapat bertahan di bawah air hingga 2 jam jika dalam keadaan tertekan.
Darah miskin oksigen dari tubuh di terima oleh atrium kanan dan di transport ke ventrikel kanan.
Dari sana darah dipompa ke paru-paru dan kembali ke atrium kiri. Darah kaya akan oksigen ini
kemudia di pompa oleh ventrikel kiri menuju seluruh tubuh.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 27


Gambar Diagram sirkulasi darah reptil.

Walaupun system arteri kiri berasal dari ventrikel kanan, darah ini tersuplai oleh oksigen
dari darah kaya oksigen di ventrikel kiri melalui foramen panizza. Karena tekanan dalam system
sirkulasi lebih tinggi dari sirkulasi paru-paru. Katup pada basal system arteri kiri tetap tertutup
untuk menjaga darah tetap terpisah.
Ketika buaya menyelam, tekanan udara terbentuk dalam paru-paru, menurunkan aliran
pada system paru-paru. Ini menurunkan jumlah darah yang mengalir ke paru-paru dan output
dari ventrikel kanan langsung masuk ke system arteri kiri. Dengan cara ini, buaya mampu
mencegah aliran darah ke paru-paru jika tidak diperlukan.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 28


F. SISTEM DIGESTORIA

Gambar Sistem Pencernaan Pada Reptil

Sistem Pencernaan Reptil meliputi :

 Rongga Mulut (Cavum Oris)


Terdapat maxilla dan mandibula, mulut dapat terbuka lebar memiliki dentes (gigi-gigi)
yang berfungsi untuk keperluan ofensif dan mempertahankan serta menguyah. Barisan
gigi ini dapat dibedakan menjadi dua deretan. Deretan conissch (bentuk kerucut)
menempel pada rahang dan gigi pleurodont, bengkok ke arah cavum oris. Pada palatum
(tulang langit-langit) trdapat deretan gigi harus yang disebut dentis palatini. Lingua yang
pipih bersifat bipida (bercabang dua) terletak di dasar cavum oris. Pada reptilia yang
masih hidup di air, misalnya buaya bagian belakang dari lingua terdapat lipatan
transversal. Bagian ini bila ditekan akan menutup sehingga bagain cavum oris terpisah
dari pharynx. Oleh karena itu walaupun hewan ini membuka mulut pada waktu berada di
air, paru-paru tidak akan dimasuki oleh air. Kelenjar pencernaan di mulut berkembang
dengan baik, hal ini dimaksudkan untuk pelumasan makanan yang kering serta
mengurangi gesekan saat menelan. Kelenjar-kelenjar lain di mulut adalah fasial, lingual,
dan sublingual. Umumnya kelenjar racun berasal dari beberapa kelenjar ini, misalnya
kelenjar racun pada kadal yang beracun merupakan modifikasi dari kelenjar sublingual.
 Esofagus (kerongkongan),
Letaknya dibelakang pharynx terdapat oesophagus yang merupakan saluran silindris
menuju ventriculus.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 29


 Ventrikulus(lambung)
 Intestinum
Intestinum terdiri atas usus halus (intesine tenue) dan usus besar (intestine crsum),
diantara kedua intestinum itu terdapat ceacum yang sangat pendek. Glandulae digestiva
berupa hepar yang terdiri atas lobus dexter dan sinister berwarna coklat pada bagian
caudal lobus dexter hepatis terdapat vesika fellea. Glandula pancreatica terletak diantra
ventriculum dan bagian eranial intestunum tenue
 Cloaca
Setelah dari Intestinum dilanjutkan ke rectum dan akhirnya bermuara ke kloaka. Cloaca
merupakan muara umum untuk tractus digestiva, ekxcretoria dan reproduksinya.

G. SISTEM RESPIRATORIA

Terdiri dari :
1. Rima glotis (celah tekak)
2. Larynx
3. Trachea, dinding tersusun oleh cincin dari tulang rawan yang ujungnya lidah
berhubungan dengan anulus trachealis, dihubungkan oleh ligamen
4. Bronchus (Cabang trachea)
5. Bipracatio tracheal, percabangan trachea yang masuk ke pulmo
6. Paru-paru (dexter dan sinister)

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 30


Gambar Paru-paru kadal dilingkupi oleh tulang iga (gambar bagian atas) dan paru-paru
dipotong longitudinal sehingga deretan faveolus tampak (gambar bagian bawah)

Udara masuk melalui nares externa terus menembus plat yang keras menuju ke nares
interna (di belakang lubang) ini pada Reptilia yang hidup di air terdapat vvellum dan kemudia
melalui glottis sebagai celah lingua menuju ke larynx. Larinx tersusun atas tulang rawan tiga
buah dan berisi beberapa pasang pita suara (nagi yang bersuara). Selanjutnya berhubungan
dengan trachea yang tersusun atas gelang-gelang tulang rawan trachea bercabang menjadi dua
bronchi yang selanjutnya masing-masing menuju ke paru-paru.Paru-paru kiri pada ular tereduksi
atau bahkan tidak ada, reduksi atau eliminasi ini ada hubungannya dengan bentuk tubuh yang
memanjang. Sedangkan paru-paru buaya mirip mamal, sementara pada kadal memiliki
deverticula yang terentang di bagian posterior paru-paru, berfungsi seperti halnya kantong uadara
pada burung. misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang
memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.

H. SISTEM UROGENITAL
Ginjal reptil dikenal sebagai tipe metanefros, sedangkan ginjal saat embrio adalah
pronefros dan mesonefros. Ginjal metanefros pada dasarnya serupa dengan mesonefros, tetapi
lebih ringkas dan memuat lebih banyak unit – unit renal, ada saluran menuju tubulus dan

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 31


akhirnya menyatu disebut ureter. Perkembangan tipe ginjal adalah untuk efisiensi ekskretori
akibat meningkatnya aktivitas. Ada reptil yang memiliki kentung kemih, tetapi pada buaya, kadal
dan ular, tidak ditemukan.

Gambar system urogenital pada kadal

Sejumlah reptil mempunyai kelenjar ekskresi garam di kepala, berfungsi untuk


mengeliminasi garam lebih cepat. Ekskresi garam disalurkan menuju rongga hidung. Kelenjar -
kelenjar ini sangat berkembang pada Iguana laut Galaphagos ( Amblyrhyncus cristatus), yang
hidup bergantung pada alga laut. Setelah makan, hewan ini ke pantai untuk istirahat di atas
karang. Garam yang terbawa saat makan, secara berkala dikeluarkan lewat hidung berbentuk uap
selama hewan bernafas. Kadal padang pasir (Dipsosaurus dorsalis) mengeluarkan kadar garam
darah serupa dengan Iguana laut akibat dari urin yang sangat pekat. Kehidupan di gurun
berkaitan dengan efisiensi pemanfaatan air, maka air pada urin diserap kembali. Reabsorpsi ini
terjadi di kloaka.
Ular – ular laut dari genus Pelamis dan Lacticauda yang sebagian besar hidupnya di
dalam laut mempunyai kelenjar sublingual di permukaan ventrolateral lidah yang mampu
mengeluarkan cairan pekat. Cairan tersebut mengandung banyak sodium klorida (NaCl) dan
dikeluarkan waktu lidah dijulurkan.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 32


Ovaium dan testes pada reptil adalah berpasangan. Telur reptil sedikit lebih keras
dibandingkan telur amfibi. Kuning telur lebih banyak dibutuhkan untuk perkembangan embrio
dan setelah menetas. Telur reptil seringkali diselubungi oleh albumin dan lapisan pembungkus
luar berupa cangkang kalkareus (cangkang kapur). Albumin dan cangkang dihasilkan oleh
kelenjar di sepanjang oviduk, kemudian telur dikeluarkan lewat kloaka.
Arkhinefros atau pembuluh Wolffian mengalami degenerasi pada reptil betina, tapi pada
hewan jantan menjadi saluran genital yang fungsional dan ujung atas bergelung disebut
epididimis. Telur reptil dibuahi secara interna, akibatnya pejantan pada banyak spesies
mempunyai organ kawin khusus untuk memindahkan sperma ke betinanya. Organ ini pada kadal
dan ular terdapat sepasang, terletak di sekitar kloaka disebut hemipenis. Struktur organ kawin
pada buaya dan kura – kura mungkin homolog dengan mamalia.

I. SISTEM SARAF
Otak tengah pada amniota adalah sebagai pusat dari aktivitas, tetapi pada reptilia terdapat
perubahan cerebrum. Perubahan tersebut terjadi akibat perkembangan ukuran dari belahan –
belahan otak karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf sehingga menjadi bentuk
neopallium. Cerebellum reptil relatiflebih besar daripada milik amfibi. Kemampuan ini
dihubungkan dengan macam gerakan dari kebanyakan reptil. Reptil memiliki 12 saraf kranial.

J. ORGAN INDERA
Kuncup perasa pada kebanyakan reptil hanya sebatas di daerah faringeal disebut organ
Jacobson., terletak di antara lintasan nasal. Organ Jacobson ini mencapai pengembangan
sempurna pada ular dan kadal.
Penyesuaian jarak pandang ini pada reptil dan sebagian amniota diatasi dengan
mengganti bentuknya. Lensa mata bentuknya menjadi lebih pipih untuk pandangan jauh dan
lensa lebih membulat untuk pandangan dekat. Pipih atau membulatnya lensa ini dihasilkan dari
kerja otot – otot lensa mata.
Beberapa kadal diurnal dan kura – kura mampu membedakan secara tepat warna kuning,
merah, biru dan hijau keran reseptor warnanya mengalami kemunduran sehingga hanya
gelombang panjang saja yang dapat dikenali. Kelopak mata pada beberapa reptil umumnya dapat
digerakkan. Beberapa reptil memiliki membran niktitan di bawah kelopak mata atas dan bawah.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 33


Struktur telinga pada reptil juga bervariasi. Lagena pada reptil lebih panjang darpada
lagena amphibia dan pada buaya betul – betul membentuk saluran rumah siput agak serupa
dengan yang ada pada burung. Depresi gelombang suara itu harus melewati kanal pendek pada
alat pendengar bagian luar agar mengenai membran timpani - telinga tengah - saluran eustachius.
Ular tidak memiliki membran timpani, telinga tengah dan saluran eustachius. Ular setelah
menerima vibrasi ditransmisikan melalui quadrat menuju kolumella.

K. KELENJAR ENDOKRIN
Kelenjar paratiroid seringkali lebih kranial dari kelenjar tiroid dan tidak berpasangan.
Kelenjar endokrin lain pada reptil tidak berbeda nyata dengan kebanyakan reptilia tingkat tinggi.

L. SISTEM EKSKRESI PADA REPTIL

Alat ekskresi pada Reptil berupa sepasang ginjal metanefros, kulit, dan paru-paru.
Metanefros berfungsi setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi utama saat
stadium embrio menghilang. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vesika urinaria yang bermuara
langsung ke kloaka. Bentuk ureter menyempit di bagian posterior, ukurannya kecil, dan
permukaannya beruang-ruang. Selain ginjal, reptile memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan
asam urat tertentu yang berguna untuk mengusir musuh. Pada jenis kura-kura tertentu terdapat
sepasang vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung ke kloaka dan berfungsi
sebagai organ respirasi.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 34


Pada kura-kura betina, alat respirasinya juga berperan membasahi tanah yang dipersiapkan
untuk pembuatan sarang sehingga menjadikan tanah lebih lunak dan mudah digali. Hasil ekskresi
reptile adalah asam urat. Dibandingkan Amfibi, Reptil hanya menggunakan sedikit air untuk
membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian sisa metabolisme diekskresikan sebagai
asam urat yang tidak beracun dalam bentuk pasta berwarna putih. Sisa air direabsorpsi oleh
bagian tabung ginjal. Pada beberapa anggota Reptil, seperti buaya dan kura-kura air, selain
mengekskresikan asam urat juga mengekskresikan amonia. Khusus pada kura-kura laut terjadi
ekskresi garam dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut mata, sehingga
sering terlihat seperti mengeluarkan air mata. Anggota lainnya, seperti ular, crocodilian, dan
alligator tidak mempunyai vesika urinaria sehingga asam urat keluar bersama feses.

M. CIRI KHUSUS

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 35


1. Warna Tubuh
Ada bagian dermis berupa kromotofora yang bertanggung jawab terhadap warna tubuh.
Oleh karena adanya konsentrasi dan dispersi granula-granula pigmen dalam kromatofora ini
menjadikan reptil mampu melakukan mimikri yaitu mengganti warna dalam menanggapi
rangsang dari lingkungan. Contohnya adalah bunglon.
Warna tubuh reptil juga seperti kebanyakan vertebrata lain yang memiliki beberapa
fungsi. Pewarnaan mungkin untuk penyamaran dengan latar belakang lingkungannya dan
dengan demikian hewan menjadi tersembunyi dan terlindung. Pewarnaan mungkin juga untuk
tanda khusus atau tanda seksual. Contohnya pada beberapa spesies kadal menunjukkan tanda
seksual dalam warna dimorfisme, khususnya pada masa kawin. Warna juga menjadi penting
dalam termoregulasi, yaitu akan menjadi perubahan konsentrasi granula-granula pigmen dalam
kromatofora akibat respon temperatur tinggi dengan mengurangi pewarnaan sehingga warna
menjadi lebih terang., sementara itu temepratur rendah menyebabkan pewarnaan gelap. Warna
juga disiapkan untuk melindungi organ-organ vital dari bahaya radiasi matahari. Kadangkala
pigmentasi berfungsi untuk perisai organ intermuskular bahkan untuk perlindungan jaringan
peritoneum.

2. Sisik Epidermal
Tubuh reptil dibungkus oleh sisik kering sebagai pelindung tubuh seperti halnya sisik
ikan. Sisik-sisik ini terbagi dalam 2 kategori, yaitu epidermal dan dermal. Tipe sisik reptil adalah
superfisial dan umumnya berganti secara berkala. Sisik dermal adalah lempengan tulang yang
tertanam permanen pada kulit dan bertahan selama hidupnya.
Reptil memiliki sisik epidermal yang terlihat amat nyata pada kadal dan ular. Sisik
epidermal secara terus menerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan stratum
germinativun epidermis dan umunya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain.
Ketika lapisan sisik epidermal tumbuh secara sempurna atau secara utuh, akhirnya menjadi
terpisah dari stratum germinativum dan tampak sebagai benda mati. Ular dan kadal sisik-sisiknya
berganti yang disebut dengan proses ekdisis. Sebelum berlangsungnya ekdisis, sisik-sisik baru
yang akan menggantikan sisik yang sudah tua sudah terbentuk. Kebanyakan ular berganti kulit
secara sekaligus. Epidermal yang lepas pertama pada daerah kepala termasuk kulit di dorsal
mata, ular pada akhirnya beringsut ke luar dari penutup lama. Pergantian kulit pada ular dihitung

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 36


mulai saat pertama seekor ular berganti kuloit adalah bergantung pada tingkat pertumbuhannya.
Jenis ular yang cepat pertumbuhannya biasanya berganti kulit setiap dua bulan.

Beberapa ular berbisa seperti pada Crotalus cerates dan Cerates cerates memiliki
struktur seperti tanduk di atas matanya yang merupakan modifikasi dari sisik-sisik. Tanduk ini
akan melipat ke bawah menutupi mata ketika kepala ular ditekan. Tanduk ini mungkin
bermanfaat untuk melindungi mata ketika ular bergerak melalui bebatuan, akar-akar, belukar
atau apa saja yang dapat menyebabkan luka. Lapisan kulit epidermal pada kadal tidak berganti
secara keseluruhan dalam waktu relatif pendek.

Gambar Cerates cerates

Karapaks dan plastron adalah tempurung dorsal dan ventral yang melindungi tubuh kura-
kura dan penyu. Strukturnya tersusun sebagian besar oleh tulang dari lempengan kulit dermal
dan bagian luar yang terbungkus sisik epidermal bertanduk yang tidak menyerupai sisik
epidermal pada ular dan kadal. Sisik-sisik ini tidak berganti secara berkala, meskipun sisik yang
lebih tua yang merupakan lapisan terluar mengelupas sebagai akibat dari ekspansi laisan stratum
germinativum. Sisik baru berukuran lebih besar daripada sisik yang terdahulu yang menutupinya.
Sebagai konsekuensi, ada lempengan epidermal yang ebih besa membentuk cincin atau lingkaran
pertumbuhan sebagai akumulasi lapisan-lapisan sisik bertanduk. Beberapa kura-kura tidak
memiliki sisik dan mempunyai sebuah kulit keras sebagai pengganti. Tubuh aligator dan
sejenisnya juga terbungkus sisik epidermal yang tidak secara bersamaan berganti tetapi
berangsur-angsur mengelupas dan digantikan sisik baru.
Sisik epidermal reptil menunjukkan lebih banyak keragaman bentuk dan struktur,
terutama pada ular dan kadal. Sisik tersebut mugkin tersusun secara longitudinal, diagonal atau

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 37


transversal (baris-baris melintang). Sisik pada kepala umumnya berbeda dalam penampilan dari
sisik bagian tubuh lain dan diberi nama sesuai dengan lokasinya. Sisik di sepanjang bagia bibir
atas disebut sisik-sisik labial atas.,sisik yang melingkari mata adalah sisik okular, yang diantara
kedua mata adalah sisik interokular. Perbedaan dalam ukuran, bentuk dan jumlah sisik ini
memberikan ciri khusus dan penting untuk klasifikasi.
Sisik ular biasanya sikloid atau berbentuk segi empat. Sisik kadal mungkin
dikelompokkan ke dalam sisik granular, sikloid, quadrangular atau mucromate, dan sisik
mungkin halus atau kasar. Sisik bagian tubuh tertentu bisa termodifikasi hingga menjadi panjang
seperti duri yang ditemukan pada iguana.
Sisik pada bagian ventral tubuh ukar umumnya lebih besar umumnya lebih besar,
pitamoris melintang disebut scute yang berfungsi untuk memperluas lebar tubuh. Keberadaan
scute di bagian bawah permukaan tubuh biasanya digunakan sebagai ciri dasar untuk
membedakan ular dari kadal.

3. Kelenjar Kulit
Karena sisik epidermal kering maka reptil pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar
kulit. Kelenjar mukus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama masa bercumbu.
Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloaka di masa kawin. Kadal ini
memiliki lubang-lubang disebut sebagai lubang preanal atau lubang femoral, umumnya pada
betina lebih kecil atau ditemukan hanya pada pejantan. Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada
musim kawin.
Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan disebut kelenjar keturunan atau generation gland.
Perubahan sekresi dari kelenjar-kelenjar ini tampak dihubungkan dengan pertumbuhan sisik pada
kulit.

4. Gigi

Gigi sama sekali tidak ada pada kura-kura dan penyu, tetapi diganti dengan lapisan
tanduk baik di rahang atas maupun bawah seperti layaknya paruh burung. Reptilia kelompok lain
umumnya mempunyai gigi dan berkembang dengan baik. Gigi-gigi Crocodilia agak seragam,
berbentuk kerucut, kelengakapan giginya mengarah pada gigi tipe thedocont.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 38


Sebagian besar kadal memiliki gigi seragam atau homodont. Ada (sedikit) reptilia yang
memiliki gigi seri, taring dan geraham, sehingga pertumbuhan gigi ini mengarah pada
heterodont. Sebagian kecil kadal memiliki gigi yang tumbuh pada langit-langit mulut, tetapi
umumnya melekat pada rahang. Ada tipe gigi yang hanya melekat pada rahang sehingga tidak
terletak pada lubang rahang, disebut tipe acrodont. Tipe gigi pleurodont yaitu gigi berada dan
melekat pada sisi dalam rahang. Gigi bawah pada genus Holoderma (kadal berbisa) adalah
pleurodont. Racun yang disekresikan oleh kelenjar labial pada rahang bawah Holoderma tidak
melewati lubang taring tetapi mengalir melalui luka akibat tusukan gigi.
Ular umumnya memiliki gigi tipe pleurodont yang tersusun pada jajaran di rahang atas
dan bawah. Beberapa ular berbisa memiliki gigi berlekuk yang disebut gigi opistoglifi. Ular
berbisa kuat, umumnya memiliki sepasang taring berlubang terletak pada bagian anterior rahang
atas, bentuk taring seperti jarum hipodermik dan dasar taring berhubungan dengan kantong
kelenjar bisa. Kontraksi otot di sekitar kelenjar bisa pada saat ular menyerang, bertanggung
jawab untuk menyuntikkan bisa melewati taring ke korban. Taring, seperti juga gigi yang lain
akan diganti bila tanggal. Taring ular berbisa opistoglifi adalah gigi bisa yang terletak pada
rahang atas bagian posterior sedangkan gigi bisa yang terletak pada rahang atas bagian anterior
dan dapat dilipat (bisa digerakkan) karena ada engsel disebut gigi solenoglifi. Gigi bisa pada ular
kobra dan ular mamaba taringnya terletak pada rahang atas bagian anterior dan gigi bisa ini tidak
bisa digerakkan yang disebut dengan tipe gigi taring proteroglifi.

5. Alat Gerak (appendages) dan Lokomosi


Kadal dapat berlari dengan menggunakan 4 tungkai tetapi ada yang hanya menggunakan
2 tungkai belakang pada saat berlari. Ada kadal yang mampu memanjat permukaan vertikal,
misalnya pada kelompok tokek karena ada alat tambahan berupa kait. beberapa kadal dari genus
Draco mampu meluncur di udara karena memiliki kulit tambahan seperti jaring yang lebar
disetiap sisi tubuh tetapi tidak memiliki tungkai. Dua pasang tungkai pada kadal tidak selalu
pentadaktil, terkadang jari-jari pada satu atau kedua pasang tungkai menghilang. Kadal tak
bertungkai dikelompokkan dalam famili Ellidae atau famili Anguidae sehingga Nampak seperti
ular. Buaya mampu berjalan di atas tanah sebaik berenang di air. Mungkin jaringan selaput antar
jari tersebut bervariasi, akan tetapi kecepatan di air disempurnakan oleh gerakan tubuh
mengombak ke samping.

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 39


Reptil yang teradaptasi sangat baik untuk kehidupan akuatik adalah kura-kura laut.
Tungkainya termodifikasi menjadi sirip, kuku mereduksi atau tidak ada. Kura-kura tanah
memiliki tungkai yang kuat dan mampu mengangkat tubuh untuk bergerak. Kura-kura laut dan
air tawar dapat merubah berat badannya secara spesifik sehingga mampu bertahan dalam air
pada kedalaman tertentu, dapat mengambang di permukaan atau bergerak di dasar kolam.
Kemungkinan ini dicapai dengan merubah volume udara di paru-paru dengan menambah atau
mengurangi jumlah air yang disimpan di kloaka.
Gerakan melata pada ular adalah hal yang menarik. Ternyata ular melata dengan cara
berbeda. Ada 4 tipe gerakan maju, yaitu berombak horizontal, rectilinear,concertina dan
sidewinder. Rattlesnake dan ular berbisa memiliki lubang sensor khusus di setiap sisi kepala.
Keberadaan lubang ini telah dipelajari oleh Noble dan Schmidt (1937), bahwa walaupun semua
organ utama dirusak atau diblok ternyata ular mapu menemukan atau mengetahui lokasi dan
mematuk mangsanya sebab objek memiliki suhu tubuh lebih tinggi atau lebih rendah dari
lingkungan sekitar. Lubang-lubang sensor ini bersifat saraf opthithalmic cabang dari saraf cranial
ke V. Organ sensor di kepala ular fiton Australia (Morelia spilotes) mampu menerima sinar infra
merah.

Daftar Pustaka

Administrator.2009. Kelas Reptilia. http://ksh.biologi.ugm.ac.id [diakses pada tanggal 15 Maret


2010]
Danu,Prince.2009. Reptil. http://kusmandanuunindra4.blogspot.com/2009/07/reptil.html [diakses
pada tanggal 15 Maret 2010]
Jasin, Maskoeri. 1991. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi.Sinar Jaya: Surabaya

Sukiya dkk,2005. Biologi Vertebrata.UM PRESS: IKIP Malang

Zoologi Vertebrata_Kelas Reptilia | 40

Anda mungkin juga menyukai