A. CIRI UMUM
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Merupakan kelompok hewan
vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan peru-paru. Ciri umum
kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit
kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota
ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total
yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo
Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah
mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit.
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada
beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada
serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya
memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia
mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru.
Semua Reptil bernafas dengan paru-paru. Jantung pada reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan
2 ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna
sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil merupakan hewan berdarah
dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur
suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinarmatahari.
Saluran ekskresi Kelas Reptilia berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk
ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada Ordo Squamata yaitu Sub-ordo
Lacertilia dan Sub-ordo Ophidia. Kloaka dengan celah membujur yaitu terdapat pada Ordo
Chelonia dan Ordo Crocodilia.
Pada anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting
untuk identifikasi. Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada saat jouvenile,
reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk dapat menetas, yang kemudian
gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa. Beberapa jenis reptil
memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar atupun tidak. Pada
Ordo Testudinata
Terdiri dari dua subordo:
a. Subordo Cryptodira
Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi akuatik dan ada pula yang
akuatik. Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam
cangkang membentuk huruf S, mempunyai 12 sisik plastral, dan 9-8 tulang plastral. Pada
sebangsa kura-kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang sangat penting artinya
terutama dalam mengidentifikasi jenisnya (Zug, 1993).
Karapaks Subordo Cryptodira bermacam-macam, mulai dari tipis hingga tebal, dengan
warna dan bentuk yang bermacam-macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal) sesuai
dengan lingkungan hidup masing-masing jenisnya. Subordo Cryptodira dibagi dalam 11
famili diantaranya :
1) Famili Chelydridae (contoh : Chelydra serpentina)
Superfamilia Testudinoidea
Famili Geoemydidae
Fosilnya anggota famili ini banyak ditemukan pada Jaman Krestasea Atas di
Eropa. Dulunya Geoemydidae atau lebih dikenal sebagai Bataguridae dianggap
sebagai satu suku dengan suku kura–kura air tawar Amerika Selatan. Anggota yang
terbesar, yaitu Bajuku atau Biuku, yang berada di Sumatera dan Kalimantan dapat
mencapai 1170 mm. Adapun jenis-jenis anggota famili ini yang ada di indonesia
antara lain Batagur baska, Callagur borneoensis, Geoemyda japonica, Malayemys
subtrijuga, Notochelys platinota, Orlitia borneensis, Siebenrockiella crassicollis, Coura
amboinensis, Cyclemys dentata dan Heosemys spinosa.
Testudo hermanii
Famili Emydidae
Sebagian besar anggota famili ini merupakan kura-kura semiakuatik. Ada
beberapa jenis yang hidup di air laut ( Malaclemys terrapin), ada yang hidup di
darat (beberapa spesies Terrapene) dan ada yang sepenuhnya akuatik( Terrapene
coabuila). Sebagaian besar merupakan omnivora akan tetapi terdapat beberapa
jenis yang murni karnivora ( misalnya genus Emydoidea dan Deirochelys).
Anggota famili ini mempunyai cangkang yang keras. Terdiri dari 12 genera dan
kurang lebih 39 spesies. Di indonesia, beberapa jenis kura-kura anggota famili ini
merupakan hewan import yang diperdagangkan bebas, misalnya Trachemys
scripta ( kura-kura brazil).
2) Superfamilia Trionychoidea
- Famili Carettochelydae
- Famili Trionychidae
- Famili Kinosternidae
- Famili Dermatemydidae
Kura-kura ini memiliki penyebaran paling luas di dunia. Terdapat
diseluruh benua, kecuali Australia yang hanya berupa fosil saja. Tiap genus dari
suku ini hanya memiliki satu sampai tiga anggota saja yang dapat dibedakan
dengan mudah dari perisainya yang berasal dari tulang rawan dan ekornya yang
agak panjang. Pada beberapa jenis, kaki belakangnya dapat disembunyikan dalam
suatu katub perisai. Lehernya relatif panjang, sehingga kepalanya hampir dapat
mencapai bagian belakang tubuhnya. Lubang hidungnya terletak pada ujung
moncong yang kecil dan pendek. Ukurannya dapat mencapai panjang satu meter,
dengan berat satu kuintal. Adapun beberapa jenis anggota super famili ini yang
berada di indonesia adalah Amyda cartilaginea (bulus), Dogania subplana ( labi-
labi hutan), Pelodiscus sp., Chitra chitra (manlai/labi-labi bintang), Pelochelys
bibroni ( labi-labi irian), Pelochelys cantori ( antipa/labi-labi raksasa), dan
Charettochelys insculpta ( moncong babi). (Iskandar, 2000).
3) Superfamilia Chelonioidea
Famili Cheloniidae
Famili ini dapat dibedakan dengan famili lainnya dengan dua ciri khas
yakni adanya keping inframarginal yang menghubungkan perisai perut dan perisai
punggung dan juga kaki yang berbentuk dayung. Kaki depannya umumnya hanya
mempunyai satu cakar, bila ada cakar kedua biasanya berukuran sangat kecil.
Hewan jantan biasanya memiliki cakar depan dan ekor yang lebih panjang. Ia
mempunyai lubang hidung yang terletak agak dekat permukaan atas tengkorak
untuk memudahkan mengambil udara untuk bernafas (Iskandar, 2000).
Semua anggota Famili Cheloniidae hidup di laut tropik, subtopik,
terkadang ada di daerah dengan iklim temperate. Penyu ini tersebar luas di
samudra-samudra di seluruh dunia. Dari tujuh spesies anggota famili ini, enam
diantaraya ditemuan di Indonesia. Adapun contoh spesies anggota famili ini
antara lain Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik ( Eretmochelys
imbricata), Penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu tempayan (Caretta caretta).
Perkawinan terjadi di laut, karenanya hewan yang jantan tidak pernah naik ke
daratan, hanya yang betina saja yang naik untuk bertelur (Iskandar, 2000).
Famili Dermochelyidae
Satu-satunya anggota dari famili ini yang masih tersisa adalah Penyu
Belimbing. Penyu ini mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah
beriklim dingin. Ciri–ciri penyu ini adalah warna tubuh hitam sampai abu–abu
kehijauan, kaki tidak bercakar dan perisai ditutupi oleh kulit sebanyak tujuh
lipatan memanjang dan berbintik putih tanpa keping yang jelas. Penyu ini dapat
dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang dibentuk oleh tulang–tulang
kecil yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh baris yang
membentuk lunas pada perisai punggungnya. Perisai perutnya pun tersusun
sedemikian rupa sehingga terdapat dua baris yang rapat bersebelahan. Anakannya
berwarna hitam dengan bagian bawahnya berwarna coklat (Iskandar, 2000).
Contoh spesies anggota famili ini adalah Dermochelys coriacea.
Dermochelys coriacea
Mabuya multifasciata
Varanus komodoensis
Gekkonidae
Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang
berbeda dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan
gecko yang lain. Kebanyakan gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan
matanya dilapisi membrane transparan yang dibersihkan dengan cara dijilat.
Banyak spesies anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi
untuk memudahkannya memanjat permukaan vertikal maupun melewati langit-
langit dengan mudah
Ophiophagus hannah
Xenopeltidae
Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila
terkena cahaya. Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah
permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya. Salah satu spesiesnya
Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di
dalam tanah. Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993).
c. Subordo Amphisbaenia
Subordo Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak
berkaki namum memiliki kenampakan seperti cacing karena warnanya yang semu
merah muda dan sisiknya yang tersusun seperti cincin. Kelangkaanya dan kehidupnya
yang meliang menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini
(Zug, 1993).
Kepalanya tidak memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras,
memiliki gigi median di bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan
matanya tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya
hampir menyerupai kepalanya (Zug, 1993).
Crocodylus porosus
Tomistoma Schlegelii
D. SITEM OTOT
Otot aksial (otot badan ) reptil mulai menunjukkan beberapa spesialisasi seperti yang
ditemukan pada mamal. Otot reptil terutama untuk gerakan lateral tubuh dan menggerakkan
ruas-ruas tulang belakang. Hal ini bisa diamati pada bangsa ular diaman jaringan otot lengan
telah hilang. Sedangkan pada otot bangsa kura-kura sangat berkurang kecuali pada daerah leher
akibat danya karapaks dan plastron. Dermal atau otot kulit berkembang dengan baik pada reptil
dan perkembangan yang sangat baik terjadi pada ular. Jaringan otot tungkai pada reptil bervariasi
tergantung pada tipe gerakannya.
Darah dari vena masuk ke dalam cor melalui 1) sinus venosus, 2) auriculum dextra, 3)
ventriculum dextra, 4) arteri pulmonalis dari paru-paru darah kembali masuk, 6) auriculum
sinestra dan terus ke ventriculum sinestra. Dari sini akan melalui sepasang archus aorticus yang
selanjutnya ke arah dorsal mengelilingi oesephagus dari dasar archus aorticus dexter muncul dua
arteri carotis (arteri carotis comunis dexter dan sisnistra) yang menuju leher dan kepala, dan
arteri subclavia menuju ke masing-masing extermitas anterior.
Dua archus aorticus menghubungkan diri menjadi satu disebelah dorsal menjadi aorta
dorsalis yang akan memberikan darah kepada alat-alat pada rongga tubuh, ke ekxtremitas
posterior dan ekor. Darah vena dikumpulkan 1) oleh vena canva posterior yang menampung
darah dari kepala dan kedua extremitas anterior, 2) oleh sebuah vena cava posterior yang
menampung darah dari organun reproduction dan ren, 3) oleh vena porta hepatica menampung
darah dari dalam tractus digestiva yang memecah menjadi kapiler-kapiler di dalam hepar dan
dikumpulkan oleh vena hepatica yang pendek, dan 4) Vena epigratris pada masing-masing sisi
dalam rongga abdominalis menampung darah dari ekstremitas posterior, ekor, dan tubuh. Dari
kedua vena cava itu akan masuk ke sinus venosus.
Pola Squamata
Pola ini ditandai dengan tiga ruang jantung (2 atria dan 1 ventrikel jantung). Atrium kanan
menerima darah miskin oksigen lalu diteruskan ke cavum venosum ventrikel. Atrium kiri
menerima darah kaya oksigen dari paru-paru lalu diteruskan ke cavum arteriosum. Kontraksi
ventricular pada pola ini adalah tunggal, yang mana akan berakibat pada tercampurnya darah
miskin oksigen dan darah kaya oksigen.
Pola Varanid
Pola Crocodilia
Pola ini merupakan karakteristik dari Crocodilian. Jantungnya terdiri dari empat ruangan
(dua atria dan dua ventrikel), tetapi terdapat saluran sempit, yaitu foramen Panizza, yang
menghubungkan dua arteri utama (arteri kanan dan arteri kiri). Dua system arteri ini muncul dari
ruang ventrikel yang berbeda (arteri kiri dari ventrikel kanan, dan arteri kanan dari ventrikel
kiri). Ini memberikan kesempatan bagi paru-paru untuk melakukan anoxia (mengurangi suplai
oksigen pada jaringan tubuh) pada kondasi tertentu, misalnya ketika menyelam dalam air.
Menurut para penyelam sukarelawan, buaya dapat diam dalam air selama 10-15 menit. Ketika
buaya sedang bersembunyi dari mangsanya, kemampuan menyelam ini bisa lebih lama lagi,
sekitar 30 menit atau lebih. Eksperimen menunjukkan bahwa kebanyakan buaya sebenarnya
dapat bertahan di bawah air hingga 2 jam jika dalam keadaan tertekan.
Darah miskin oksigen dari tubuh di terima oleh atrium kanan dan di transport ke ventrikel kanan.
Dari sana darah dipompa ke paru-paru dan kembali ke atrium kiri. Darah kaya akan oksigen ini
kemudia di pompa oleh ventrikel kiri menuju seluruh tubuh.
Walaupun system arteri kiri berasal dari ventrikel kanan, darah ini tersuplai oleh oksigen
dari darah kaya oksigen di ventrikel kiri melalui foramen panizza. Karena tekanan dalam system
sirkulasi lebih tinggi dari sirkulasi paru-paru. Katup pada basal system arteri kiri tetap tertutup
untuk menjaga darah tetap terpisah.
Ketika buaya menyelam, tekanan udara terbentuk dalam paru-paru, menurunkan aliran
pada system paru-paru. Ini menurunkan jumlah darah yang mengalir ke paru-paru dan output
dari ventrikel kanan langsung masuk ke system arteri kiri. Dengan cara ini, buaya mampu
mencegah aliran darah ke paru-paru jika tidak diperlukan.
G. SISTEM RESPIRATORIA
Terdiri dari :
1. Rima glotis (celah tekak)
2. Larynx
3. Trachea, dinding tersusun oleh cincin dari tulang rawan yang ujungnya lidah
berhubungan dengan anulus trachealis, dihubungkan oleh ligamen
4. Bronchus (Cabang trachea)
5. Bipracatio tracheal, percabangan trachea yang masuk ke pulmo
6. Paru-paru (dexter dan sinister)
Udara masuk melalui nares externa terus menembus plat yang keras menuju ke nares
interna (di belakang lubang) ini pada Reptilia yang hidup di air terdapat vvellum dan kemudia
melalui glottis sebagai celah lingua menuju ke larynx. Larinx tersusun atas tulang rawan tiga
buah dan berisi beberapa pasang pita suara (nagi yang bersuara). Selanjutnya berhubungan
dengan trachea yang tersusun atas gelang-gelang tulang rawan trachea bercabang menjadi dua
bronchi yang selanjutnya masing-masing menuju ke paru-paru.Paru-paru kiri pada ular tereduksi
atau bahkan tidak ada, reduksi atau eliminasi ini ada hubungannya dengan bentuk tubuh yang
memanjang. Sedangkan paru-paru buaya mirip mamal, sementara pada kadal memiliki
deverticula yang terentang di bagian posterior paru-paru, berfungsi seperti halnya kantong uadara
pada burung. misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang
memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.
H. SISTEM UROGENITAL
Ginjal reptil dikenal sebagai tipe metanefros, sedangkan ginjal saat embrio adalah
pronefros dan mesonefros. Ginjal metanefros pada dasarnya serupa dengan mesonefros, tetapi
lebih ringkas dan memuat lebih banyak unit – unit renal, ada saluran menuju tubulus dan
I. SISTEM SARAF
Otak tengah pada amniota adalah sebagai pusat dari aktivitas, tetapi pada reptilia terdapat
perubahan cerebrum. Perubahan tersebut terjadi akibat perkembangan ukuran dari belahan –
belahan otak karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf sehingga menjadi bentuk
neopallium. Cerebellum reptil relatiflebih besar daripada milik amfibi. Kemampuan ini
dihubungkan dengan macam gerakan dari kebanyakan reptil. Reptil memiliki 12 saraf kranial.
J. ORGAN INDERA
Kuncup perasa pada kebanyakan reptil hanya sebatas di daerah faringeal disebut organ
Jacobson., terletak di antara lintasan nasal. Organ Jacobson ini mencapai pengembangan
sempurna pada ular dan kadal.
Penyesuaian jarak pandang ini pada reptil dan sebagian amniota diatasi dengan
mengganti bentuknya. Lensa mata bentuknya menjadi lebih pipih untuk pandangan jauh dan
lensa lebih membulat untuk pandangan dekat. Pipih atau membulatnya lensa ini dihasilkan dari
kerja otot – otot lensa mata.
Beberapa kadal diurnal dan kura – kura mampu membedakan secara tepat warna kuning,
merah, biru dan hijau keran reseptor warnanya mengalami kemunduran sehingga hanya
gelombang panjang saja yang dapat dikenali. Kelopak mata pada beberapa reptil umumnya dapat
digerakkan. Beberapa reptil memiliki membran niktitan di bawah kelopak mata atas dan bawah.
K. KELENJAR ENDOKRIN
Kelenjar paratiroid seringkali lebih kranial dari kelenjar tiroid dan tidak berpasangan.
Kelenjar endokrin lain pada reptil tidak berbeda nyata dengan kebanyakan reptilia tingkat tinggi.
Alat ekskresi pada Reptil berupa sepasang ginjal metanefros, kulit, dan paru-paru.
Metanefros berfungsi setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi utama saat
stadium embrio menghilang. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vesika urinaria yang bermuara
langsung ke kloaka. Bentuk ureter menyempit di bagian posterior, ukurannya kecil, dan
permukaannya beruang-ruang. Selain ginjal, reptile memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan
asam urat tertentu yang berguna untuk mengusir musuh. Pada jenis kura-kura tertentu terdapat
sepasang vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung ke kloaka dan berfungsi
sebagai organ respirasi.
M. CIRI KHUSUS
2. Sisik Epidermal
Tubuh reptil dibungkus oleh sisik kering sebagai pelindung tubuh seperti halnya sisik
ikan. Sisik-sisik ini terbagi dalam 2 kategori, yaitu epidermal dan dermal. Tipe sisik reptil adalah
superfisial dan umumnya berganti secara berkala. Sisik dermal adalah lempengan tulang yang
tertanam permanen pada kulit dan bertahan selama hidupnya.
Reptil memiliki sisik epidermal yang terlihat amat nyata pada kadal dan ular. Sisik
epidermal secara terus menerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan stratum
germinativun epidermis dan umunya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain.
Ketika lapisan sisik epidermal tumbuh secara sempurna atau secara utuh, akhirnya menjadi
terpisah dari stratum germinativum dan tampak sebagai benda mati. Ular dan kadal sisik-sisiknya
berganti yang disebut dengan proses ekdisis. Sebelum berlangsungnya ekdisis, sisik-sisik baru
yang akan menggantikan sisik yang sudah tua sudah terbentuk. Kebanyakan ular berganti kulit
secara sekaligus. Epidermal yang lepas pertama pada daerah kepala termasuk kulit di dorsal
mata, ular pada akhirnya beringsut ke luar dari penutup lama. Pergantian kulit pada ular dihitung
Beberapa ular berbisa seperti pada Crotalus cerates dan Cerates cerates memiliki
struktur seperti tanduk di atas matanya yang merupakan modifikasi dari sisik-sisik. Tanduk ini
akan melipat ke bawah menutupi mata ketika kepala ular ditekan. Tanduk ini mungkin
bermanfaat untuk melindungi mata ketika ular bergerak melalui bebatuan, akar-akar, belukar
atau apa saja yang dapat menyebabkan luka. Lapisan kulit epidermal pada kadal tidak berganti
secara keseluruhan dalam waktu relatif pendek.
Karapaks dan plastron adalah tempurung dorsal dan ventral yang melindungi tubuh kura-
kura dan penyu. Strukturnya tersusun sebagian besar oleh tulang dari lempengan kulit dermal
dan bagian luar yang terbungkus sisik epidermal bertanduk yang tidak menyerupai sisik
epidermal pada ular dan kadal. Sisik-sisik ini tidak berganti secara berkala, meskipun sisik yang
lebih tua yang merupakan lapisan terluar mengelupas sebagai akibat dari ekspansi laisan stratum
germinativum. Sisik baru berukuran lebih besar daripada sisik yang terdahulu yang menutupinya.
Sebagai konsekuensi, ada lempengan epidermal yang ebih besa membentuk cincin atau lingkaran
pertumbuhan sebagai akumulasi lapisan-lapisan sisik bertanduk. Beberapa kura-kura tidak
memiliki sisik dan mempunyai sebuah kulit keras sebagai pengganti. Tubuh aligator dan
sejenisnya juga terbungkus sisik epidermal yang tidak secara bersamaan berganti tetapi
berangsur-angsur mengelupas dan digantikan sisik baru.
Sisik epidermal reptil menunjukkan lebih banyak keragaman bentuk dan struktur,
terutama pada ular dan kadal. Sisik tersebut mugkin tersusun secara longitudinal, diagonal atau
3. Kelenjar Kulit
Karena sisik epidermal kering maka reptil pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar
kulit. Kelenjar mukus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama masa bercumbu.
Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloaka di masa kawin. Kadal ini
memiliki lubang-lubang disebut sebagai lubang preanal atau lubang femoral, umumnya pada
betina lebih kecil atau ditemukan hanya pada pejantan. Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada
musim kawin.
Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan disebut kelenjar keturunan atau generation gland.
Perubahan sekresi dari kelenjar-kelenjar ini tampak dihubungkan dengan pertumbuhan sisik pada
kulit.
4. Gigi
Gigi sama sekali tidak ada pada kura-kura dan penyu, tetapi diganti dengan lapisan
tanduk baik di rahang atas maupun bawah seperti layaknya paruh burung. Reptilia kelompok lain
umumnya mempunyai gigi dan berkembang dengan baik. Gigi-gigi Crocodilia agak seragam,
berbentuk kerucut, kelengakapan giginya mengarah pada gigi tipe thedocont.
Daftar Pustaka