Oleh :
Elvira Killian
PO.7.13.241.08.1.010
Aktivitas Fungsional Tangan Kiri Akibat Drop Hand dan Claw Hand Karena Morbus
Hansen”, telah disetujui untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam
Desember 2010.
Pembimbing Klinik
1) Nervus ulnaris
N. Ulnaris merupakan cabang yang terbesar dari fasciculus medialis plexus
brachialis. Serabut saraf ini terdiri atas serabut-serabut yang berasal dari segmen
C8 dan Th1.
Pada kondisi Kusta terjadi kelemahan/ kelumpuhan pada :
M. Flexor carpi ulnaris
M. Flexor Digitorum Profundus (4,5)
M. Abduktor Digiti Minimi
M. Opponens Digitimini
M. Lumbrikalis (3,4)
M. Dorsal interossei
M. Palmar interossei
Cabang sensorik mensuplai kulit, jari kelingking dan bagian medial tangan
serta jari manis.
2) Nervus radialis
N. Radialis merupakan cabang yang terbesar dari plexus barachialis, mulai
dari batas bawah M. pectoralis minor sebagai kelanjutan langsung dari fasciculus
posterior dan serabutnya berasal dari 3 segmen cervical yang terakhir dari
segmen thoracal pertama medulla spinalis.
Pada kondisi Kusta terjadi kelemahan/ kelumpuhan pada :
M. Extensor carpi radialis longus
M. Extensor carpi radialis brevis
Dengan demikian penderita tidak dapat mengekstensikan wristnya.
3) Nervus medianus
N. Medianus timbul dari plexus brachialis dengan 2 buah caput : caput
medial dari fasciculus medialis dan caput lateral dari faciculus lateralis. Kedua
caput itu bersatu pada tepi bawah m. pectoralis minor.
Pada kondisi Kusta terjdai kelemahan / kelumpuhan pada :
M. Flexor Digitorum sublimis 1
M. Flexor policis longus
M. Abduktor policis longus
M. Opponens policis
Cabang-cabang sensorik mensuplai kulit sisi palmar dari ibu jari dan 21/2
jari-jari tangan sebelah lateral serta ujung-ujung distal jari-jari tangan yang sama.
BAB III
PATOLOGI TERAPAN
A. Defenisi
Penyakit kusta adalah penyakit menular yang sifatnya kronis pada manusia.
Biasanya menyerang saraf-saraf dan kulit. Ia dapat didiagnosis dan diobati tanpa
menimbulkan cacat sesudahnya jika ditemukan sedini mungkin serta diobati,
maka ia akan menyebabkan cacat jasmani yang berat. Ia sering menyebabkan
tekanan bathin pada penderita atau keluarganya. Sampai-sampai mengganggu
kehidupan sosial mereka secara serius. Disebabkan oleh bakteri yang disebut :
“Mycobacterium leprae”.
B. Patofisiologi
Mekanisme penularan penyakit Morbus Hansen diawali dari kuman
Mycobacterium Leprea. Kuman ini biasanya berkelompok dan hidup dalam sel
serta mempunyai sifat tahan asam (BTA) . Kuman Morbus Hansen ini pertama
kali menyerang saraf tepi, yang selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa
mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang,
dan testis kecuali susunan saraf pusat. Mekanisme penularan yang tepat belum
diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat
dan penularan dari udara. Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang
terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika
juga ikut berperan.
Apabila N. Ulnaris yang terserang maka akan terjadi Claw Hand. Claw hand
biasa juga disebut dengan jari-jari keriting yang disebabkan oleh kerusakan
nervus ulnaris yang berada disebelah medial tangan. Nervus ulnaris letaknya di
depan dari nervus radialis dan M. latissimus dorsi selanjutnya berjalan diantara
caput ulna dan caput humeral, M. flexor carpi ulnaris berada di depan M. flexor
digitorum profundus, pada pertengahan lengan bawah cabangnya memelihara
M. flexor carpi ulnaris lalu ke distal memelihara M. flexor digitorum profundus,
M. palmar dan M. dorsal interossei, M. lumbrical III dan IV.
Atropi bisa terjadi sehingga nampak pada telapak tangan bagian medial
karena otot mengalami kelumpuhan dan otot yang terletak diantara metacarpal
akan nampak lebih cekung karena otot interossei mengalami kelumpuhan,
perubahan posisi tangan tersebut Claw Hand.
Claw Hand termasuk kecacatan fisik pada tangan, yang menurut Retard dan
Bravo menemukan bahwa ada 28% untuk kasus Claw Hand pada penderita kusta.
Claw Hand terjadi karena :
Kelemahan/ kelumpuhan pada M. interossea dan M. lumbrical mengakibatkan
hiperextensi metacarpophalangeal joint karena tarikan otot extensor
digitorum comunis.
Flexor interphalangeal, disini phalangs yang terakhir hanya sedikit fleksi.
Adapun otot-otot yang mengalami kelemahan/ kelumpuhan adalah :
M. Flexor carpi ulnaris
M. Flexor Digitorum Profundus (4,5)
M. Abduktor Digiti Minimi
M. Opponens Digitimini
M. Lumbrikalis (3,4)
M. Dorsal interossei
M. Palmar interossei
Sedangkan apabila yang terserang adalah N. Radialis, maka posisi tangan
penderita akan selalu palmar fleksi diakibatkan lemahnya otot-otot ekstensor
wrist (M. Extensor carpi radialis longus dan M. Extensor carpi radialis brevis )
yang mana merupakan bagian yang diinervasi oleh N. Radialis. Kondisi ini disebut
Drop Hand.
STATUS KLINIK
A. Data-Data Medis RS
1. Diagnosa Medis : Claw hand dan drop hand
2. Rujukan : Mohon diberikan tindakan fisioterapi pada
Sdri. Diana dengan kelemahan otot tangan
dan jari-jari I - V tangan kanan dan kiri kondisi
Claw Hand dan Drop Hand akibat Morbus
Hansen.
3. Catatan Klinis : Vital Sign
a. Tekanan Darah : 120/90 mmHg
b. Denyut Nadi : 70 x/menit
c. Pernafasan : 17 x/menit
d. Temperatur : normal
B. Pemeriksaan Fisioterapi
1. Anamnesis
a. Umum
Nama : Diana
Umur : 23 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Langkai
b. Khusus
Keluhan Utama : Kelemahan dan kontraktur otot jari-jari
tangan
Kapan Terjadinya : + 8 tahun yang lalu
Sifat Keluhan : Kelemahan dan stiff pada jari I - V
Lokasi Keluhan : Jari-jari I - V tangan kanan dan kiri.
RPP : + 8 tahun yang lalu kaki dan tangan pasien
mengalami mati rasa dan kelemahan,
sehingga pasien tidak dapat berjalan.
Beberapa waktu kemudian pasien bisa
berjalan tetapi tetap mati rasa, pasienpun
membiarkan kodisinya seperti itu. Setelah
beberapa tahun kemudian disaat luka-luka
pada kaki pasien menjadi parah barulah
pasien ke rumah sakit dan akhirnya dirujuk
ke RS Tadjuddin Chalid setelah diamputasi.
2. Inspeksi
a. Statik
Anterior : Telapak tangan pucat dan tampak atropi pada otot
thenar dan hipothenar.
Lateral : Tampak fleksi PIP jari-jari tangan dengan palmar
fleksi wrist.
Posterior : Tangan cenderung kearah ulna.
b. Dinamis
Ketika diminta menggerakkan tangannya, pasien tidak dapat
membuka dan menutup jari-jari tangannya.
Pasien tidak bisa mengangkat pergelangan tangannya.
3. Pemeriksaan Fungsional
a. Tes Orientasi
Pasien diminta untuk menjepit kertas dengan menggunakan jari ke 4
dan 5.
Hasil : tidak dapat dilakukan.
b. Pemeriksaan Fungsi Dasar
Aktif
Abduksi digiti minimi : lumpuh
Abd. Jari telunjuk : lumpuh
Posisi lumbrikal : lumpuh
FDP IV : ada kelemahan
FDP V : ada kelemahan
FCU : ada kelemahan
Abd. Thumb : lumpuh
Oposisi thumb : lumpuh
FPL : lumpuh
FDS I : normal
Ekstensi wrist : lumpuh
Pasif
Abduksi digiti minimi : tidak full ROM, tidak ada nyeri
Abd. Jari telunjuk : full ROM, tidak ada nyeri
Posisi lumbrikal : full ROM, tidak ada nyeri
FDP IV : ROM terbatas, tidak ada nyeri
FDP V : ROM terbatas, tidak ada nyeri
FCU : full ROM, tidak ada nyeri
Abd. Thumb : full ROM, tidak ada nyeri
Oposisi thumb : full ROM, tidak ada nyeri
FPL : full ROM, tidak ada nyeri
FDS I : full ROM, tidak ada nyeri
Ekstensi wrist : full ROM, tidak ada nyeri
TIMT
Abductor digitiminimi : lumpuh
Abductor jari telunjuk : lumpuh
Posisi lumbrikal : lumpuh
FDP IV : ada kelemahan
FDP V : ada kelemahan
FCU : ada kelemahan
ABD Thumb : lumpuh
Oposisi Thumb : lumpuh
FPL : lumpuh
FDS I : normal
Wrist Ekstensi : lumpuh
4. Pemeriksaaan Spesifik
2. Palpasi saraf
3. Pemeriksaan sensorik
Tujuan : Untuk mengetahui kualitas sensorik pasien
Hasil : Terlampir
4. ROM test
Tujuan : Untuk mengetahui luas
gerak sendi jari ke I – V
tangan kanan dan kiri
Hasil : Terlampir
5. Kontraktur test
Tujuan : Untuk mengetahui adanya
kontraktur pada jari ke III, IV
dan V pada tangan kanan dan
kiri
Hasil : Sudah mulai ada kontraktur
C. Diagnosa Fisioterapi
Gangguan Fungsional Tangan Kanan dan Kiri akibat Drop Hand dan Claw
Hand karena Morbus Hansen.
D. Problematik Fisioterapi
1. Kelemahan otot-otot tangan dan otot-otot jari-jari tangan
2. Kontraktur otot fleksor jari-jari tangan
3. Keterbatasan ROM PIP joint
4. Atropi otot thenar dan otot hypothenar
5. Gangguan ADL tangan dan jari-jari tangan.
E. Perencanaan Fisioterapi
F. Penatalaksanaan Fisioterapi
1. Hydrotherapy
Tujuan : Melembabkan kulit dan melemaskan atau melenturkan otot-
otot jari-jari tangan.
Teknik : Ambil air dingin, tuang dalam baskom, kemudian pasien
merendam tangannya.
Dosis : F : 1 x sehari
I : Air dingin
T : Kontak langsung
T : 15 – 20 menit
3. Stretching
Tujuan : Mengurangi kontraktur
Teknik : Pasien meletakkan tangan pada bantal kecil yang empuk,
Kemudian fisioterapi memegang tangan pasien dan membantu
meluruskan selurus mungkin dengan tekanan yang tetap.
Dosis : F : 1 x sehari
I : Penguluran maksimal
T : Passive stretching
T : 3 x repetisi 8 hitungan
4. Strengthening
Tujuan : Meningkatkan kekuatan otot
Teknik : Pasien meletakkan tangan pada bantal kecil yang empuk,
Kemudian fisioterapi memegang tangan pasien dan membantu
meluruskan selurus mungkin dengan tekanan yang tetap.
Kemudian lemas lagi dan setelah itu pasien diminta
meluruskan sendiri jari-jarinya.
Dosis : F : 1 x sehari
I : sesuai kemampuan pasien
T : Kontak langsung
T : 20 x repetisi, 8 hitungan
5. Latihan ADL
Latihan menggerakan jari-jari seperti mengepal dan membuka jari-jari.
6. Support mental
Dengan mengajak pasien berbincang sambil memberikan semangat, agar
rasa percaya dirinya tetap ada jika bertemu dengan orang lain.
G. Home Program
H. Evaluasi
Elvira Killian
PO.7.13.241.08.1.010