Anda di halaman 1dari 18

PERATURAN TENTANG

REKLAMASI TAMBANG

Disampaikan pada
“Seminar Nasional Rehabilitasi Lahan Tambang”
11 Februari 2006, Kampus UGM Bulaksumur, Yogyakarta

DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL BATUBARA DAN PANAS BUMI

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL BATUBARA DAN PANAS BUMI


DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
LATAR BELAKANG
 Pembangunan memerlukan sumberdaya alam (SDA), antara lain
mineral, batubara dan panas bumi. Indonesia relatif kaya dengan
berbagai SDA yang harus dioptimalkan pemanfaatannya.

 Pertambangan adalah kegiatan dengan penggunaan lahan yang


bersifat sementara, oleh karena itu lahan pasca tambang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan produktif lain.

 Keberadaan bahan tambang secara alami banyak berada dalam


kawasan yang masuk kriteria hutan

 Pengusahaan bahan tambang mempunyai karakateristik yang dapat


berfungsi sebagai penggerak mula (prime mover) pembangunan.

2
RUANG LINGKUP DAN
SASARAN REKLAMASI
RUANG LINGKUP:
 Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan
yang terganggu ekologinya
 Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah
diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya

SASARAN:
 Terciptanya lahan bekas tambang yang kondisinya aman,
stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat
dimanfaatkan kembali seusai dengan peruntukannya.

3
Kondisi Reklamasi
Lahan Bekas Tambang (Agustus 2005)

 Terdapat 186 perusahaan aktif (15 Kotrak Karya/KK,


25 Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara/PKP2B, dan 146 Kuasa Pertambangan/KP)

 Luas lahan yang dibuka: 57.703,59 ha


 Luas lahan yang sudah direklamasi 20.826,58 ha

• Lahan terlantar dengan mudah dilihat di berbagai tempat di Indonesia


• Reklamasi Lahan Bekas Tambang bisa di optimalkan untuk mendukung
program pembangunan sesuai peruntukannya

4
KEBIJAKAN REKLAMASI
Diatur dalam

 UU No. 11/1967, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan


 PP No. 32/1969, tentang Pelaksanaan UU No. 11/1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan

 PP No. 75/2001, tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 32/1969


 Kepmen PE No. 1211.K/1995, tentang Pecegahan dan
Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan
Pertambangan Umum

 Kep Dirjen PU No. 336/1996, tentang Jaminan Reklamasi

5
UU No 11 Tahun 1967
tentang : Ketentuan Ketentuan Pokok Pertambangan

Pasal 30
“Apabila selesai melakukan penambangan bahan galian
pada suatu tempat pekerjaan, pemegang KP diwajibkan
mengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan bahaya bagi masyarakat sekitarnya”.

6
PP 75 Tahun 2001, tentang : Perubahan Kedua Atas PP No. 32/1969
tentang Pelaksanaan UU No 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan

Pasal 46 ayat (4)


Sebelum meninggalkan bekas wilayah KP-nya, baik karena
pembatalan maupun karena hal yang lain, pemegang KP harus
terlebih dahulu melakukan usaha-usaha pengamanan terhadap
benda-benda maupun bangunan-bangunan dan keadaan tanah
di sekitarnya yang dapat membahayakan keamanan umum.

Pasal 46 ayat (5)


Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya
dapat menetapkan pengaturan keamanan bangunan dan
pengendalian keadaan tanah yang harus dipenuhi dan ditaati
oleh pemegang KP sebelum meninggalkan bekas wilayah KP.

7
Kep M.PE No. 1211.K/008/M.PE/1995
ttg : Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran
Lingkungan pada Kegiatan Pertambangan Umum

Pasal 12
(1): Reklamasi areal bekas tambang harus dilakukan
secepatnya sesuai dengan rencana dan persyaratan yang
telah ditetapkan
(2): Reklamasi dinyatakan selesai setelah disetujui oleh
Dirjen

Pasal 13
(1): Kepala Teknik Tambang wajib menanami kembali daerah
bekas tambang, termasuk daerah sekitar project area
sesuai studi AMDAL yang bersangkutan

8
Dalam Kepmen PE No. 1211.K/008/M.PE/95 yang dimaksud
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdayaguna sesuai
dengan peruntukkannya

 Kebijakan reklamasi ditujukan agar pembukaan lahan


untuk pertambangan seoptimal mungkin, dan setelah
digunakan segera dipulihkan fungsi lahannya.
 Reklamasi harus dilaksanakan secepatnya sesuai
dengan kemajuan tambang. Reklamasi merupakan
bagian dari skenario pemanfaatan lahan pasca
tambang.
Untuk itu perlu adanya Pengawasan secara rutin

9
Prinsip Kegiatan Pertambangan
• Total Mining, dalam arti recovery penambangan
harus maksimal sehingga tidak ada cadangan yang
tersisa
• Pembukaan lahan dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemajuan tambang
• Menerapkan tatacara penimbunan kembali bekas
tambang/back filling
• Menerapkan sirkulasi tertutup air kerja dan air
proses (clossed circuit)
• Segera melakukan reklamasi lahan bekas tambang

10
Pertambangan Batubara Di Kalsel

j uan
ema
K
rah bang
A m
Ta

ill ing
F
ck
Ba

Daerah Reklamasi
11
Kep Dirjen PU No. 336/1996, tentang
Jaminan Reklamasi

Perusahaan harus menyediakan dana jaminan


reklamasi dalam salah satu bentuk
(1) deposito, atau (2) cadangan dalam pembukuan,
atau (3) asuransi dari pihak ketiga.

12
PENUTUP
 Pertambangan mempunyai kapasitas sebagai pengerak (prime
mover) pembangunan di daerah terpencil
 Kontribusi pertambangan untuk pembangunan regional cukup
besar
 Terbuka peluang investasi sektor lain seperti pertanian/
perkebunan melalui sinergi dengan sektor pertambangan
– Reklamasi terpadu
– Pemanfaatan Infrastruktur dan jasa-jasa (jaringan komunikasi,
pelabuhan, lapangan terbang, perkotaan, laboratorium dll)

 Perkebunan merupakan opsi menarik untuk optimalisasi


penggunaan lahan, menambah lapangan kerja, memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan penerimaan negara.

13
LAMPIRAN

14
VISI DAN MISI DJMBPB
VISI:
Terwujudnya pembangunan sumber daya mineral yang
berkesinambungan berlandaskan standar etika yang tinggi,
berwawasan lingkungan, memberikan nilai tambah dan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

MISI:
• Memelihara dan meningkatkan kontribusi mineral dan
batubara bagi penerimaan negara dan daerah, serta
sebesar-besar manfaat kepada masyarakat dengan tetap
mempertimbangkan prinsip konservasinya.
• Menjamin penyediaan sumber daya mineral, batubara,
panas bumi dan air tanah yang berkelanjutan, sebagai
bahan baku bagi sektor industri energi dalam negeri dan
ekspor.

15
Survey dari Fraser Institute
tahun 2002/2003

Mineral Potential Index


menunjukkan tingkat
IN
DO potensi geologi suatu
NE
SIA
:1
negara produsen
6d
ari
47
berdasarkan persepsi
perusahaan yang disurvey

Fraser Institute adalah lembaga


swasta Kanada yang melakukan
kajian terhadap berbagai
prospek investasi, termasuk
pertambangan.

16
KARAKTERISTIK KEGIATAN PERTAMBANGAN
 Berada di bawah tanah
 Keterdapatan di muka bumi tidak dapat memilih tempat
 Tahapan harus dilalui :
Speculative Capital Operating Revenue / Profit Guaranteed Reclamation

Penyelidikan Umum
Investment Fund

Preliminary Detailed Mine Production, Processing, Marketing, Mine Site Rehabilitation
Exploration Exploration Feasibility Sales

• Eksplorasi

Mine C losure
+

• Eksploitasi -

Avg. Time 8 yrs 4 yrs 2-5 yrs 5-10yrs 5 - 40 yrs

• Pasca Tambang
 Sumberdaya tak terbarukan (non renewable)
 Padat modal dan teknologi
 Dapat difungsikan sebagai penggerak pembangunan
 Dapat memberikan efek ganda yang besar
 Risiko finansial sangat besar
17
PENGGUNAAN LUAS DARATAN INDONESIA
UNTUK BERBAGAI KEGIATAN
Tahun 2002

200
Juta Ha

180
160
198
140
120
100 120
80
60 66
40
20 20.5 33.5 13.4
4.5 4.7 3.8
0 2.0 0.135 0,06

Sumber :
DJGSM, Dephut, Media Massa

18

Anda mungkin juga menyukai