Anda di halaman 1dari 12

Komposisi kimia no 2

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon
rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang
lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang
mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas
helium.

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke
atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna.
Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan
air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung
sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak
(mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun
secara berturut-turut).

Komponen %
Metana (CH4) 80-95
Etana (C2H6) 5-15
Propana (C3H8) and Butane (C4H10) < 5

Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga terkandung
di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil. Komposisi gas alam
bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.

Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang
harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan
sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual
bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke
pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat
terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak
berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena
ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.

Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan
ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan
tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai
titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang
dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5%
hingga 15%.

Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan karena
sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat
menimbulkan ledakan.
[sunting] Kandungan energi

Pembakaran satu meter kubik gas alam komersial menghasilkan 38 MJ (10.6 kWh).

No.3

lingkungan,paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara.terpapar oleh polusi udara saat ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.Informasi yang ada
menunjukkan bahwa pedoman kualitas udara dari WHO secara teratur telah disebar diberbagai kota,
bahkan di beberapa tempat tersebar luas. (Yusad, 2003). Menurut hasil studi Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) yang bekerjasama dengan Forchungszentrum Julich Jerman, pada tahun
1991 luas kawasan kritis polusi udara di Pulau Jawa sudah mencapai 7.800 km2, meliputi seluruh kota
besar, kota sedang dan sebagian kota kecil. Untuk tahun 2001, luas kawasan mencapai 17.300 km2,
tahun 2011 diperkirakan mencapai 30.500 km2 dan tahun 2021 diperkirakan mencapai 50.600 km2
(lebih luas dari Propinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat).

Angka yang didapat dari kota-kota yang sedang berkembang dan umumnya banyak diantara mereka
tidak ada ukuran pengontrol polusi, kemungkinan akan
terjadi pencemaran bagi buruh,dan kualitas hidup sebagian besar penduduk kota akan semakin
memburuk. Walaupun beberapa kemajuan talah dicapai dalam pengendalian polusi udara dinegara-
negara Industri lebih dari dua dekade terakhir ini, Kualitas udara terutama sekali dikota-kota besar
negara sedang berkembang lebih buruk.

Sejak tahun 1974, World Health Organization (WHO) telah bekerja sama dengan Global Environment
Monitoring System (GEMS) bagian udara yang mengoperasikan jaringan pengontrol udara diperkotaan.
GEMS menjalankan jaringannya keseluruh dunia untuk mengontrol kualitas udara dan air, dibantu oleh
WHO dan United Nation Environment Programme (UNEP). Baru-baru ini komisi kesehatan dan
lingkungan WHO yang telah merampungkan tugasnya, mengidentifikasi polusi udara diperkotaan
sebagai masalah pokok kesehatan lingkungan yang patut mendapatkan prioritas utama untuk diatasi.

Pusat koordinasi untuk GEMS didirikan dibawah UNEP pada tahun 1975. Berdasarkan data - data dari
GEMS bagian udara dan informasi tambahan,WHO dan UNEP menerbitkan dua cara penilaian kualitas
udara perkotaan diseluruh dunia tahun 1980 yaitu : Polusi Udara Perkotaan tahun 1973-1980 pada 1984
dan penilaian kualitas udara tahun 1989.
A. Studi Tentang Kualitas Udara
Untuk menilai problem polusi udara perkotaan di kota-kota metropolitan dunia, WHO dan UNEP
bekerjasama dengan GEMS-Air, memprakarsai sebuah studi rinci tentang kualitas udara 20 dikota - kota
besar dunia. Guna mencapai tujuan studi tersebut, kota-kota besar didefenisikan sebagai kelompok kota
dengan jumlah penduduk saat ini atau proyeksi sampai tahun 2000, sebanyak ± 10 juta orang. Walaupun
ada 20 kota-kota besar memenuhi persyaratan tersebut, karena kekurangan sumber-sumber data dan
waktu yang dibutuhkan, maka hanya 20 kota yang diteliti, Dakka, Lagos, Teheran dan Osaka tidak
termasuk, karena kondisinya sama dengan Tokyo.

Kelompok kota-kota yang terpilih itu adalah : 3 kota di Amerika Utara, 3 kota di Amerika Selatan, sebuah
kota di Afrika, 11 kota di Asia dan 2 kota di Eropa. Kota-kota tersebut adalah : Buenos Aires di Argentina,
Sao Paulo Raya, dan Rio de janero di Brazilia, Meksiko di Meksiko ; Beijing dan Sanghai di Cina, Kairo de
Raya di Mesir, Kalkuta, New Delhi dan Bombay Raya di India, Karaci di Pakistan, Jakarta di Indonesia,
Tokyo di Jepang, Manila di Filipina, Bangkok di Thailand, Seoul di Korea, Moskow di Rusia, London di
Britania Raya, Los Angeles dan New York di Amerika Serikat. Alasan utama dalam memilih kota-kota
besar ini adalah, karena kota-kota ini:
1. Mempunyai masalah pencemaran paling serius
2. Mempunyai wilayah daratan yang luas dengan jumlah penduduk yang besar, dimana jumlah
keseluruhan penduduk di 20 kota-kota ini tahun 1990 kira-kira mencapai 234 juta orang.
3. Bakal banyak kota-kota lainnya yang sedang meningkat statusnya sebagai kota metropolitan, point
terakhir ini merupakan hal yang penting.
Sebuah tinjauan masalah polusi udara dikota-kota besar dan kesukaran mengidentifikasi serta mencari
pemecahan masalahnya merupakan peringatan bagi kota-kota yang sedang berkembang pesat lainnya.
Juga dapat sebagai pedoman untuk mengatasi dan mencegah sebagian masalah tersebut.

Untuk menghimpun data-data global polusi udara dikota-kota besar sangat sulit, karena
1. Informasi tentang zat-zat pencemaran dan kesehatan mereka sering tidak ada, tidak lengkap atau
sudah usang.
2. Adanya perbedaan dalam metodologi dan laporan antar negara, dalam negara yang sama dan dikota-
kota.
3. Kekurangan data yang dipakai, termasuk yang tidak mewakili persoalan dibandingkan,dan dicatat
dimana yang perlu.

Sungguhpun demikian, data-data dan analisa yang dipersiapkan merupakan gambaran yang luas dan
keabsahan pertama dari keadaan polusi udara serta kecenderungannya dikota-kota besar.

B. Pengertian tentang Polusi Udara Perkotaan


Masalah pencemaran udara dikota-kota besar, sangat dipengaruhi dan berbeda oleh berbagai faktor
yaitu: tofografi, kependudukan, iklim dan cuaca serta tingkat atau angka perkembangan sosio ekonomi
dan industrialisasi. Masalah-masalah ini akan meningkat keadaannya, jika jumlah penduduk perkotaan
semakin meningkat yang mengakibatkan jumlah penduduk yang terpapar polusi udara juga meningkat.
Perkiraan-perkiraan PBB menunjukkan sampai tahun 2000 sekitar 47 persen dari jumlah keseluruhan
populasi akan tinggal didaerah perkotaan. Pada tahun1990, 60 kota-kota didunia mempunyai jumlah
penduduk ± 3 juta orang dan pada tahun 2000 diproyeksikan 85 kota-kota akan termasuk jenis katagori
ini.

C. Sumber-sumber polusi udara


Pertumbuhan polusi kota dan tingakt industrialisasi yang tak terhindar, akan mengarah kepada
kebutuhan enegi yang lebih besar, pada umumnya akan menghasilkan pembuabuangan limbah atau zat
pencemar lebih banyak.pembakaran bahan bakar posil untuk pemanasan rumahtangga untuk
pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, dalam proses-proses industri dan pembuangan limbah
padat dengan pembakaran merupakan sumber utama dari pembuangan limbah zat-zat pencemar
didaerah perkotaan.

Zat-zat pencemar udara yang paling sering dijumpai dilingkungan perkotaan adalah: SO2, NO dan NO2,
CO, O3, SPM (Suspended Particulate Matter) dan Pb. SO2 berperan dalam terjadinya hujan asam dan
polusi partikel sulfat aerosol. NO2 berperan terhadap polusi partikel dan deposit asam dan prekusor
ozon yang merupakan unsur pokok dari kabut fotokimia. Asap dan debu termasuk polusi partikel. Ozon,
CO, SPM, dan Pb seluruhnya telah dibuktikan memberi pengaruh yang merugikan kesehatan manusia.
Pembakaran bahan bakar fosil di sumber-sumber yang menetap, mengarah terbentuknya produksi SO2,
NO dan NO2 serta Pb, sedangkan masing-masing berminyak solar jelas terbukti menghasilkan sejumlah
partikel dan SO2 sebagai tambahan dari NO dan NO2.

Ozon merupakan suatu fotokimia oksidan secara tidak langsung dihasilkan dari sumber-sumber
pembakaran, dibentuk dibagian bawah atmosfir, dari NO dan komponen-komponen organik yang
mudah menguap (VOCs= Volatile Organic Compounds) atau Hidrokarbon-hidrokarbon reaktif dengan
adanya sinar matahari. VOCs dihasilkan dari keaneka ragaman sumber-sumber buatan manusia
termasuk lalu lintas jalan raya, produksi dan pemakaian zat-zat kimia organik seperti bahan-bahan
pelarut, transport dan pemakaian crude oil, pemakaian dan distribusi gas alam, tempat pembuangan
limbah dan pabrik-pabrik limbah cair.

Walaupun penemuan-penemuan pembuangan limbah cair secara rinci tidak tersedia luas bagi kota-kota
itu sendiri. Berdasarkan observasi nasional dan adanya peningkatan registrasi kendaraan bermotor
akhir-akhir ini, dapat disimpulkan bahwa kendaran bermotor merupakan sumber utama dari zat-zat
pencemar udara terutama CO, NO, dan NO2, SPM dimayoritas dikota-kota besar dinegara industri.

Sebaiknya dikota-kota negara berkembang menunjukkan variasi sumber polusi udara yang lebih besar.
Kontribusi relatif dari mobil dan sumber-sumber yang bergerak atau menetap terhadap emisi - emisi
polutan udara berbeda nyata di antara kota-kota, tergantung dari tingkat motorisasi, kepadatan,tipe
industri yang ada. Kontribusi dari kendaraan bermotor lebih sedikit dikota-kota dengan tingkat
motorisasi rendah seperti: di Afrika dan kota-kota terletak didaerah yang suhu dingin (tergantung pada
bahan bakar batu bara atau biomosa untuk pemanas ruangan) Cina, Eropa Timur.
Suatu hal yang perlu diperhatikan pada beberapa negara berkembang adalah
cenderung banyaknya kendaraan bermotor tua dan tak terawat sehingga jelas merupakan suatu faktor
yang menunjukkan kendaraan tersebut adalah sumber zat-zat pencemar. Banyaknya jumlah kendaraan
bermotor didunia saat ini dipusatkan kedalam kelompok ekonomi pendapatan tinggi dunia. Pada tahun
1988, negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) mencatat bahwa
dari 80% jenis-jenis mobil didunia: 70%nya adalah jenis truk dan bus-bus , >50% merupakan kendaraan
beroda dua dan tiga.

Sejak tahun 1950; armada kendaraan secara global telah meningkat 10% kali
lipat dan diperkirakan menjadi dua kali lipat dalam tempo 20 -30 Tahun mendatang, dari sekarang
berjumlah 630 juta buah. Angka pertambahan jumlah kendraan dunia diproyeksikan melampaui kedua
jumlah total produksi dan populasi diperkotaan. Peranan kendaraan bermotor terhadap pertambahan
polusi menjadi meningkat di negara-negara yang sedang berkembang. Jika tidak dilakukan pengawasan
yang ketat terhadap zat-zat pencemar yang berkaitan dengan lalu lintas, sudah pasti akan memperburuk
kondisi udara daerah ini.

Sebagai tambah zat-zat pencemar udara yang lebih tradisionil yang lebih umum, sejumlah besar racun
dan zat kimia dideteksi telah meningkat jumlahnya diudara perkotaan, walaupun dengan konsentrasi
rendah. Contohnya :
Logam-logam berat pilihan (Berilium, Cadnium, Merkuri)
Sedikit zat-zat organik (Benzene, Polychlorodi benzo-dioxid, Furan,Formaldehide, Vinychloride,
Polyaromatic hidrokarbon)
Radionucleids seperti ; radon
Fibers; Asbes

Bahan-bahan kimia tersebut dikeluarkan dari bermacam-macam sumber seperti pembakaran sampah,
pabrik-pabrik pengelolah limbah, proses-proses industri dan manufaktur, dry cleaning, bahan-bahan
bangunan, dan kendaraan bermotor. Walaupun emisi-emisi zat kimia ini umumnya lebih rendah
kadarnya dibandingkan zat pencemar tradisionil, namun jelas polutan ini memberi resiko terhadap
kesehatan sehubungan dengan daya racun mereka yang sangat tinggi atau bersifat karsinogenik bahkan
bisa keduanya. Zat-zat polutan ini lebih sering dianalisa karena rendahnya konsentrasi mereka diudara,
juga karena pengawasan yang sangat kurang. Untuk itu dilakukan pengawasan secara otomatis.

D. Distribusi dan Transportasi


Dua hal yang sangat mempengaruhi panyebaran dan transportasi dari zat-zat
pencemar udara, yakni iklim dan cuaca, serta letak topografi daerah yang dikaitkan dengan penyebaran
penduduk. Iklim-iklim dikota besar berbeda dengan benua yang lebih dingin dan lembab (seperti di
Beijing yang sangat dingin), dibandingkan dengan daerah yang di Gurun (Kairo) atau tropical dengan
temperatur sedang dan kelembaban tinggi (Bangkok). Akibat beratnya musim dingin, dapat menentukan
jumlah pemanasan yang dibutuhkan penduduk sehingga meningkatkan emisi-emisi polutan, seperti SO2
diwaktu musim dingin. Pada kota-kota dengan temperatur sedang, beban polusi cenderung disebarkan
secara merata sepanjang tahun. Thermal inversion (pembalikan suhu) merupakan masalah khusus bagi
kota- kota dengan iklim panas dan dingin.

Dalam keadaan penyebaran normal, gas-gas pencemar yang panas akan timbul disaat mereka datang
dan kontak dengan masa udara yang dingin, pada ketinggian yang lebih tinggi. Bagaimanapun lingkaran-
lingkaran tertentu, suhu udara lebih meningkat jauh dan membentuk suatu lapisan inversi beberapa
puluh atau ratus meter diatas tanah. Lapisan ini akan merangkap polutan-polutan yang dekat sumber-
sumber emisi dan berperan sebagai pelindung panas, memperlambat penyebarannya. Kondisi-ondisi
seperti ini akan menjadi permasalahan jika kecepatan angin rendah. Keadaan isotermal adalah suatu
keadaan yang dijumpai bila tidak ada perubahan dalam temperatur didaerah ketinggian, sehingga
mempunyai pengaruh yang sama.

Fenomena iklim dan cuaca lain yang sangat mempengaruhi kualitas udara adalah heat urban island yaitu
panas yang dihasilkan oleh sebuah kota mengakibatkan meningkatnya suhu udara, sehingga terjadi
penarikan suhu lebih dingin kedalam dan kemungkinan udaranya lebih tercemar dari daerah-daerah
industri sekitarnya. Sebaiknya pada kota-kota yang bersuhu lebih tinggi, yang terkena sinar matahari
dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi, cenderung mudah terbentuknya jaringan ozon dan fotokimia
oksidan lain dari emisi-emisi polutan.

Letak tofografi kota-kota besar juga dapat mempengaruhi sifat penyebaran dan transport zat-zat
polutan, contohnya sbb :
1. Beijing, Kairo, New Delhi dan Moskow mempunyai tingkat tofografi relatif dan iklimnya tak
dipengaruhi oleh molekul air .
2. Bangkok, bombay, Buenos aires, Calcutta, Jakarta, Karachi, London, Manila, New York, Shanghai dan
Tokyo mempunyai tingkat tofografi yang relatif dan iklimnya dipengaruhi oleh molekul air.
3. Los Angeles, Mexico city, Rio de janeiro, Sao paolo dan Seoul mempunyai tofografi beraneka ragam
dan suhunya dipengaruhi oleh pegunungan disekitarnya.

Keberadaan yang jelas dari suatu badan air/molekul dapat mempengaruhi iklim mikro dan arah angin
pantai siang dan malam hari. Bukit-bukit yang mengitari kota-kota sering berfungsi sebagai penghalang
hembusan angin, perangkap polusi yang dekat kekota. Pada kota-kota yang dikitari oleh pegungungan
tinggi, seperti Los Angeles dan Mexico City, zat-zat polutan mungkin akan terperangkap dalam udara
selama beberapa hari. Daerah pegunungan juga berfungsi sebagai penghambat transportasi polusi
udara di kota-kota besar. Pada kota-kota dengan bangunan berstruktur tinggi penyebaran emisi polutan
akibat angin besar lebih rendah (The Canyon Effect), karena terhalang oleh bangunan.

E. Dampak Polusi Udara


Dampak memberikan pengaruh yang merugikan bagi kesehatan manusia, bukan saja dengan terhisap
langsung, tetapi juga dengan cara-cara pemaparan lainnya seperti: meminum air yang terkontaminasi
dan melalui kulit. Umumnya sebagian besar zat-zat polutan udara ini langsung mempengaruhi sistem
pernafasan dan pembuluh darah. Meningginya angka kesakitan dan kematian dan adanya gangguan
fungsi paru-paru dikaitkan dengan kenaikan konsentrasi zat SO2, SPM, NO2 dan O3 yang juga
mempengaruhi sistem pernafasan. Pemaparan yang akut dapat menyebabkan radang paru sehingga
respon paru kurang permeabel, fungsi pau menjadi berkurang dan menghambat jalan udara. Ozon dapat
mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan dan penyebab sakit kepala. CO beraffianitas tinggi terhadap
Hb sehingga mampu mengganti O2 dalam darah yang menuju ke sistem pembuluh darah dan jantung
serta persarafan.

Pb menghambat sistem pembentukan Hb dalam darah merah, sumsum


tulang, merusak fungsi hati dan ginjal dan penyebab kerusakan syaraf. Pengaruh-pengaruh langsung dari
polusi udara terhadap kesehatan manusia tergantung pada; intensitas dan lamanya pemaparan, juga
status kesehatan penduduk yang terpapar.

F. Pemantau Kualitas Udara


Pada tahun 1960-an pengenalan zat-zat pencemar alam yang ada dimana- mana seperti: SO2, NO &
NO2, CO, SPM, Pb dan O3 di udara perkotaan, serta tertarik akan pengaruh yang merugikan bagi
kesehatan manusia mendorong Institusi-institusi untuk mengatur pemantauan jaringan guna
pengukuran rutin kualitas udara perkotaan. Standard-standard kualitas udara Nasional dan bentuk-
bentuk lain dari Undang-undang juga diperkenalkan untuk melindungi kesehatan manusia. Banyak
dinegara-negara maju UU dan pemantauan pada mulanya difokuskan terhadap SO2 dan SPM, sejak
akhir tahun 1970 sejalan dengan datangnya dan peningkatan jumlah kenderaan bermotor yang
merupakan sumber polusi udara yang penting seperti: CO, NO & NO2 dan Pb, perkembangan jaringan
pemantau polutan kualitas udara dari lalu lintas dilakukan secara rutin.

Pada tahun 1980, pemantau udara secara tradisioil didirikan di negara-negara


berkembang, khususnya di Asia dan Amerika Selatan. Saat sekarang ini perhatian besar ditujukan
terhadap pemantauan oksidan fotokimia, O3 dan VOCs. Walaupun alat ini tidak begitu banyak
berkembang, hanya sedikit negara yang rutin memonitor O3 sebagai pedoman dari polusi fotokimia.
Untuk zat polutan VOCs jarang digunakan karena sulitnya data tentang zat ini diperoleh.
Sebagai kunci dari prioritas pemantauan zat polutan adalah resikonya terhadap kesehatan manusia.
Pusat monitor hanya memantau data-data tentang tingkat polusi udara di saat tertentu dan contoh
tempat tertentu. Bahkan pada negara-negara maju dengan tingkat industri tinggi umumnya hanya
terbatas pada pengamatan lokasi secara rutin. Pada tahun 1980, pemantau udara secara tradisionil
didirikan negara-negara belum berkembang, khusus di Asia dan Amerika Selatan. Saat sekarang ini
perhatian besar ditujukan terhadap pemantau oksidan fotokimia,O3 dan VOCs. Walaupun alat ini tidak
begitu banyak berkembang,hanya sedikit negara yang rutin memonitor O3 sebagai pedoman dari polusi
fotokimia. Untuk zat polutan VOCsjaramg digunakan karena sulitnya data tentang zat ini diperoleh.
Sebagai kunci dari prioritas pemantauan zat polutan adalah resikonya terhadap kesehatan manusia.
Pusat monitor hanya memantau data-data tentang tingkat polusi udara disaat tertentu dan contoh
tempat tertentu. Bahkan pada negara-negara maju dengan tingkat industri tinggi umumnya hanya
terbatas pada pengamatan lokasi secara rutin, karena besarnya biaya untuk mendirikannya. Menurt
penilitian WHO dari 60 perusahaan-perusahan didunia,hanya 34 yang memiliki rencana pemantauan
sedang yang 16 lagi tidak ada.
Beberapa Kasus Yang Telah dimonitor :
1. Beijing, dalam musim dingin yang berat,dimana sumber polusi udara berasal dari pemanasan rumah -
rumah, dengan penduduknya yang sangat padat (27000/km2 ditahun 1990) sebagai bahan bakar utama
adalah arang batubara yang mempunyai konsentrasi SO2,SPM dan CO yang tinggi.
2. Pemantauan kualitas udara di India yang dipantau oleh jaringan NEER (National Environmental
Engineering Research Institute),sebagai parameter adalah ; SPM,SO2,NO2,HS, dan O3 yang berasal dari
daerah - daerah industri.
3. Kairo , debu yang terkira banyaknya, dengan iklim gurun dan panas tinggi,curah hujan hanya 22mm
rata-rata pertahunnya GMS memantau TSP(500-1100 ug/m3) dan SPM. Emisi berasal dari proses
pembakaran,industri, pabrik semen dan lainnya. Emisi asap mobil diestimasi sampai 1200 ton/ tahun.
Dijumpai lebih dari 450 pabrik industri metal, keramik, gelas,testil dan plastik.
4. Los Angeles, lalu lintas dan kabut asap dengan estimasi penduduk tahun sebesar 10,91 juta,
mempunyai iklim mediteranian dikelilingi oleh pegunungan. Hanya sedikit industri berat yang dijumpai,
sebab baja dan pabrik pembuatan mobil terdapat didaerah - daerah. Mobil dan kendaraan bermotor
merupakan sumber berpolusi utama ; asap, O3 yang dibentuk oleh fotokimia dari kendaraan
bermotor,NO & NO2 serta VOCs
5. Mexiko City letak topografi yang salah dengan populasi 19,37 juta ditahun dan ketinggian dari
permukaan tanah 2240 meter, dikelilingi 0leh pegunungan dengan tinggi 5000 meter dan mempunyai >
30.000 industri dengan berbagai ukuran dan tipe. 4000 dipakai pembakaran atau proses transformasi
yang mengelaurkan emisi ke udara.

Banyak kota-kota besar didunia kualitas udaranya memburuk karena


tercemar oleh: zat-zat pencemar yang sumbernya berasal dari pabrik-pabrik industri, kendaraan
bermotor, proses pembakaran,pembuangan limbah padat.zat-zat pencemar yang paling sering dijumpai
adalah: SO2, NO dan NO2, Pb, SPM, O3 dan CO untuk memonitor zat-zat polutan ini, WHO (tahun 1974)
telah bekerjasama dengan global Environment monitoring System (GEMS) bagian udara. Faktor-faktor
yang mempengaruhi distribusi dan transport zat polutan ini adalah: letak topografi daerah, intensitas
dan pemaparan, arah angin, suhu dan cuaca. Dampak yang paling utama adalah terhadap kesehatan
manusia terutama pada sistem pernapasan, pembuluh darah, persarafan, hati dan ginjal.

Pencemaran udara

Pencemaran udara berhubungan dengan pencemaran atmosfer bumi. Atmosfer merupakan


lapisan udara yang menyelubungi bumi sampai ketinggian 300 km. Sumber pencemaran udara
berasal dari kegiatan alami dan aktivitas manusia.

Sumber pencemaran udara di setiap wilayah atau daerah berbeda-beda. Sumber pencemaran
udara berasal dari kendaraan bermotor, kegiatan rumah tangga, dan industri.
No Polutan Dihasilkan dari
Pemakaian bahan bakar fosil (minyak bumi atau batubara),
1 Karbon dioksida (CO2)
pembakaran gas alam dan hutan, respirasi, serta pembusukan.
2 Sulfur dioksida (SO2) nitrogen Pemakaian bahan bakar fosil (minyak bumi atau batubara),
monoksida (NO) misalnya gas buangan kendaraan.
Pemakaian bahan bakar fosil (minyak bumi atau batubara) dan
3 Karbonmonoksida (CO) gas buangan kendaraan bermotor yang pembakarannya tidak
sempurna.
Pendingin ruangan, lemari es, dan perlengkapan yang
4 Kloro Fluoro Carbon (CFC)
menggunakan penyemprot aerosol.

Dampak pencemaran udara dapat berskala mikro dan makro.

Pada skala mikro atau lokal, pencemaran udara berdampak pada kesehatan manusia. Misalnya,
udara yang tercemar gas karbon monoksida (CO) jika dihirup seseorang akan menimbulkan
keracunan, jika orang tersebut terlambat ditolong dapat mengakibatkan kematian. Dampak
pencemaran udara berskala makro, misalnya fenomena hujan asam dalam skala regional,
sedangkan dalam skala global adalah efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon.

Karbon dioksida (CO2)

Pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas alam telah lama dilakukan
untuk pemenuhan kebutuhan manusia terhadap energi. Misalnya untuk berbagai keperluan
rumah tangga, industri, dan pertanian. Ketika bahan bakar minyak tersebut dibakar, karbon
dioksida dilepaskan ke udara. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah karbon dioksida
yang dilepaskan ke udara terus mengalami peningkatan. Apakah dampak peningkatan CO2
terhadap lingkungan?

Karbon monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak stabil.
Karbon monoksida yang berada di kota besar sebagian besar berasal dari pembuangan gas
kendaraan bermotor yang gas-gas pembakarannya tidak sempurna.

Selain itu, karbon monoksida dapat berasal dari pembakaran bahan bakar fosil serta proses
industri.

Karbon monoksida dalam tubuh manusia lebih cepat berikatan dengan hemoglobin daripada
oksigen. Jika di udara terdapat karbon monoksida, oksigen akan kalah cepat berikatan dengan
hemoglobin.

Beberapa orang akan menderita defisiensi oksigen dalam jaringan tubuhnya ketika haemoglobin
darahnya berikatan dengan karbon monoksida sebesar 5%. Seorang perokok haemoglobin
darahnya sering ditemukan mengandung karbon monoksida lebih dari 10%.

Defisiensi oksigen dalam tubuh dapat menyebabkan seseorang menderita sakit kepala dan
pusing. Kandungan karbon monoksida yang mencapai 0.1.% di udara dapat mengganggu
metabolisme tubuh organisme. Oleh karena itu, ketika memanaskan mesin kendaraan di dalam
garasi sebaiknya pintu garasi dibuka agar gas CO yang terbentuk tidak terakumulasi di dalam
ruangan dan terhirup.
Sulfur dioksida

Sulfur dioksida dilepaskan ke udara ketika terjadi pembakaran bahan bakar fosil dan pelelehan
biji logam. Konsentrasi SO2 yang masih diijinkan ialah antara 0.3 sampai 1.0 mg m-3. Akan
tetapi, di daerah yang dekat dengan industri berat, konsentrasi senyawa tersebut menjadi lebih
tinggi, yaitu 3.000 mg m-3 .

Peningkatan konsentrasi sulfur di atmosfer dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada


manusia, terutama menyebabkan penyakit bronkitis, radang paru-paru (pneumonia), dan gagal
jantung. Partikel-partikel ini biasanya sulit dibersihkan bila sudah mencapai alveoli sehingga
menyebabkan iritasi dan mengganggu pertukaran gas.

Pencemaran sulfur (sulfur oksida) di sekitar daerah pencairan tembaga dapat menyebabkan
kerusakan pada vegetasi hingga mencapai jarak beberapa kilometer jauhnya. Tumbuhan
mengabsorbsi sulfur dioksida dari udara melalui stomata. Tingginya konsentrasi sulfur dioksida
di udara seringkali menimbulkan kerusakan pada tanaman pertanian dan perkebunan.

Nitrogen oksida

Nitrogen oksida memainkan peranan penting di dalam penyusunan jelaga fotokimia. Nitrogen
dioksida dihasilkan oleh gas buangan kendaraan bermotor. Peroksiasil nitrat yang dibentuk di
dalam jelaga sering menyebabkan iritasi pada mata dan paru-paru.

Selain itu, bahan polutan tersebut dapat merusak tumbuhan.

Hujan asam

Dua gas yang dihasilkan dari pembakaran mesin kendaraan serta pembangkit listrik tenaga disel
dan batubara yang utama adalah sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2). Gas yang
dihasilkan tersebut bereaksi di udara membentuk asam yang jatuh ke bumi bersama dengan
hujan dan salju. Misalnya, sulfur dioksida berreaksi dengan oksigen membentuk sulfur trioksida.

2 SO2 + O2 2 SO3

Sulfur trioksida kemudian bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat.

SO3 + H2O H2SO4

Uap air yang telah mengandung asam ini menjadi bagian dari awan yang akhirnya turun ke bumi
sebagai hujan asam atau salju asam.

Hujan asam dapat mengakibatkan kerusakan hutan, tanaman pertanian, dan perkebunan. Hujan
asam juga akan mengakibatkan berkaratnya benda-benda yang terbuat dari logam, misalnya
jembatan dan rel kereta api, serta rusaknya berbagai bangunan.
Selain itu, hujan asam akan menyebabkan penurunan pH tanah, sungai, dan danau, sehingga
mempengaruhi kehidupan organisme tanah, air, serta kesehatan manusia.

Efek rumah kaca (green house effect)

Efek rumah kaca merupakan gejala peningkatan suhu dipemukaan bumi yang terjadi karena
meningkatnya kadar CO2 (karbon dioksida) di atmosfer. Gejala ini disebut efek rumah kaca
karena diumpamakan dengan fenomena yang terjadi di dalam rumah kaca.

Pada rumah kaca, sinar matahari dapat dengan mudah masuk ke dalamnya. Sebagian sinar
matahari tersebut digunakan oleh tumbuhan dan sebagian lagi dipantulkan kembali ke arah kaca.

Sinar yang dipantulkan ini tidak dapat keluar dari rumah kaca dan mengalami pemantulan
berulang-ulang. Energi yang dihasilkan meningkatkan suhu rumah kaca sehingga rumah kaca
menjadi panas.

Di bumi, radiasi panas yang berasal dari matahari ke bumi diumpamakan seperti menembus
dinding kaca rumah kaca. Radiasi panas tersebut tidak diserap seluruhnya oleh bumi. Sebagian
radiasi dipantulkan oleh benda-benda yang berada di permukaan bumi ke ruang angkasa. Radiasi
panas yang dipantulkan kembali ke ruang angkasa merupakan radiasi infra merah. Sebagian
radiasi infra merah tersebut dapat diserap oleh gas penyerap panas (disebut: gas rumah kaca).
Gas penyerap panas yang paling penting di atmosfer adalah H2O dan CO2. Seperti kaca dalam
rumah kaca, H2O dan CO2 tidak dapat menyerap seluruh radiasi infra merah sehingga sebagian
radiasi tersebut dipantulkan kembali ke bumi. Keadaan inilah yang menyebabkan suhu di
permukaan bumi meningkat atau yang disebut dengan pemanasan global (global warning).

Kenaikan suhu menyebabkan mencairnya gunung es di kutub utara dan selatan. Kondisi ini
mengakibatkan naiknya permukaan air laut, sehingga menyebabkan berbagai kota dan wilayah
pinggir laut akan tenggelam, sedangkan daerah yang kering menjadi semakin kering. Efek rumah
kaca menimbulkan perubahan iklim, misalnya suhu bumi meningkat rata-rata 3°C sampai 4°C
pada abad ke-21, kekeringan atau curah hujan yang tinggi di berbagai tempat dapat
mempengaruhi produktivitas budidaya pertanian, peternakan, perikanan, dan kehidupan manusia.

Penipisan lapisan ozon

Lapisan ozon (O3) adalah lapisan gas yang menyelimuti bumi pada ketinggian ± 30 km diatas
bumi. Lapisan ozon terdapat pada lapisan atmosfer yang disebut stratosfer. Lapisan ozon ini
berfungsi menahan 99% radiasi sinar Ultra violet (UV) yang dipancarkan ke matahari.

Gas CFC (Chloro Fluoro Carbon) yang berasal dari produk aerosol (gas penyemprot), mesin
pendingin dan proses pembuatan plastik atau karet busa, jika sampai ke lapisan stratosfer akan
berikatan dengan ozon. CFC yang berikatan dengan ozon menyebabkan terurainya molekul ozon
sehingga terjadi kerusakan lapisan ozon, berupa penipisan lapisan ozon.

Penipisan lapisan ozon di beberapa tempat telah membentuk lubang seperti di atas Antartika dan
kutub Utara. Lubang ini akan mengurangi fungsi lapisan ozon sebagai penahan sinar UV. Sinar
UV yang sampai ke bumi akan menyebakan kerusakan pada kehidupan di bumi. Kerusakan
tersebut antara lain gangguan pada rantai makanan di laut, serta kerusakan tanaman budidaya
pertanian, perkebunan, serta mempengaruhi kesehatan manusia.

Radiasi

Makhluk hidup sudah lama menjadi objek dari bermacammacam bentuk radiasi. Misalnya,
radiasi matahari yang mengandung sinar ultraviolet dan gelombang infra merah. Selain berasal
dari matahari, radiasi dapat juga berasal dari luar angkasa, berupa sinar kosmis dan mineral-
mineral radioaktif dalam batubatuan.

Akan tetapi bentuk radiasi akibat aktivitas manusia akan menimbulkan polusi.

Bentuk-bentuk radiasi berupa kegiatan uji coba bom nuklir dan penggunaan bom nuklir oleh
manusia dapat berupa gelombang elektromagnetik dan partikel subatomik. Kedua macam bentuk
radiasi tersebut dapat mengancam kehidupan makhluk hidup.

Dampak radiasi dapat dilihat pada tingkat genetik dan sel tubuh.

Dampak genetik pada interfase menyebabkan terjadinya perubahan gen pada AND atau dikenal
sebagai mutasi gen. Dampak somatik (sel tubuh) adalah seseorang memiliki otak yang lebih kecil
daripada ukuran normal, cacat mental, dan gangguan fisik lainnya serta leukemia.

Anda mungkin juga menyukai