Anda di halaman 1dari 43

BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Uji Tarik

Uji tarik adalah pemberian gaya atau tegangan tarik kepada material dengan

maksud untuk mengetahui atau mendeteksi kekuatan dari suatu material. Tegangan

tarik yang digunakan adalah tegangan aktual eksternal atau perpanjangan sumbu

benda uji. Uji tarik dilakuan dengan cara penarikan uji dengan gaya tarik secara terus

menerus, sehingga bahan (perpajangannya) terus menerus meningkat dan teratur

sampai putus, dengan tujuan menetukan nilai tarik. Untuk mengetahui kekuatan tarik

suatu bahan dalam pembebanan tarik, garis gaya harus berhimpit dengan garis sumbu

bahan sehingga pembebanan terjadi beban tarik lurus. Tetapi jika gaya tarik sudut

berhimpit maka yang terjadi adalah gaya lentur.

Hasil uji tarik tersebut mencatat fenomena hubungan antara tegangan-

regangan yang terjadi selama proses uji tarik dilakukan. Mesin uji tarik sering

diperlukan dalam kegiatan engineering untuk mengetahui sifat-sifat mekanik suatu

material. Mesin uji tarik terdiri dari beberapa bagian pendukung utama, diantaranya :

kerangka, mekanisme pencekam spesimen, sistem penarik dan mekanisme, serta

sistem pengukur.

Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar

kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji

5
tarik benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontiniu,

bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjang yang dialami

benda uji. seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Alat Uji Tarik

Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang

membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara

membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji itu.

P
σ=
Ao

Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh

dengan cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji (δ atau ∆ L), dengan

panjang awal.

δ ∆L L − Lo
e= = e= =
Lo Lo Lo

Karena tegangan dan regangan diperoleh dengan cara membagi beban dan

perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban perpanjangan akan

mempunyai bentuk yang sama seperti pada gambar 2.2.

6
Gambar 2.2. Kurva Tegangan Regangan Teknik (σ - ε )

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung

pada komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju

regangan, temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.

Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-

regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen

perpanjangan, dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter kekuatan,

sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.

7
2.1.1. Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength)

adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada

kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan

kekuatan material. Untuk logam ulet, kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban

maksimum, dimana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat

terbatas. Pada tegangan yang lebih komplek, kaitan nilai tersebut dengan kekuatan

logam kecil sekali kegunaannya. Kecenderungan yang banyak ditemui adalah,

mendasarkan rancangan statis logam ulet pada kekuatan luluhnya. Tetapi karena jauh

lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka

metode ini lebih banyak dipakai.

Kekuatan tarik adalah besarnya beban maksimum dibagi dengan luas

penampang lintang awal benda uji.

P Maks
σu =
Ao

Korelasi emperis yang diperluas antar kekuatan tarik dengan sifat mekanik

lainnya seperti kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Hubungan

tersebut hanya terbatas pada hasil penelitian beberapa jenis material.

2.1.2. Kekuatan Luluh

8
Kekuatan luluh menyatakan besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk

berdeformasi plastis material. Pengukuran besarnya tegangan pada saat mulai terjadi

deformasi plastis atau batas luluh tergantung pada kepekaan pengukuran regangan.

Sebagian besar material mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis, yang

berlangsung sedikit demi sedikit dan titik saat deformasi plastis mulai terjadi, sukar

ditentukan secara teliti. Sehingga kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kekuatan

luluh offset, yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah

kecil deformasi plastis yang ditetapkan (regangan offset). Kekuatan luluh offset

ditentukan tegangan pada perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis

sejajar dengan kemiringan kurva pada regangan tertentu. Di Amerika Serikat

regangan offset ditentukan sebesar 0,2 atau 0,1 % (e = 0,002 atau 0,001 mm/mm).

P
σY = offset

Ao

9
Gambar 2.3. Kurva Tegangan Regangan Yang Mengindikasikan Kriteria Luluh

Beberapa bahan pada dasarnya tidak mempunyai bagian linear pada kurva

tegangan-regangan, misalnya tembaga lunak atau besi cor kelabu. Untuk bahan-bahan

tersebut, metode offset tidak dapat digunakan dan untuk pemakaian praktis, kekuatan

luluh didiefinisikan sebagai tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan regangan

total tertentu, misalnya e = 0,5 %.

2.1.3. Keuletan (e)

10
Keuletan adalah suatu besaran kualitatif dan sifat subyektif suatu bahan, yang

secara umum pengukurannya dilakukan untuk memenuhi tiga kepentingan, yaitu:

1. Menyatakan besarnya deformasi yang mampu dialami suatu material, tanpa

terjadi patah. Hal ini penting untuk proses pembentukan logam, seperti

pengerolan dan ekstruksi.

2. Menunjukkan kemampuan logam untuk mengalir secara plastis sebelum

patah. Keuletan logam yang tinggi menunjukkan kemungkinan yang besar

untuk berdeformasi secara lokal tanpa terjadi perpatahan.

3. Sebagai petunjuk adanya perubahan kondisi pengolahan.

Ukuran keuletan dapat digunakan untuk memperkirakan kualitas suatu bahan,

walaupun tidak ada hubungan langsung antara keuletan dengan perilaku dalam

pemakaian bahan. Cara untuk menentukan keuletan yang diperoleh dari uji tarik

adalah regangan teknis pada saat patah (ef), yang biasa disebut perpanjangan dan

pengukuran luas penampang pada patahan (q). Kedua sifat ini didapat setelah terjadi

patah, dengan cara menaruh benda uji kembali, kemudian diukur panjang akhir benda

uji (Lf) dan diameter pada patahan (Df), untuk menghitung luas penampang patahan

(Af).

L f - Lo
ef =
Lo

11
Ao - Af
q=
Ao

Baik perpanjangan maupun pengurangan luas penampang, biasanya

dinyatakan dalam persentase. Karena cukup besar bagian deformasi plastis yang akan

terkonsentrasi pada daerah penyempitan setempat, maka harga ef akan bergantung

pada panjang ukur awal (Lo). Makin kecil panjang ukur, makin besar pengaruhnya

pada perpanjangan keseluruhan. Oleh karena itu bila diberikan harga persentase

perpanjangan, maka panjang ukur Lo akan selalu disertakan.

2.1.4. Modulus Elastisitas ( E )

Gradien bagian linear awal kurva tegangan-regangan adalah modulus

elastisitas atau modulus Young. Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu

bahan. Makin besar modulus elastisitas makin kecil regangan elastis yang dihasilkan

akibat pemberian tegangan.

Modulus elastisitas dirumuskan :

σ
E=
e

Modulus elastisitas biasanya diukur pada temperatur tinggi dengan metode

dinamik, dimana σ adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastis kurva tegangan-

regangan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan oleh energi ikat antar atom-

12
atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa

merubah struktur bahan.

2.1.5. Kelentingan (Resilience)

Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada

waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya

dihilangkan. Kelentingan biasa dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yaitu energi

regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan

nol hingga tegangan luluh. Modulus kelentingan (Resilience Mudulus) dapat dicari

dengan menggunakan persamaan :

σ o2
UR =
2E

2.1.6. Ketangguhan (Toughness)

Ketangguhan adalah jumlah energi yang diserap material sampai terjadi patah,

yang dinyatakan dalam Joule. Energi yang diserap digunakan untuk berdeformasi,

mengikuti arah pembebanan yang dialami. Pada umumnya ketangguahan

menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Terdapat beberapa

pendekatan matematik untuk menentukan luas daerah dibawah kurva tegangan-

regangan.

Untuk logam-logam ulet mempunyai kurva yang dapat didekati dengan

persamaan-persamaan berikut :

13
UT = σ u . ef

(σ o + σ u )
UT = ef
2

2
UT = (σ u ).e f
3

2.1.7 Tegangan dan regangan

Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik bahan. Untuk

mendapatkan hasil pengujian yang akurat diperlukan ukuran standart benda uji sesuai

dengan standart. Untuk menhitung tegangan dan regangan digunakan rumus :

F
Tegangan σ = (N/mm 2 )
Ao

1
Ao = π.Do2 (mm )
2

Sedangkan untuk menghitung regangan tarik (ε) dapat menggunakan rumus

seperti dibawah ini :

∆L
Regangan ε = x100 %
Lo

Dimana :

F = Gaya (KN)

14
Ao = Luas Penampang Awal (mm 2 )

Lo = Panjang Awal (mm)

∆L = Pertambahan Panjangan (mm)

Do = Diameter Awal (mm)

Kurva tegangan-regangan teknik tidak memberikan indikasi karekteristik

deformasi yang sesungguhnya, karena kurva tersebut semuanya berdasarkan pada

dimensi awal benda uji, sedangkan selama pengujian terjadi perubahan dimensi. Pada

uji tarik untuk logam liat akan terjadi penyempitan setempat pada saat beban

mencapai harga maksimum. Karena pada tahap ini luas penampang lintang benda uji

turun secara cepat, maka beban yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi akan

segera mengecil. Kurva tegangan-regangan teknik juga menurun setelah melewati

beban maksimum. Keadaan sebenarnya menunjukkan logam masih mengalami

pengerasan regangan sampai patah sehingga tegangan yang dibutuhkan untuk

melanjutkan deformasi juga bertambah besar. Tegangan yang sesungguhnya (σ s)

adalah beban pada saat manapun dibagi dengan luas penampang lintang benda uji, Ao

dimana beban itu bekerja.

15
Gambar 2.4. Perbandingan Antara Kurva Tegangan Regangan Teknik Dengan Kurva
Tegangan Regangan Sesungguhnya
Pada pengujian tarik terjadi deformasi yaitu :

1. Deformasi elastis yaitu perubahan bentuk yang disebabkan gaya luar dan apabila

gaya luar dilepas maka bahan tersebut akan kembali ke bentuk dan ukuran

semula.

2. Deformasi platis yaitu perubahan bentuk yang disebabkan gaya luar dan apabila

gaya luar dilepas maka bahan tidak akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.

Pada gambar 2.5. menunjukan terjadinya batas proporsional dan batas plastis.

Batas proporsional adalah batas dari suatu bahan dimana terjadi penambahan panjang.

16
Batas plastis adalah batas dari suatu benda dimana terjadi penambahan panjang dan

benda tidak akan kembali seperti bentuk dan ukurannya semula.

Gambar 2.5. Grafik Antara Gaya Dengan Perubahan Panjang

Dalam uji tarik akan terjadi beberapa tegangan yaitu :

1. Tegangan proporsional, dimana gaya berbanding lurus dengan petambahan

panjang dan berbanding lurus dengan regangan.

2. Tegangan alur yaitu tegangan yang didapat pada benda saat terjadinya deformasi

plastis yang tidak menunjukkan penurunan beban pada perpanjangan plastis

dalam persentase tertentu dan panjang ukur mula – mula dibagi dengan luas

17
penampang mula – mula. Tegangan alur terjadi pada atas (alur atas) dan bawah

(alur bawah).

Gambar 2.6. Grafik Gaya Terhadap Perubahan Panjang (Daerah

Proporsional)

2.2 Mekanisme Mesin Uji Tarik

Mesin uji tarik adalah mesin yang digunaka untuk melakukan pengujian

spesimen dengan cara menarik spesimen tersebut hingga putus. Hasil uji tarik

18
tersebut mencatat fenomena hubungan antara tegangan-regangan yang terjadi selama

proses uji tarik dilakukan.

Mesin uji tarik sering di perlukan dalam kegiatan engineering untuk

mengetahui sifat-sifat mekanik suatu material. Mesin uji tarik terdiri dari bebrapa

bagian pendukung utama, diantaranya: kerangka, mekanisme pencekam spesimen,

sistem penarik dan mekanisme serta sistem pengukur.

Data pada proses uji tarik dapat dinyatakan berupa gaya tarik (F) dan

pertambahan panjang ( L) spesimen. Akan tetapi, dapat juga dinyatakan menjadi

tegangan ( ) dan regangan ( ). Tegangan di peroleh dengan cara gaya yang terjadi

dalam proses uji tarik dibagi degan luas penampang dab regangan diperoleh dengan

membagi pertambahan panjang degan panjang mula-mula. Hasil lain yang dapat

diperoleh dari uji tarik adalah kekuatan tarik, batas elastisitas, modulus elastisitas.

Dalam proses uji tarik akan diukur besarnya gaya yang diperlukan untuk

mematahkan spesimen dan besar regangan yang terjadi. Kedua parameter ini akan

ditampilkan pada sebuah diagram yang di hasilkan pada saat pengujian dilakukan.

Untuk merekam besarnya tekanan pada pengujian di butuhkan alat bantu pengindra

yang disebut loadcell. Alat ini memiliki output berupa tegangan listrik yang bersatuan

mVolt. Output ini tidak dapat langsung digunakan untuk input pada sistem penyaji

data, karena tegangan yang dihasilkan oleh loadcell terlalu kecil.

19
Maka dengan dipasangkan rangkaian operation amplifier pada output

loadcell, tegangan yang dihasilkan akan bertambah cukup besar sehingga dapat

diaplikasikan pada sebuah rangkaian elektronik penyaji data. Untuk penyaji data yang

modern telah menggunakan software pada computer yang cara kerjanya adalah

mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital.

Dari sinyal digital ini akan ditampilkan berupa plot diagram hasil pengujian.

Jika menggunakan diagram penyaji yang lama terdapat dua mekanisme pencatat hasil

pengujian. Yaitu mekanisme pencatat gaya, berupa rangkaian elektronik dengan

sebuah dinamo untuk menggerakkan ballpoint sesuai dengan berubahnya gaya pada

proses uji tarik. Untuk merekam besarnya regangan, digunakan mekanisme drum

berputar yang terhubung dengan gerakan pencekam. Mekanisme berputarnya drum

ini menggunakan tali atau kawat yang menghubungkan pencekam dengan drum.

Dengan adanya kolaborasi gerakan drum dengan mekanisme yang digerakkan

loadcell itu akan terbentuk sebuah diagram gaya-pertambahan panjang yang mewakili

sifat dari spesimen.

Untuk kerangka mesin terdapat dua tipe yaitu tipe kerangka dua kolom dan

empat kolom. Sedangkan mekanisme pencekam terdapat tiga tipe yaitu pencekam

tipe slot, tipe dengan sistem ulir dan tipe collet. Untuk sistem penarik, sesuai dangan

kapasitas mesin uji tarik cukup besar. Sistem penarik biasanya digunakan sistem

hidrolik.

20
2.2 Spesimen

Spesimen uji tarik ditentukan menurut standar uji seperti JIS, ASTM atau

standar uji lainnya, masing-masing memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda.

Spesimen dengan bentuk silinder menurut standar ASTM diberi ulir pada ujung-

ujungya, sedangkan pada standar JIS tanpa ulir. Diameter ulir pada uji standar ASTM

biasanya memiliki ukuran 1,25 kali dari diameter spesimen.

Spesimen menurut standar ASTM sangat baik untuk dicekam oleh

pencekamnya, karena adanya sistem ulir. Sistem ulir menghasilkan gaya ikat yang

cukup besar, sehingga pada saat pengujian tidak terjadi slip antara spesimen dengan

pencekam. Kekuranga dari standar ASTM ini adalah sulit dalam pembuatan

spesimen, karena adanya ulir. Sedangkan standar JIS tanpa ulir sehingga mudah

dalam pembuatan spesimen. Namun spesimen standar JIS memiliki kekurangan yaitu

sering terjadi slip antara spesimen dengan pencekam.

Bentuk spesimen uji tarik ada juga yang berbentuk pipih dengan ketebalan

tertentu. Macam-macam bentuk spesimen ini akan memerlukan tipe pencekam yang

berbeda-beda pula. Panjang spesimen memiliki ukuran yang berbeda setiap standar

pengujian yang ada.

21
Keterangan :
Uji 9A Panjang Efektif (L) : 100 mm
Jarak antara bagian yang tercekam (P): 150 mm (min)
Uji 9B L : 200 mm
P : 250 mm (min)
Gambar 2.7 Dimensi Spesimen Silinder Standar JIS
(sumber : JIS Handbook, Ferrous Material And Metallurgy. Japan, 1982)

Keterangan W = 8T

L = 5,65 A

P = L + 1,5 A

A = WxT
Gambar 2.8 Dimensi Spesimen Pipih Standar JIS
(sumber : JIS Handbook, Ferrous Material And Metallurgy. Japan, 1982)

22
2.3 Mekanisme Pencekam

Pencekam pada mesin uji tarik sangat berperan penting untuk memegang

spesimen, agar dapat dilakukan penarikan tanpa terjadi pergeseran atau lepasnya

spesimen dari pencekam. Dimensi pencekam harus memiliki dimensi yang lebih

besar dibandingkan dengan spesimen yang akan dilakukan penarikan. Pada dasarnya

fungsi dari pencekam ini adalah untuk menjepit spesimen dengan kuat agar spesimen

tidak bergeser atau lepas saat dilakukan penarikan.

Proses uji tarik dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : pertama

spesimen dipasangkan pada salah satu pencekam lalu actuator digerakkan untuk

memposisikan ujung spesimen yang satunya ke pencekam satunya lagi. Setelah kedua

ujung spesimen tercekam dengan baik, proses penarikan dapat dilakukan hingga

spesimen mengalami regangan hingga akhirnya putus.

Tipe pencekam mesin uji tarik ada tiga tipe umum yang digunakan, yaitu

pencekam tipe slot dengan dua blok trapesium, tipe pencekam ulir dan tipe pencekam

collet. Ketiga tipe ini memiliki mekanisme berbeda yang satu dengan lainnya, hal ini

disesuaikan dengan kebutuhan akan spesimen yang ada. Ketiga spesimen ini

dipasangkan secara vertikal atas dan bawah pada kerangka mesin uji tarik.

Di dalam penerapan sistem pencekam mesin uji tarik ini diperoleh dari studi

pustaka, melakukan survey serta browsing di internet. Dari hasil pencarian jenis-jenis

23
macam pencekam yang ditemukan untuk diterapkan pada mesin uji tarik, maka akan

dipilih yang sesuai untuk diterapkan.

2.3.1 Pencekam Tipe Slot

Tipe slot terdiri dari sepasang blok trapesium, housing dan pegas. Blok

trapesium berfungsi untuk menjepit spesimen agar tidak lepas. Housing berfungsi

untuk meletakkan blok trapesium agar posisinya dapat digunakan untuk mencekam.

Pegas berfungsi untuk memberi gaya dorong yang lebih besar pada blok trapesium

untuk mencekam spesimen.

Keterangan :
1. Housing

2. Pegas
3. Blok trapesium
4. Spesimen
Gambar 2.9 Pencekam Tipe Slot
Jenis pencekam slot digunakan untuk spesimen yang memiliki bentuk silinder

karena blok trapesium yang digunakan memiliki alur. Alur ini dapat memperkuat

24
daya pencekam. Hal ini bertujuan agar spesimen tidak lepas dari pencekam. Jika

pencekam tipe ini memiliki dimensi yang tidak terlalu besar, sehingga diperlukan

pegas untuk memberi gaya dorong blok trapesium. Gaya dorong pegas berguna untuk

menjepit spesimen pada awal pemasangan spesimen.

Bentuk pencekam memiliki sudut yang berfungsi untuk mengahasilkan gaya

cekam yang semakin besar seiring dengan gaya penambahan penarikan, sehingga

spesimen akan tercekam dengan kuat. Pencekam tipe ini memanfaatkan adanya gaya

gesek antara permukaan pencekam dengan spesimen. Gaya gesek ini berperan

penting untuk menjaga spesimen agar tidak terlepas, karena dengan adanya gaya

gesek maka hambatan spesimen untuk bergerak akan semakin besar. Sehingga

spesimen tetap tercekam denga baik. Kebanyakan pada tipe pencekam ini memiliki

kontur pada permukaannya, dengan tujuan agar gaya gesek antara spesimen dengan

pencekam semakin besar. Cara pemasangan spesimen pada pencekam jenis ini yaitu

dengan cara plat didorong naik ke atas, sehingga di antara ke dua plat akan terdapat

celah untuk dipasangkan spesimen.

Gaya cekam pada tipe slot sangat tergantung dari besarnya gaya gesek antara

spesimen dengan pencekam. Apabila gaya gesek yang terjadi lebih kecil dari gaya

tarik F yang diberikan, maka spesimen akan terlepas dari pencekam. Fenomena

seperti ini sering kali ditemui pada tipe slot.

25
Kekurangan pada tipe ini adalah seringnya terjadi keausan pada permukaan

pencekam, sehingga gaya geseknya akan berkurang. Maka sering dilakukan

pembuatan ulang pada kontur permukaannya. Berdasarkan gaya-gaya yang terjadi

pada pencekam tipe slot. Gaya tersebut terlihat seperti gambar di bawah ini :

Keterangan :
A : Gaya Reaksi Dari Dinding Housing (Terdistribusi Merata)
B : Gaya Reaksi Pada Spesimen (Terdistribusi Merata)
B’: Gaya Tekan Blok Trapesium (Terdistribusi Merata)
F : Gaya Tarik Saat Proses Uji Tarik
W : Gaya Berat Blok Trapesiuum
f : Gaya Gesek
Gambar 2.10 Gaya Pada Pencekam Dan Spesimen
Karena adanya gaya F ke bawah, maka akan terjadi gaya-gaya pada blok

trapesium. Gaya tegak lurus pada dinding-dinding blok yaitu gaya A dan gaya B.

Kedua gaya ini merupakan reaksi dari gaya W. Gaya A dan B merupakan gaya self

26
clamping. Self clamping adalah gaya pencekaman yang timbul akibat adanya gaya W

tanpa tambahan gaya dari luar, sehingga spesimen akan tercekam dengan sendirinya.

Apabila dimensi plat kecil maka gaya W kurang besar untuk menimbualkan

gaya A dan gaya B. Oleh karena itu dipasang pegas pada pencekam dengan tujuan

untuk meningkatkan gaya W. Gaya F adalah gaya yang terjadi pada saat penarikan.

Semakin besar gaya F maka gaya cekamnya akan semakin besar juga.

Gambar 2.11 Diagram Pada Pencekam

2.3.2 Pencekam Tipe Ulir

Tipe ini terdiri dari housing dan ulir. Fungsi dari ulir adalah untuk memasang

spesimen pada housing.

27
Keterangan :
1. Housing
2. Spesimen
Gambar 2.12 Pencekam Tipe Ulir

Pencekam jenis ulir memiliki sistem pencekam yang memanfaatkan kekuatan

geser ulir. Adanya ulir ini adalah merupakan fenomena gaya gesek yang ekstrim

karena ikatan diantara ulir spesimen dengan ulir pencekam sangat besar. Hal ini

membuat spesimen tidak bergeser dari pencekam. Pencekam tipe ulir tidak

menyebabkan ujung spesimen mengalami gaya tekan dan deformasi seperti halnya

pada pencekam tipe slot. Dimensi ulir serta tinggi ulir sangat berperan penting di

dalam kualitas pencekaman, karena gaya yang terjadi pada saat penarikan sepenuhnya

pada ulir tersebut. Standar-standar untuk spesimen ulir telah ditentukan menurut

ASTM.

Pencekam tipe ulir sangat sederhana namun memiliki unjuk kerja yang baik

untuk mencekam spesimen dengan dimensi yang kecil dan efisien dalam kinerjanya.

Kekurangan dari tipe ini adalah akan mengalami kesulitan jika digunakan pada

spesimen berdimensi kecil.

28
2.3.3 Pencekam Tipe Collet

Tipe terdiri dari : body, batang cekam, gigi payung dan kunci pengencang.

Body berfungsi untuk menempatkan bagian-bagian lain supaya berfungsi sesuai

fungsinya. Batang berfungsi untuk mencekam spesimen. Gigi payung berfungsi untuk

mentransfer torsi dari kunci pengencang. Kunci pengencang berfungsi untuk

mengencangkan batang cekam ke spesimen .

a. Tampak luar b. bagian dalam


Keterangan :
1. Body
2. Batang cekam
3. Spesimen
4. Gigi payung
5. Kunci pengeras
Gambar 2.13 Pencekam Tipe Collet

Pencekam tipe collet menggunakan mekanisme ulir dengan bentuk rumah

pencekam konis. Pencekam tipe collet memanfaatkan gaya yang ditimbulkan pada

bantang cekam dan sistem ulir. Bantang cekam yang berhubungan dengan spesimen

yang terbuat dari besi carbide, sehingga tidak mengalami keausan pada saat menjepit

spesimen. Pemasangan spesimen pada tipe ini yaitu dengan mengendorkan batang

cekam sehingga lubangnya renggang lalu spesimen dimasukkan dan pengunci

29
dikencangkan dan pengunci dikencangkan lagi agar spesimen tercekam untuk

awalnya. Spesimen akan tercekam lebih kuat lagi sebanding dengan besarnya torsi

yang diberikan pada saat mengencangkan pencekam. Kekurangan pada tipe ini adalah

gaya cekam tergantung pada torsi kunci pengencang saat dikencangkan.

Kontruksi sistem collet chuck di tunjukkan pada gambar 2.10

Analisa gaya-gaya yang terjadi pada sistem pengencang tipe collet di atas dapat

ditunjukkan melalui gambar di bawah ini :

View A: View B:

30
Keterangan:
: momen yang diberikan pada kunci pengeras
: momen yang dihasilkan pada gigi payung
Gambar 2.14 analisa gaya pada collet

Kontruksi ulir dari sistem collet chuck memiliki kemiringan sebesar , dapat
ditunjukkan sebagai berikut:

Gambar 2.15 gaya momen pada bagian screw


Analisa gaya pada ulir dapat didiskripsikan sebagai berikut:

Gambar 2.16 Gaya Pada Blok Dan Bidang Miring Dari Skrup

Dimana : L : Jarak Maju Ulir : Kemiringan Ulir


R : Reaksi Dasar Ulir : Sudut Gesekan
W : Gaya Dorong Yang Dihasilkan
D : Diameter Ulir
Q : Gaya Keliling Pada Ulir

r = Jari-Jari Ulir

31
= Momen Yang Dihasilkan

Pada gambar di atas dua gaya tidak diketahui besarnya namun arahnya

diketahui dan satu gaya diketahui besar dan arahnya (Q). ketiga gaya di atas dalam

keadaan yang setimbang karena tidak memiliki resultan gaya. Apabila dilihat dari

gambar segitiga gaya. Tampak bahwa segitiga gayanya merupakan sebuah diagram

tertutup dan merupakan sebuah siklus seperti pada gambar di bawah ini dan berlaku

persamaan sebagai berikut:

Gambar 2.17 Diagram Gaya Pada Ulir

Dari persamaan di atas akan didapat persamaan R dan W.


Gaya W diigunakan untuk mengetahui gaya cekam dari collet ke spesimen

dengan analisa sebagai berikut:

32
Gambar 2.18 Gaya Yang Terjadi Pada Pencekam
Dengan adalah kemiringan gaya dorong, maka gaya cekam dapat dinyatakan

sebagai berikut:

= W/tg(90- )

2.4 Kerangka Mesin Uji Tarik

Kerangka mesin uji tarik sangat berperan penting di dalam mekanisme mesin

uji tarik. Kerangka mesin uji tarik harus benar-benar dapat mengatasi gaya-gaya pada

saat uji tarik dilakukan, dalam hal ini berhubungan dengan dimensi dan model

kerangka. Fungsi dan lingkungan kerja dapat digunakan sebagai acuan untuk

pemilihan jenis material yang akan dipilih. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi

kerusakan atau kegagalan pada saat mesin dioperasikan.

Pada proses uji tarik dilakukan, kerangka mesin ujii tarik adalah termasuk

bagian mesin uji tarik yang akan mengalami pembebanan. Hal ini karena distribusi

gaya-gaya dari mekanisme pencekam dan gaya pada hidrolik akan diteruskan ke

kerangka. Semua ini terjadi karena mekanisme tersebut dipasang pada kerangka.

Pemilihan jenis material kerangka berdasarkan kapasitas dari mesin uji tarik

yang dirancang. Kekuatan kerangka harus lebih besar dibandingkan dengan beban

yang akan terjadi pada saat proses uji tarik dilakukan. Dengan penentuan dan jenis

material kerangka, akan didapatkan kekuatan yang baik.

Material kerangka harus meiliki rigiditas yang tinggi, karena apabila terjadi

deformasi pada saat dilakukan uji tarik, maka besar deformasi ini akan

33
mempengaruhi hasil pengukuran uji tarik. Dengan adanya deformasi ini maka hasil

uji tarik akan dilakukan penyesuaian data, sehingga akan mempengaruhi ketelitian

dari mesin uji tarik tersebut. Semakin kecil koreksi yang dilakukan pada data hasil

percobaan, maka semakin baik mesin uji tarik itu.

2.4.1. Kerangka Dengan Dua Kolom

Keterangan :
1. Crossbar
2. Pencekam
3. Kolom
4. Actuator
5. Meja
Gambar 2.19 Kerangka Dengan Dua Kolom

Bedasarkan cara kerjanya, kerangka tipe dua kolom biasanya hanya dapat

melakukan uji tarik atau uji tekan saja. Kalau digunakan untuk dua pengujian maka

harus mengganti pencekam untuk setiap pengujian Karena pencekam untuk uji tekan

dan uji tarik berbeda. Sedang actuator yang digunakan juga harus tipe double acting

karena dapat bergerak menekan dan menarik. Hal ini tidak efisien dan terlalu rumit.

34
Kedua klom disatukan dengan dua buah crossbar tetap yang bentuk dan

dimensinya sama. Crossbar atas berfungsi untuk meletakkan pencekam atas

sedangkan crossbar bawah untuk meletakkan actuator yang ujungnya terdapat

pencekam bawah. Untuk itu pencekam bawah dapat bergerak naik turun mengikuti

gerakan actuator.

Gerakan ke atas dilakukan untuk memasang spesimen ke pencekam atas dan

gerakan ke bawah berfungsi untuk menarik spesimen hingga putus. Pada saat

melakukan pengujian, spesimen dipasangkan pada pencekam bagian bawah lalu

actuator digerakkan ke atas untuk memasang ujung spesimen yang satunya ke

pencekam atas.

Kerangka dan actuator dipasangkan ke sebuah meja yang berfungsi untuk

memposisikan kerangka agar dapat berdiri secara vertical.

2.4.2 Kerangka Dengan Empat Kolom

Keterangan :

35
1. Crossbar atas
2. Kolom
3. Crossbar tengah
4. Pencekam
5. Crossbar bawah
6. Meja
Gambar 2.20 Kerangka Dengan Empat Kolom

Kerangka tipe empat kolom terdiri dari dua pasang kolom. Kolom pertama

merupakan pasangan kolom tetap yang dihubungkan dengan satu crossbar. Sedang

kolom ke dua merupakan kolom yang dapat bergerak naik turun dan memiliki dua

buah crossbar untuk itu kerangka ini dapat melakukan uji tarik dan uji tekan hanya

dengan satu gerakan ke atas saja tanpa perlu merubah pencekamnya. Untuk

melakukan uji tarik, salah satu ujung spesimen dipasang pada pencekam yang terletak

di crossbar kolom tetap sedang ujung yang lain dipasang pada pencekam yang

terletak di crossbar kolom gerak bagian atas. Untuk melakukan uji tekan, ujung

spesimen yang lain dipasang pada pencekam yang terletak di kolom gerak bagian

bawah. Pada saat oengujian kolom gerak akan bergerak ke atas, sedang gerakan ke

bawah hanya diperlukan untuk mengatur pemasangan spesimen.

Kelebihan dari tipe kerangka empat kolom ini adalah hanya dengan satu

gerakan actuator ke atas saja sudah dapat melakukan dua macam pengujian, yaitu uji

tarik dan uji tekan.

36
2.5 RODA GIGI dan RANTAI

2.5.1 Roda Gigi

2.5.1.1 Klasifikasi Roda Gigi


Roda gigi diklasifikasikan seperti dalam table 2.1. menurut letak poros, arah
putaran, dan bentuk jalur gigi. Roda – roda gigi yang terpenting yang disebutkan
dalam table 2.1. diperlihatkan pada gambar 2.1.

Tabel 2.1. Klasifikasi Roda Gigi

Letak poros Roda gigi Keterangan

Roda gigi lurus (a)


(Klasifikasi atas dasar
Roda gigi miring (b)
bentuk alur gigi)
Roda gigi dengan Roda gigi miring ganda (c)
poros sejajar Roda gigi luar Arah putaran berlawanan

Roda gigi dalam dan pinyon (d) Arah putaran sama

Batang gigi dan pinyon (e) Gerakan lurus dan berputar

Roda gigi dengan Roda gigi kerucut lurus (f)


poros berpotongan Roda gigi kerucut spiral (g)

Roda gigi kerucut ZEROL (Klasifikasi atas dasar

Roda gigi kerucut miring bentuk jalur gigi)

Roda gigi kerucut miring


ganda

Roda gigi permukaan dengan (Roda gigi dengan poros

37
berpotongan berbentuk
poros berpotongan (h)
istimewa)

Roda gigi miring silang Kontak titik

Batang gigi miring silang Gerakan lurus dan berputar

Roda gigi cacing silindris (j)

Roda gigi cacing selubung


Roda gigi dengan
ganda (globoid) (k)
poros silang
Roda gigi cacing samping

Roda gigi hyperboloid

Roda gigi hipoid (l)

Roda gigi permukaan silang

Sumber: Dasar Pemilihan dan Perancangan Elemen Mesin, Sularso & Kiyokatsu Suga,
Hal. 212
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya berjajar pada
dua bidang silinder (bidang jarak bagi); kedua bidang silinder tersebut bersinggungan
dan yang satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu tetap sejajar. Roda gigi
lurus (a) merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros.

Roda gigi miring (b) mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada silinder jarak
bagi. Pada roda gigi miring ini, jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak
serentak (perbandingan kontak) adalah lebih besar daripada roda gigi lurus, sehingga
perpindahan momen atau putaran melalui gigi – gigi tersebut dapat berlangsung
dengan halus. Sifat ini sangat baik untuk mentransmisikan putaran tinggi dan beban
besar. Namun roda gigi miring memerlukan bantalan aksial dan kotak roda gigi yang
lebih kokoh, karena jalur gigi yang berbentuk ulir tersebut memerlukan gaya reaksi
yang sejajar dengan poros. Dalam hal roda gigi miring ganda (c) gaya aksial yang
timbul pada gigi yang mempunyai alur berbentuk v tersebut, akan saling meniadakan.

38
Dengan roda gigi ini, perbandingan reduksi, kecepatan keliling dan daya yang
diteruskan dapat diperbesar, tetapi pembuatannya sukar. Roda gigi dalam (d) dipakai
jika diinginkan alat transmisi dengan ukuran kecil dengan perbandingan reduksi
besar, karena pinion terletak di dalam roda gigi. Batang gigi (e) merupakan dasar
profil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi dan pinion digunakan untuk
merubah gerakan putar menjadi lurus dan juga sebaliknya.

Pada roda gigi kerucut, bidang jarak bagi merupakan bidang kerucut yang
puncaknya terletak di titik potong sumbu poros. Roda gigi kerucut lurus (f) dengan
gigi lurus, adalah yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai. Tetapi roda
gigi ini sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil. juga konstruksinya
tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung poros – porosnya. Roda
gigi kerucut spiral (g), karena mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar,
dapat meneruskan putaran tinggi dan beban besar. Sudut poros kedua roda gigi
kerucut ini biasanya dibuat 90°.

Dalam golongan roda gigi dengan poros bersilang, terdapat roda gigi miring
silang, roda gigi cacing (j dan k), roda gigi hipoid (l) dan lain – lain. Roda gigi cacing
meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi besar. Roda gigi macam (j)
mempunyai cacing berbentuk silinder dan lebih umum dipakai. Tetapi untuk beban
besar, cacing globoid atau cacing selubung ganda (k) dengan perbandingan kontak
yang lebih besar dapat digunakan roda gigi hipoid adalah seperti yang dipakai pada
roda gigi diferensial mobil. Roda gigi ini mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada
bidang kerucut yang sumbunya bersilang, dan pemindahan gaya pada permukaan gigi
berlangsung secara meluncur dan menggelinding.

Roda gigi yang tidak disebutkan sebelumnya, semuanya mempunyai


perbandingan kecepatan sudut tetap antara kedua poros. Tetapi di samping itu
terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat bervariasi,
seperti misalnya roda gigi eksentris, roda gigi bukan lingkaran, roda gigi lonjong

39
seperti pada meteran air, dan sebagainya.ada juga roda gigi dengan putaran yang
terputus – putus dan roda gigi Geneva yang dipakai misalnya untuk menggerakkan
film pada proyektor bioskop.

2.5.1.2 Nama-Nama Bagian Roda Gigi Dan Ukurannya


Adapun nama – nama bagian utama roda gigi diberikan dalam gambar 2.2.

Gambar 2.2. Nama – nama bagian roda gigi

Keterangan gambar di atas sebagai berikut:

1. Diameter jarak bagi (d dalam mm) adalah lingkaran khayal


yang menggelinding tanpa slip.
2. Ukuran gigi dinyatakan dengan jarak bagi lingkar (t dalam
mm) yaitu jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan. Jika jumlah roda
gigi adalah z maka:
πd
t=
z

Modul merupakan hasil bagi diameter dengan jumlah gigi:

d
m=
z

40
Maka hubungan modul dan jarak bagi lingkar adalah:

t=πm

3. Jarak bagi diametral adalah jumlah gigi per inchi diameter


jarak bagi lingkar.
z
DP =
d (dalam inchi )

sehingga hubungan modul dan DP adalah:

25 ,4
m=
DP

4. Pada roda gigi luar, bagian gigi di luar lingkarang jarak bagi disebut kepala
dan tingginya disebut tinggi kepala atau addendum yang biasanya sama dengan
modul dalam mm atau 1/DP dalam inchi.
h kepala = m [ mm ]
1
h kepala = [ mm ]
DP

5. Bagian gigi di sebelah dalam lingkaran jarak bagi disebut kaki dan tingginya
disebut tinggi kaki yang besarnya:
h kaki = m + C k [ mm ]
1
h kepala = + C k [ mm ]
DP

Ck adalah kelonggaran puncak yaitu celah antara lingkaran kepala dan lingkaran
kaki dari gigi pasangannya

6. Pada lingkaran diameter jarak bagi terdapat tebal gigi dan celahnya yaitu
setengah jarak bagi lingkar.

41
t πm
b= = [ mm ]
2 2
π
= [inchi ]
2 DP

7. Titik potong antara profil gigi dengan lingkaran jarak bagi disebut titik jarak
bagi. Sudut yang dibentuk garis normal pada kurva bentuk profil pada jarak bagi
dengan garis singgung lingkaran jarak bagi (juga pada titik jarak bagi) disebut
sudut tekanan. Roda gigi yang mempunyai sudut tekanan yang sama besar serta
proporsinya seperti diuraikan di atas disebut roda gigi standar. Roda gigi ini dapat
saling bekerja sama tanpa dipengaruhi oleh jumlah giginya. Sehingga dapat pula
disebut roda gigi yang dapat dipertukarkan.
2.5.1.3 Perbandingan Putaran Dan Perbandingan Roda Gigi
Jika perputaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1 (rpm) pada
poros penggerak dan n2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter jarak bagi d1 dan
d2 dalam mm dan jumlah gigi z1 dan z2, maka perbandingan putaran adalah :

n 2 d1 m z1 z1 1
u= = = = =
n1 d 2 m z 2 z 2 i

Dimana i adalah perbandingan jumlah gigi pada roda gigi 2 (digerakkan) terhadap
roda gigi 1 (penggerak / pinyon).

Pada roda gigi lurus standar i = 4 ÷ 5 hingga 7 jika dengan perubahan kepala.
Pada roda gigi miring dan miring ganda dapat mencapai 10. Roda gigi dipakai untuk
reduksi jika u < 1 atau i > 1 dan juga menaikkan putaran jika u > 1 atau i < 1.

Jarak sumbu poros a (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d1 dan d2 dalam
mm dapat dinyatakan sebagai berikut:

42
d1 + d 2 m( z1 + z 2 )
a= =
2 2
2a
d1 =
1+ i
2ai
d2 =
1+ i

2.5.2 Rantai

Rantai transmisi daya biasa digunakan dimana jarak poros lebih besar dari

pada transmisi roda gigi tetapi lebih pendek dari pada dalam transmisi sabuk.

Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip jadi;

menjamin perbandingan putaran yang tetap.

Rantai sebagai transmisi mempunyai keuntungan-keuntungan seperti; mampu

meneruskan daya besar karena kekuatannya yang besar, tidak memerlukan tegangan

awal. Keausan pada bantalan, dan mudah memasangnya. Karena keuntungan-

keuntungan tersebut, rantai mempunyai pemakaian yang luas seperti roda gigi dan

sabuk.

Di pihak lain, transmisi rantai mempunyai beberapa kekurangan, yaitu: variasi

kecepatan yang tak dapat dihindari karena lintasan busur pada sproket yang mengait

mata rantai, suara dan getaran Karena tumbukan antara rantai dan dasar kaki gigi

sproket, dan perpanjangan rantai karena kausan pena dan bus yang diakibatkan oleh

gesekan sproket. Karena kekurangan-kekurangan ini maka rantai tak dapat dipakai

untuk kecepatan tinggi, sampai ditemukan dan dikembangkannya rantai gigi.

43
Rantai dapat di bagi atas dua jenis, yang pertama disebut rantai rol, terdiri atas

pena, bus, rol, dan plat mata rantai. Yang lain disebut rantai gigi, terdiri atas plat-plat

berprofil roda gigi dan pena berbentuk bulan sabit yang disebut sambungan kunci.

Rantai rol dipakai bila diperlukan transmisi positif (tanpa slip) dengan

kecepatan sampai 600 (m/ min), tanpa pembatasan bunyi, dan murah harganya. Untuk

bahan pena, bus, dan rol dipergunakan baja karbon atau baja khrom dengan

pengerasan kulit. Rantai dengan ragkaian tunggal adalah yang paling banyak dipakai.

Rangkaian banyak, seperti dua atau tiga rangkaian dipergunakan untuk transmisi

beban berat. Ukuran dan kekuatan distandarkan seperti dalam tabel … . Dengan

kemajuan teknologi yang terjadi akhir-akhir ini, kekuatan rantai semakin meningkat.

Dalam gambar … dapat dilihat bahwa kurva batas kelelahan dari plat mata rantai

macam yang baru lebih tinggi dari pada macam yang lama. Hasil penelitian terakhir

menunjukkan satu daerah yang dibatasi oleh dua kurva, yaitu kurva batas kelelahanan

terhadap tumbukan antara rol dan bus, dan kurva batas las karena kurang pelumasan

antara pena dan bus, adalah sangat penting untuk menentukan kapasitas rantai. Kurva

kapasitas baru yang diperoleh berbentuk seperti tenda, sehingga disebut “kurva

tenda”. Dalam gambar … diperlihatkan kurva tersebut yang merupakan diagram

pemilihan rantai rol. Untuk memudahkan pemilihan, kurva tenda tersebut diberi nama

menurut nomor rantai dan jumlah gigi sproket, dengan putaran (rpm) sproket sebagai

sumbu mendatar dan kapasitas transmisi sebagai sumbu tegak.

[Ukuran Umum]

44
Jarak Diameter Lebar Plat Mata Rantai Diameter
Nomor
Bagi Rol Rol Tebal Lebar Lebar Pena
Rantai
p r W T H h D
40 12,70 7,94 7,95 1,5 12,0 10,4 3,97

[Ukuran Individual]

Batas Beban
Panjang Panjang Jarak Batas Jumlah
Kekuatan Maksimum Berat
Nomor Rangkai Pena Pena Sumbu Jenis Kekuatan Sambungan
Rantai
Tarik Yang Kasar
an Offset Rangkaian Pena Tarik JIS Setiap
+ Rata-Rata Diizinkan (kg/m)
L C (kg) Satuan
(kg) (kg)
# 40 1 18,2 8,25 9,95 18,0 Keling 1420 1950 300 0,64
# 40-2 2 32,6 15,45 17,15 33,5 “ 2840 3900 510 1,27
# 40-3 3 46,8 22,65 24,15 47,9 “ 4260 5850 750 1,90
14,4 240
# 40-4 4 61,2 29,9 31,3 62,3 “ 5680 7800 990 2,53
# 40-5 5 75,7 37,1 38,6 76,8 “ 7100 9750 1170 3,16
# 40-6 6 90,1 44,3 45,8 91,2 “ 8520 11700 1380 3,79

[Ukuran Umum]

Jarak Diameter Lebar Plat Mata Rantai Diameter


Nomor
Bagi Rol Rol Tebal Lebar Lebar Pena
Rantai
p r W T H h D
60 19,05 11,91 12,70 2,4 18,1 15,6 5,96

[Ukuran Individual]

Batas Beban
Panjang Panjang Jarak Batas Jumlah
Kekuatan Maksimum Berat
Nomor Rangkai Pena Pena Sumbu Jenis Kekuatan Sambungan
Rantai
Tarik Yang Kasar
an Offset Rangkaian Pena Tarik JIS Setiap
+ Rata-Rata Diizinkan (kg/m)
L C (kg) Satuan
(kg) (kg)

45
# 60 1 28,1 12,85 15,25 28,2 Keling 3200 4450 740 1,53
# 60-2 2 51,0 24,25 26,75 52,6 “ 6400 8900 1260 3,04
# 60-3 3 73,6 35,65 38,15 75,5 “ 9600 13350 1850 4,54
22,8 160
# 60-4 4 96,6 47,05 49,55 98,3 “ 12800 17800 2440 6,04
# 60-5 5 119,5 58,5 61,0 121,2 “ 16000 22250 2880 7,54
# 60-6 6 142,4 69,9 72,5 144,0 “ 19200 26700 3400 9,05

[Ukuran Umum]

Jarak Diameter Lebar Plat Mata Rantai Diameter


Nomor
Bagi Rol Rol Tebal Lebar Lebar Pena
Rantai
p r W T H h D
50 15,875 10,16 9,53 2,0 15,0 13,0 5,09

[Ukuran Individual]

Batas Beban
Panjang Panjang Jarak Batas Jumlah
Kekuatan Maksimum Berat
Nomor Rangkai Pena Pena Sumbu Jenis Kekuatan Sambungan
Rantai
Tarik Yang Kasar
an Offset Rangkaian Pena Tarik JIS Setiap
+ Rata-Rata Diizinkan (kg/m)
L C (kg) Satuan
(kg) (kg)
# 50 1 22,3 10,3 12,0 22,5 Keling 2210 3200 520 1,04
# 50-2 2 40,5 19,35 21,15 41,8 “ 4420 6400 880 2,07
# 50-3 3 58,6 28,4 30,2 59,9 “ 6630 9600 1300 3,09
18,1 160
# 50-4 4 76,7 37,45 39,25 78,1 “ 8840 12800 1710 4,11
# 50-5 5 94,8 46,5 48,3 96,2 “ 11050 16000 2020 5,14
# 50-6 6 113,0 55,6 57,4 114,4 “ 13260 19200 2390 6,16
Sumber: Dasar Pemilihan dan Perancangan Elemen Mesin, Sularso & Kiyokatsu Suga,
Hal. 192-193

Sproket rantai dibuat dari baja karbon untuk ukuran kecil, dan besi cor atau

baja cor untuk ukuran besar. Untuk perhitungan kekuatannya belum ada cara yang

tetap seperti pada roda gigi. Adapun bentuknya telah distandarkan. Dalam gambar …

ditunjukkan dua macam bentuk gigi, dimana bentuk S adalah yang biasa dipakai.

46
Tata cara pemilihan rantai dapat diuraikan dalam diagram … . Daya yang akan

ditransmisikan (kW), putaran poros penggerak dan yang digerakkan (rpm), dan jarak

sumbu poros kira-kira (mm), diberikan lebih dahulu.

Momen lentur akan selalu terjadi pada poros. Karena itu periksalah kekuatan lentur

poros bila diameternya telah diberikan. Dengan menggunakan putaran (rpm) dari

poros yang berputaran tinggi dan daya yang telah dikoreksi (kW), carilah nomor

rantai dan jumlah gigi sproket kecil yang sesuai dari gambar … . Jumlah gigi ini

sebaiknya merupakan bilangan ganjil dan lebih dari 15. Jumlah gigi minimum yang

diizinkan adalah 13. Jumlah gigi untuk sproket besar juga dibatasi, maksimum 144

buah. Perbandingan putaran dapat diizinkan sampai 10/ 1. Sudut kontak antara rantai

dan sproket kecil harus lebih besar dari 120°. Transmisi rantai akan lebih halus dan

kurang bunyinya jika dipakai rantai dengan jarak bagi kecil dan jumlah gigi sproket

yang banyak.

47

Anda mungkin juga menyukai