DASAR TEORI
Uji tarik adalah pemberian gaya atau tegangan tarik kepada material dengan
maksud untuk mengetahui atau mendeteksi kekuatan dari suatu material. Tegangan
tarik yang digunakan adalah tegangan aktual eksternal atau perpanjangan sumbu
benda uji. Uji tarik dilakuan dengan cara penarikan uji dengan gaya tarik secara terus
sampai putus, dengan tujuan menetukan nilai tarik. Untuk mengetahui kekuatan tarik
suatu bahan dalam pembebanan tarik, garis gaya harus berhimpit dengan garis sumbu
bahan sehingga pembebanan terjadi beban tarik lurus. Tetapi jika gaya tarik sudut
regangan yang terjadi selama proses uji tarik dilakukan. Mesin uji tarik sering
material. Mesin uji tarik terdiri dari beberapa bagian pendukung utama, diantaranya :
sistem pengukur.
kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji
5
tarik benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontiniu,
Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang
membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara
membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji itu.
P
σ=
Ao
dengan cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji (δ atau ∆ L), dengan
panjang awal.
δ ∆L L − Lo
e= = e= =
Lo Lo Lo
Karena tegangan dan regangan diperoleh dengan cara membagi beban dan
6
Gambar 2.2. Kurva Tegangan Regangan Teknik (σ - ε )
pada komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju
regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen
7
2.1.1. Kekuatan Tarik
adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada
kekuatan material. Untuk logam ulet, kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum, dimana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat
terbatas. Pada tegangan yang lebih komplek, kaitan nilai tersebut dengan kekuatan
mendasarkan rancangan statis logam ulet pada kekuatan luluhnya. Tetapi karena jauh
lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka
P Maks
σu =
Ao
Korelasi emperis yang diperluas antar kekuatan tarik dengan sifat mekanik
8
Kekuatan luluh menyatakan besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk
berdeformasi plastis material. Pengukuran besarnya tegangan pada saat mulai terjadi
deformasi plastis atau batas luluh tergantung pada kepekaan pengukuran regangan.
Sebagian besar material mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis, yang
berlangsung sedikit demi sedikit dan titik saat deformasi plastis mulai terjadi, sukar
ditentukan secara teliti. Sehingga kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kekuatan
luluh offset, yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah
kecil deformasi plastis yang ditetapkan (regangan offset). Kekuatan luluh offset
regangan offset ditentukan sebesar 0,2 atau 0,1 % (e = 0,002 atau 0,001 mm/mm).
P
σY = offset
Ao
9
Gambar 2.3. Kurva Tegangan Regangan Yang Mengindikasikan Kriteria Luluh
Beberapa bahan pada dasarnya tidak mempunyai bagian linear pada kurva
tegangan-regangan, misalnya tembaga lunak atau besi cor kelabu. Untuk bahan-bahan
tersebut, metode offset tidak dapat digunakan dan untuk pemakaian praktis, kekuatan
10
Keuletan adalah suatu besaran kualitatif dan sifat subyektif suatu bahan, yang
terjadi patah. Hal ini penting untuk proses pembentukan logam, seperti
walaupun tidak ada hubungan langsung antara keuletan dengan perilaku dalam
pemakaian bahan. Cara untuk menentukan keuletan yang diperoleh dari uji tarik
adalah regangan teknis pada saat patah (ef), yang biasa disebut perpanjangan dan
pengukuran luas penampang pada patahan (q). Kedua sifat ini didapat setelah terjadi
patah, dengan cara menaruh benda uji kembali, kemudian diukur panjang akhir benda
uji (Lf) dan diameter pada patahan (Df), untuk menghitung luas penampang patahan
(Af).
L f - Lo
ef =
Lo
11
Ao - Af
q=
Ao
dinyatakan dalam persentase. Karena cukup besar bagian deformasi plastis yang akan
pada panjang ukur awal (Lo). Makin kecil panjang ukur, makin besar pengaruhnya
pada perpanjangan keseluruhan. Oleh karena itu bila diberikan harga persentase
elastisitas atau modulus Young. Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu
bahan. Makin besar modulus elastisitas makin kecil regangan elastis yang dihasilkan
σ
E=
e
dinamik, dimana σ adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastis kurva tegangan-
regangan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan oleh energi ikat antar atom-
12
atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa
waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya
regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan
nol hingga tegangan luluh. Modulus kelentingan (Resilience Mudulus) dapat dicari
σ o2
UR =
2E
Ketangguhan adalah jumlah energi yang diserap material sampai terjadi patah,
yang dinyatakan dalam Joule. Energi yang diserap digunakan untuk berdeformasi,
regangan.
persamaan-persamaan berikut :
13
UT = σ u . ef
(σ o + σ u )
UT = ef
2
2
UT = (σ u ).e f
3
mendapatkan hasil pengujian yang akurat diperlukan ukuran standart benda uji sesuai
F
Tegangan σ = (N/mm 2 )
Ao
1
Ao = π.Do2 (mm )
2
∆L
Regangan ε = x100 %
Lo
Dimana :
F = Gaya (KN)
14
Ao = Luas Penampang Awal (mm 2 )
dimensi awal benda uji, sedangkan selama pengujian terjadi perubahan dimensi. Pada
uji tarik untuk logam liat akan terjadi penyempitan setempat pada saat beban
mencapai harga maksimum. Karena pada tahap ini luas penampang lintang benda uji
turun secara cepat, maka beban yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi akan
adalah beban pada saat manapun dibagi dengan luas penampang lintang benda uji, Ao
15
Gambar 2.4. Perbandingan Antara Kurva Tegangan Regangan Teknik Dengan Kurva
Tegangan Regangan Sesungguhnya
Pada pengujian tarik terjadi deformasi yaitu :
1. Deformasi elastis yaitu perubahan bentuk yang disebabkan gaya luar dan apabila
gaya luar dilepas maka bahan tersebut akan kembali ke bentuk dan ukuran
semula.
2. Deformasi platis yaitu perubahan bentuk yang disebabkan gaya luar dan apabila
gaya luar dilepas maka bahan tidak akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Pada gambar 2.5. menunjukan terjadinya batas proporsional dan batas plastis.
Batas proporsional adalah batas dari suatu bahan dimana terjadi penambahan panjang.
16
Batas plastis adalah batas dari suatu benda dimana terjadi penambahan panjang dan
2. Tegangan alur yaitu tegangan yang didapat pada benda saat terjadinya deformasi
dalam persentase tertentu dan panjang ukur mula – mula dibagi dengan luas
17
penampang mula – mula. Tegangan alur terjadi pada atas (alur atas) dan bawah
(alur bawah).
Proporsional)
Mesin uji tarik adalah mesin yang digunaka untuk melakukan pengujian
spesimen dengan cara menarik spesimen tersebut hingga putus. Hasil uji tarik
18
tersebut mencatat fenomena hubungan antara tegangan-regangan yang terjadi selama
mengetahui sifat-sifat mekanik suatu material. Mesin uji tarik terdiri dari bebrapa
Data pada proses uji tarik dapat dinyatakan berupa gaya tarik (F) dan
tegangan ( ) dan regangan ( ). Tegangan di peroleh dengan cara gaya yang terjadi
dalam proses uji tarik dibagi degan luas penampang dab regangan diperoleh dengan
membagi pertambahan panjang degan panjang mula-mula. Hasil lain yang dapat
diperoleh dari uji tarik adalah kekuatan tarik, batas elastisitas, modulus elastisitas.
Dalam proses uji tarik akan diukur besarnya gaya yang diperlukan untuk
mematahkan spesimen dan besar regangan yang terjadi. Kedua parameter ini akan
ditampilkan pada sebuah diagram yang di hasilkan pada saat pengujian dilakukan.
Untuk merekam besarnya tekanan pada pengujian di butuhkan alat bantu pengindra
yang disebut loadcell. Alat ini memiliki output berupa tegangan listrik yang bersatuan
mVolt. Output ini tidak dapat langsung digunakan untuk input pada sistem penyaji
19
Maka dengan dipasangkan rangkaian operation amplifier pada output
loadcell, tegangan yang dihasilkan akan bertambah cukup besar sehingga dapat
diaplikasikan pada sebuah rangkaian elektronik penyaji data. Untuk penyaji data yang
modern telah menggunakan software pada computer yang cara kerjanya adalah
Dari sinyal digital ini akan ditampilkan berupa plot diagram hasil pengujian.
Jika menggunakan diagram penyaji yang lama terdapat dua mekanisme pencatat hasil
sebuah dinamo untuk menggerakkan ballpoint sesuai dengan berubahnya gaya pada
proses uji tarik. Untuk merekam besarnya regangan, digunakan mekanisme drum
ini menggunakan tali atau kawat yang menghubungkan pencekam dengan drum.
loadcell itu akan terbentuk sebuah diagram gaya-pertambahan panjang yang mewakili
Untuk kerangka mesin terdapat dua tipe yaitu tipe kerangka dua kolom dan
empat kolom. Sedangkan mekanisme pencekam terdapat tiga tipe yaitu pencekam
tipe slot, tipe dengan sistem ulir dan tipe collet. Untuk sistem penarik, sesuai dangan
kapasitas mesin uji tarik cukup besar. Sistem penarik biasanya digunakan sistem
hidrolik.
20
2.2 Spesimen
Spesimen uji tarik ditentukan menurut standar uji seperti JIS, ASTM atau
standar uji lainnya, masing-masing memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda.
Spesimen dengan bentuk silinder menurut standar ASTM diberi ulir pada ujung-
ujungya, sedangkan pada standar JIS tanpa ulir. Diameter ulir pada uji standar ASTM
pencekamnya, karena adanya sistem ulir. Sistem ulir menghasilkan gaya ikat yang
cukup besar, sehingga pada saat pengujian tidak terjadi slip antara spesimen dengan
pencekam. Kekuranga dari standar ASTM ini adalah sulit dalam pembuatan
spesimen, karena adanya ulir. Sedangkan standar JIS tanpa ulir sehingga mudah
dalam pembuatan spesimen. Namun spesimen standar JIS memiliki kekurangan yaitu
Bentuk spesimen uji tarik ada juga yang berbentuk pipih dengan ketebalan
tertentu. Macam-macam bentuk spesimen ini akan memerlukan tipe pencekam yang
berbeda-beda pula. Panjang spesimen memiliki ukuran yang berbeda setiap standar
21
Keterangan :
Uji 9A Panjang Efektif (L) : 100 mm
Jarak antara bagian yang tercekam (P): 150 mm (min)
Uji 9B L : 200 mm
P : 250 mm (min)
Gambar 2.7 Dimensi Spesimen Silinder Standar JIS
(sumber : JIS Handbook, Ferrous Material And Metallurgy. Japan, 1982)
Keterangan W = 8T
L = 5,65 A
P = L + 1,5 A
A = WxT
Gambar 2.8 Dimensi Spesimen Pipih Standar JIS
(sumber : JIS Handbook, Ferrous Material And Metallurgy. Japan, 1982)
22
2.3 Mekanisme Pencekam
Pencekam pada mesin uji tarik sangat berperan penting untuk memegang
spesimen, agar dapat dilakukan penarikan tanpa terjadi pergeseran atau lepasnya
spesimen dari pencekam. Dimensi pencekam harus memiliki dimensi yang lebih
besar dibandingkan dengan spesimen yang akan dilakukan penarikan. Pada dasarnya
fungsi dari pencekam ini adalah untuk menjepit spesimen dengan kuat agar spesimen
spesimen dipasangkan pada salah satu pencekam lalu actuator digerakkan untuk
memposisikan ujung spesimen yang satunya ke pencekam satunya lagi. Setelah kedua
ujung spesimen tercekam dengan baik, proses penarikan dapat dilakukan hingga
Tipe pencekam mesin uji tarik ada tiga tipe umum yang digunakan, yaitu
pencekam tipe slot dengan dua blok trapesium, tipe pencekam ulir dan tipe pencekam
collet. Ketiga tipe ini memiliki mekanisme berbeda yang satu dengan lainnya, hal ini
disesuaikan dengan kebutuhan akan spesimen yang ada. Ketiga spesimen ini
dipasangkan secara vertikal atas dan bawah pada kerangka mesin uji tarik.
Di dalam penerapan sistem pencekam mesin uji tarik ini diperoleh dari studi
pustaka, melakukan survey serta browsing di internet. Dari hasil pencarian jenis-jenis
23
macam pencekam yang ditemukan untuk diterapkan pada mesin uji tarik, maka akan
Tipe slot terdiri dari sepasang blok trapesium, housing dan pegas. Blok
trapesium berfungsi untuk menjepit spesimen agar tidak lepas. Housing berfungsi
untuk meletakkan blok trapesium agar posisinya dapat digunakan untuk mencekam.
Pegas berfungsi untuk memberi gaya dorong yang lebih besar pada blok trapesium
Keterangan :
1. Housing
2. Pegas
3. Blok trapesium
4. Spesimen
Gambar 2.9 Pencekam Tipe Slot
Jenis pencekam slot digunakan untuk spesimen yang memiliki bentuk silinder
karena blok trapesium yang digunakan memiliki alur. Alur ini dapat memperkuat
24
daya pencekam. Hal ini bertujuan agar spesimen tidak lepas dari pencekam. Jika
pencekam tipe ini memiliki dimensi yang tidak terlalu besar, sehingga diperlukan
pegas untuk memberi gaya dorong blok trapesium. Gaya dorong pegas berguna untuk
cekam yang semakin besar seiring dengan gaya penambahan penarikan, sehingga
spesimen akan tercekam dengan kuat. Pencekam tipe ini memanfaatkan adanya gaya
gesek antara permukaan pencekam dengan spesimen. Gaya gesek ini berperan
penting untuk menjaga spesimen agar tidak terlepas, karena dengan adanya gaya
gesek maka hambatan spesimen untuk bergerak akan semakin besar. Sehingga
spesimen tetap tercekam denga baik. Kebanyakan pada tipe pencekam ini memiliki
kontur pada permukaannya, dengan tujuan agar gaya gesek antara spesimen dengan
pencekam semakin besar. Cara pemasangan spesimen pada pencekam jenis ini yaitu
dengan cara plat didorong naik ke atas, sehingga di antara ke dua plat akan terdapat
Gaya cekam pada tipe slot sangat tergantung dari besarnya gaya gesek antara
spesimen dengan pencekam. Apabila gaya gesek yang terjadi lebih kecil dari gaya
tarik F yang diberikan, maka spesimen akan terlepas dari pencekam. Fenomena
25
Kekurangan pada tipe ini adalah seringnya terjadi keausan pada permukaan
pada pencekam tipe slot. Gaya tersebut terlihat seperti gambar di bawah ini :
Keterangan :
A : Gaya Reaksi Dari Dinding Housing (Terdistribusi Merata)
B : Gaya Reaksi Pada Spesimen (Terdistribusi Merata)
B’: Gaya Tekan Blok Trapesium (Terdistribusi Merata)
F : Gaya Tarik Saat Proses Uji Tarik
W : Gaya Berat Blok Trapesiuum
f : Gaya Gesek
Gambar 2.10 Gaya Pada Pencekam Dan Spesimen
Karena adanya gaya F ke bawah, maka akan terjadi gaya-gaya pada blok
trapesium. Gaya tegak lurus pada dinding-dinding blok yaitu gaya A dan gaya B.
Kedua gaya ini merupakan reaksi dari gaya W. Gaya A dan B merupakan gaya self
26
clamping. Self clamping adalah gaya pencekaman yang timbul akibat adanya gaya W
tanpa tambahan gaya dari luar, sehingga spesimen akan tercekam dengan sendirinya.
Apabila dimensi plat kecil maka gaya W kurang besar untuk menimbualkan
gaya A dan gaya B. Oleh karena itu dipasang pegas pada pencekam dengan tujuan
untuk meningkatkan gaya W. Gaya F adalah gaya yang terjadi pada saat penarikan.
Semakin besar gaya F maka gaya cekamnya akan semakin besar juga.
Tipe ini terdiri dari housing dan ulir. Fungsi dari ulir adalah untuk memasang
27
Keterangan :
1. Housing
2. Spesimen
Gambar 2.12 Pencekam Tipe Ulir
geser ulir. Adanya ulir ini adalah merupakan fenomena gaya gesek yang ekstrim
karena ikatan diantara ulir spesimen dengan ulir pencekam sangat besar. Hal ini
membuat spesimen tidak bergeser dari pencekam. Pencekam tipe ulir tidak
menyebabkan ujung spesimen mengalami gaya tekan dan deformasi seperti halnya
pada pencekam tipe slot. Dimensi ulir serta tinggi ulir sangat berperan penting di
dalam kualitas pencekaman, karena gaya yang terjadi pada saat penarikan sepenuhnya
pada ulir tersebut. Standar-standar untuk spesimen ulir telah ditentukan menurut
ASTM.
Pencekam tipe ulir sangat sederhana namun memiliki unjuk kerja yang baik
untuk mencekam spesimen dengan dimensi yang kecil dan efisien dalam kinerjanya.
Kekurangan dari tipe ini adalah akan mengalami kesulitan jika digunakan pada
28
2.3.3 Pencekam Tipe Collet
Tipe terdiri dari : body, batang cekam, gigi payung dan kunci pengencang.
fungsinya. Batang berfungsi untuk mencekam spesimen. Gigi payung berfungsi untuk
pencekam konis. Pencekam tipe collet memanfaatkan gaya yang ditimbulkan pada
bantang cekam dan sistem ulir. Bantang cekam yang berhubungan dengan spesimen
yang terbuat dari besi carbide, sehingga tidak mengalami keausan pada saat menjepit
spesimen. Pemasangan spesimen pada tipe ini yaitu dengan mengendorkan batang
29
dikencangkan dan pengunci dikencangkan lagi agar spesimen tercekam untuk
awalnya. Spesimen akan tercekam lebih kuat lagi sebanding dengan besarnya torsi
yang diberikan pada saat mengencangkan pencekam. Kekurangan pada tipe ini adalah
Analisa gaya-gaya yang terjadi pada sistem pengencang tipe collet di atas dapat
View A: View B:
30
Keterangan:
: momen yang diberikan pada kunci pengeras
: momen yang dihasilkan pada gigi payung
Gambar 2.14 analisa gaya pada collet
Kontruksi ulir dari sistem collet chuck memiliki kemiringan sebesar , dapat
ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 2.16 Gaya Pada Blok Dan Bidang Miring Dari Skrup
r = Jari-Jari Ulir
31
= Momen Yang Dihasilkan
Pada gambar di atas dua gaya tidak diketahui besarnya namun arahnya
diketahui dan satu gaya diketahui besar dan arahnya (Q). ketiga gaya di atas dalam
keadaan yang setimbang karena tidak memiliki resultan gaya. Apabila dilihat dari
gambar segitiga gaya. Tampak bahwa segitiga gayanya merupakan sebuah diagram
tertutup dan merupakan sebuah siklus seperti pada gambar di bawah ini dan berlaku
32
Gambar 2.18 Gaya Yang Terjadi Pada Pencekam
Dengan adalah kemiringan gaya dorong, maka gaya cekam dapat dinyatakan
sebagai berikut:
= W/tg(90- )
Kerangka mesin uji tarik sangat berperan penting di dalam mekanisme mesin
uji tarik. Kerangka mesin uji tarik harus benar-benar dapat mengatasi gaya-gaya pada
saat uji tarik dilakukan, dalam hal ini berhubungan dengan dimensi dan model
kerangka. Fungsi dan lingkungan kerja dapat digunakan sebagai acuan untuk
pemilihan jenis material yang akan dipilih. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi
Pada proses uji tarik dilakukan, kerangka mesin ujii tarik adalah termasuk
bagian mesin uji tarik yang akan mengalami pembebanan. Hal ini karena distribusi
gaya-gaya dari mekanisme pencekam dan gaya pada hidrolik akan diteruskan ke
kerangka. Semua ini terjadi karena mekanisme tersebut dipasang pada kerangka.
Pemilihan jenis material kerangka berdasarkan kapasitas dari mesin uji tarik
yang dirancang. Kekuatan kerangka harus lebih besar dibandingkan dengan beban
yang akan terjadi pada saat proses uji tarik dilakukan. Dengan penentuan dan jenis
Material kerangka harus meiliki rigiditas yang tinggi, karena apabila terjadi
deformasi pada saat dilakukan uji tarik, maka besar deformasi ini akan
33
mempengaruhi hasil pengukuran uji tarik. Dengan adanya deformasi ini maka hasil
uji tarik akan dilakukan penyesuaian data, sehingga akan mempengaruhi ketelitian
dari mesin uji tarik tersebut. Semakin kecil koreksi yang dilakukan pada data hasil
Keterangan :
1. Crossbar
2. Pencekam
3. Kolom
4. Actuator
5. Meja
Gambar 2.19 Kerangka Dengan Dua Kolom
Bedasarkan cara kerjanya, kerangka tipe dua kolom biasanya hanya dapat
melakukan uji tarik atau uji tekan saja. Kalau digunakan untuk dua pengujian maka
harus mengganti pencekam untuk setiap pengujian Karena pencekam untuk uji tekan
dan uji tarik berbeda. Sedang actuator yang digunakan juga harus tipe double acting
karena dapat bergerak menekan dan menarik. Hal ini tidak efisien dan terlalu rumit.
34
Kedua klom disatukan dengan dua buah crossbar tetap yang bentuk dan
pencekam bawah. Untuk itu pencekam bawah dapat bergerak naik turun mengikuti
gerakan actuator.
gerakan ke bawah berfungsi untuk menarik spesimen hingga putus. Pada saat
pencekam atas.
Keterangan :
35
1. Crossbar atas
2. Kolom
3. Crossbar tengah
4. Pencekam
5. Crossbar bawah
6. Meja
Gambar 2.20 Kerangka Dengan Empat Kolom
Kerangka tipe empat kolom terdiri dari dua pasang kolom. Kolom pertama
merupakan pasangan kolom tetap yang dihubungkan dengan satu crossbar. Sedang
kolom ke dua merupakan kolom yang dapat bergerak naik turun dan memiliki dua
buah crossbar untuk itu kerangka ini dapat melakukan uji tarik dan uji tekan hanya
dengan satu gerakan ke atas saja tanpa perlu merubah pencekamnya. Untuk
melakukan uji tarik, salah satu ujung spesimen dipasang pada pencekam yang terletak
di crossbar kolom tetap sedang ujung yang lain dipasang pada pencekam yang
terletak di crossbar kolom gerak bagian atas. Untuk melakukan uji tekan, ujung
spesimen yang lain dipasang pada pencekam yang terletak di kolom gerak bagian
bawah. Pada saat oengujian kolom gerak akan bergerak ke atas, sedang gerakan ke
Kelebihan dari tipe kerangka empat kolom ini adalah hanya dengan satu
gerakan actuator ke atas saja sudah dapat melakukan dua macam pengujian, yaitu uji
36
2.5 RODA GIGI dan RANTAI
37
berpotongan berbentuk
poros berpotongan (h)
istimewa)
Sumber: Dasar Pemilihan dan Perancangan Elemen Mesin, Sularso & Kiyokatsu Suga,
Hal. 212
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya berjajar pada
dua bidang silinder (bidang jarak bagi); kedua bidang silinder tersebut bersinggungan
dan yang satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu tetap sejajar. Roda gigi
lurus (a) merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros.
Roda gigi miring (b) mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada silinder jarak
bagi. Pada roda gigi miring ini, jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak
serentak (perbandingan kontak) adalah lebih besar daripada roda gigi lurus, sehingga
perpindahan momen atau putaran melalui gigi – gigi tersebut dapat berlangsung
dengan halus. Sifat ini sangat baik untuk mentransmisikan putaran tinggi dan beban
besar. Namun roda gigi miring memerlukan bantalan aksial dan kotak roda gigi yang
lebih kokoh, karena jalur gigi yang berbentuk ulir tersebut memerlukan gaya reaksi
yang sejajar dengan poros. Dalam hal roda gigi miring ganda (c) gaya aksial yang
timbul pada gigi yang mempunyai alur berbentuk v tersebut, akan saling meniadakan.
38
Dengan roda gigi ini, perbandingan reduksi, kecepatan keliling dan daya yang
diteruskan dapat diperbesar, tetapi pembuatannya sukar. Roda gigi dalam (d) dipakai
jika diinginkan alat transmisi dengan ukuran kecil dengan perbandingan reduksi
besar, karena pinion terletak di dalam roda gigi. Batang gigi (e) merupakan dasar
profil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi dan pinion digunakan untuk
merubah gerakan putar menjadi lurus dan juga sebaliknya.
Pada roda gigi kerucut, bidang jarak bagi merupakan bidang kerucut yang
puncaknya terletak di titik potong sumbu poros. Roda gigi kerucut lurus (f) dengan
gigi lurus, adalah yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai. Tetapi roda
gigi ini sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil. juga konstruksinya
tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung poros – porosnya. Roda
gigi kerucut spiral (g), karena mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar,
dapat meneruskan putaran tinggi dan beban besar. Sudut poros kedua roda gigi
kerucut ini biasanya dibuat 90°.
Dalam golongan roda gigi dengan poros bersilang, terdapat roda gigi miring
silang, roda gigi cacing (j dan k), roda gigi hipoid (l) dan lain – lain. Roda gigi cacing
meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi besar. Roda gigi macam (j)
mempunyai cacing berbentuk silinder dan lebih umum dipakai. Tetapi untuk beban
besar, cacing globoid atau cacing selubung ganda (k) dengan perbandingan kontak
yang lebih besar dapat digunakan roda gigi hipoid adalah seperti yang dipakai pada
roda gigi diferensial mobil. Roda gigi ini mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada
bidang kerucut yang sumbunya bersilang, dan pemindahan gaya pada permukaan gigi
berlangsung secara meluncur dan menggelinding.
39
seperti pada meteran air, dan sebagainya.ada juga roda gigi dengan putaran yang
terputus – putus dan roda gigi Geneva yang dipakai misalnya untuk menggerakkan
film pada proyektor bioskop.
d
m=
z
40
Maka hubungan modul dan jarak bagi lingkar adalah:
t=πm
25 ,4
m=
DP
4. Pada roda gigi luar, bagian gigi di luar lingkarang jarak bagi disebut kepala
dan tingginya disebut tinggi kepala atau addendum yang biasanya sama dengan
modul dalam mm atau 1/DP dalam inchi.
h kepala = m [ mm ]
1
h kepala = [ mm ]
DP
5. Bagian gigi di sebelah dalam lingkaran jarak bagi disebut kaki dan tingginya
disebut tinggi kaki yang besarnya:
h kaki = m + C k [ mm ]
1
h kepala = + C k [ mm ]
DP
Ck adalah kelonggaran puncak yaitu celah antara lingkaran kepala dan lingkaran
kaki dari gigi pasangannya
6. Pada lingkaran diameter jarak bagi terdapat tebal gigi dan celahnya yaitu
setengah jarak bagi lingkar.
41
t πm
b= = [ mm ]
2 2
π
= [inchi ]
2 DP
7. Titik potong antara profil gigi dengan lingkaran jarak bagi disebut titik jarak
bagi. Sudut yang dibentuk garis normal pada kurva bentuk profil pada jarak bagi
dengan garis singgung lingkaran jarak bagi (juga pada titik jarak bagi) disebut
sudut tekanan. Roda gigi yang mempunyai sudut tekanan yang sama besar serta
proporsinya seperti diuraikan di atas disebut roda gigi standar. Roda gigi ini dapat
saling bekerja sama tanpa dipengaruhi oleh jumlah giginya. Sehingga dapat pula
disebut roda gigi yang dapat dipertukarkan.
2.5.1.3 Perbandingan Putaran Dan Perbandingan Roda Gigi
Jika perputaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1 (rpm) pada
poros penggerak dan n2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter jarak bagi d1 dan
d2 dalam mm dan jumlah gigi z1 dan z2, maka perbandingan putaran adalah :
n 2 d1 m z1 z1 1
u= = = = =
n1 d 2 m z 2 z 2 i
Dimana i adalah perbandingan jumlah gigi pada roda gigi 2 (digerakkan) terhadap
roda gigi 1 (penggerak / pinyon).
Pada roda gigi lurus standar i = 4 ÷ 5 hingga 7 jika dengan perubahan kepala.
Pada roda gigi miring dan miring ganda dapat mencapai 10. Roda gigi dipakai untuk
reduksi jika u < 1 atau i > 1 dan juga menaikkan putaran jika u > 1 atau i < 1.
Jarak sumbu poros a (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d1 dan d2 dalam
mm dapat dinyatakan sebagai berikut:
42
d1 + d 2 m( z1 + z 2 )
a= =
2 2
2a
d1 =
1+ i
2ai
d2 =
1+ i
2.5.2 Rantai
Rantai transmisi daya biasa digunakan dimana jarak poros lebih besar dari
pada transmisi roda gigi tetapi lebih pendek dari pada dalam transmisi sabuk.
Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip jadi;
meneruskan daya besar karena kekuatannya yang besar, tidak memerlukan tegangan
keuntungan tersebut, rantai mempunyai pemakaian yang luas seperti roda gigi dan
sabuk.
kecepatan yang tak dapat dihindari karena lintasan busur pada sproket yang mengait
mata rantai, suara dan getaran Karena tumbukan antara rantai dan dasar kaki gigi
sproket, dan perpanjangan rantai karena kausan pena dan bus yang diakibatkan oleh
gesekan sproket. Karena kekurangan-kekurangan ini maka rantai tak dapat dipakai
43
Rantai dapat di bagi atas dua jenis, yang pertama disebut rantai rol, terdiri atas
pena, bus, rol, dan plat mata rantai. Yang lain disebut rantai gigi, terdiri atas plat-plat
berprofil roda gigi dan pena berbentuk bulan sabit yang disebut sambungan kunci.
Rantai rol dipakai bila diperlukan transmisi positif (tanpa slip) dengan
kecepatan sampai 600 (m/ min), tanpa pembatasan bunyi, dan murah harganya. Untuk
bahan pena, bus, dan rol dipergunakan baja karbon atau baja khrom dengan
pengerasan kulit. Rantai dengan ragkaian tunggal adalah yang paling banyak dipakai.
Rangkaian banyak, seperti dua atau tiga rangkaian dipergunakan untuk transmisi
beban berat. Ukuran dan kekuatan distandarkan seperti dalam tabel … . Dengan
kemajuan teknologi yang terjadi akhir-akhir ini, kekuatan rantai semakin meningkat.
Dalam gambar … dapat dilihat bahwa kurva batas kelelahan dari plat mata rantai
macam yang baru lebih tinggi dari pada macam yang lama. Hasil penelitian terakhir
menunjukkan satu daerah yang dibatasi oleh dua kurva, yaitu kurva batas kelelahanan
terhadap tumbukan antara rol dan bus, dan kurva batas las karena kurang pelumasan
antara pena dan bus, adalah sangat penting untuk menentukan kapasitas rantai. Kurva
kapasitas baru yang diperoleh berbentuk seperti tenda, sehingga disebut “kurva
pemilihan rantai rol. Untuk memudahkan pemilihan, kurva tenda tersebut diberi nama
menurut nomor rantai dan jumlah gigi sproket, dengan putaran (rpm) sproket sebagai
[Ukuran Umum]
44
Jarak Diameter Lebar Plat Mata Rantai Diameter
Nomor
Bagi Rol Rol Tebal Lebar Lebar Pena
Rantai
p r W T H h D
40 12,70 7,94 7,95 1,5 12,0 10,4 3,97
[Ukuran Individual]
Batas Beban
Panjang Panjang Jarak Batas Jumlah
Kekuatan Maksimum Berat
Nomor Rangkai Pena Pena Sumbu Jenis Kekuatan Sambungan
Rantai
Tarik Yang Kasar
an Offset Rangkaian Pena Tarik JIS Setiap
+ Rata-Rata Diizinkan (kg/m)
L C (kg) Satuan
(kg) (kg)
# 40 1 18,2 8,25 9,95 18,0 Keling 1420 1950 300 0,64
# 40-2 2 32,6 15,45 17,15 33,5 “ 2840 3900 510 1,27
# 40-3 3 46,8 22,65 24,15 47,9 “ 4260 5850 750 1,90
14,4 240
# 40-4 4 61,2 29,9 31,3 62,3 “ 5680 7800 990 2,53
# 40-5 5 75,7 37,1 38,6 76,8 “ 7100 9750 1170 3,16
# 40-6 6 90,1 44,3 45,8 91,2 “ 8520 11700 1380 3,79
[Ukuran Umum]
[Ukuran Individual]
Batas Beban
Panjang Panjang Jarak Batas Jumlah
Kekuatan Maksimum Berat
Nomor Rangkai Pena Pena Sumbu Jenis Kekuatan Sambungan
Rantai
Tarik Yang Kasar
an Offset Rangkaian Pena Tarik JIS Setiap
+ Rata-Rata Diizinkan (kg/m)
L C (kg) Satuan
(kg) (kg)
45
# 60 1 28,1 12,85 15,25 28,2 Keling 3200 4450 740 1,53
# 60-2 2 51,0 24,25 26,75 52,6 “ 6400 8900 1260 3,04
# 60-3 3 73,6 35,65 38,15 75,5 “ 9600 13350 1850 4,54
22,8 160
# 60-4 4 96,6 47,05 49,55 98,3 “ 12800 17800 2440 6,04
# 60-5 5 119,5 58,5 61,0 121,2 “ 16000 22250 2880 7,54
# 60-6 6 142,4 69,9 72,5 144,0 “ 19200 26700 3400 9,05
[Ukuran Umum]
[Ukuran Individual]
Batas Beban
Panjang Panjang Jarak Batas Jumlah
Kekuatan Maksimum Berat
Nomor Rangkai Pena Pena Sumbu Jenis Kekuatan Sambungan
Rantai
Tarik Yang Kasar
an Offset Rangkaian Pena Tarik JIS Setiap
+ Rata-Rata Diizinkan (kg/m)
L C (kg) Satuan
(kg) (kg)
# 50 1 22,3 10,3 12,0 22,5 Keling 2210 3200 520 1,04
# 50-2 2 40,5 19,35 21,15 41,8 “ 4420 6400 880 2,07
# 50-3 3 58,6 28,4 30,2 59,9 “ 6630 9600 1300 3,09
18,1 160
# 50-4 4 76,7 37,45 39,25 78,1 “ 8840 12800 1710 4,11
# 50-5 5 94,8 46,5 48,3 96,2 “ 11050 16000 2020 5,14
# 50-6 6 113,0 55,6 57,4 114,4 “ 13260 19200 2390 6,16
Sumber: Dasar Pemilihan dan Perancangan Elemen Mesin, Sularso & Kiyokatsu Suga,
Hal. 192-193
Sproket rantai dibuat dari baja karbon untuk ukuran kecil, dan besi cor atau
baja cor untuk ukuran besar. Untuk perhitungan kekuatannya belum ada cara yang
tetap seperti pada roda gigi. Adapun bentuknya telah distandarkan. Dalam gambar …
ditunjukkan dua macam bentuk gigi, dimana bentuk S adalah yang biasa dipakai.
46
Tata cara pemilihan rantai dapat diuraikan dalam diagram … . Daya yang akan
ditransmisikan (kW), putaran poros penggerak dan yang digerakkan (rpm), dan jarak
Momen lentur akan selalu terjadi pada poros. Karena itu periksalah kekuatan lentur
poros bila diameternya telah diberikan. Dengan menggunakan putaran (rpm) dari
poros yang berputaran tinggi dan daya yang telah dikoreksi (kW), carilah nomor
rantai dan jumlah gigi sproket kecil yang sesuai dari gambar … . Jumlah gigi ini
sebaiknya merupakan bilangan ganjil dan lebih dari 15. Jumlah gigi minimum yang
diizinkan adalah 13. Jumlah gigi untuk sproket besar juga dibatasi, maksimum 144
buah. Perbandingan putaran dapat diizinkan sampai 10/ 1. Sudut kontak antara rantai
dan sproket kecil harus lebih besar dari 120°. Transmisi rantai akan lebih halus dan
kurang bunyinya jika dipakai rantai dengan jarak bagi kecil dan jumlah gigi sproket
yang banyak.
47