Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang ditandai
oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi.
Berdasarkan jenis selnya, leukemia dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: myeloid dan linfoid. Dan
berdasarkan waktu terjadinya gejala, leukemia dibagi menjadi akut dan kronis.

Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau banyak sel
di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu sel leukemia
bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah
akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel
induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam
sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik. sel leukemia tersebut kemudian
menginfiltrasi berbagai organ seperti hati, limpa, dan mata. Dan manifestasi pada mata dapat
terjadi sebagai akibat langsung dari infiltrasi sel-sel leukemia atau sebagai akibat sekunder dari
parameter sistem hematologik yang abnormal, infeksi oportunistik, atau komplikasi iatrogenic
yang timbul dari kemoterapi.

ANATOMI DAN FISIOLOGI RETINA


Anatomi Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima
rangsang cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel epitel pigmen retina dan terdiri atas
lapisan : (6,7)
1. Lapisan epitel pigmen
2. Lapisan fotoreseptor merupakan lesi terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai
bentuk ramping, dan sel kerucut.
3. Membran limitan eksterna yang merupakan membrane ilusi.
4. Lapisan nucleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batang.
5. Lapisan pleksiform luar merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6. Lapis nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller.
7. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar, sel
amakrin dengan sel ganglion.
8. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua,
9. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju kearah saraf optic.
10. Membran limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan kecil.
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi
bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir
sama jauhnya dengan korpus siliare, dan akhirnya di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora
serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada system temporal dan 5,7 mm di
belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan membran
Bruch, khoroid, dan sclera. Retina menpunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0.23 mm pada
kutub posterior. Ditengah-tengah retina posterior terdapat makula. Di tengah makula terdapat
fovea yang secara klinis merupakan cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat
dengan oftalmoskop.(3,8)

Retina menerima darah dari dua sumber : khoriokapiler yang berada tepat di luar membrana
Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti
luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina, serta cabang-cabang dari arteri retina
sentralis yang memperdarahi dua per tiga sebelah dalam. (6,7

FisiologiRetina
Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks,
dan sebagai suatu transducer yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor
mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan
serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung
jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian
besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara
fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin
penglihatan yang paling tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel
ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan
seperti itu adalah bahwa makula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna
( penglihatan fototopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari
fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik). (6,7)

Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler pada retina sensorik
dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mencetuskan proses penglihatan.
Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung redopsin, yang merupakan suatu pigmen penglihatan
fotosensitif yang terbentuk sewaktu molekul protein opsin bergabung dengan 11-sis-retinal.
Sewaktu foton cahaya diserap oleh rodopsin, 11-sis-retinal segera mengalami isomerisasi
menjadi bentuk ali-trans. Redopsin adalah suatu glikolipid membran yang separuh terbenam di
lempeng membram lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor. Penyerapan cahaya puncak
oleh terjadi pada panjang gelombang sekitar 500 nm, yang terletak di daerah biru-hijau pada
spektrum cahaya. Penelitian-penelitian sensitivitas spektrum fotopigmen kerucut
memperlihatkan puncak penyerapan panjang gelombang di 430, 540, dan 575 nm masing-masing
untuk sel kerucut peka-biru, -hijau, dan –merah. Fotopigmen sel kerucut terdiri dari 11-sis-retinal
yang terikat ke berbagai protein opsin. (7)
Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor sel batang. Pada bentuk
penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam-macam nuansa abu-abu, tetapi warna tidak
dapat dibedakan. Sewaktu retina telah beradaptasi penuh terhadap cahaya, sensitivitas spektral
retina bergeser dari puncak dominasi rodopsin 500 nm ke sekitar 560 nm, dan muncul sensasi
warna. Suatu benda akan berwarna apabila benda tersebut mengandung fotopigmen yang
menyerap panjang-panjang gelombang dan secara selektif memantulkan atau menyalurkan
panjang-panjang gelombang tertentu di dalam spektrum sinar tampak (400-700 nm). Penglihatan
siang hari terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, senjakala oleh kombinasi sel kerucut
dan batang, dan penglihatan malam oleh fotoreseptor batang.(7)
Retinopati leukimia adalah semua kelainan retina yang disebabkan oleh leukimia
yang disertai anemia atau oleh infiltrasi sel leukosit pada ertina. Keadaan ini lebih sering
ditemukan pada leukimia akut. Retinopati ini memberikan gambaran yang sama, baik
pada leukimia ,ieloid, limfoid dan monositik atau pada bentuk akut dan kronis. 7
Retinopati ditemukan atau terdapat pada 2/3 penderita leukimia. Leukimia sering
terjadi pada usia kurang dari 5 tahun atau di atas 50 tahun. Gambaran klinis yang dapat
ditemukan antara lain :7
a. Gejala subyektif : biasanya hanya berupa penurunan tajam penglihatan
b. Gejala obyektif :
- Retinopati ini dimulai dengan pelebaran pembuluh darah, tortuositas yang
bertambah dan warna pembuluh darah yang berubah dimana warna arteri dan
vena menjadi hampir sama yaitu kekuning-kuningan. Kelainan ini disusul dengan
edema polus posterior yang mengenai retina dan papil. Kelainan yang lanjut
tampak sebagai perdarahan berbentuk nyala api (flare) dengan bintik putih di
tengah (Roth’s spot).
- Mikroaneurisma dan eksudat soft cotton wool di daerah polus posterior. Gejala
ini biasanya terdapat pada leukimia akut dan biasanya disusul oleh pelebaran
arteri retina.
- Terdapat gambaran arteri dan vena retina yang berbentuk sosis
- Perdarahan retina dapat terletak periretinal atau subretinal. 7

DEFENISI

Gangguan retina pada leukemia atau yang sering disebut dengan retinopati leukemia adalah suatu
keadaan dari retina yang terjadi pada semua jenis leukemia yang ditandai dengan adanya
pembengkakan pada fundus dan pembuluh darah retina, scattered hemorrhages, dan edema di
retina dan diskus optikus.

ETIOLOGI
Emed DNA overview

PATOFISIOLOGI

sel leukemia beredar secara sistemik. sel leukemia tersebut kemudian menginfiltrasi berbagai
organ seperti hati, limpa, dan mata. Dan manifestasi pada mata dapat terjadi sebagai akibat
langsung dari infiltrasi sel-sel leukemia atau sebagai akibat sekunder dari parameter sistem
hematologik yang abnormal, infeksi oportunistik, atau komplikasi iatrogenic yang timbul dari
kemoterapi.

DIAGNOSIS

Anda mungkin juga menyukai