Campak (Morbili) adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi,
yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.Morbili
adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala
utama ringan, ruam demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi.
Morbili merupakan penyakit akut yang mudah sekali menular dan sering terjadi
komplikasi yang serius. Hampir semua anak di bawah 5 tahun di negara berkembang
akan terserang penyakit ini, sedangkan di negara maju biasanya menyerang anak usia
remaja atau dewasa muda yang tidak terlindung oleh imunisasi.
Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke
jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah
kompilkasi radang paru-paru (bronchopneumonia).
Bronchopneumonia biasanya terdapat pada bayi dan anak kecil. Misalnya infeksi
intra uteri karena inhalasi dini likuor yang septic, kontak dengan penderita infeksi
saluran nafas atas dan bisa oleh karena infeksi nosokomial pada bayi yang lahir di
rumah sakit.
MORBILI
Pengertian
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu
Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala
–gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet,
pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC,
2000).
Etiologi
a. Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap
panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar
matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 1997 : 90-91)
b. Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul
bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah,
1997:351)
c. Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili
Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang
strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza.
Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih,
paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah
munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif
selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198)
d. Metode penyebaran sekresi nasopharingeal. (Smeltzer, 1992:1895)
e. Virus morbili terdapat dalam serkret nasofaring dan darah selama
stadium kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. (Mansjoer,
200:417)
f. Penyakit campak disebabkan oleh morbili ditularkan melalui secret
pernafasan atau udara.
g. Timbulnya wabah morbilli dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
lingkungan pendidikan, ekonomi, pengasuhan anak dan poling dominan
adalah faktor persepsi.
h. Campak ditularkan oleh percikan lidah. Virus campak menyerang dan
memperbanyak diri diselaput lendir saluran pernafasan bagian atas, masuk ke
peredaran darah dan menyebar keseluruh tubuh. Penyakit campak tidak ada
obatnya tapi akan sembuh sendiri, kekebalan tubuh dapat menaklukkan
penyakit campak. Penyakit campak bisa ringan tapi bisa berat dan juga
menimbulkan kecacatan atau kematian yaitu virus morbili berat ringannya
tergantung imunnya. Khususnya imun yang bisa didapat imunisasi morbili dan
tergantung pada keadaan ekonomi, gizi kurang.
(www.geocities.com)
i. Biasanya campak menyerang anak-anak yang berusia kurang dari 10
tahun, tetapi orang-orang yang belum pernah terkena penyakit ini dapat juga
diserang berapapun juga usianya. (Wahyudi, 2000 : 106)
Patofisiologi
Perubahan metabolik
Gambaran Klinis
a. Stadium Kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise,
batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral
dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema,
lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
b. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu
badan diantara macula terdapat kulit yang montal. Mula-mula eritema timbul
di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit,
rasa gatal, muka bengkak.
c. Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun
sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002 : 625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada
bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan.
Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan
(konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila
sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179)
Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat
melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat
hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari
setelah bercak merah timbul.
Pemeriksaan Laboratorium
Komplikasi terjadi karena virus campak dapat menyebar melalui aliran darah ke
jaringan tubuh lainnya. Komplikasi inilah yang umumnya paling sering
menimbulkan kematian pada anak.
Pada penyakit campak juga terdapat resistensi umum yang menurun sehingga
dapat terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif).
Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:
1. Bronkopnemonia
2. Komplikasi neurologis
SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat.
Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental,
disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal
dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian,
remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita
morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili,
sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian. Penyebab SSPE
tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli memegang peranan dalam
patogenesisnya. Anak menderita penyakit campak sebelum umur 2 tahun,
sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun kemudian SSPE yang terjadi setelah
vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan
menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000,
sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.
Pengobatan Dasar :
Salah satu tindakan yang dinilai paling efektif untuk pencegahan adalah
dengan cara imunisasi. Hal ini dapat memungkinkan basil yang diinginkan sama
dengan bila suatu infeksi alamiah terjadi, dan tanpa pengaruh berat seperti bila
terinfeksi dengan penyakit itu sendiri.
Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka
campak bisa berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi
komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit
campak ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan,
gejala-gejala yang timbul membaik. Disebut berat bila pengobatan yang diberikan
sudah tak mempan karena mungkin sudah ada komplikasi.
BRONCHOPNEUMONIA
Pengertian
Etiologi
Patofisiologi
Perubahan Metabolik
- Pada mulut dan hidung terjadi sianosis
- Bronchus dan alveolus terjadi reaksi radang
- Lumen bronkhiolus terisi eksudat dan sel epitel yang rusak sehingga
menyebabkan sesak napas
- Sebagian jaringan paru-paru mengalami etelektasise/pengkerutan/kolaps alveoli,
emfisema hal ini disebabkan karena menurunnya kapasitas fungsi paru dan
penurunan produksi surfaktan (zat yang melapisi alveoli yang mencegah
pengkerutan)
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli.
- Volume cairan berkurang karena intake makanan yang tidak adekuat (nafsu
makan berkurang)
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah
( cepat lelah)
- Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.
- Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
E. Gambaran Klinis
F. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
c. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
d. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi
dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
e. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
f. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi
untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Komplikasi :
Pengobatan Dasar :
a. Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X
500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari. Obat-obatan ini meringankan
dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat.
b. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi
Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan
simtomatik seperti :
g. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup
istirahat dirumah.
h. Simptomatik terhadap batuk.
i. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusi
j. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada
febris, diberikan broncodilator.
k. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali
untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai
dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.