Catoer
Industri Pulp & Paper Indonesia
Konsumsi kertas di dalam negeri naik dari tahun ke tahun seperti terlihat dalam table
berikut ini:
Di dunia, Indonesia sebagai penghasil bubur kertas memasok 2,4% pangsa pasar dunia
atau di peringkat 9 penghasil bubur kertas internasional. Sebagai penghasil kertas
Indonesia memasok 2,2% pangsa pasar dunia atau di peringkat 12. Konsumsi dalam
negeri dan juga pangsa pasar internasional memaksa pemerintah untuk membatasi
penggunaan hasil hutan sebagai bahan baku bubur kertas maupun kertas. Pemerintah
menginginkan industry bubur kertas dan kertas untuk juga membudayakan hutan
tanaman industry.
Kapasitas produksi local terjadi peningkatan cukup besar. Di bidang bubur kertas terjadi
peningkatan kapasitas produksi dari 5,2 juta ton per tahun di tahun 2004 menjadi 6,9
juta ton per tahun di tahun 2009. Kapasitas produksi kertas juga meningkat dari 10 juta
ton per tahun menjadi 10,9 juta ton per tahun pada periode yang sama.
Menurut catatan salah satu lembaga studi strategis (Mediadatariset, 2010), prestasi
industry bubur kertas dan kertas Indonesia untuk pangsa eksport cukup baik. Terdapat
peningkatan jumlah ekspor selama krisis ekonomi pada tahun 2008-2009. Peningkatan
terjadi lebih banyak di industry kertas dimana terdapat peningkatan ekspor sebesar
5,1% pada tahun 2008, sedangkan industry bubur kertas bertahan di kisaran 2,4 juta
ton per tahun untuk ekspor. Peningkatan prestasi ini dianalisa karena adanya
peningkatan kinerja industry sehingga mereka lebih kompetitif dibanding produk dari
Amerika atau Eropa.
Kendala utama dalam sector industry ini adalah pasokan bahan baku. Walaupun ada
peningkatan penggunaan kertas daur ulang sebesar 5,5% per tahun, namun industry
bubur kertas dan kertas masih tergantung kepada bahan baku alami dari hutan. Hutan
tanaman industry yang didorong pemerintah belum cukup berhasil untuk menghasilkan
bahan baku bubur kertas atau kertas.
Pada umumnya semua jenis kertas bisa diproduksi di dalam negeri. Impor yang
dilakukan lebih cenderung kepada jenis-jenis kertas tertentu. Walaupun hanya pada
jenis tertentu namun volume impor meningkat dengan berjalannya waktu.
1. Secara mekanis
2. Secara termo mekanis
Proses paling mendasar adalah proses mekanis dan pengembangan dari proses ini
adalah proses lainnya selain proses kimiawi dan proses pembuburan kertas bekas yang
lebih banyak menggunakan proses kimia di dalamnya.
Secara mekanis berarti kayu (dalam bentuk serpihan yang seragam atau disebut wood
chips) digerus dengan menggunakan penggerus metal untuk memisahkan serat kayu.
Jika dilakukan penguapan maka konsumsi energy total bisa lebih rendah dan terhindar
dari kerusakan serat. Pembuburan cara mekanis ini biasanya dilakukan untuk
memproduksi kertas yang tidak perlu kekuatan.
Secara termo mekanis berarti serpihan kayu mendapat perlakuan panas dan mekanik.
Proses ini pada dasarnya adalah pengembangan cara mekanis di atas. Proses
pemanasan dilakukan pada serpihan kayu yang kemudian diperlakukan secara
mekanis baik dengan digerus maupun ditumbuk. Proses ini menghasilkan serat yang
relative tinggi (sekitar 95%) dari kayu dan sifat dari seratnya adalah keras dan kaku
karena lignin pengikat serat masih belum terpisahkan. Berikut adalah diagram alir
proses termo mekanis.
Proses lain yang juga merupakan modifikasi proses mekanis adalah proses kimia termo
mekanis. Penggunaan bahan kimia dilakukan untuk melunakkan serpihan kayu
sehingga memudahkan pemisahan serat dip roses-proses selanjutnya. Proses kimiawi
dalam prosedur ini tidak seberat di proses pembuburan kimiawi murni sehingga
waktunya tidak lama, bahan kimianya tidak banyak serta tingkat keasaman juga tidak
terlalu tinggi.
Proses kimiawi mencoba melarutkan lignin yang mengikat serat kayu sehingga serat
kayu benar lepas dan bisa dimanfaatkan secara fleksibel. Proses kimiawi yang menjadi
trend saat ini adalah proses kraft selain itu terdapat proses lain dengan menggunakan
sulfit dan soda. Bubur kertas hasil dari proses ini biasanya akan dicampur dengan
bubur kertas dari proses lain untuk menghasilkan karakteristik kertas tertentu.
Bubur kertas dari kertas daur ulang dihasilkan dengan proses kimiawi untuk
menghilangkan tinta dan bahan pengotor lain. Bubur kertas dari proses ini biasanya
dicampurkan dengan bubur kertas murni untuk jenis kertas tertentu. Kertas seperti
kertas tissue bisa menggunakan bubur kertas jenis ini untuk produksi.
Selain pembuburan, proses pembuatan bubur kertas juga meliputi proses pemutihan
kertas atau bleaching. Proses ini selama ini menjadi perhatian utama karena pengaruh
terhadap lingkungan dengan dipakainya bahan pemutih yang berbahaya. Saat ini sudah
banyak dipakai bahan lain untuk memutihkan kertas seperti oxygen dan ozone yang
tingkat pencemarannya relative kecil dibanding klor pada proses bleaching biasa.
Pada proses ini sesuai dengan namanya, kandungan air dari calon kertas masih
relative tinggi. Bubur kertas dalam bentuk bubur maupun semi kering yang
dicampur air akan mengalami proses refinery atau pemurnian. Setelah
dimurnikan maka bubur akan dicampuri bahan tambahan yang memberi sifat
tertentu pada kertas. Setelah melalui proses ini bubur kertas disebut stock. Stock
kemudian melalui proses pembentukan lembaran pada konveyor yang dilengkapi
kisi-kisi halus. Proses selanjutnya adalah pengurangan kandungan air dengan
tekanan vakum. Penggunaan tenaga motor listrik dan juga penyedot atau pompa
vakum relative banyak di sini.
Proses ini pada dasarnya menerima bahan dari proses wet end. Proses ini
merupakan proses penghilangan kadar air secara mekanis. Kandungan air pada
lembaran calon kertas diserap pada roller dan system penyedot vakum akan
menyedot kandungan air pada roller tersebut sehingga tidak mengganggu
proses pengeringan selanjutnya. Proses ini banyak menggunakan motor dan
juga tekanan.
3. Proses Pengeringan
Proses selanjutnya adalah proses pengeringan dengan menggunakan roller
yang dipanaskan dengan uap. Pada proses ini calon kertas bisa ditambahkan
bahan lain agar lebih kuat misalnya dan memiliki karakteristik tertentu. Pada
proses ini terdapat proses panas yang terlibat.
4. Proses Kalender
Proses ini melewatkan calon kertas pada roller yang dipasang sedemikan rupa
sehingga membuat bakal kertas memiliki permukaan yang lebih halus serta
ketebalan yang lebih seragam. Proses kalender ini pada umumnya memiliki tiga
tahap yang menentukan karakteristik kertas. Proses pertama disebut machine
finish yang memberikan penampakan kertas seperti kertas kuno sampai yang
licin halus. Proses kedua adalah supercalendered finish yang memiliki kualitas
penampakan kertas yang jauh lebih baik. Proses ketiga dilakukan untuk kertas
tipe tertentu jika proses satu atau dua telah dilewati. Proses ini disebut plater
finish. Proses menggunakan tekanan untuk memberikan karakteristik tertentu
pada kertas hasil akhir. Setelah proses kalender selesai kertas digulung dalam
roll dan disimpan untuk dipotong atau dikirim.
1. Pengelolaan Input
Pengelolaan input di sini bisa dilakukan dengan cara penggantian bahan bakar
dengan yang memiliki nilai kalori lebih tinggi, termasuk di dalamnya adalah
misalnya penggunaan teknologi kogenerasi untuk daya dan panas. Dengan input
energy yang sama dihasilkan daya listrik dan daya panas untuk proses industry.
Pada strategi ini hal penting yang perlu juga ditekankan adalah pengelolaan
energy secara baik dalam arti pencatatan konsumsi energy, perbaikan dan
perawatan secara rutin dan perlakuan pencegahan rugi-rugi lain. Lebih dari itu
perencanaan proses produksi yang baik serta mengoptimalkan penggunaan
sumber daya juga merupakan solusi penting dalam strategi pengelolaan input ini
Proses pembuatan bubur kertas dan kertas selain banyak menggunakan proses
mekanikal, yang menggunakan tenaga listrik, juga banyak menggunakan pompa
serta system bertekanan dan system pembangkit panas dan distribusi panas.
Sistem energy yang efisien jika diterapkan akan melakukan antara lain:
c. Perbaikan proses dan integrasi yang lebih baik sehingga terjadi efisiensi
baik energy maupun tempat
f. Dll.
Pada kasus tipikal hal-hal berikut ini bisa diperhatikan dalam usaha penghematan
energy:
2. Penggunaan motor listrik dengan ukuran yang tepat serta pemanfaatan pengatur
kecepatan variable
7. Pengurangan kehilangan tekanan pada system uap agar tidak terjadi kehilangan
panas dan tekanan.
Berikut adalah contoh dari India dibandingkan dengan best practice di luar negeri
(Amerika)
Konsumsi energy spesifik, khususnya listrik, untuk industry kertas di Indonesia saat ini
mencapai 420,3 kWh/ton. Hal ini lebih rendah dari India (table di bawah). Di India
diharapkan dengan adanya program efisiensi energy, konsumsi energy tipikal akan
menurun seperti dalam table berikut ini.
Di Indonesia pun diharapkan perbaikan bisa mencapai angka yang ditargetkan untuk
India atau lebih baik. Diperkirakan dengan semakin kompetitifnya industry kertas
Indonesia maka kemampuan untuk penghematan energy di sector ini bisa lebih baik
daripada India. Berikut ini adalah contoh dari India dimana dilakukan usaha efisiensi
energy untuk pabrik kertas. Dengan investasi rendah penghematan yang terjadi sudah
demikian signifikan sehingga upaya untuk peningkatan efisiensi di sector industry kertas
dan bubur kertas sangatlah bisa dilakukan.