Umum klasifikasi pelumas

Mineral lubricants Mineral pelumas

 Fluid lubricants (Oils) Cairan pelumas (Minyak)

Mineral fluid lubricants are based on mineral oils. cairan pelumas Mineral didasarkan pada
minyak mineral. Mineral oils (petroleum oils) are products of refining crude oil. Mineral
minyak (minyak petroleum) adalah produk penyulingan minyak mentah. There are three
types of mineral oil: paraffinic, naphtenic and aromatic. Ada tiga jenis minyak mineral:
parafinik, naphtenic dan aromatik.

Paraffinic oils are produced either by hydrocracking or solvent extraction process. minyak
paraffinic diproduksi baik oleh hidrocracking atau pelarut proses ekstraksi. Most
hydrocarbon molecules of paraffinic oils have non-ring long-chained structure. molekul
hidrokarbon Sebagian besar minyak paraffinic memiliki struktur non-cincin lama-dirantai.
Paraffinic oils are relatively viscous and resistant to oxidation. minyak paraffinic relatif
kental dan tahan terhadap oksidasi. They possess high flash point and high pour point.
Mereka memiliki flash point yang tinggi dan tinggi titik tuang.
Paraffinic oils are used for manufacturing engine oils, industrial lubricants and as processing
oils in rubber, textile, and paper industries. minyak parafin digunakan untuk pembuatan
minyak mesin, pelumas industri dan sebagai minyak pengolahan di karet, tekstil, dan industri
kertas.

Naphtenic oils are produced from crude oil distillates. Naphtenic minyak yang dihasilkan dari
sulingan minyak mentah.
Most hydrocarbon molecules of naphtenicnic oils have saturated ring structure. molekul
hidrokarbon Sebagian besar minyak naphtenicnic telah jenuh struktur cincin. Paraffinic oils
possess low viscousity, low flash point, low pour point and low resistance to oxidation.
minyak parafin memiliki viskositas rendah, flash point rendah, tuang tahanan ujung dan
rendah terhadap oksidasi.
Naphtenic oils are used in moderate temperature applications, mainly for manufacturing
transformer oils and metal working fluids. minyak Naphtenic digunakan dalam aplikasi suhu
moderat, terutama untuk pembuatan minyak trafo dan cairan logam bekerja.

Aromatic oils are products of refining process in manufacture of paraffinic oils. minyak
aromatik adalah produk dari proses penyulingan dalam pembuatan minyak parafin.
Most hydrocarbon molecules of aromatic oils have non-saturated ring structure. molekul
hidrokarbon Sebagian besar minyak aromatik memiliki struktur dering yang tidak jenuh.
Aromatic oils are dark and have high flash point. minyak aromatik yang gelap dan memiliki
titik nyala yang tinggi.
Aromatic oils are used for manufacturing seal compounds, adhesives and as plasiticezers in
rubber and asphalt production. minyak aromatik yang digunakan untuk pembuatan senyawa
segel, perekat dan sebagai plasiticezers dalam produksi karet dan aspal.

 Semi-fluid lubricants (greases) Semi-cairan pelumas (gemuk)

Semi-fluid lubricants (greases) are produced by emulsifying oils or fats with metallic soap
and water at 400-600°F (204-316°C). Semi-cairan pelumas (gemuk) yang diproduksi oleh
pengemulsi minyak atau lemak dengan sabun logam dan air pada 400-600 ° F (204-316 ° C).
Typical mineral oil base grease is vaseline. minyak pelumas mineral dasar Khas adalah
vaseline.
Grease properties are determined by a type of oil (mineral, synthetic, vegetable, animal fat),
type of soap (lithium, sodium, calcium, etc. salts of long-chained fatty acids) and additives
(extra pressure, corrosion protection , anti-oxidation, etc.). Grease sifat ditentukan oleh jenis
minyak (mineral, sintetik, nabati, lemak hewan), jenis sabun (lithium, natrium, kalsium,
garam dll dari dirantai asam lemak-panjang) dan aditif (tekanan ekstra, perlindungan korosi ,
anti -oksidasi, dll).
Semi-fluid lubricants (greases) are used in variety applications where fluid oil is not
applicable and where thick lubrication film is required: lubrication of roller bearings in
railway car wheels, rolling mill bearings, steam turbines, spindles, jet engine bearings and
other various machinery bearings. Semi-cairan pelumas (gemuk) digunakan dalam berbagai
aplikasi di mana minyak fluida tidak berlaku dan di mana film pelumasan tebal diperlukan:
melumasi bantalan rol di mobil roda kereta api, rolling mill bantalan, turbin uap,
gelondongan, bantalan mesin jet dan berbagai mesin bantalan.

 Solid lubricants Pelumas padat

Solid lubricants possess lamellar structure preventing direct contact between the sliding
surfaces even at high loads. pelumas padat memiliki struktur pipih mencegah kontak
langsung antara permukaan geser bahkan pada beban tinggi.
Graphite and molybdenum disulfide particles are common Solid lubricants . Boron nitride ,
tungsten disulfide and polytetrafluorethylene (PTFE) are other solid lubricants. Grafit dan
molibdenum disulfida partikel yang umum pelumas padat . Boron nitrida , disulfida tungsten
dan polytetrafluorethylene (PTFE) adalah pelumas padat lainnya.
Solid lubricants are mainly used as additives to oils and greases. pelumas padat terutama
digunakan sebagai aditif untuk minyak dan gemuk. Solid lubricants are also used in form of
dry powder or as constituents of coatings . pelumas padat juga digunakan dalam bentuk
serbuk kering atau sebagai bagian dari coating .

to top ke atas

Synthetic lubricants Sintetis pelumas

 Polyalphaolefins (PAO) Polyalphaolefins (PAO)

Polyalphaoleins are the most popular synthetic lubticant. Polyalphaoleins adalah lubticant
sintetis yang paling populer. PAO's chemical structure and properties are identical to those of
mineral oils. PAO struktur kimia dan sifat yang identik dengan minyak mineral.
Polyalphaoleins (synthetic hydrocarbons) are manufactured by polymerization of
hydrocarbon molecules (alphaoleins). Polyalphaoleins (hidrokarbon sintetis) yang diproduksi
oleh polimerisasi molekul hidrokarbon (alphaoleins). The process occurs in reaction of
ethylene gas in presence of a metallic catalyst. Proses ini terjadi dalam reaksi gas etilen di
hadapan katalis logam.

 Polyglycols (PAG) Polyglycos (PAG)

Polyglycols are produced by oxidation of ethylene and propylene. Polyglycos dihasilkan oleh
oksidasi ethylene dan propylene. The oxides are then polymerized resulting in formation of
polyglycol. Oksida kemudian polimerisasi menghasilkan pembentukan polyglycol.
Polyglycols are water soluble. Polyglycos yang larut dalam air.
Polyglycols are characterized by very low coefficient of friction. Polyglycos ditandai dengan
sangat rendah koefisien gesekan. They are also able to withstand high pressures without EP
(extreme pressure) additives. Mereka juga mampu menahan tekanan tinggi tanpa EP (tekanan
yang ekstrim) aditif.

 Ester oils Ester minyak

Ester oils are produced by reaction of acids and alcohols with water. Ester minyak diproduksi
melalui reaksi asam dan alkohol dengan air.
Ester oils are characterized by very good high temperature and low temperature resistance.
minyak Ester dicirikan oleh suhu tinggi sangat baik dan ketahanan suhu rendah.

 Silicones Silikon

Silicones are a group of inorganic polymers, molecules of which represent a backbone

structure built from repeated chemical units (monomers) containing Si=O moieties. Silikon
adalah kelompok polimer anorganik, molekul yang merupakan tulang punggung struktur
kimia dibangun dari unit berulang (monomer) yang mengandung Si = gugus O. Two organic
groups are attached to each Si=O moiety: eg. Dua kelompok organik yang melekat pada
setiap bagian Si = O: misalnya. methyl+methyl ( (CH 3 ) 2 ), methyl+phenyl ( CH 3 + C 6 H
5 ), phenyl+phenyl ( (C 6 H 5 ) 2 ). metil + metil ((CH 3) 2), metil + fenil (CH 3 + C 6 H 5), fenil +
fenil ((C 6 H 5) 2).
The most popular silicone is polydimethylsiloxane (PDMS). Yang paling populer adalah
silikon polydimethylsiloxane (PDMS). Its monomer is (CH 3 ) 2 SiO. monomer adalah (CH 3) 2
SiO. PDMS is produced from silicon and methylchloride. PDMS dihasilkan dari silikon dan
metil.
Other examples of silicones are polymethylphenylsiloxane and polydiphenylsiloxane. Contoh
lain dari silikon adalah polymethylphenylsiloxane dan polydiphenylsiloxane.
Viscosity of silicones depends on the length of the polymer molecules and on the degere of
their cross-linking . Viskositas silikon tergantung pada panjang molekul polimer dan pada
degere dari mereka cross-linking . Short non-cross-linked molecules make fluid silicone.
molekul non-cross-linked Pendek membuat cairan silikon. Long cross-linked molecules result
in elastomer silicone. Long cross-linked molekul menyebabkan silikon elastomer.
Silicone lubricants (oils and greases) are characterized by broad temperature range: -100ºF to
+570ºF (-73ºC to 300ºC). pelumas silikon (minyak dan gemuk) yang ditandai dengan kisaran
temperatur yang luas: -100 º F sampai 570 º F (-73 º C sampai 300 º C).

to top ke atas

Vegetable lubricants Sayuran pelumas

Vegetable lubricants are based on soybean, corn, castor, canola, cotton seed and rape seed
oils. pelumas nabati didasarkan pada kedelai, jagung, jarak, kanola, biji kapas dan minyak biji
perkosaan.
Vegetable oils are environmentally friendly alternative to mineral oils since they are
biodegradable. Minyak nabati adalah alternatif yang ramah lingkungan untuk minyak mineral
karena mereka adalah biodegradable. Lubrication properties of vegetable base oils are
identical to those of mineral oils. sifat pelumasan minyak dasar nabati yang identik dengan
minyak mineral.
The main disadvantages of vegetable lubricants are their low oxidation and temperature
stabilities. Kelemahan utama pelumas nabati adalah oksidasi rendah dan stabilitas suhu.

to top ke atas

Animal lubricants Hewan pelumas

Animal lubricants are produced from the animals fat. Hewan pelumas yang dihasilkan dari
lemak hewan. There are two main animal fats: hard fats (stearin) and soft fats (lard). Ada dua
lemak hewan utama: lemak keras (stearin) dan lemak lunak (lard). Animal fats are mainly
used for manufacturing greases. Lemak hewani terutama digunakan untuk gemuk
manufaktur.