NIM : G44080092
Kelompok : A siang
1. Metode soxhlet
1. Serbuk temulawak ditimbang seberat 2,5 gram, dimasukkan ke dalam
kertas saring yang telah dibentuk silinder dan ditutup salah satu
ujungnya dan diberi kapas.
2. Silender yang telah diisi dimasukkan ke dalam alat soxhlet dan
diatasnya diberi pemberat.
3. Labu didih soxhlet diiisi dengan 50 mL pelarut (methanol 96%) dan
diberi 3 buah batu didih, kemudian soxhlet dipasang secara lengkap
dan ditempatkan di atas penangas air yang telah terisi air mendidih
(perhatikan aliran kondensor).
4. Sokletasi dibiarkan berlangsung selama 2 jam.
5. Setelah itu ekstraksi dihentikan. Ekstrak dalam labu diuapkan dengan
rotavapor atau dalam pinggan porselin di atas penangas, sampai
volume menjadi 10 mL.
6. Ekstrak pekat dimasukkan ke dalam botol kecil yang sudah ditimbang.
Penguapan dilanjutkan dalam botol, dengan bantuan gas nitrogen atau
dengan oven hingga kering lalu ditimbang.
2. Metode Penggodokan (refluks)
1. Timbang 2,5 gram serbuk temulawak lalu masukkan ke dalam
erlenmeyer 150 mL
2. Tambahkan 50 mL pelarut dan 3 buah batu didih. Erlenmeyer
dihubungkan dengan pendingin tegak, dan kemudian ditempatkan di
atas penangas air mendidih
3. Biarkan penggodokan berlansung 2 jam. Perhatikan air pendingin
tetap mengalir
4. Setelah penggodokan selesai, larutan disaring dengan kertas saring
dalam corong.
5. Ekstrak yang tertampung diuapkan dengan rotavapor dan untuk
selanjutnya seperti metode soklet
3. Metode Perendaman (maserasi)
1. Serbuk temulawak 2,5 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer 150
mL, dan tambahkan 50 mL pelarut. Kemudian Erlenmeyer ditutup dan
dikocok selama 1 jam
2. Erlenmeyer didekantasi, kemudian larutan disaring dan ampasnya
diberi lagi 1 jam kemudian disaring. Lakukan 2 x pengulangan
3. Filtrat dari semua ulangan digabungkan kemudian diuapkan.
Kemudian lakukan tahap-tahap seperti soklet.
Contoh Perhitungan
1. Waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi dengan setiap metode adalah 2 jam
2. Metode Soxhlet
Bobot erlenmeyer kosong = 84,3198 g
Bobot erlenmeyer + ekstrak = 84,7204 g
Bobot isi = (bobot erlenmeyer + ekstrak) – bobot kosong
= 84,7204 g – 84,3198 g
= 0,4006 g
bobot isi
% rendemen = × 100%
bobot conto h
0,4006 g
= × 100%
2,5111 g
= 15,95 %
3. Metode Penggodokan
Bobot erlenmeyer kosong = 57,4709 g
Bobot erlenmeyer + ekstrak = 59,2240 g
Bobot isi = (bobot erlenmeyer + ekstrak) – bobot kosong
= 59,2240 g – 57,4709 g
= 1,7531 g
bobot isi
% rendemen = × 100%
bobot conto h
1,7531 g
= × 100%
2,5278 g
= 69,35%
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia, suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut. Pelarut yang digunakan berfungsi mengekstrak substansi yang diinginkan
tanpa melarutkan material lainnya (Anonim 2008). Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas
pelarut, suhu pelarut, dan tipe pelarut. Semakin lama waktu ekstrak dan semakin
halus ekstraknya maka semakin banyak pula rendemen yang didapatkan.
Pemilihan methanol sebagai pelarut karena sifatnya yang mampu melarutkan
hampir semua zat, baik yang bersifat polar, semipolar, dan non polar serta
kemampuannya untuk mengendapkan protein, menghambat kerja enzim sehingga
dapat terhindar proses hidrolisis dan oksidasi, dan larutan ini bersifat polar sehingga
mempunyai titik didih yang tinggi sehingga memiliki kelarutan yang tinggi dan
dapat larut sempurna. Methanol yang digunakan adalah 96% yang biasanya
digunakan untuk ekstraksi sample segar (bahan hayati). Pelarut methanol 96% lebih
cepat mengekstrak temulawak dibandingkan dengan methanol 30% karena methanol
96% memiliki titik didih (suhu) yang lebih tinggi sehingga lebih mudah terekstrak.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengekstrak komponen dari
temulawak yaitu metode soxhlet, penggodokan (refluks), dan perendaman
(maserasi). Sokletasi merupakan metode yang paling simple. Waktu maksimum
sokletasi adalah 8 jam. Keuntungan dari metode ini adalah dapat digunakan sampel
dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung,
digunakan pelarut yang lebih sedikit, dan pemanasannya dapat diatur. Kerugian dari
metode ini karena pelarut didaur ulang sehingga ekstrak yang terkumpul di sebelah
bawah wadah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi
peruraian oleh panas dan terbatas dengan pelarut murni atau campuran azeotropik
(Anonim 2008). Pelarut yang digunakan adalah methanol 96%. Perhitungan bobot
isi yang diperoleh dari bobot terisi dan bobot kosong sebesar 0,4006 g dan jumlah
rendemen (ekstrak kasar) yang diperoleh sebesar 15,95%.
Metode refluks merupakan metode dimana sampel yang dicampur dengan
pelarutnya sehingga tidak bisa dihasilkan ekstrak yang murni. Pelarut yang
digunakan adalah methanol 30%. Perhitungan bobot isi yang diperoleh dari bobot
terisi dan bobot kosong sebesar 1,7531 g dan jumlah rendemen yang diperoleh
sebesar 69,35 %. Metode maserasi menggunakan bahan-bahan hayati yang bersuhu
tinggi dan merupakan cara penyarian yang sederhana (Anonim 2008). Selama proses
maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan. Keuntungan dari metode ini
adalah peralatannya sederhana, sedangkan kerugiannya adalah waktu yang
diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama dan tidak dapat digunakan
untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks, dan lilin.
Pelarut yang digunakan adalah methanol 96%. Bobot isi yang diperoleh dari ulangan
pertama adalah 0,2025 g dan jumlah rendemen yang dihasilkan adalah 8,1 %.
Teknik yang terbaik dari proses ekstraksi temulawak adalah metode yang
memberikan hasil ekstrak (rendemen) yang lebih tinggi. Dari proses ini yang
merupakan metode yang paling baik adalah refluks. Namun metode ini mempunyai
kesalahan dimana proses penyaringan, kertas saring yang digunakan bocor sehingga
mempengaruhi bobot isi saat diuapkan. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari
proses ekstraksi kali ini adalah pemilihan pelarut yang digunakan memiliki
konsentrasi yang rendah (methanol 30%), proses penyaringan yang dilakukan hingga
kertas saring bocor, dan sebelum disaring terlebih dahulu larutan didekantasi. Solusi
agar kesalahan ini tidak terjadi adalh dengan memperhatikan prinsip kerja yang baik,
teliti dalam pengukuran volume cairan pelarut, dan menggunakan pelarut yang
sesuai.
------------ refluks
--------------------- soxhlet
Sokletasi
Maserasi
Gambar 2. Rendemen (ekstrak padat)
Soxhlet Maserasi Refluks
V. Simpulan