Nugroho Suryoputro
Abstrak: Kali Keser adalah salah satu anak sungai dimana aliran debitnya
bermuara ke Kali Ngasinan Kabupaten Trenggalek Propinsi Jawa Timur.
Peristiwa berbagai banjir bandang (flash flood) di Trenggalek yang
disebabkan meluapnya debit dari Kali Ngasinan salah satu penyebabnya
adalah meningkatnya debit di Kali Keser. Untuk mengontrol serta
memanfaatkan debit yang keluar dari Kali Keser direncanakan dibangun
Bendungan Tugu di Kali Keser. Dalam perencanaan bendungan, salah satu
kegiatan yang dilakukan adalah analisis hidrologi. Analisis agihan frekuensi
hujan adalah tahap awal dalam bagian analisis hidrologi untuk perencanaan
bendungan. Empat jenis agihan frekuensi hujan yang banyak digunakan
adalah agihan normal, agihan log normal , agihan log Pearson tipe III , agihan
Gumbel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa agihan frekuensi hujan
yang sesuai di DAS Kali Keser. Metode penelitian yang dilakukan dalam
analisis adalah pengumpulan data hujan harian maksimum, uji konsistensi
data hujan, analisa hujan daerah, analisa agihan frekuensi, pengeplotan
probabilitas, uji kecocokan agihan frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan
agihan frekuensi log Pearson tipe III paling sesuai untuk DAS Kali Keser.
Kali Keser adalah salah satu anak sungai dimana aliran debitnya bermuara ke
Kali Ngasinan Kabupaten Trenggalek Propinsi Jawa Timur. Sebagai akibat
keberadaan Kali Keser tersebut maka perubahan fluktuasi debit di Kali Keser
akan sangat mempengaruhi debit di Kali Ngasinan. Peristiwa berbagai banjir
bandang (flash flood) di Trenggalek yang disebabkan meluapnya debit dari Kali
Ngasinan tahun 2006 (Depdagri,2006) dan terakhir pada Bulan Mei tahun 2010
(Antara News, 2010), salah satu penyebabnya adalah meningkatnya debit di
Kali Keser. Dalam rangka mengurangi dampak negatif banjir bandang tersebut
dan untuk mengontrol serta memanfaatkan debit yang keluar dari Kali Keser,
Pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum mengambil langkah
Nugroho Suryoputro adalah dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Malang
61
62 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1
METODE
Metode penelitian yang dilakukan dalam analisis ini adalah sebagai
berikut: 1) pengumpulan data hujan harian maksimum, 2) uji konsistensi data
hujan, 3) analisa hujan daerah, 4) analisa agihan frekuensi, 5) pengeplotan
probabilitas, 6) uji kecocokan agihan frekuensi.
Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 63
22.76 Km2
Sta. Tugu
Keterangan
Sta. Hujan : Tugu
Kecamatan : Tugu
Kabupaten : Trenggalek
No. Pos Hujan : 40a
Ketinggian : +135
Luas DPS : 22.76 Km2
Koef. Thiese n : 0.53
20.30 Km
Sta. Hujan : Pule
Kecamatan : Pule
Kabupaten : Trenggalek
No. Pos Hujan : 51
Ketinggian : +655
Luas DPS : 20.30 Km 2
Koef. Thiese n : 0.47
Total Luas DPS : 43.06 Km2
St a. Pule
T − 1
Y = − ln − ln
T
,
T = kala ulang.
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat nilainya tergantung dari jumlah data
(n)
logX =
∑ log X
n
SlogX =
∑ (log X − log X ) 2
(n − 1)
n ∑ (log X − log X ) 3
Cs =
(n − 1)(n − 2)( S log X ) 3 ……………………………………………… (2)
di mana:
X = nilai variat X (mm)
Cs = koefisien kemencengan
logX =
∑ log X
n
SlogX =
∑ (log X − log X ) 2
(n − 1)
……………………………………………… (3)
di mana:
X = nilai variat X (mm)
agihan normal
Persamaan yang digunakan dapat ditulis sebagai berikut (Suripin, 2003):
…………………………………………………………. (4)
dimana:
XT = perkiraan nilai yang diharapkan dengan periode ulang T-tahunan
Pengeplotan Probabilitas
Ada dua cara untuk mengetahui ketepatan agihan probabilitas data
hidrologi, yaitu data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah
didesain khusus atau menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi agihan.
Suatu garis lurus yang merepresentasikan sebaran data-data yang diplot
kemudian ditarik sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan untuk interpolasi
maupun ekstrapolasi. Dalam analisis hidrologi, ekstrapolasi harus dilakukan
Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 67
Tr = .…………………………………..………………………………… (5)
χ2 = ………………………………………………………………. (6)
dimana:
χ2 = parameter chi kuadrat terhitung
G = jumlah sub kelompok
Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i
HASIL
Hasil dari analisa curah hujan adalah sebagai berikut.
70000 80000
60000 70000
R² = 0.999
R² = 0.995 60000
50000
50000
Sta. Tugu (mm)
40000
30000
30000
20000
20000
10000 10000
0 0
0 20000 40000 60000 80000 0 20000 40000 60000
Sta. Pembanding (mm) Sta. Pembanding (mm)
70000 60000
60000
50000
R² = 0.998
R² = 0.996
50000
40000
Sta. Prambon (mm)
40000
Sta. Jabung
30000
30000
20000
20000
10000
10000
0 0
0 20000 40000 60000 80000 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000
Sta. Pembanding (mm) Sta. Pembanding (mm)
Hujan
No. Tahun
(mm) Tanggal Kejadian
1 1976 53.086 20 November
2 1977 59.120 9 Maret
3 1978 130.230 22 Juli
4 1979 63.890 24 Januari
5 1980 60.780 22 Februari
6 1981 68.943 24 November
7 1982 62.643 7 Februari
8 1983 150.643 4 Februari
9 1984 43.696 11 Desember
10 1985 50.681 7 Maret
11 1986 56.273 28 November
12 1987 109.671 13 Desember
13 1988 63.786 23 November
14 1989 63.843 28 April
15 1990 52.157 8 Maret
16 1991 79.557 15 Januari
17 1992 135.486 31 Agustus
18 1993 79.800 6 April
19 1994 68.686 4 Maret
20 1995 69.514 6 April
21 1996 52.572 21 November
22 1997 39.486 14 Februari
23 1998 70.200 23 September
24 1999 61.928 17 November
25 2000 89.600 1 Mei
26 2001 55.129 30 Desember
27 2002 50.814 19 Februari
72 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1
Pengeplotan Probabilitas
Hasil pengeplotan probabilitas data pada masing-masing kurva agihan
frekuensi dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan tinjauan hasil ploting
probabilitas data terhadap kurva agihan frekuensi diperoleh kurva yang dapat
mewakili data probabilitas adalah kurva log Pearson tipe III. Pada kurva log
Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 73
Pearson tipe III, ploting probabilitas data Weibull mendekati kurva agihan log
Pearson tipe III.
PEMBAHASAN
Hasil pengamatan sifat hujan harian maksimum untuk stasiun Tugu,
Pule, Jabung dan Prambon menunjukkan pola hujan pada ke empat stasiun
pengukur hampir serupa atau homogen (Gambar 1). Sedangkan dari hasil uji
konsistensi data dapat disimpulkan bahwa data konsisten yaitu tidak terjadi
penyimpangan trend (Gambar 2).
Haan (1977) menyatakan dalam analisis frekuensi atas data hidrologi
menuntut syarat tertentu untuk data yang bersangkutan, yaitu harus seragam
(homogeneous), independent dan mewakili (representative). Data yang seragam
berarti bahwa data tersebut harus berasal dari populasi yang sama. Dalam arti
lain, setasiun pengumpul data yang bersangkutan, baik setasiun hujan maupun
setasiun hidrometri harus tidak dipindah, DAS tidak berubah menjadi DAS
perkotaan (urban catchment), maupun tidak ada gangguan-gangguan lain yang
menyebabkan data yang terkumpul menjadi lain sifatnya. Batasan
'independence' di sini berarti bahwa besaran data ekstrem tidak terjadi lebih dari
sekali. Syarat lain adalah bahwa data harus mewakili untuk perkiraan kejadian
yang akan datang, misalnya tidak akan terjadi perubahan akibat ulah tangan
manusia secara besar-besaran, tidak dibangun konstruksi yang mengganggu
pengukuran, seperti bangunan sadap, perubahan tata guna tanah. Pengujian
statistik dapat dilakukan untuk masing-masing syarat tersebut (Sri Harto, 1993).
Dari hasil analisa diperoleh metode agihan frekuensi yang sesuai untuk
DAS K.Keser adalah metode log Pearson tipe III (Tabel 3 dan Gambar 3).
Menurut Sri Harto (1993), dalam statistik dikenal beberapa jenis agihan
frekuensi dan yang banyak digunakan dalam hidrologi yaitu: (1) agihan
normal, (2) agihan log-normal, (3) agihan log-Pearson tipe III, (4) agihan
Gumbel. Dalam analisis frekuensi data hidrologi baik data hujan maupun data
debit sungai terbukti bahwa sangat jarang dijumpai seri data yang sesuai dengan
76 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1
agihan normal. Sebaliknya, sebagian besar data hidrologi sesuai dengan tiga
agihan yang lainnya.
Masing-masing agihan memiliki sifat-sifat khas sehingga setiap data
hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan sifat statistik masing-masing agihan
tersebut. Pemilihan agihan yang tidak benar dapat mengundang kesalahan
perkiraan yang (dapat) cukup besar, baik overestimated maupun
underestimated, keduanya tidak diingini. Dengan demikian, jelas bahwa
pengambilan salah satu agihan secara sebarang untuk analisis tanpa pengujian
data hidrologi sangat tidak dianjurkan, meskipun dalam praktek harus diakui
bahwa besar kemungkinan agihan tersebut sesuai dengan jenis agihan tertentu.
(Catatan: Di Indonesia banyak dilakukan analisis frekuensi dengan
menggunakan agihan Gumbel tanpa pengujian data terlebih dahulu dan tanpa
alasan hidrologik yang jelas). Dikhawatirkan cara ini akan dianggap sebagai
cara 'rutin', karena jelas mengandung risiko penyimpangan yang tidak
dikehendaki. Dalam pengujian atas data hujan dan debit di Pulau Jawa
ditemukan agihan Gumbel hanya sesuai dengan 7% kasus. Demikian pula
agihan normal. Sembilan puluh persen lainnya ternyata mengikuti agihan log-
normal dan log-Pearson tipe III (Sri Harto, 1993).
Nampak dari uraian-uraian tersebut bahwa sebenarnya penetapan
frekuensi kejadian suatu besaran banjir ataupun hujan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan atau tanpa menggunakan andaian agihan-frekuensi.
Namun, juga perlu diperhatikan bahwa walaupun telah ada beberapa petunjuk
yang dapat dipergunakan dalam memilih agihan-frekuensi tertentu, akan tetapi
juga masih banyak ketidakpastian yang sampai saat ini masih sulit untuk
dijawab. Dalam kaitan ini Benson (1968) dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa jangkau ketidakpastian dalam analisis frekuensi masih sangat besar,
tanpa memperhatikan cara analisis yang dipergunakan. Dalam penelitian
tersebut Benson mendapatkan fakta bahwa agihan log normal dan log Pearson
tipe III memberikan hasil yang sama baiknya. Penelitian serupa dilakukan
selanjutnya oleh Beard (1974) dengan agihan-agihan log-normal, log-Pearson
tipe III, Gumbel dan agihan Gamma dua parameter dan tiga parameter. Hasilnya
menunjukkan bahwa hanya log-normal dan log-Pearson tipe III yang
menunjukkan hasil yang baik. Agihan lainnya cukup baik akan tetapi
memberikan ketidakpastian perkiraan frekuensi untuk masing-masing setasiun.
Dalam disertasinya Sri Harto (1985) menemukan keadaan yang sangat
serupa, baik untuk data hujan maupun data debit untuk 30 buah DAS di Pulau
Jawa. Analisis frekuensi hujan yang dilakukan terhadap DAS-DAS tersebut
menunjukkan bahwa 66,4% agihannya mengikuti agihan log-Pearson tipe III,
Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 77
DAFTAR RUJUKAN
Antara News. 5 Mei 2010. Enam Warga Terseret Banjir Bandang Trenggalek.
(Online). http://www.antaranews.com/berita/1273076355/enam-warga-
terseret-banjir-bandang-trenggalek, diakses 11 Desember 2010
Data Hujan Kabupaten Trenggalek 1976-2009. 2010. Malang: Balai SDA
Bango-Gedangan
Indra Karya. 2007. Laporan Survey dan Investigasi As Bendungan Tugu.
Malang: PT. Indra Karya
Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia (Depdagri). Banjir Bandang
Terjang Trenggalek. (Online), (http: // www.depdagri.go.id / news / 2006
/ 04/ 21/banjir-bandang-terjang-trenggalek, diakses 11 Desember 2010
Rencana Pengembangan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Jawa Timur.
(Online), http: //www.jatimprov.go.id/dbfile/bidlahta/20080510070326_
rencpengembsumberdayaair_dinpengairan_2003.pdf, diakses 11
Desember 2010
Seyhan., E. 1998. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
78 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1