Anda di halaman 1dari 18

ANALISA AGIHAN FREKUENSI HUJAN

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KALI KESER


UNTUK PERENCANAAN BENDUNGAN TUGU
DI KABUPATEN TRENGGALEK

Nugroho Suryoputro

Abstrak: Kali Keser adalah salah satu anak sungai dimana aliran debitnya
bermuara ke Kali Ngasinan Kabupaten Trenggalek Propinsi Jawa Timur.
Peristiwa berbagai banjir bandang (flash flood) di Trenggalek yang
disebabkan meluapnya debit dari Kali Ngasinan salah satu penyebabnya
adalah meningkatnya debit di Kali Keser. Untuk mengontrol serta
memanfaatkan debit yang keluar dari Kali Keser direncanakan dibangun
Bendungan Tugu di Kali Keser. Dalam perencanaan bendungan, salah satu
kegiatan yang dilakukan adalah analisis hidrologi. Analisis agihan frekuensi
hujan adalah tahap awal dalam bagian analisis hidrologi untuk perencanaan
bendungan. Empat jenis agihan frekuensi hujan yang banyak digunakan
adalah agihan normal, agihan log normal , agihan log Pearson tipe III , agihan
Gumbel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa agihan frekuensi hujan
yang sesuai di DAS Kali Keser. Metode penelitian yang dilakukan dalam
analisis adalah pengumpulan data hujan harian maksimum, uji konsistensi
data hujan, analisa hujan daerah, analisa agihan frekuensi, pengeplotan
probabilitas, uji kecocokan agihan frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan
agihan frekuensi log Pearson tipe III paling sesuai untuk DAS Kali Keser.

Kata kunci: agihan, frekuensi, hujan

Kali Keser adalah salah satu anak sungai dimana aliran debitnya bermuara ke
Kali Ngasinan Kabupaten Trenggalek Propinsi Jawa Timur. Sebagai akibat
keberadaan Kali Keser tersebut maka perubahan fluktuasi debit di Kali Keser
akan sangat mempengaruhi debit di Kali Ngasinan. Peristiwa berbagai banjir
bandang (flash flood) di Trenggalek yang disebabkan meluapnya debit dari Kali
Ngasinan tahun 2006 (Depdagri,2006) dan terakhir pada Bulan Mei tahun 2010
(Antara News, 2010), salah satu penyebabnya adalah meningkatnya debit di
Kali Keser. Dalam rangka mengurangi dampak negatif banjir bandang tersebut
dan untuk mengontrol serta memanfaatkan debit yang keluar dari Kali Keser,
Pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum mengambil langkah
Nugroho Suryoputro adalah dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Malang
61
62 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1

kebijakan untuk membangun Bendungan Tugu di Kali Keser (rencana PSDA di


Jawa Timur, 2003).
Dalam perencanaan bendungan, salah satu kegiatan yang dilakukan
adalah analisis hidrologi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan salah satu
analisis hidrologi yaitu analisis agihan frekuensi hujan. Analisis agihan
frekuensi hujan adalah tahap awal dalam bagian analisis hidrologi untuk
perencanaan bendungan. Setelah tahap analisis agihan frekuensi curah hujan,
maka tahap berikutnya diikuti analisis frekuensi debit banjir.
Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan
disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kala-ulang (return period) adalah waktu
hipotetik dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau
dilampaui (Suripin,2003). Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah
berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan
frekuensi kejadiannya melalui penerapan agihan kemungkinan. Data hidrologi
yang dianalisis diasumsikan tidak bergantung (independent) dan terdistribusi
secara acak dan bersifat stokastik.
Untuk menganalisa agihan frekuensi hujan diperlukan seri data hujan
yang diperoleh dari pos penakar hujan, baik yang manual maupun yang
otomatis. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian
yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan
datang. Dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang
masih sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu. Hasil analisis
frekuensi yang diperoleh tergantung pada kualitas dan panjang data. Makin
pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan yang terjadi.
Dikenal beberapa macam agihan frekuensi dalam ilmu statistik. Empat
jenis agihan yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah
(Suripin,2003): 1) agihan normal , 2) agihan log normal , 3) agihan log Pearson
tipe III , 4) agihan Gumbel .

METODE
Metode penelitian yang dilakukan dalam analisis ini adalah sebagai
berikut: 1) pengumpulan data hujan harian maksimum, 2) uji konsistensi data
hujan, 3) analisa hujan daerah, 4) analisa agihan frekuensi, 5) pengeplotan
probabilitas, 6) uji kecocokan agihan frekuensi.
Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 63

Pengumpulan Data Hujan Harian Maksimum


Ada dua macam metode pengambilan data yang dipergunakan dalam
analisis frekuensi, yaitu: 1) data maksimum tahunan yaitu tiap tahun diambil
hanya satu besaran maksimum yang dianggap berpengaruh pada analisis
selanjutnya (maximum annual series), 2) seri parsial yaitu dengan menetapkan
suatu besaran tertentu sebagai batas bawah, selanjutnya semua besaran data
yang lebih besar dari batas bawah tersebut diambil dan dijadikan bagian seri
data untuk kemudian dianalisis seperti biasa (Suripin,2003). Dalam analisis ini
digunakan metode maximum annual series.
Data hujan Kabupaten Trenggalek diperoleh dari Balai SDA Bango
Gedangan Malang. Data hujan yang digunakan dalam penelitian adalah data
hujan dari stasiun terdekat meliputi stasiun Tugu, stasiun Pule, stasiun Jabung
dan stasiun Prambon. Untuk analisa hujan Daerah Aliran Sungai Kali Keser
diperhitungkan dengan metode Thiessen dengan menggunakan data hujan dari
stasiun Tugu dan Stasiun Pule mulai tahun 1976-2009.
Uji Konsistensi Data Hujan
Uji konsistensi data dilakukan terhadap data hujan tahunan yang
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan data hujan, sehingga
dapat diketahui apakah data tersebut layak dipakai dalam perhitungan analisa
hidrologi atau tidak. Untuk menyelidiki konsisitensi data hujan digunakan
kurva massa ganda (Soemarto, 1987).
Analisa Hujan Daerah
Untuk analisa hujan daerah di DPS Kali Keser di perhitungkan dengan
metode Thiessen (Seyhan, 1990; Suripin, 2003) dengan menggunakan data
hujan dari stasiun terdekat yang berpengaruh terhadap daerah aliran kali Keser,
yaitu stasiun Tugu dan stasiun Pule mulai tahun 1976-2009. Peta DPS untuk
lokasi stasiun hujan serta besarnya koefisien Thiessen disajikan pada Gambar 1.
Analisa Agihan Frekuensi
Empat jenis agihan frekuensi yang banyak digunakan dalam bidang
hidrologi adalah (Suripin,2003): 1) agihan Gumbel, 2) agihan log Pearson III ,
3) agihan log Normal, 4) agihan Normal
64 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1

22.76 Km2

Sta. Tugu

Keterangan
Sta. Hujan : Tugu
Kecamatan : Tugu
Kabupaten : Trenggalek
No. Pos Hujan : 40a
Ketinggian : +135
Luas DPS : 22.76 Km2
Koef. Thiese n : 0.53
20.30 Km
Sta. Hujan : Pule
Kecamatan : Pule
Kabupaten : Trenggalek
No. Pos Hujan : 51
Ketinggian : +655
Luas DPS : 20.30 Km 2
Koef. Thiese n : 0.47
Total Luas DPS : 43.06 Km2

St a. Pule

Gambar 1 Peta DAS dan Lokasi Stasiun Hujan


(Sumber: PT. Indra Karya, 2007)

agihan E.J. Gumbel


Persamaan empiris yang digunakan adalah (Suripin,2003):
S
X =X+ (Y − Yn)
Sn ………………………………………………… (1)
di mana:

X = nilai rerata hitung variat


S = deviasi standart dari variat
Sn = deviasi standart dari reduksi variat, nilainya tergantung dari jumlah
data (n) data
Y = nilai reduksi variat, dapat dihitung dengan persamaan :
Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 65

 T − 1
Y = − ln − ln
 T 
,
T = kala ulang.
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat nilainya tergantung dari jumlah data
(n)

agihan log Pearson tipe III


Persamaan yang digunakan sebagai berikut (Suripin,2003)::

log X = logX + K.Slog X

logX =
∑ log X
n

SlogX =
∑ (log X − log X ) 2
(n − 1)
n ∑ (log X − log X ) 3
Cs =
(n − 1)(n − 2)( S log X ) 3 ……………………………………………… (2)
di mana:
X = nilai variat X (mm)

log X = rerata logaritma variat X


K = karakteristik agihan log Pearson III (Tabel Pearson III yang nilainya
tergantung Cs)
SlogX = deviasi standart dari log X

Cs = koefisien kemencengan

agihan log normal


Agihan log normal mempunyai persamaan (Suripin,2003):
66 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1

log X = logX + K.Slog X

logX =
∑ log X
n

SlogX =
∑ (log X − log X ) 2
(n − 1)
……………………………………………… (3)
di mana:
X = nilai variat X (mm)

log X = rerata logaritma variat X


K = karakteristik agihan log normal. Nilai K dapat diperoleh dari nilai
variabel Gauss
SlogX = deviasi standart dari log X

agihan normal
Persamaan yang digunakan dapat ditulis sebagai berikut (Suripin, 2003):
…………………………………………………………. (4)
dimana:
XT = perkiraan nilai yang diharapkan dengan periode ulang T-tahunan

= nilai rata-rata hitung variat


Sd = Standar deviasi
KT = faktor frekuensi. Nilai KT dapat diperoleh dari nilai variabel Gauss

Pengeplotan Probabilitas
Ada dua cara untuk mengetahui ketepatan agihan probabilitas data
hidrologi, yaitu data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah
didesain khusus atau menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi agihan.
Suatu garis lurus yang merepresentasikan sebaran data-data yang diplot
kemudian ditarik sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan untuk interpolasi
maupun ekstrapolasi. Dalam analisis hidrologi, ekstrapolasi harus dilakukan
Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 67

dengan sangat hati-hati karena dapat menimbul-kan penyimpangan yang cukup


besar (Suripin,2003).
Posisi pengeplotan data merupakan nilai probabilitas yang dimiliki
oleh masing-masing data yang diplot. Banyak metode yang telah dikembangkan
untuk menentukan posisi pengeplotan yang sebagian besar dibuat secara
empiris. Untuk keperluan penentuan posisi ini, data hidrologi (hujan atau
banjir) yang telah ditabelkan diurutkan dari besar ke kecil (berdasarkan
peringkat m), dimulai dengan m = 1 untuk data dengan nilai tertinggi dan m = n
(n adalah jumlah data) untuk data dengan nilai terkecil. Periode ulang Tr , dapat
dihitung dengan yang sering digunakan yaitu persamaan Weibull:

Tr = .…………………………………..………………………………… (5)

m = nomor urut (peringkat) data setelah diurutkan dari besar ke kecil


(atau sebaliknya)
n = banyaknya data atau jumlah kejadian (event)

Uji Kecocokan Agihan Frekuensi


Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan (the goodness
of fittest test) agihan frekuensi sampel data terhadap fungsi agihan peluang yang
diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili agihan frekuensi tersebut.
Pengujian parameter yang sering dipakai adalah skewness (Cs), kurtosis (Ck),
variasi (Cv), chi-kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov.

Uji koefisien skewness (Cs), kurtosis (Ck), variasi (Cv)


Penentuan jenis sebaran diperlukan untuk mengetahui suatu rangkaian
data cocok untuk suatu sebaran tertentu dan tidak cocok untuk sebaran lain. Hal
ini dikarenakan masing-masing agihan mempunyai sifat-sifat yang khas. Secara
umum bebarapa sifat khas masing-masing agihan adalah sebagai berikut (Sri
Harto, 1993): (1) agihan normal, nilai asimetrisnya (skewness) sama dengan nol
(Cs ≈ 0) dengan kurtosis ≈ 3; (2) agihan log normal, memiliki sifat khas yaitu
nilai asimetrisnya (skewness) Cs hampir sama dengan 3 dan bertanda positif.
Atau dengan nilai Cs kira-kira sama dengan tiga kali nilai koefisien variasi Cv;
(3) agihan Gumbel Type I, memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya
(skewness) Cs ≈ 1,1396, sedangkan nilai kurtosis Ck ≈ 5,4002; (4) agihan log
Pearson type III, tidak mempunyai sifat khas yang dapat dipergunakan untuk
memperkirakan jenis agihan ini.
68 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1

Uji Chi kuadrat


Uji chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan
istribusi yang telah dipilih dapat mewakili agihan statistik sampel data yang
dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter χ2 yang dapat
dihitung dengan rumus berikut (Suripin,2003):

χ2 = ………………………………………………………………. (6)

dimana:
χ2 = parameter chi kuadrat terhitung
G = jumlah sub kelompok
Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i

Uji Smirnov Kolmogorov


Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering disebut juga uji kecocokan
non parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi agihan
tertentu. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut (Suripin,2003): 1)
mengurutkan data dari besar ke kecil (atau sebaliknya) dan menentukan besar
peluang dari masing-masing data tersebut, 2) mengurutkan nilai masing-masing
peluang teoritis dari hasil penggambaran data (persamaan agihannya). 3) dari
kedua nilai peluang tersebut, ditentukan selisih terbesarnya antara peluang
pengamatan dengan peluang teoritis, 4) meelakukan pengujian berdasarkan
tabel nilai kritis (Smirnov Kolmogorov test)

HASIL
Hasil dari analisa curah hujan adalah sebagai berikut.

Pengumpulan Data Hujan Harian Maksimum


Data hujan harian maksimum untuk stasiun Tugu, Pule, Jabung dan
Prambon dapat dilihat pada Gambar 1. Dari tinjauan Gambar 1 dapat dilihat
pola hujan pada ke empat stasiun pengukur hampir serupa atau homogen.
Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 69

Gambar 1 Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan

Uji Konsistensi Data Hujan


Hasil uji konsistensi antar stasiun dengan kurva massa ganda dapat dilihat
pada Gambar 2. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa
data konsisten dan layak untuk digunakan dalam analisa selanjutnya.

Analisa Hujan Daerah


Hujan maksimum harian tahunan hasil analisa hujan daerah yang
digunakan untuk perhitungan hujan rancangan dapat dilihat pada Tabel 1. Untuk
analisa hujan daerah di DPS Kali Keser di perhitungkan dengan metode Thiessen
dengan menggunakan data hujan dari stasiun terdekat yang berpengaruh terhadap
daerah aliran kali Keser, yaitu stasiun Tugu dan stasiun Pule mulai tahun 1976-
2009.

Analisa Agihan Frekuensi


Hasil analisa agihan frekuensi dari masing-masing metode dapat dilihat
pada Tabel 2.
70 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1

Kurva Massa Sta. Tugu Kurva Massa Sta. Pule

70000 80000

60000 70000

R² = 0.999
R² = 0.995 60000
50000

50000
Sta. Tugu (mm)

Sta. Pule (mm)


40000

40000

30000
30000

20000
20000

10000 10000

0 0
0 20000 40000 60000 80000 0 20000 40000 60000
Sta. Pembanding (mm) Sta. Pembanding (mm)

Kurva Massa Sta. Prambon Kurva Massa Sta. Jabung

70000 60000

60000
50000
R² = 0.998
R² = 0.996
50000
40000
Sta. Prambon (mm)

40000
Sta. Jabung

30000

30000

20000
20000

10000
10000

0 0
0 20000 40000 60000 80000 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000
Sta. Pembanding (mm) Sta. Pembanding (mm)

Gambar 2 Kurva Massa Ganda Stasiun-Stasiun Hujan


Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 71

Tabel 1 Hujan Harian Maksimum Tahunan DPS K. Keser

Hujan
No. Tahun
(mm) Tanggal Kejadian
1 1976 53.086 20 November
2 1977 59.120 9 Maret
3 1978 130.230 22 Juli
4 1979 63.890 24 Januari
5 1980 60.780 22 Februari
6 1981 68.943 24 November
7 1982 62.643 7 Februari
8 1983 150.643 4 Februari
9 1984 43.696 11 Desember
10 1985 50.681 7 Maret
11 1986 56.273 28 November
12 1987 109.671 13 Desember
13 1988 63.786 23 November
14 1989 63.843 28 April
15 1990 52.157 8 Maret
16 1991 79.557 15 Januari
17 1992 135.486 31 Agustus
18 1993 79.800 6 April
19 1994 68.686 4 Maret
20 1995 69.514 6 April
21 1996 52.572 21 November
22 1997 39.486 14 Februari
23 1998 70.200 23 September
24 1999 61.928 17 November
25 2000 89.600 1 Mei
26 2001 55.129 30 Desember
27 2002 50.814 19 Februari
72 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1

28 2003 77.114 1 November


29 2004 55.572 22 November
30 2005 63.429 13 Maret
31 2006 90.914 20 April
32 2007 194.780 27 Desember
33 2008 61.630 20 Maret
34 2009 68.310 12 Pebruari
Jumlah 2553.964
Rerata 75.117
Maksimum 194.780
Minimum 39.486
St. Deviasi 33.111
n 34
Sumber : Perhitungan

Tabel 2 Hasil Analisa Agihan Frekuensi Curah Hujan (mm)


Kala Ulang Metode Analisa Agihan Frekuensi
(Tahun) Gumbel Log Pearson Type III Log Normal Normal
2 70 65 70 75
5 103 90 94 102
10 125 112 110 117
20 146 134 125 129
25 153 146 130 133
50 174 177 144 142
100 194 214 159 152
500 242 300 193 170
1000 262 390 208 177

Pengeplotan Probabilitas
Hasil pengeplotan probabilitas data pada masing-masing kurva agihan
frekuensi dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan tinjauan hasil ploting
probabilitas data terhadap kurva agihan frekuensi diperoleh kurva yang dapat
mewakili data probabilitas adalah kurva log Pearson tipe III. Pada kurva log
Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 73

Pearson tipe III, ploting probabilitas data Weibull mendekati kurva agihan log
Pearson tipe III.

Gambar 3 Ploting Probabilitas Agihan Frekuensi


74 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1

Uji Kecocokan Agihan Frekuensi


Hasil uji kecocokan agihan frekuensi dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3, metode agihan frekuensi hujan yang sesuai untuk DAS
K.Keser adalah metode Log Pearson Type III. Berdasarkan hasil analisa pada
Tabel 3 tersebut diperoleh metode Log Pearson tipe III diterima pada uji
Smirnov-Kolmogorov, Chi Square, dan parameter skewness (Cs).

Tabel 3 Hasil Uji Kecocokan Agihan Frekuensi

Jenis Hujan Rancangan (Mm)


Pengujian Metode Metode Metode Metode
Gumbel Log Pearson III Log Normal Normal

Uji Smirnov Kolmogorov


DMax (%) 18.365 10.609 18.393 24.474
a (%) 5.000 5.000 5.000 5.000
D kritis (%) 23.200 23.200 23.200 23.200
Hipotesa Diterima Diterima Diterima Ditolak

Uji Chi Square


Chi-Square Hitung 18.235 5.529 14.353 19.647
Chi-Square Kritis 7.815 7.815 7.815 7.815
Derajat Bebas 3.000 3.000 3.000 3.000
Derajat Signifikansi (%) 5.000 5.000 5.000 5.000
Hipotesa Ditolak Diterima Ditolak Ditolak
Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 75

Uji Parameter Cs,


Ck, Cv
2.127 2.127 2.127 2.127
Cs tidak tidak ada sifat tidak tidak
memenuhi khas memenuhi memenuhi
4.763 4.763 4.763 4.763
Ck tidak tidak tidak tidak
memenuhi memenuhi memenuhi memenuhi

PEMBAHASAN
Hasil pengamatan sifat hujan harian maksimum untuk stasiun Tugu,
Pule, Jabung dan Prambon menunjukkan pola hujan pada ke empat stasiun
pengukur hampir serupa atau homogen (Gambar 1). Sedangkan dari hasil uji
konsistensi data dapat disimpulkan bahwa data konsisten yaitu tidak terjadi
penyimpangan trend (Gambar 2).
Haan (1977) menyatakan dalam analisis frekuensi atas data hidrologi
menuntut syarat tertentu untuk data yang bersangkutan, yaitu harus seragam
(homogeneous), independent dan mewakili (representative). Data yang seragam
berarti bahwa data tersebut harus berasal dari populasi yang sama. Dalam arti
lain, setasiun pengumpul data yang bersangkutan, baik setasiun hujan maupun
setasiun hidrometri harus tidak dipindah, DAS tidak berubah menjadi DAS
perkotaan (urban catchment), maupun tidak ada gangguan-gangguan lain yang
menyebabkan data yang terkumpul menjadi lain sifatnya. Batasan
'independence' di sini berarti bahwa besaran data ekstrem tidak terjadi lebih dari
sekali. Syarat lain adalah bahwa data harus mewakili untuk perkiraan kejadian
yang akan datang, misalnya tidak akan terjadi perubahan akibat ulah tangan
manusia secara besar-besaran, tidak dibangun konstruksi yang mengganggu
pengukuran, seperti bangunan sadap, perubahan tata guna tanah. Pengujian
statistik dapat dilakukan untuk masing-masing syarat tersebut (Sri Harto, 1993).
Dari hasil analisa diperoleh metode agihan frekuensi yang sesuai untuk
DAS K.Keser adalah metode log Pearson tipe III (Tabel 3 dan Gambar 3).
Menurut Sri Harto (1993), dalam statistik dikenal beberapa jenis agihan
frekuensi dan yang banyak digunakan dalam hidrologi yaitu: (1) agihan
normal, (2) agihan log-normal, (3) agihan log-Pearson tipe III, (4) agihan
Gumbel. Dalam analisis frekuensi data hidrologi baik data hujan maupun data
debit sungai terbukti bahwa sangat jarang dijumpai seri data yang sesuai dengan
76 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1

agihan normal. Sebaliknya, sebagian besar data hidrologi sesuai dengan tiga
agihan yang lainnya.
Masing-masing agihan memiliki sifat-sifat khas sehingga setiap data
hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan sifat statistik masing-masing agihan
tersebut. Pemilihan agihan yang tidak benar dapat mengundang kesalahan
perkiraan yang (dapat) cukup besar, baik overestimated maupun
underestimated, keduanya tidak diingini. Dengan demikian, jelas bahwa
pengambilan salah satu agihan secara sebarang untuk analisis tanpa pengujian
data hidrologi sangat tidak dianjurkan, meskipun dalam praktek harus diakui
bahwa besar kemungkinan agihan tersebut sesuai dengan jenis agihan tertentu.
(Catatan: Di Indonesia banyak dilakukan analisis frekuensi dengan
menggunakan agihan Gumbel tanpa pengujian data terlebih dahulu dan tanpa
alasan hidrologik yang jelas). Dikhawatirkan cara ini akan dianggap sebagai
cara 'rutin', karena jelas mengandung risiko penyimpangan yang tidak
dikehendaki. Dalam pengujian atas data hujan dan debit di Pulau Jawa
ditemukan agihan Gumbel hanya sesuai dengan 7% kasus. Demikian pula
agihan normal. Sembilan puluh persen lainnya ternyata mengikuti agihan log-
normal dan log-Pearson tipe III (Sri Harto, 1993).
Nampak dari uraian-uraian tersebut bahwa sebenarnya penetapan
frekuensi kejadian suatu besaran banjir ataupun hujan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan atau tanpa menggunakan andaian agihan-frekuensi.
Namun, juga perlu diperhatikan bahwa walaupun telah ada beberapa petunjuk
yang dapat dipergunakan dalam memilih agihan-frekuensi tertentu, akan tetapi
juga masih banyak ketidakpastian yang sampai saat ini masih sulit untuk
dijawab. Dalam kaitan ini Benson (1968) dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa jangkau ketidakpastian dalam analisis frekuensi masih sangat besar,
tanpa memperhatikan cara analisis yang dipergunakan. Dalam penelitian
tersebut Benson mendapatkan fakta bahwa agihan log normal dan log Pearson
tipe III memberikan hasil yang sama baiknya. Penelitian serupa dilakukan
selanjutnya oleh Beard (1974) dengan agihan-agihan log-normal, log-Pearson
tipe III, Gumbel dan agihan Gamma dua parameter dan tiga parameter. Hasilnya
menunjukkan bahwa hanya log-normal dan log-Pearson tipe III yang
menunjukkan hasil yang baik. Agihan lainnya cukup baik akan tetapi
memberikan ketidakpastian perkiraan frekuensi untuk masing-masing setasiun.
Dalam disertasinya Sri Harto (1985) menemukan keadaan yang sangat
serupa, baik untuk data hujan maupun data debit untuk 30 buah DAS di Pulau
Jawa. Analisis frekuensi hujan yang dilakukan terhadap DAS-DAS tersebut
menunjukkan bahwa 66,4% agihannya mengikuti agihan log-Pearson tipe III,
Analisa Agihan Frekuensi Hujan DAS Kali Keser 77

sedangkan log-normal dan normal masing-masing hanya 30,3% dan 3,3%.


Analisis frekuensi data debit terhadap DAS-DAS yang sama menunjukkan
bahwa agihan log-Pearson tipe III dan log-normal masing-masing 66,7% dan
33,3%, dan tidak ada yang mengikuti agihan normal maupun Gumbel (Sri
Harto, 1993).
Hasil penelitian Sri Harto tersebut serupa dengan hasil analisa agihan
frekuensi di DAS Kali Keser. Berdasarkan urutan tingkat kecocokan agihan
yang paling sesuai di DAS Kali Keser adalah: 1) agihan log Pearson tipe III, 2)
agihan log normal, 3) agihan Gumbel dan terakhir adalah, 4) agihan normal.

KESIMPULAN DAN SARAN


Analisa agihan frekuensi hujan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali
Keser adalah tahap awal dalam bagian analisis hidrologi untuk perencanaan
bendungan. Hasil analisa menunjukkan agihan frekuensi yang sesuai untuk
DAS Kali Keser adalah agihan log Pearson Tipe III.
Disarankan kepada pihak yang terkait dalam perencanaan konstruksi
bangunan air, khususnya pada saat perencanaan hidrologi untuk melakukan
pengujian statistik sifat data hidrologi sebelum menentukan jenis agihan yang
sesuai untuk DAS tersebut.

DAFTAR RUJUKAN
Antara News. 5 Mei 2010. Enam Warga Terseret Banjir Bandang Trenggalek.
(Online). http://www.antaranews.com/berita/1273076355/enam-warga-
terseret-banjir-bandang-trenggalek, diakses 11 Desember 2010
Data Hujan Kabupaten Trenggalek 1976-2009. 2010. Malang: Balai SDA
Bango-Gedangan
Indra Karya. 2007. Laporan Survey dan Investigasi As Bendungan Tugu.
Malang: PT. Indra Karya
Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia (Depdagri). Banjir Bandang
Terjang Trenggalek. (Online), (http: // www.depdagri.go.id / news / 2006
/ 04/ 21/banjir-bandang-terjang-trenggalek, diakses 11 Desember 2010
Rencana Pengembangan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Jawa Timur.
(Online), http: //www.jatimprov.go.id/dbfile/bidlahta/20080510070326_
rencpengembsumberdayaair_dinpengairan_2003.pdf, diakses 11
Desember 2010
Seyhan., E. 1998. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
78 Bangunan, Desember 2010, Tahun 17, Nomor 1

Soemarto. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional


Sri Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta:
Andi

Anda mungkin juga menyukai