Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL)

ASMA

Oleh :

PUTRI RAGIL KUSUMAWARDANI

0910720009

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang

2011
ASMA

I. Definisi Asma
Asma adalah keadaan pernapasan yang diandai oleh gejala dispnea, batuk-batuk
dan mengi (wheezing) pada waktu ekspirasi sebagai akibat dari bronkospasme
(Brooker, 2001).
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut
otot polos bronkiolus yang dapat menyebabkan penurunan ventilasi alveolus
(Corwin, 2000).
Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang
berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas,
batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas (Sundaru, 2008).
Asthma berasal dari bahasa Yunani yang berarti terengah-engah dan berarti
serangan nafas pendek. Asthma adalah penyakit jalan nafas yang terjadi karena
spasme bronchus, disebabkan oleh berbagai penyebab. (Sylvia.A.Price,1995).
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang berhubungan
dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi
berulang, sesak napas dan batuk terutama pada malam hari atau dini hari.
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitifitas cabang
tracheobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan dan keadaan.

II. Etiologi Asma


Dapat dibagi 3 berdasarkan penyebab :
1. Ekstrinsik (alergik)
Adanya predisposisi genetic terhadap alergi. Saat ada factor pencetus bisa
terjadi serangan. Allergen spesifik tersebut dapat dibagi :
a. Inhalan (masuk lewat hidung)
Ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, polusi
b. Ingestan (masuk lewat mulut)
Ex: makanan, obat-obatan
c. Kontaktan (kontak dengan kulit)
Ex: perhiasan, logam, jam tangan
2. Intrinsik (non alergik)
Reaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik, seperti perubahan cuaca,
stress/emosi, aktifitas.
3. Asma gabungan
Mempunyai karakteristik alergik dan non alergik.

III. Epidemiologi Asma

Pada tahunh 2001, insiden asma 3,8 %. Berdasarkan data Badan Kesehatan
Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang di dunia mengidap penyakit asma dan 225
ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitian
International Study on Asthma and Alergies in Childhood pada tahun yang sama
menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari
sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.

IV. Faktor Resiko Asma


Factor resiko dibagi 3, yaitu :
1. Factor predisposisi : lingkungan dan genetic
2. Factor presipitasi : allergen, stress, cuaca, lingkungan, aktifitas
3. Allergen : inhalan, ingestan, kontaktan
4. Faktor pada pasien
a. Aspek genetik
b. Kemungkinan alergi
c. Saluran napas yang memang mudah terangsang
d. Jenis kelamin
e. Ras/etnik
5. Faktor lingkungan
a. Bahan-bahan di dalam ruangan :
i. Tungau debu rumah
ii. Binatang, kecoa
b. Bahan-bahan di luar ruangan :
i. Tepung sari bunga
ii. Jamur
c. Makanan-makanan tertentu, bahan pengawet, penyedap, pewarna
makanan
d. Obat-obatan tertentu
e. Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )
f. Ekspresi emosi yang berlebihan
g. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
h. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
i. Infeksi saluran napas
j. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktivitas fisik tertentu
k. Perubahan cuaca

V. Patofisiologi Asma
Secara umum, patofisiologi asma nampaknya melibatkan suatu
hiperresponsensitivitas reaksi peradangan. Pada respon alergi di saluran napas,
antibody IgE berikatan dengan allergen dan menyebabkan degranulasi sel mast.
Akibatnya haistamin akan dilepaskan. Histamine tersebut menyebabkan konstriksi
otot polos bronkiolus. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan
meningkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan
pembengkakan ruang intestisium paru.
Dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya
adalah bronkospasme, pembentukan mucus, edema, dan obstruksi aliran udara.
Olahraga juga dapat berlaku sebagai iritan, karena terjadi aliran udara keluar masuk
paru dalam jumlah yang besar dan cepat. Udara ini belum mendapat pelembapan
(humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan dari partikel-partikel debu secara
adekuat sehingga dapat mencetuskan serangan asma.

1. Asthma Idiopatik ( Intrinsik ).


Faktor-faktor idiopatik ( Nonspesifik ) direspon oleh saraf parasimpatik dan simpatik.
Parasimpatik kemudian merangsang reseptor didaerah trakheo bronkhiale sehingga
mengeluarkan asetil kolin secara berlebihan dan mengakibatkan bronkhokontriksi
yang pada akhirnya akan terjadi bronkho spasme. Saraf simpatik akan merangsang
sel mast kdan seterusnya menstimulus alfa adrenergik di bronchus yang
mengakibatkan bronkhokontriksi dan pada akhirnya akan terjadi bronkho spasme.
2. Asthma Alergik (Ekstrensik )
Ketika suatu alergen ( debu,rokok,spora,dll ) masuk kedalam reseptor di daerah
trakheo bronkhiale maka akan terjadi reaksi hypersensitivitas terhadap alergen yang
kemudian merangsang limfosit B dan Sel Plasma memproduksi anti bodi Ig E yang
meenyerang sel Mast dan basofil di dinding bronchiale . Yang kemuadian melepas
histamin, prostaglandin dan bradikinin yang berakibat kontraksi otot polos
bronkhiale dan peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga menimbulkan edema
mukosa dan terjadilah bronkhospasme .
3. Asthma Campuran
Patofisiologinya bisa seperti asmha alergik atau asmha ekstrinsik. Tergantung dari
factor pencetus yang lebih dominan. ( Sylvia.A . Price, 1995).

VI. Manifestasi Klinis Asma dan jenis asma


Secara umum gambaran klinis asma adalah :
- Dispnu berat
- Retraksi dada
- Napas cuping hidung
- Peningkatan jelas usaha bernapas
- Wheezing
- Pernapasan yang dangkal dan cepat
- Salama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan mucus
memperlambat ekspirasi. Hal ini yang menyebabkan waktu menghembuskan
udara lebih lama.

Secara khusus asthma dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu :


1. Asthma Alergika atau asthma ekstrinsik
Ditemukan pada sebagian kecil pasien dewasa dan disebabkan oleh alergan
yang diketahui. Astma jenis ini biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dengan
riwayat keluarga yang mempunyai penyakit atopik, contoh : demam jerami,
eksema , dermatitis, dan asma sendiri.
2. Astmha Idiopatik atau asthma intrinsic
Asthma jenis ini lebih sering ditemukan pada usia 40 tahun keatas , dengan
serangan yang timbul sesudah infeksi sinus hidung atau percabangan trakheo
bronkhial . Makin lama serangan makin sering dan makin hebat, sehingga
keadaan ini akhirnya berkelanjutan menjadi bronchitis kronikdan kadang-kadang
emfisema.

3. Asthma Campuran.
Merupakan bentuk yang paling sering menyerang pasien . Asthma jenis ini
terdiri dari komponen-komponen kedua macam asthma diatas. Kebanyakan
pasien dengan asthma intrinsic akan berlanjut menjadi bentuk campuran.

VII. Pemeriksaan Diagnostik Asma


1. Spirometri juga digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan saluran
udara dan untuk memantau pengobatan.
2. Foto rontgen dada, hasil pemeriksaan rontgen paru dapat memperlihatkan
jika ada sumbatan pada saluran pernafasan yang merupakan indikasi asma.
3. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST) Tes kulit alergi bisa
membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Jika
diagnosisnya masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk
mengetahui faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa dilakukan bronchial
challenge test.
4. Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun
(alkalosis respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH,
penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik)
5. Bronkhogram, dapat menunjukan dilatasi silindris bronchus pada inspirasi.
6. Sputum, kultur untuk menentukan adanya infeksi kearah patogen,
pemeriksaan sitolitik untuk menggetahui kegganasan atau alergi.
7. EKG, deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P.
8. EKG latihan, membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi
keefektifan terapi bronkhodilator.
VIII. Penatalaksanaan Asma
Penatalaksanaan Perawat :
Batuk efektif, tempat khusus sputum infeksius, minum air hangat sebagai
ekspetoran, posisi semifowler, clubbing dan ibrasi, suction.

Penatalaksanaan medis

Untuk mengobati serangan penyakit asma yang sedang terjadi diperlukan obat
yang menghilangkan gejala penyakit asma dengan segera. Obat tersebut terdiri atas
golongan bronkodilator dan golongan kortikosteroid sistemik. Bronkodilator artinya
obat yang dapat melebarkan saluran napas dengan jalan melemaskan otot-otot
saluran napas yang sedang mengkerut, sedangkan kortikosteroid adalah obat
antialergi dan anti peradangan yang diberikan dengan tujuan sistemik yaitu
disalurkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:


1)      Pengobatan non farmakologik
a.       Memberikan penyuluhan
b.      Menghindari faktor pencetus
c.       Pemberian cairan
d.      Fisioterapi
e.      Beri O₂ bila perlu
2)      Pengobatan farmakologik
-  Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan:
a.       Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin
(bricasma).
b.      Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini.
-     Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat
pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1
bulan.
-      Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat
diberikan secara oral.
BAYI

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti :


1) Beta agonist (beta adrenergik agent) Merupakan obat terbaik untuk
mengurangi serangan penyakit asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah
serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran
saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-2 adrenergik (misalnya
adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit
kepala dan tremor (gemetar) otot.
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator) Obat ini bekerja dengan menghalangi kontraksi
otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin.
Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita
yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik. Contoh obat
ini yaitu atropin dan ipratropium bromida.
4) Kortikosteroid, Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat
efektif dalam mengurangi gejala penyakit asma. Tetapi penggunaan tablet atau suntikan
kortikosteroid jangka panjang bisa menyebabkan:
o gangguan proses penyembuhan luka
o terhambatnya pertumbuhan anak-anak
o hilangnya kalsium dari tulang
o perdarahan lambung
o katarak prematur
o peningkatan kadar gula darah
o penambahan berat badan
o kelaparan
o kelainan mental
Tablet atau suntikan kortikosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk
mengurangi serangan penyakit asma yang berat. Kortikosteroid per-oral
(ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak
dapat mengendalikan gejala penyakit asma.
Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler kortikosteroid
karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak
dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya.
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)

b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :


1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau
klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

ANAK

Anak yang lebih tua atau anak remaja dapat mengenali memiliki asma
seringkali menggunakan peak flow meter -sebuah alat kecil yang merekam
seberapa cepat seseorang bisa meniup udara-untuk mengukur tingkat gangguan
saluran udara. Alat ini bisa digunakan sebagai penilaian objektif pada kondisi si
anak.
Pengobatan pada sebuah serangan berat terdiri dari membuka saluran udara
(bronchodilation) dan menghentikan peradangan. Berbagai macam obat-obatan
inhalasi membuka saluran udara (bronchodilator). Contoh khusus adalah albuterol
dan ipratropium. Anak yang lebih tua dan anak remaja biasanya bisa
menggunakan obat-obatan ini menggunakan alat inhalasi dengan dosis meteran.
Anak yang lebih tua dari 8 tahun atau seringkali menemukan kemudahan untuk
menggunakan inhalasi dengan pengatur jarak atau ruangan penyangga dipasang.
Bayi dan anak yang sangat kecil kadangkala bisa menggunakan alat inhalasi dan
pengatur jarak jika masker ukuran bayi dipasang.

Anak yang tidak menggunakan alat inhalasi bisa menerima obat-obatan


inhalasi di rumah melalui masker yang terpasang pada nebulizer, sebuah alat kecil
yang menghasilkan uap obat menggunakan udara yang dipadatkan. Alat inhalasi
dan nebulizer sama-sama efektif mengeluarkan obat. Albuterol juga bisa
digunakan dengan mulut, meskipun kegiatan ini tidak banyak berhasil
dibandingkan inhalasi dan biasanya digunakan hanya pada bayi yang tidak
menggunakan nebulizer. Anak yang sedang mengalami serangan berat juga bisa
diberikan kortikosteroid melaui mulut.

Anak dengan serangan hebat diobati di rumah sakit dengan memberikan


bronchodilator dalam nebulizer setidaknya setiap 20 menit pada awalnya.
Kadangkala dokter menggunakan suntikan epinephrine, sebuah bronchodilator,
pada anak dengan serangan hebat jika mereka tidak bisa bernafas dengan cukup
pada uap nebulizer. Dokter biasanya memberikan infus kortikosteroid kepada
anak yang memiliki serangan hebat.

Anak yang menderita asma ringan, dengan serangan yang jarang biasanya
menggunakan obat-obatan hanya pada waktu serangan. Anak yang sering atau
dengan serangan hebat juga perlu menggunakan obat-obatan bahkan ketika
mereka tidak mengalami serangan.

Penatalaksanaan serangan asma akut :


1. Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
2. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap
20 menit sampai 3 kali.
3. Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini ( per oral ) :
a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor,
hipertensi dan insomnia.
Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan
monitor efek samping obat.
b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme
dan meningkatkan bersihan jalan nafas.
Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.
Efek samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan
sistem saraf pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis,
dan kejang.
Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus kusus
misalnya infus pump.
c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison :
0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

DEWASA dan LANSIA

a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti :


1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau
klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat
5) Cromolin dan Nedocromil. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya
serangan, bukan untuk mengobati serangan asma . Obat ini terutama efektif
untuk anak-anak dan untuk penyakit asma karena olah raga. Obat ini sangat
aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita
bebas gejala.
6) Pengubah Leukotrien, merupakan obat terbaru untuk membantu
mengendalikan penyakit asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan
leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya
gejala-gejala penyakit asma). Contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton.

Serangan ringan berikan adrenalin injeksi 1:1000/0,2-0,3 ml subkutan, dapat diulang


beberapa kali dengan interval 10-15 mnt. Dosis pada anak 0,01 mg/kg BB yang dapat
di ulang.
Bronkhodilator terpilih adalah teofilin 3 x 100-150 mg pada orang dewasa dan 10 –
15 /kg BB/ hari untuk anak.
Pilihan lain : salbutamol 3 x 2-4 untuk dewasa.
Efedrin 3 x 10 – 15 mg dapat di pakai untuk menambah khasiat teofilin.

Obat pilihan untuk pengobatan simpatomimetik di Puskesmas adalah :

a. Bronkodilator golongan simpatomimetik (beta adrenergik / agonis beta)

– Adrenalin (Epinefrin) injeksi.


Obat ini tersedia di Puskesmas dalam kemasan ampul 2 cc
Dosis dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 : 1.000 injeksi subcutan.
Dosis bayi dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal 0,25 cc.
Bila belum ada perbaikan, bisa diulangi sampai 3 X tiap15-30 menit.
– Efedrin
Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 25 mg.
Aktif dan efektif diberikan peroral.
Dosis :

– Salbutamol
Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet kemasan 2 mg dan 4 mg.
Bersama Terbutalin (tidak tersedia di Puskesmas) Salbutamol merupakan
bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan efek samping minimal.
Dosis : 3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB

b. Bronkodilator golongan teofilin

– Teofilin
Obat ini tidak tersedia di Puskesmas.
Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral atau IV.

– Aminofilin
Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 200 mg dan injeksi 240 mg/ampul.
Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-pelan. Dapat diulang 6-8 jam
kemudian , bila tidak ada perbaikan.
Dosis : 3-4 X 3-5 mg/kg BB
c. Kortikosteroid

Obat ini tersedia di Puskesmas tetapi sebaiknya hanya dipakai dalam keadaan :

– Pengobatan dengan bronkodilator baik pada asma akut maupun kronis tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
– Keadaan asma yang membahayakan jiwa penderita (contoh : status asmatikus)

Dalam pemakaian jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid dapat diberikan dalam
dosis besar baik oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering off.
Obat pilihan :

– Hidrocortison
Dosis : 4 X 4-5 mg/kg BB
– Dexamethason
Dosis :

d. Ekspektoran

Adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan


menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus diencerkan dan
dikeluarkan.
Sebaiknya jangan memberikan ekspektoran yang mengandung antihistamin, sedian
yang ada di Puskesmas adalah :

– Obat Batuk Hitam (OBH)


– Obat Batuk Putih (OBP)
– Glicseril guaiakolat (GG)

e. Antibiotik

Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan infeksi
saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.
Antibiotika yang efektif untuk saluran pernafasan dan ada di Puskesmas adalah :
IX. Askep Asma

PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Suku/Bangsa :
Status Pernikahan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Nomor Register :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa Medis : Asma

PENANGGUNG JAWAB
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Hubungan dengan Keluarga :
Pekerjaan :
Alamat :

KELUHAN UTAMA
Bayi dan Anak : Batuk-batuk dan sesak napas
Dewasa dan Lansia : Batuk-batuk dan sesak napas disertai keringat dingin pada malam
hari.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Bayi dan Anak : klien batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas pada jam 19.00
WIB. Timbul sesak napas saat klien menangis karena rewel mengantuk, dan menjadi
lebih parah apabila nangisnya tidak berhenti-henti. Sudah diberi obat selama 3 hari tapi
tidak ada perubahan. Oleh karena itu ibu klien membawanya ke IRD RS Aman Sentosa.
Dewasa dan Lansia : klien mengeluh sesak pada dada dan keringat dingin pada malam
hari. Jika melakukan aktifitas yang berat-berat maka rasa sakit dan sesak pada dada
semakin parah dan disertai batuk-batuk hingga tidak kuat berjalan. Biasanya klien
menggunakan inhalator untuk mengatasinya.

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


Bayi dan Anak : pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya, kaji
riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO
I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
Dewasa dan Lansia : kaji riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Bayi dan Anak : penyakit ini ada hubungannya dengan factor genetic dari ayah atau ibu,
disamping factor lainnya.
Dewasa dan Lansia : Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Bayi dan Anak : Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah,
bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang
dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan
dengan percepatan terjadinya serangan asma.
Riwayat Tumbuh Kembang :
a. Tahap pertumbuhan
Pada anak umur 5 tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram, mengikuti patokan
umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun :
14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra
sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur
( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4
tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b. Tahap perkembangan
Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif
mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa
bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus
komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih
dekat ke ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini
kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan
magical thinking.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –Separation “. Dimana
sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah
bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir
umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai
objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik
halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

Dewasa dan Lansia : -  Keterbatasan mobilitas fisik akibat keparahan serangan.


-  Adanya ketergantungan pada orang lain untuk melakukan aktifitas atau pemenuhan
kebutuhan sehari- hari.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Pola Nutrisi
Bayi : - berapakah BBL ? apa kembar atau tidak?
- Apakah bayi premature?
- Apakah diberi ASI eksklusif? Berapa lama?
- Diberi susu formula apa?
- Berapa banyak minum perhari?
- Pada usia berapa mulai diberi makanan ceral, sayuran, daging atau jus?
- Apakah bayi diberi vitamin?
- Pernahkah bayi memebrikan reaksi alergi terhadap makanan tertentu?
- Bagimanan anda menggambarkan nafsu makan bayi anda?
Anak – anak : - Berapa jumlah rata-rata makanan anak perhari?
- Apakah anak juga sering jajan di luar? Jenis apa?
- Makanan apa yang disukai anak?
- Apakah ada alergi makanan tertentu pada anak?
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk
umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8 + 2n.
Dewasa dan Lansia :
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan, penurunan berat
badan karena anoreksia
Status Gizi : - Gizi buruk < 60%
- Gizi kurang 60 % - <80 %
- Gizi baik 80 % - 110 %
- Obesitas lebih dari 120 %

b. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit
BAB
 Frekwensi :
 Waktu :
 Konsistensi :
 Warna :
 BAB terakhir :
 Penggunaan pencahar :

BAK Sistem perkemihan Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang
kurang akibat sesak nafas
 Frekwensi :
 Warna :
 Bau :

2. Saat sakit
BAB
 Frekwensi :
 Waktu :
 Konsistensi :
 Warna :
 BAB terakhir :
 Penggunaan pencahar :
 Riwayat perdarahan :
 ( ) diare ( ) konstipasi ( ) inkontinensia

BAK Sistem perkemihan Produksi urin dapat menurun jika intake minum
yang kurang akibat sesak nafas

 Frekwensi :
 Warna :
 Bau :
 Jumlah :
 Nyeri / rasa terbakar? :
 Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih?
 Penggunaan deuritika?
 Penggunaan alat bantu (kateter)?
 ( ) inkontine
( ) hematuri
( ) retensi
( ) anuria
( ) oliguri
( ) nokturia
( ) lain-lain : ......................................................................
 Upaya mengatasi masalah?

c. Pola Aktivitas, Latihan, dan Bermain


Bayi dan Anak –Anak : Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan
orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari,
memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
Dewasa dan Lansia :
 -  Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
 -  Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan
melakukan aktivitas sehari-hari
 -  Tidur dalam posisi duduk tinggi

1. Sebelum sakit
 Kegiatan dalam pekerjaan?
 Olahraga: Jenis? Frekwensi?
 Kegiatan di waktu luang?

2. Saat sakit
 Kegiatan perawatan
- Mandi
( ) mandiri
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
- Berpakaian
( ) mandiri
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
- Eliminasi
( ) mandiri
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
- Makan & Minum
( ) mandiri
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
- Mobilisasi
( ) mandiri
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
- Ambulasi
( ) mandiri
( ) dibantu sebagian
( ) perlu bantuan orang lain
( ) perlu bantuan orang lain dan alat
( ) tergantung / tidak mampu
 Alat bantu :
( ) kruk
( ) kursi roda
( ) tongkat
( ) lain-lain : ......................................................................

d. Pola Istirahat dan Tidur


1. Sebelum sakit
 Waktu tidur (jam) :
 Waktu bangun :
 Masalah tidur :
 Hal-hal yang mempermudah tidur :
 Hal-hal yang mempermudah bangun:

2. Saat sakit
 Waktu tidur (jam) :
 Waktu bangun :
 Masalah tidur :
 Hal-hal yang mempermudah bangun :
 Masalah tidur :
( ) sering bangun
( ) insomnia

e. Pola Kebersihan / Personal Hygiene


1. Sebelum sakit
 Mandi : x/hari
 Keramas : x/minggu
 Ganti pakaian : x/hari
 Sikat gigi : x/hari
 Memotong kuku : x/minggu

2. Saat sakit
 Mandi : x/hari
 Keramas : x/minggu
 Ganti pakaian : x/hari
 Sikat gigi : x/hari
 Memotong kuku : x/minggu

PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda Vital
 Tensi : ……mmHg
 RR : ……x/mnt
 Nadi : ……x/mnt
 Suhu : …..oC
 BB : ….. kg
 TB : ….. cm
PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
Bayi dan Anak :
Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem
a. Sistem Pernapasan / Respirasi Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea,
orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan
penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi
basah sedang, ronchi kering musikal.
b. Sistem Cardiovaskuler Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
c. Sistem Persyarafan / neurologi Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan
kesadaran : gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
d. Sistem perkemihan Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang
akibat sesak nafas
e. .Sistem Pencernaan / Gastrointestinal Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak
toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
f. Sistem integumen Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
Dewasa dan Lansia :
Inspeksi Dada :
1) Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
2) Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
3) Keabnormalan struktur Thorax
4) Contour dada simetris
5) Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata
6) RR dan ritme selama satu menit.
Palpasi :
1) Temperatur kulit
2) Premitus : fibrasi dada
3) Pengembangan dada
4) Krepitasi
5) Massa
6) Edema
Auskultasi
1) Vesikuler
2) Broncho vesikuler
3) Hyper ventilasi
4) Rochi
5) Wheezing
6) Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :


a. Spirometri :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi :
1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
3) Tes provokasi bronkial seperti :
Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan
udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.
4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.
c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
g. Pemeriksaan sputum.
ANALISA DATA pada BAYI dan ANAK
DATA ETIOLOGI MK
DS : Px mengeluh sesak napas faktor resiko Bersihan jalan
dan batuk saraf parasimpatik & simpatik napas tdk efektif
DO : hiperresponsensitivitas
- takikardi, RR cepat IgE berikatan dg allergen
-sekret (+) Degranulasi sel mast
- wheezing (+) Histamine >>
-menangis Mucus >> mengi
Reflek batuk
Bersihan jalan napas tdk efektif

DS : Px mengeluh sesak napas faktor resiko G3 pertukaran gas


saraf parasimpatik & simpatik
DO : hiperresponsensitivitas
 takikardi IgE berikatan dg allergen
 PCH Degranulasi sel mast
 wheezing (+) Histamine >>
 lemah Peningkatan permeabilitas kapiler
Edema mukosa
Suplai O2 <<
G3 pertukaran gas
DS : ibu klien tampak khawatir Mucus >> cemas
dengan keadaan anakanya, Sesak
bertanya / meminta informasi Batuk-batuk
tentang penyakitnya. Pengetahuan ibu klien <<
DO : Ibu cemas
- takikardi
- ekspresi tampak cemas
ANALISA DATA pada DEWASA dan LANSIA
DATA ETIOLOGI MK
DS : Px mengeluh sesak napas faktor resiko Bersihan jalan
dan batuk saraf parasimpatik & simpatik napas tdk efektif
DO : hiperresponsensitivitas
- takikardi IgE berikatan dg allergen
-RR meningkat Degranulasi sel mast
-TD meningkat Histamine >>
-sekret (+) kontriksi otpol bronkiolus
- wheezing (+) bronkospasme
Bersihan jalan napas tdk efektif

DS : Px mengeluh sesak napas faktor resiko G3 pertukaran gas


DO : saraf parasimpatik & simpatik
- takikardi hiperresponsensitivitas
-RR cepat & dangkal IgE berikatan dg allergen
-ekspirasi lama Degranulasi sel mast
- wheezing (+) Histamine >>
- otot bantu pernafasan Permeabilitas kapiler meningkat
-PO2 << Edema mukosa
-PCO2>> Suplai O2 <<
Hiperventilasi
G3 pertukaran gas
DS : Px mengeluh sesak napas, faktor resiko Intoleransi aktivitas
tida kuat melakukan apa-apa saraf parasimpatik & simpatik
hiperresponsensitivitas
DO : IgE berikatan dg allergen
- lemah, Degranulasi sel mast
- kekuatan otot menurun Histamine >>
- wheezing (+) mucus>> sesak
Usaha napas
Kelemahan
Intoleransi aktivitas

Anda mungkin juga menyukai