Anda di halaman 1dari 10

BATAS WILAYAH STUDI AMDAL PENGEMBANGAN LAPANGAN

MINYAK BANYU URIP – DAERAH KONTRAK TAC CEPU


DI KABUPATEN BOJONEGORO DAN TUBAN
PROPINSI JAWA TIMUR

Tugas Ini Disusun untuk Melengkapi Tugas Individu Mata Kuliah


AMDAL dan Audit Lingkungan yang Diampu
Oleh Bapak Drs. Darmakusuma Darmanto, Dip. H, M.S.

Disusun Oleh:
Lia Auliandari
10/306424/PMU/6620

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
Batas Wilayah Studi AMDAL Pengembangan Lapangan Minyak Banyu
Urip di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban Jawa Timur:
1. Batas Kegiatan (Proyek)
Batas kegiatan adalah batas wilayah dimana kegiatan pengembangan
Lapangan Banyu Urip berlangsung, yang meliputi beberapa area kegiatan,
yaitu:
a. Sumur-sumur produksi
Sebanyak 126 sumur akan dibor selama pengembangan Lapangan Banyu
Urip. Dari 126 sumur, 106 merupakan sumur produksi, 18 sumur untuk
injeksi air dan 2 sumur untuk injeksi gas. Minyak dari sumur-sumur
produksi akan dikumpulkan dalam 6 buah tapak sumur, yaitu Tapak
Sumur “A” – “F”. Tapak sumur “A” dan “D” terletak di Desa Mojodelik,
Tapak sumur “B” dan “E” terletak di Desa Bonorejo dan Tapak sumur “C”
dan “F” terletak di Desa Gayam. Ketiga desa tersebut termasuk wilayah
administrasi Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro.
b. Kompleks Central Processing Facility (CPF)
Kompleks CPF direncanakan terletak di Desa Ngasem, Kabupaten
Bojonegoro. Dalam kompleks DPF, tersedia juga fasilitas perumahan
untuk para karyawan MCL (Mobil Cepu Ltd.) yang sedang bertugas di
Lapangan, Bandar udara khusus, enam tapak sumur dan danau buatan
sebagai sumber air untuk kegiatan pemrosesan minyak. Kompleks CPF
akan menempati area seluas ± 7 km2 yang meliputi beberapa desa di
Kecamatan Ngasem. Bandar udara khusus dan danau buatan rencananya
akan terletak di DesaBegadon dan Ringintunggal, perumahan karyawan
MCL akan terletak di Desa Bonorejo, sedangkan keenam tapak sumur
akan tertelak di Desa Mojodelik, Bonorejo, Brabowan dan Gayam. Batas
kegiatan ini sudah mempertimbangkan Kawasan Kebisingan Bandar
Udara (KKB) dan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).
c. Jalur pipa penyaluran minyak
Jalur pipa darat sepanjang 79 km yang menyalurkan minyak dari CPF ke
Fasilitas Pantai akan melalui 57 desa di 10 kecamatan seperti tersaji pada
tabel berikut.
Tabel 1. Nama Desa yang Dilalui Jalur Pipa Darat
No. Kecamatan Desa No. Kecamatan Desa
1 Ngasem Ngadiluwih 5 Soko Simo
Ngasem Sokosari
Bandungrejo Bangunrejo
Mojodelik Rahayu
Bonorejo Sumurcinde
Brabowan 6 Rangel Kebonagung
Ringintunggal Pekuwon
2 Katiludu Sudu Maibit
Cengungklung Sawahan
Katur Rengel
Sumengko Sumberejo
Mlaten Punggulrejo
Talok Banjaragung
Brenggolo 7 Plumpang Kesamben
Panjunan Kepohagung
Mayanggeneng Sumurjalak
Mojosari Ngrayung
Plumpang Sumberangung
Ngringinrejo Plumpang
Leran 8 Widang Minohorejo
Sukoharjo 9 Semanding Gesing
3 Dander Ngablak 10 Palang Ngimbang
Ngulanan Cendono
4 Bojonegoro Jetak Pucangan
Pacul Leran Kulon
Sukorejo Glodok
Ngorowo Karangagung
Campurejo
Mulyoangung
Kalirejo
Dari fasilitas tepi pantai di Desa Karangagung, minyak akan dialirkan ke
FSO yang terletak di Laut Jawa sepanjang 23 km, untuk selanjutnya
diekspor.
d. Fasilitas tepi pantai
Fasilitas tepi pantai ini berlokasi di Desa Karangagung, Kecamatan
Palang, Kabupaten Tuban ± 10 km sebelah Timur Kota Tuban.
e. FSO (Floating Storage and Offloading)
FSO merupakan kapal tangker berukuran raksasa yang berfungsi untuk
menampung minyak hasil olahan sebelum dijual dan diambil oleh kapal-
kapal minyak ekspor. FSO akan ditambatkan di Laut Jawa. Penyaluran
minyak dari fasilitas tepi pantai ke FSO akan dilakukan melalui pipa 20”
sepanjang 23 km.

2. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha
dan atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air, tanah dan udara),
diman proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diprakirakan
akan mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang
di sekitar rencana usaha dan atau kegiatan yang secara ekologia member
dampak terhadap aktivitas usaha dan atau kegiatan.
Batas ekologis dari pengembangan Lapangan Minyak Banyu Urip
meliputi perbukitan, Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, persebaran
emisi gas dan dataran pantai serta lepas pantai Laut Jawa di Kabupaten Tuban.

3. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan
nilai tertentu yang sudah mapan (baik sistem maupun struktur sosialnya),
sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang yang
diprakirakan akan mengalami perubahan mandasar akibat suatu kegiatan.
Batas sosial dalam studi AMDAL ini meliputi 203 desa yang terletak
dalam 11 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro dan 7 kecamatan di Kabupaten
Tuban. Batas sosial ini telah mempertimbangkan prakiraan timbulnya dampak
dari opresional FSO terhadap nelayan setempat. Survey sosial dilakukan
dengan melakukan wawancara mendalam dengan para nelayan di Desa
Karangagung dan sekitarnya. Survey sosial tidak dilakukan di laut, karena
nelayan yang beroperasi di perairan Tuban tidak hanya berasal dari nelayan
Tuban saja, sehingga dikhawatirkan, data primer yang diperoleh dapat
menjadi bias. Batas sosial ini tidak melingkup Cepu di Kabupaten Blora,
karena kantor MCL di Cepu hanya bersifat sementara. Jika proyek sudah
terlaksana, maka kantor akan berada di Lapangan Banyu Urip, Kabupaten
Bojonegoro.

4. Batas Administrasi
Batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa
melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut.
Batas administrasi ini meliputi 136 desa dam 11 kecamatan di
Kabupaten Bojonegoro dan 67 desa dalam 7 kecamatan di Kabupaten Tuban.
Rincian nama-nama desan dan kecamtan tersebut sebagai berikut.
Tabel 2. Daftar Desa yang Masuk Wilayah Studi AMDAL
Kabupaten Kecamatan Desa
1. Bojonegoro 1. Balen 1. Kedungbondo 5. Pilanggede
2. Kedungdowo 6. Sarirejo
3. Mulyoagung 7. Sekaran
4. Mulyorejo
2. Bojonegoro 1. Banjarejo 10. Ledok Wetan
2. Campurejo 11. Mojokampung
3. Jetak 12. Mulyoagung
4. Kadipaten 13. Ngrowo
5. kalirejo 14. Pacul
6. Karangpancar 15. Semanding
7. Kepatihan 16. Sukorejo
8. Klangon 17. Sumbang
9. Ledok Kulon
3. Dander 1. Ngablak 2. Ngulanan
4. Kalitidu 1. Beged 13. Mojosari
2. Brenggolo 14. Ngraho
3. Cengungklung 15. Ngringinrejo
4. Grebegan 16. Ngujo
5. Kalitidu 17. Panjunan
6. Katur 18. Pilangsari
7. Leran 19. Plumpang
8. Manukan 20. Sudu
9. Mayanggeneng 21. Sukoharjo
10. Mayangrejo 22. Sumengko
11. Mlaten 23. Talok
12. Mojo 24. Wotangare
5. Kanor 1. Bakulan 11. Sarangan
2. Canga'an 12. Sedeng
3. Caruban 13. Semambung
4. Kanor 14. Sidorejo
5. Kedungarum 15. Simbatan
6. Kedungprimpen 16. Sumberwangi
7. Palembon 17. Tambakrejo
8. Pilang 18. Tejo
9. Piyak 19. Temu
10. Prigi
6. Kapas 1. Bakalan 4. Klampok
2. Bogo 5. Nagmpel
3. Kapas 6. Sambiroto
Tabel 2. (Lanjutan)
Kabupaten Kecamatan Desa
1. Bojonegoro 7. Malo 1. Banaran 11. Rendeng
2. Dukuhlor 12. Semlarak
3. Kacangan 13. Sudah
4. Kedungrejo 14. Sukorejo
5. Kemiri 15. Sumberrejo
6. Kitelan 16. Tambakromo
7. Kliteh 17. Tanggi
8. Malo 18. Tinawuh
9. Ngujung 19. Trembes
10. Petak 20. Tulungagung
8. Ngasem 1. Bandungrejo 11. Mojodelik
2. Bareng 12. Ngadiluwih
3. Begadon 13. Ngantru
4. Bonorejo 14. Ngasem
5. Brabowan 15. Prajekan
6. Dukuhkidul 16. Ringintunggal
7. Gayam 17. Sambong
8. Jampet 18. Sendangrejo
9. Jelu 19. Tengger
10. Mediunan 20. Wadang
9. Padangan Kendung
10. Purwosari 1. Dolokgede 6. Punggur
2.Kacangan 7. Purwosari
3. Ngrejang 8. Sedahkidul
4. Palem 9. Sendangrejo
5. Pojok 10. Tlatah
11. Trucuk 1. Guyangan 6. Pagerwesi
2. Kandangan 7. Sumbangtimun
3. Kanten 8. Sumberrejo
4. Mori 9. Trucuk
5. Padang 10. Tulungrejo
2. Tuban 1. Palang 1. Cendoro 7. Leren Kulon
2. Dawung 8. Ngimbang
3. Gesikharjo 9. Palang
4. Glodok 10. Pucangan
5. Karangagung 11. Sumurgung
6. Kradenan 12.Tegalbang

Tabel 2. (Lanjutan)
Kabupaten Kecamatan Desa
2. Tuban 2. Parengan 1. Selobagus 2. Sendangrejo
3. Plumpang 1. Cangkring 7. Ngrayung
2. Jatimulyo 8. Plumpang
3. Kedungrejo 9. Sumberagung
4. Kepohagung 10. Sumurjalak
5. Kesamben 11. Trutup
6. Magersari
4. Rengel 1. Banjaragung 10. Maibit
2. Banjararum 11. Ngadirejo
3. Banyubang 12. Pekuwon
4. Bulurejo 13. Prambon Wetan
5. Campurejo 14. Punggulrejo
6. Dahor 15. Rengel
7. Kanorejo 16. Sawahan
8. Karangtinoto 17. Sumberejo
9. Kabonagung 18. Tambakrejo
5. Semanding 1. Gesing 4. Pakis
2.Menyuyur 5. Tunah
3. Ngino
6. Soko 1. Bangunrejo 10. Ngruruwan
2. Glagahsari 11. Pandanagung
3. Gununganyar 12. Pandanwangi
4. Jegulo 13. Prambon Terayang
5. Kendalrejo 14. Rahayu
6. Kenongosari 15. Sandingrowo
7. Menilo 16. Simo
8. Mentoro 17. Sokosari
9. Mojoagung 18. Sumurcinde
7. Widang Minohorejo

Dampak dari Pengembangan Lapangan Minyak Banyu Urip


Berdasarkan batas wilayah studi AMDAL Pengembangan Lapangan
Minyak Banyu Urip dapat diketahui bahwa pengembangan lapangan minyak
Banyu Urip ini menyebabkan perubahan tata guna lahan pertanian menjadi daerah
industri perminyakan. Daerah yang digunakan untuk pengembangan lapangan
minyak Banyu Urip adalah daerah persawahan dengan sedikit pemukiman.
Perubahan tata guna lahan ini akan berdampak pada komponen-komponen
berikut:
1. Komponen Geofisika-Kimia
Komponen geofisika-kimia yang dapat mengalami perubahan di antaranya:
a. Perubahan iklim mikro, kualitas udara dan kebisisngan. Hal ini
dikarenakan adanya pembukaan lahan pada tahap prakonstruksi, kegiatan
pembangunan kompleks CPF dan pemasangan pipa darat pada tahap
konstruksi, dan pemboran dan pengolahan minyak di CPF selama tahap
operasi produksi.
b. Kualitas air tanah. Dampak kualitas air tanah timbul akibat adanya re-
injeksi air produksi ke dalam tanah melalui sumur injeksi.
c. Kualitas air sungai. Pembuangan air bekas uji hidrolistik (dilakukan
setelah kegiatan konstruksi kompleks CPF selesai dilaksanakan) dapat
berpengaruh terhadap kualitas air sungai karena kandungan bahan kimia di
dalamnya.
d. Kualitas air laut. Penanaman pipa lepas pantai di dasar laut dapat
meningkatkan kekeruhan air laut yang dapat menurunkan kualitas air laut
sekitar lokasi. Air bekas uji hidrolistik pipa darat dan lepas pantai juga
dapat berdampak pada kualitas air laut.
e. Kualitas tanah. Dampak terhadap kualitas tanah dapat timbul dari
penangan sisa lumpur dan serbuk bor dari kegiatan pemboran sumur-
sumur produksi dan injeksi dan penangan limbah sludge dari kegiatan
pembersihan tangki timbun.

2. Komponen Biologi
Komponen biologi yang dapat mengalami perubahan di antaranya:
a. Flora dan fauna darat. Adanya pembukaan lahan dapat menyebabkan
hilangnya habitat untuk flora dan fauna darat. Kegiatan pemasangan pipa
darat dapat meningkatkan kebisingan dan debu sehingga menimbulkan
gangguan terhadap kehidupan fauna darat, terutama burung.
b. Biota air sungai. Pembuangan air bekas uji hidrolistik dapat mengganggu
kualitas air sungai sehingga berpotensi menimbulkan gangguan terhadap
kehidupan biota air sungai.
c. Biota laut. Penanaman pipa lepas pantai di dasar laut akan meningkatkan
kekeruhan air laut yang dapat mengganggu kehidupan biota laut.
3. Komponen Sosial
Proses pembebasan lahan dapat menimbulkan persepsi positif ataupun negatif
sehingga harga ganti rugi tanah dari pembebasan tanah tersebut yang diterima
masyarakat harus sesuai dengan harapan mereka. Kegiatan nelayan yang
bersandar di daerah Karangagung dapat terganggu karena adanya kegiatan
pemasangan pipa lepas pantai. Hal ini sehubungan dengan terganggunya
daerah tangkapan ikan para nelayan tersebut.
4. Komponen Kesehatan Masyarakat
Pada tahap konstruksi pembangunan kompleks CPF, dari para pekerja akan
menghasilkan sampah domestik berupa sampah, limbah kamar mandi dan WC
yang berpengaruh terhadap sanitasi lingkungan di sekitar tapak proyek. Jika
limbah tersebut tidak dikelola maka dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
masyarakat sekitar lokasi CPF.

Anda mungkin juga menyukai