Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Dan perlu kita ketahui bahwa di dalam “pendidikan”
mempunyai pengertian suatu proses bimbingan atau tuntunan yang didalamnya mengandung
beberapa unsur-unsur yang harus diperhatikan, salah satunya adalah adanya orang yang
mendidik atau disebut sebagai pendidik.
Pendidik adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif
(rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa). Pendidik juga berarti orang dewasa yang
bertanggung jawab member pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani
dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi
tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan
khalifah Allah SWT. Dan mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk social dan sebagai
makhluk individu yang mandiri.
Tugas-tugas dari seorang pendidik adalah Membimbing peserta didik, dalam artian
mencari pengenalan terhadap anak didik mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan
sebagainya ; Menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu suatu keadaan dimana tindakan-
tindakan pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan ; Seorang
penddidik harus memiliki pengetahuan yang diperlukan, seperti pengetahuan keagamaan, dan
lain sebagainya. Sedangkan tanggung jawab dari seorang pendidik adalah Bertanggung jawab
dalam bidang moral, Bertanggung jawab dalam bidang pedidikan, Tanggung jawab dalam
kemasyarakatan, Bertanggung jawab dalam bidang keilmuan.
Melihat tugas-tugas dan tanggung jawab seorang pendidik seperti yang diungkapkan
diatas, menunjukkan bahwa tidak mudah untuk menjadi seorang pendidik. Oleh karenanya
penting untuk diketahui beberapa syarat-syarat dan sifat-sifat seorang pendidik. Melalui
makalah ini, akan diterangkan lebih lanjut syarat – syarat menjadi seorang pendidik, sifat – sifat
seorang pendidik dan pandangan Islam mengenai Pendidik.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja syarat – syarat menjadi seorang pendidik?
2. Bagaimana sifat – sifat seorang pendidik?
3. Bagaimana cerminan seorang pendidik dalam perspektif pendidikan islam?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar kita mengetahui seluruh syarat – syarat menjadi seorang pendidik
2. Agar kita mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pendidik
3. Agar kita memahami cerminan seorang pendidik dalam perspektif pendidikan Islam

BAB II
ISI
2
A. SYARAT-SYARAT MENJADI SEORANG PENDIDIK
Pendidik adalah orang yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk memberi bimbingan
atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya demi mencapai
kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan
sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri. Orang yang pertama yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak atau pendidikan anak adalah orang tuanya, karena adanya
pertalian darah secara langsung sehingga ia mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masa
depan anaknya. Orang tua disebut juga sebagai pendidik kodrat. Namun karena mereka tidak
mempunayai kemampuan, waktu dan sebagainya, maka mereka menyerahkan sebagian
tanggung jawabnya kepada orang lain yang dikira mampu atau berkompeten untuk
melaksanakan tugas mendidik. Syarat-syarat umum bagi seorang pendidik adalah : Sehat
Jasmani dan Sehat Rohani.

Menurut H. Mubangit, syarat untuk menjadi seorang pendidik yaitu :


1. Harus beragama.
2. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.
3. Tidak kalah dengan guru-guru umum lainnya dalam membentuk Negara yang
demokratis.
4. Harus memiliki perasaan panggilan murni.

B. SIFAT-SIFAT SEORANG PENDIDIK


Untuk memenuhi syarat-syarat menjadi seorang pendidik diperlukan kedewasaan dan
kematangan diri pendidik itu sendiri yang meliputi aspek-aspek yaitu :

1. Aspek kematangan Jasmani, dapat dilihat dari perkembangan biologis dan usia. Pada
umumnya dikatakan sudah dewasa jasmani, kalau seseorang itu sudah akil baligh atau sudah
berkeluarga. Namun pada kenyataannya dalam kehidupan masyarakat masih jarang dipakai
sebagai kriteria kedewasaan.
2. Aspek Kematangan Rohani. Kematangan atau kedewasaan dalam arti rohani mungkin sangat
bervariasi atau berbeda-beda antara masyarakat atau bangsa yang satu dengan yang lain.
Kematangan atau kedewasaan rohani disini termasuk antara lain : sudah matang dalam
bertindak dan berpikir, sehingga sikap dan penampilannya menjadi semakin mantap.
Menghargai dan mematuhi norma serta nilai-nilai moral yang berlaku.

3
3. Kematangan atau Kedewasaan Kehidupan Sosial. Aspek kedewasaan sosial berhubungan
dengan kehidupan sosial, atau kehidupan bersama antar manusia. Untuk dapat bergaul
dengan sesama manusia dituntut adanya kemampuan berinterkasi dan memenuhi beberapa
persyaratan. Sebagai contoh harus dapat saling menghargai, saling tenggang rasa, saling
tolong menolong. Seseorang itu boleh dikatakan masih seperti anak-anak, karena masih
ambisius, mementingkan diri sendiri (Individualistis). Dan kedewasaan seseorang juga
ditandai dengan perkembangan rasa tanggung  jawab.
Adapun menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasyi, seorang pendidik harus memiliki sifat-
sifat tertenru agar ia dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, seperti yang
diungkapkan oleh beliau adalah :
1. Memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan materi, mengajar hanya karena mencari
keridhaan Allah semata
2. Bersih tubuhnya, jauh dari dosa besar, sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan,
perselisihan, dan sifat lain yang tercela
3. Ikhlas dalam kepercayaan, keikhlasan, kejujuran merupakan jalan terbaik kearah
suksesnya didalam tugasnya dan sukses murid-muridnya
4. Bersifat pemaaf, sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati banyak sabar,
berpribadi dan dan mempunyai harga diri
5. Harus mencintai murid-muridnya seperti cintanya terhadap anak-anaknya sendiri
6. Harus mengetahui tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa dan pemikiran murid-
muridnya agar ia tidak keliru dalam mendidik anak muridnya
7. Harus menguasai mata pelajaran yang diajarkan, serta memperdalam pengetahuannya.

C. PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan murabbi, mu’allim,
mu’addib, mudarris, dan mursyid. Menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan dalam
konteks Islam, kelima istilah ini mempunyai tempat tersendiri dan mempunyai tugas masing-
masing.

Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu
berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan
malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.

4
Mu’allim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta
menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus
melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.

Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab
dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.

Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta
memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha
mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan
sesuai dengan bakat , minat dan kemampuannya.

Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau
menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.\

z Definisi Pendidik dalam Pandangan Islam

Sebagaimana teori Barat, pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh
potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).

Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab member pertolongan pada
peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri
dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. Dan mampu melaksanakan
tugas sebagai makhluk social dan sebagai makhluk individu yang mandiri.

Pendidik pertama dan utama adalah orangtua sendiri. Mereka berdua yang bertanggung
jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses tidaknya anak
sangat tergantung kepada pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya. Kesuksesan anak
kandung merupakan cermin atas kusuksesan orangtua juga. Firman Allah SWT.

“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS. At-Tahrim: 6)

Pendidik disini adalah mereka yang memberikan pelajaran peserta didik, yang memegang
suatu mata pelajaran tertentu di sekolah. orangtua sebagai pendidik pertama Dan utama
terhadap anak-anaknya, tidak selamanya memiliki waktu yang leluasa dalam mendidik anak-

5
anaknya. Selain karena kesibukan kerja, tingkat efektifitas dan efisiensi pendidikan tidak akan
baik jika pendidikan hanya dikelola secara alamiah. Oleh karena itu, anak lazimnya dimasukkan
ke dalam lembaga sekolah. Penyerahan peserta didik ke lembaga sekolah bukan berarti
melepaskan tanggung jawab orangtua sebagai pendidik yang pertama dan utama, tetapi
orangtua tetap mempunyai saham yang besar dalam membina dan mendidik anak kandungnya.

z Syarat-syarat menjadi Pendidik dalam Pandangan Islam

Syaikh Ahmad Ar Rifai mengungkapkan, bahwa seseorang bisa dianggap sah untuk
dijadikan sebagai pendidik dalam pendidikan Islam apabila memenuhi dua criteria, yaitu :

1. Alim yaitu mengetahui betul tentang segala ajaran dan syariahnya Nabi Muhammad Saw,
sehingga ia akan mampu mentransformasikan ilmu yang komprehenshiv tidak setengah-
setengah.
2. Adil riwayat yaitu tidak pernah mengerjakan satupun dosa besar dan mengekalkan dosa
kecil, seorang pendidik tidak boleh fasik sebab pendidik tidak hanya bertugas
mentransformasikan ilmu kepada anak dididiknya namun juga pendidik harus mampu
menjadi contoh dan suri tauladan bagi seluruh peserta didiknya. Di khawatirkan ketika
seorang pendidik adalah orang fasik atau orang bodoh, maka bukan hidayah yang
diterima ank didik namun justru pemahaman-pemahaman yang keliru yang berujung
pada kesesatan.

z Kedudukan Pendidik dalam Pandangan Islam

Pendidik adalah spiritual father (bapak rohani), bagi peserta didik yang memberikan
santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk.
Oleh karena itu, pendidik memiliki kedudukan tinggi. Dalam beberapa Hadits disebutkan:
“Jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar atau pendengar atau pecinta, dan Janganlah engkau
menjadi orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak”. Dalam Hadits Nabi SAW yang lain:
“Tinta seorang ilmuwan (yang menjadi guru) lebi berharga ketimbang darah para syuhada”.
Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rasul. Al-Syawki
bersyair :

“Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja
merupakan seorang Rasul”.

6
Al-Ghazali menukil beberapa Hadits Nabi tentang keutamaan seorang pendidik. Ia
berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orang-orang besar yang aktivitasnya lebih
baik daripada ibadah setahun (perhatikan QS. At-Taubah:122). Selanjutnya Al-Ghazali menukil
dari perkataan para ulama yang menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita segala zaman,
orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya keilmiahannya.
Andaikata dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia seperti binatang, sebab: pendidikan adalah
upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang buas maupun binatang
jinak)kepada sifat insaniyah dan ilahiyah.

z Tugas Pendidik dalam Pandangan Islam

Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,


membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri
kepada-Nya.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Menurut H. Mubangit, syarat untuk menjadi seorang pendidik yaitu :
1. Harus beragama.
2. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.

7
3. Tidak kalah dengan guru-guru umum lainnya dalam membentuk Negara yang
demokratis.
4. Harus memiliki perasaan panggilan murni
Adapun menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasyi, seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat
tertentu agar ia dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, seperti yang diungkapkan oleh
beliau adalah :
1. Memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan materi, mengajar hanya karena mencari
keridhaan Allah semata
2. Bersih tubuhnya, jauh dari dosa besar, sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan,
perselisihan, dan sifat lain yang tercela
3. Ikhlas dalam kepercayaan, keikhlasan, kejujuran merupakan jalan terbaik kearah
suksesnya didalam tugasnya dan sukses murid-muridnya
4. Bersifat pemaaf, sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati banyak sabar,
berpribadi dan dan mempunyai harga diri
5. Harus mencintai murid-muridnya seperti cintanya terhadap anak-anaknya sendiri
6. Harus mengetahui tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa dan pemikiran murid-
muridnya agar ia tidak keliru dalam mendidik anak muridnya
7. Harus menguasai mata pelajaran yang diajarkan, serta memperdalam pengetahuannya.
Pendidik adalah spiritual father (bapak rohani), bagi peserta didik yang memberikan santapan
jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu,
pendidik memiliki kedudukan tinggi. Al-Ghazali menukil beberapa Hadits Nabi tentang keutamaan
seorang pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orang-orang besar yang
aktivitasnya lebih baik daripada ibadah setahun (perhatikan QS. At-Taubah:122). Andaikata dunia
tidak ada pendidik, niscaya manusia seperti binatang, sebab: pendidikan adalah upaya mengeluarkan
manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang buas maupun binatang jinak) kepada sifat insaniyah
dan ilahiyah.

Anda mungkin juga menyukai