Anda di halaman 1dari 5

Pertemuan ke-10

Hari Selasa, 30 November 2010

Pukul 10.00-12.30 WIB

Ruang 13

Nama : Ghulam Zikri Oktafiansyah

NIM : 342009277

Kelas : B (Biologi)

Dosen Pengasuh : Dr. Saleh Hidayat, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2010
Jurnal : 10

Tanggal : 30 November 2010

Kegiatan :

 Penjelasan petunjuk pelaksanaan PKL tanggal 07 Desember 2010 di


sungai Jakabaring

 Diskusi kelompok 9 (Riski Ganda Putri dan Nora Susanti )

 Tanya jawab

 Penjelasan materi oleh Dr. Saleh Hidayat, M.Si.

Assalamu’alaikum wr. wb

Hari ini merupakan pertemuan kesepuluh kami untuk matakuliah Pengetahuan


Lingkungan yang diasuh oleh bapak Saleh Hidayat. Untuk pertemuan kali ini, bapak
Saleh menjelaskan petunjuk mengenai kegiatan pelaksanaan PKL di sungai Jakabaring
pada tanggal 07 Desember 2010 bertepatan pada hari tahun baru Hijriyah. Membagi
tugas-tugas kepada setiap mahasiswa di mana tugas-tugas tersebut disertai dengan
penuh rasa tanggung jawab. Pada kesempatan kali ini, saya memilih dan mendapatkan
tugas yakni mengidentifikasi filum gastropoda yang terdapat pada sungai tersebut
dengan alat bantunya adalah “Petersen Grab”.

Selanjutnya adalah giliran kelompok 9 yang akan mempresentasikan hasil


analisis kelompok mereka yang berjudul “Industri Kelapa Sawit Solusi Alternatif
Penghasil Energi Ramah Lingkungan”. Sebagai moderatornya adalah saudari Nora
Susanti dan sebagai penyajinya adalah saudari Riski Ganda. Adapun penjelasan yang
diuraikan adalah sebagai berikut.

Perkembangan Minyak Kelapa Sawit Dunia

Konsumsi minyak sawit (CPO) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukkan
tren meningkat. Pertumbuhan akan perminyaan CPO dunia dalam 5 tahun terakhir, rata-
rata tumbuh sebesar 9,92%. China dengan Indonesia merupakan negara yang paling
banyak menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa juga termasuk konsumen
besar pengkonsumsi CPO di dunia (Anonymous, 2006).

Permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebenarnya bukan terletak pada


tingkat permintaan konsumsi atau ekspornya, karena baik konsumsi atau ekspor dunia
cenderung meningkat dengan stabil. Permasalahannya justru terletak pada fluktuasi
harga yang tidak stabil. Fluktuasi harga CPO ini cenderung dipengaruhi oleh isu-isu
yang dibuat oleh negara penghasil produk subtitusi 9saingan CPO), yaitu negara-negara
penghasil minyak dari kacang kedelai dan jagung yang umumnya merupakan negara
Eropa dan Amerika (negara maju).

Kondisi Dalam Negeri dan Alternatif Energi Pengganti (Biofuel)

Pengembangan industri kelapa sawit nasional sangat prospektif karena saat ini
pemerintah Indonesia sedang menjalankan program pengembangan biofuel (biodiesel)
yang menggunakan CPO sebagai bahan bakunya. Dengan demikian kapasitas
penyerapan CPO akan jauh lebih besar lagi di samping nilai tambahnya juga akan
semakin tinggi.

Masalah energi alternatif saat ini sedang menjadi perbincangan yang ramai di
masyarakat. Krisis bahan bakar minyak (BBM) saat ini telah menggugah masyarakat
bahwa Indonesia sangat bergantung pada minyak bumi. Energi alternatif biofuel yang
dapat diperbarui dapat memperkuat ketersediaan bahan bakar. Selain itu biofuel juga
ramah lingkungan sehingga bisa meningkatkan kualitas udara di beberapa kota besar di
Indonesia.

Metode Pengembangan Industri Kelapa Sawit di Indonesia Ramah Lingkungan

Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit pada perkebunan kelapa sawit dengan
sistem flatbed (Sitoru. 2007: 13-21) yaitu dengan cara:

• Limbah cair pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai pupuk.


• Metode aplikasi limbah cair yang umum digunakan adalah sistem flatbed, yaitu
dengan mengalirkan limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya
ke parit primer dan sekunder (flatbed).

• Pembangunan instalasi aplikasi limbah cair membutuhkan biaya yang relative


mahal.

Gerakan Konsumen Hijau (Green Consumerism)

Secara sederhana, pengertiannya adalah pembangunan yang ditujukan untuk


memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan dan
kepentingan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Penegertian ini merujuk pada World Commission on Environtment and Development
(WECD), sebuah komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan di bawah naungan
PBB.

Definisi tersebut memuat dua konsep utama. Pertama, tentang kebutuhan yang
sangat esensial untuk penduduk miskin dan perlu diprioritaskan. Kedua, tentang
keterbatasan dari kemampuan lingkungan untuk memnuhi kebutuhan generasi sekarang
dan yang akan datang. Artinya, pembangunan berkelanjutan berperspektif jangka
panjang (alonger term perspective) yang menuntut adanya solidaritas antar generasi.

Setelah penjelasan tersebut dipresentasikan, kelompok penyaji memberikan sesi


pertanyaan dengan 3 (tiga) penanya. Penanya pertama yaitu saudari Andi yang
menanyakan Undang-undang apa salah satunya yang menentukan pola pengembangan
perkebunan kelapa sawit yang sesuai dengan undang-undang dan mengapa cukup
menarik untuk diaplikasikan saat ini adalah pola Transmigration Corporate Farming
(TFC) serta apa saja yang menyebabkan kemenarikannya tersebut? Dijawab oleh
saudari Nora Susanti salah satu UU tersebut ialah UU Republik Indonesia No. 18 tahun
2004 tentang perkebunan, ditegaskan bahwa “Perkebunan diselenggarakan atas asas
manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta keadilan”
(pasal 2). Disebabkan oleh: a. ekonomi, yaitu peningkatan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; b. ekologi,
yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, pennyedia oksigen, dan
penyangga kawasan lindung; dan c. sosial budaya, yaitu sebagai perekat dan pemersatu
bangsa. Yang menyebabkan kemenarikannya adalah nilai ekspor tinggi, ramah
lingkungan, dan bagian-bagian dari kelapa sawit tidak percuma.

Penanya kedua yaitu saudari Mutiara yang menanyakan tentang Kasus-kasus


yang dihadapi perusahaan pertambangan minyak bumi dalam menyelaraskan antara
industri dan lingkungan? Dijawab oleh saudari Riski Ganda salah satunya adalah
proses pengeboran dan produksi minyak bumi mengandung resiko bagi kelestarian
lingkungan.

Penanya ketiga sekaligus terakhir adalah saudara Deby Saputra yang


menanyakan hubungan industri kelapa sawit dengan energi ramah lingkungan dan
Pengetahuan Lingkungan? Dijawab oleh saudari Nora dan tambahan dari saya bahwa
industri kelapa sawit dengan energi ramah lingkungan adalah salah satu alternatif
pengganti bahan bakar dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa
sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Sedangkan
hubungannya dengan Pengetahuan Lingkungan adalah adanya dampak positif salah
satunya adalah nilai ekspor yang tinggi dan dampak nilai negatifnya adalah salah
satunya adalah kerakusan unsur hara dan air tanaman monokultur seperti sawit, dimana
dalam satu hari batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan
dari Universitas Riau).

Setelah itu diskusi pun selesai dengan diberi kesimpulan oleh moderatornya yaitu
saudari Nora Susanti.

Akhirnya pertemuan mata kuliah Pengetahuan Lingkungan inipun berakhir. Tidak


lupa pada pertemuan selanjutnya tugas membuat refleksi diri harus dibuat. Semoga pada
pertemuan kali ini dapat diserap dan bermanfaat bagi kita semua sehingga menjadi
Smart.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Anda mungkin juga menyukai