1. Pendahuluan
Ekonomi dunia telah mengalami kemajuan yang pesat dalam dua dasawarsa terakhir.
Perkembangan ini memungkinkan perusahaan untuk memperluas pasar dan sumber pasokan
mereka. Di lain pihak, perusahaan juga akan mengalami persaingan global yang makin ketat.
Peran pemasaran menjadi sangat penting dalam membantu perusahaan meraih peluang-
peluang yang ada dan mampu bertahan di dalam persaingan. Selain itu, pemasaran
menempati posisi sentral dalam perusahaan, jika kebutuhan pelanggan ingin dipahami secara
benar dan dipuaskan secara efisien (Kotler, 1997). Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah
proses yang melibatkan analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; yang
mencakup barang, jasa, dan gagasan; yang tergantung pada pertukaran; dan dengan tujuan
menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat. Artomoro adalah salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang penjualan mobil second. Salah satu tujuan perusahaan ini
adalah menjadi pemimpin pasar dalam bisnis otomotif dengan volume penjualan nomor satu.
Dapat dikatakan perusahaan fokus pada pencapaian total penjualan kendaraan. Semakin
banyak kendaraan yang terjual di harapkan mampu mengubah presepsi masyarakat bahwa
mobil second tidak semuanya berkeadaan buruk. Berdasarkan data penjualan UD. Artomoro
tahun 2010, target nilai penjualan yang harus dicapai pada tahun 2010 sekitar 286 unit atau
Rp 35.500.000.000 sedangkan total penjualan yang bisa dicapai perusahaan sekitar 284 unit
atau Rp 34.966.000.000. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mencapai target
penjualan. Namun dilihat dari sisi biaya pemasaran, perusahaan mengalami over budget.
Target biaya pemasaran atau operasional tahun 2010 adalah Rp 550.000.000 sedangkan
kenyataannya total biaya pemasaran dan operasional membengkak menjadi Rp 558.949.042.
Padahal, perusahaan diharapkan mampu menekan biaya pemasaran dan produksi agar
keuntungan (profit) perusahaan tetap tinggi. Pernyataan ini diambil berdasarkan misi
perusahaan yaitu menciptakan nilai ekonomis yang positif.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu penelitian pada UD. Artomoro untuk menjawab
permasalahan di atas yaitu dengan memunculkan suatu alternatif perbaikan yang diharapkan
mampu meningkatkan total penjualan perusahaan namun dengan biaya pemasaran yang sama
dengan periode sebelumnya atau dengan mereduksi biaya pemasaran. Pendekatan yang
digunakan adalah Lean Thinking for Marketing. Kelebihan dari metode ini adalah fokus pada
reduksi waste di value stream process dan diharapkan mampu membuat proses pemasaran
menjadi lebih efisien. Tools yang dipakai adalah Regression Analysis, Service Blueprint, 7-
Waste, Pareto Chart, Root Cause Analysis, Failure Mode and Effect Analysis, dan konsep
Value. Dengan adanya penggunaan berbagai tools diharapkan dapat membantu usaha
perbaikan kinerja pemasaran di UD. Artomoro sehingga mampu meningkatkan total
penjualan kendaraan dengan penggunaaan biaya pemasaran yang lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini
adalah bagaimana mengurangi pemborosan pada proses pemasaran dengan menggunakan
pendekatan Lean Thinking. Diperlukan kejelasan sasaran yang ingin dicapai untuk dapat
menjawab permasalahan, membangun persamaan regresi atas indikator-indikator yang
berpengaruh terhadap proses permasaran dan mendapatkan indikator yang berpengaruh
secara signifikan terhadap proses tersebut, mengidentifikasi pemborosan yang terdapat pada
proses pemasaran dan mengidentifikasi pemborosan yang paling berpengaruh terhadap proses
tersebut, mengidentifikasi dan mencari penyebab terjadinya pemborosan kritis, dan
memberikan rekomendasi perbaikan (improvement) terhadap penyebab pemborosan kritis.
2. Metodologi
Metodologi penelitian adalah tahapan atau langkah yang harus dilakukan dalam
melakukan penelitian. Oleh karena itu, metodologi penelitian diperlukan dalam setiap
penelitian agar proses penelitian lebih terarah dan sistematis. Secara garis besar, langkah atau
tahapan yang dilakukan dibagi menjadi empat bagian yaitu: tahap identifikasi permasalahan,
tahap pengumpulan dan pengolahan data, tahap analisis data, dan tahap kesimpul
Tahap 1, Identifikasi
Pada tahap ini akan dijelaskan urutan kegiatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi
masalahyang terjadi pada objek amatan dan garis besar penyelesaian yang akan dilakukan.
Berisi tentang identifikasi masalah, tujuan, studi pustaka dan studi lapangan.
Pada tahap ini, proses pengumpulan dan pengolahan data, dibagi menjadi dua
pembahasan. Pembahasan yang dimaksud adalah pendefinisian kondisi eksisting dan
pengukuran performansi perusahaan.
Pada tahap ini, proses analisis dan perbaikan juga dibagi dalam dua tahapan, yaitu
tahapan analisis hasil dan usulan perbaikan.
Menarik suatu kesimpulan dan saran merupakan tahapan akhir yang dilakukan
berdasarkan analisis dan interpretasi yang telah dilakukan untuk menjawab tujuan yang ingin
dicapai. Saran diberikan untuk proses peningkatan kinerja pemasaran perusahaan serta
penelitian selanjutnya.
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bab ini menjelaskan tahapan dalam mengumpulkan dan mengolah data yang
diperoleh. Secara umum, data yang akan dikumpulkan dan digunakan dalam pengembangan
penelitian adalah data-data yang diperoleh dari pengumpulan data secara primer, data
sekunder, brainstorming, wawancara dan in depth interview dengan beberapa pihak yang
terkait dengan objek penelitian ini. Pada bagian ini juga akan dijelaskan secara sistematis dari
setiap bagiannya mulai dari tahap pengumpulan dan pengolahan data serta hasil yang
diperoleh.
Sub bab ini memaparkan gambaran umum perusahaan yang menjadi objek amatan,
serta ruang lingkup bisnis perusahaan yang nantinya akan terkait dengan permasalahan yang
diangkat di dalam penelitian ini.
UD Artomoro adalah perusahaan jasa penjualan mobil second. Saat ini Artomoro
adalah salah satu showroom terbesar di jogjakarta, yang menguasai antara 50-60 % dari total
penjualan. Dalam aktivitas bisnisnya, UD Artomoro memberikan kemudahan bagi
masyarakan yang ingin membeli mobil tetapi uang yang dia punya tidak cukup, UD
Artomoro memberikan kemudahan dengan cara pembayaran tempo atau melalui finance.
Untuk mempermudahkan masyarakat dalam proses pembayaran UD Artomoro bekerja sama
dengan beberapa finance yang ada di jogjakarta (Andalan Finance, ACC Finance, BCA
Finance, Panin Finance,dll). UD Artomoro berkembang pesat karena memberikan berbagai
layanan yang sangat memudahkan bagi calon pembeli maupun pengguna mobil. Dengan
slogan “ MOBIL BEKAS BERKUALITAS ” UD Artomoro selalu mencoba menjadi yang
terdepan dalam pelayanan. Artomoro memiliki cabang yang berada di sleman dan turi .
Artomoro berdiri sejak tahun 2000.
3.1.2. Identifikasi Objek Amatan
Dari pemaparan pada sub bab Latar Belakang diketahui bahwa objek amatan adalah
proses pemasaran mobil secound. Kerusakan didefinisikan sebagai adanya gap antara nilai
Marketing ROI target dengan nilai Marketing ROI realita.
Pada Service Blueprint proses pemasaran. aktivitas onstage dan backstage akan
dipisahkan oleh line of visibility. Untuk itu pada tahap ini dilakukan identifikasi interaksi
salespeople onstage dan backstage. Interaksi salespeople onstage adalah segala aktivitas
salespeople dalam melayani prospek dan customer yang tampak (visible) oleh mereka.
Aktivitas onstage pada proses pemasaran ini terdiri dari:
Database prospek
Sistem penyimpanan data customer
Sistem pembayaran kasir
Sistem monitoring kinerja pemasaran
Bukti fisik adalah semua benda atau alat yang digunakan dalam proses pemasaran.
Banyak sekali bukti fisik yang digunakan, diantaranya adalah telepon, agenda, alat tulis,
brosur truk, komputer, interior ruangan dan lain sebagainya yang lebih jelasnya dapat dilihat
pada Service Blueprint existing.
1. Overproduction
Jenis pemborosan yang terjadi karena produksi berlebih dari kuantitas yang dibeli
oleh pelangggan. Memproduksi lebih dari yang dibutuhkan dan stok yang berlebih
merupakan pemborosan kategori ini. Pada pemborosan ini, banyaknya stock kendaraan yang
masih berada di gudang adalah suatu pemborosan karena di dalamnya terdapat nilai investasi
truk yang cukup besar. Besarnya pemborosan dapat dilihat dari besarnya nilai investasi truk
yang ada di gudang dengan bunga bank sebesar 1% per bulan.
2. Defect
Besarnya pemborosan dapat dilihat dari banyaknya komplain mengenai kendaraan
yang rusak dalam masa garansi. Komplain tersebut nantinya akan dikonversi ke dalam rupiah
berdasarkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperbaiki
kendaraan terebut.
3. Excess Processing
Jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah proses yang panjang dari yang
seharusnya sepanjang proses value stream. Pemborosan kategori ini meliputi proses atau
prosedur yang tidak perlu, pengerjaan pada produk tetapi tidak menambah nilai dari produk
itu sendiri. Besarnya pemborosan dapat dilihat dari aktivitas salespeople yang melakukan
pencarian prospek di pagi hari yang seharusnya sudah mereka lakukan pada sore hari di hari
sebelumnya. Selain itu juga, salespeople masih memberikan keterangan mengenai produk
(presentasi) kepada customer padahal salespeople seharusnya berada pada tahap closing.
Aktivitas ini nantinya akan dikonversi ke dalam rupiah berdasarkan lama waktu yang mereka
habiskan untuk melakukan aktivitas ini.
4. Inventory
Pemborosan kategori ini meliputi persediaan kendaraan. Kendaraan kendaraan yang
tidak terjual akan tetap disimpan di dalam gudang dan hal inilah yang akan menyebabkan
terjadinya pemborosan. Besarnya pemborosan dapat dilihat dari besarnya biaya simpan per
unit kendaraan yang tidak terjual setiap bulannya.
5. Transportation
Transportation merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena perpindahan barang
atau transportasi informasi yang sebenarnya tidak diperlukan atau justru berlebihan. Pada
proses pemasaran pemborosan ini dapat terlihat dari banyaknya transportasi informasi
kendaraan baik berupa telepon maupun sms yang dikirimkan ke prospek namun prospek tidak
memberikan sinyal positif berupa pembelian kendaraan.
6. Waiting
Waiting dan waktu idle termasuk pemborosan karena hal tersebut tidak memberi nilai
tambah kepada produk. Pemborosan ini terjadi karena adanya penundaan (delay) antar proses
yang satu dengan proses selanjutnya. Penundaan yang terjadi dalam proses pemasaran ini
yaitu salespeople menunggu customer untuk presentasi produk.
7. Movement
Jenis pemborosan yang terjadi karena banyaknya pergerakan dari yang seharusnya
sepanjang proses pemasaran. Pemborosan ini terjadi pada proses pemasaran berupa
salespeople melakukan pencarian berkas-berkas customer dan terkadang malah harus
berpindah tempat untuk mengambilnya. Aktivitas ini nantinya akan dikonversi ke dalam
rupiah berdasarkan lama waktu yang mereka habiskan untuk melakukan aktivitas ini.
3.2. Pengukuran Kemampuan Proses Perusahaan
Pada tahap ini akan dilakukan analisis regresi liner berganda pada tiap-tiap indikator
yang mempengaruhi proses pemasaran, penentuan waste yang paling berpengaruh, dan
penentuan sub waste yang paling berpengaruh.
Pada bab ini akan ditampilkan analisis data dan usulan perbaikan dari pengolahan data
yang dilakukan pada bab sebelumnya.
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Suatu usaha kecil bisa berkembang menjadi suatu usaha berskala besar karena usaha
dan kerja keras yang dilakukan selama bertahun-tahun juga dengan penerapan strategi yang
tepat. Seperti UD ARTOMORO ini yang tadinya hanya usaha skala rumahan sekarang bisa
mempunyai anak cabang. Dengan strategi yang tepat, UD ARTOMORO bisa berkembang
menjadi salah satu market leader dalam bidang usaha yang digelutinya.
2. Waste yang memiliki total pemborosan terbesar adalah waste overproduction dengan
sub waste kritis yaitu kerugian nilai investasi akibat kegagalan penjualan melalui presentasi
produk.
3. Berdasarkan RCA dan FMEA diketahui bahwa penyebab utama terjadinya waste
overproduction adalah tidak adanya bahan presentasi yang baku, salespeople belum
mendapatkan pelatihan, dan promosi kurang gencar.
6. Daftar Pustaka
Anne, Debora & Gunawan, Desy. (2004). Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework.
Surabaya: Riset Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Petra.
Best, R. J. (2005). Market Based Management: Strategies for Growing Customer Value and
Profitability. New Delhi: Prentice Hall of India.
Eng, T.Y., & Jones, J. G. (2009). An Investigation of Marketing Capabilities and Upgrading
Performance of Manufacturers in Mainland China and Hong Kong. Journal of World Business
44, 463-475.
Fatin, Devi. (2009). Usulan Peningkatan Rasio Keberhasilan Penghimpunan Dana pada Pelayanan
Eksklusif Produk Deposito dengan Pendekatan Lean Six Sigma di Bank X. Surabaya: Tugas
Akhir Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Gasperz, Vincent. (2002). Pedoman Implementasi Six Sigma: Terintegrasi dengan ISO 9001:2000,
MBNQA, dan HACCP. Jakarta: PT. Gramedia.
Hines, P. dan Taylor, D. (2000). Going Lean. Cardiff: Lean Enterprise Research Centre Cardiff
Business School.
Joni. (2008). Regresi Logistik. Semarang. <URL: http://jonikriswanto.blogspot.com/2008/08/r egresi-
logistik.html>. Diakses: 5 April 2010. 14
Kotler, P. (1997). Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Kurniawan, D. (2007). Regresi Logistik. Indonesia. <URL:
http://ineddeni.wordpress.com/2007/08/07/regresi-logistik/>. Diakses: 5 April 2010.
Mangkuprawira, Sjafri. (2007). Kinerja: Apa itu?. Indonesia. <URL:
http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/29/kinerja-apa-itu/>. Diakses: 19 April 2010. Mark.
(2008). 7 Hidden “Wastes” of Marketing. Inggris: ResQ Management Resources.
Purba, Humiras Hardi. (2008). Diagram Fishbone dari Ishikawa. Jakarta. <URL:
http://hardipurba.com/?p=37>. Diakses: 4 April 2010.
Ridha, Novia, (2008). Perancangan Upaya Peningkatan Kualitas Produk Gallon New Design (ND)
dengan Pendekatan Lean Six Sigma. Surabaya: Tugas Akhir Teknik Industri ITS, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Spillan, J., & Parnell, J. (2006). Marketing Resources and Firm Performance Among SMEs.
European Management Journal 24, 236-245.
Walpole, R. E., & Myers, R. H. (1995). Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan.
Bandung: ITB.