Anda di halaman 1dari 2

Dalam studi ini, kami menguji secara empiris implikasi dari pemisahan kepemilikan dan kontrol dari

komposisi Dewan Direksi.

Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan bagian dari corporate governance. Jensen
(1993) dan Lipton dan Lorsch (1992) dalam Beiner dkk (2003) merupakan yang
pertama menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan bagian dari
mekanisme corporate governance. Hal ini diperkuat oleh pendapat Allen dan Gale
(2000) dalam Beiner dkk (2003) yang menegaskan bahwa dewan komisaris
merupakan mekanisme governance yang penting.
Dewan komisaris merupakan mekanisme penggendalian intern tertinggi yang
bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen punjak (Fama dan Jensen,
1983). Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG (KNKG, 2006). Fungsi
service menyatakan bahwa dewan (komisaris) dapat memberikan
konsultasi dan nasehat manajemen (dan direksi). Penelitian Lorsch dan MacIver
(1989) dalam Young dkk (2001) yang berbasis wawancara menemukan bahwa
peranan pemberian saran (advisory) mendominasi aktivitas anggota dewan. Dengan
menekankan pada fungsi ini, Dalton dan Daily (1999) dalam Kusumawati dan
Riyanto, (2005) menyatakan bahwa peranan keahlian atau konseling yang diberikan
oleh anggota dewan tersebut merupakan suatu jasa yang berkualitas bagi manajemen
dan perusahaan yang tidak dapat diberikan oleh pasar. Anggota dewan komisaris
yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu juga dapat memberikan nasehat
yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan perusahaan (Fama dan
Jensen, 1983 dalam Young et al., 2001).
Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan (komisaris) diambil dari teori
agensi. Dari persepektif teori agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal
utama untuk mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu
menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Jensen, 1993 dalam
Young et al., 2001). Dari kedua fungsi dewan tersebut, terlihat bahwa jumlah
komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Proporsi dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau komisaris
independen juga mempengaruhi kinerja perusahaan yang bertindak sebagai
penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan
mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen.
Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsimonitoring agar
tercipta perusahaan yang good corporate governance (Fama dan
Jensen, 1983).
Barnhart & Rosenstein (1998) dalam Lastanti (2004) melakukan penelitian
mengenai “Board Composition, Managerial Ownership and Firm Performance”,
yang membuktikan bahwa semakin tinggi perwakilan dari outsider director
(komisaris independen), maka semakin tinggi independensi dan efektivitas
corporate board sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hubungan antara
komisaris independen dan kinerja perbankan juga didukung oleh perspektif bahwa
dengan adanya komisaris independen diharapkan dapat memberikan fungsi
pengawasan terhadap perusahaan secara objektif dan independen, menjamin
pengelolaan yang bersih dan sehatnya operasi perusahaan sehingga dapat
mendukung kinerja perusahaan (Jones,1979 dalam Lastanti, 2004). Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Yermack, 1996; Daily& Dalton, 1993; Strearn &
Mizruchi, 1993 juga menyatakan bahwa tingginya proporsi dewan luar
berhubungan positif dengan kinerja perusahaan ( dalam Wardhani, 2006).

1. masalah keagenan disebabkan oleh pemisahan kepemilikan dan kontrol

2. pentingnya direksi luar sebagai pemantau dari manajer

3. penentu komposisi dewan

4. Ownership variation in the property-liability insurance industry

Bagaimana membangun sebuah sistem tata kelola perusahaan untuk mengontrol konflik keagenan

disebabkan oleh pemisahan kepemilikan dan kontrol telah lama tunduk pada penelitian akademik

yang luas. Ada literatur tentang implikasi dari pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam tata kelola

perusahaan, bagaimanapun, telah difokuskan pada perusahaan publik yang umumnya tersebar luas

kepemilikan antara investor individu dan dengan demikian merupakan pemisahan yang sangat besar

kepemilikan dan kontrol. Sedangkan perusahaan publik dapat membentuk organisasi yang paling

menonjol, mereka hanya bagian dari spektrum seluruh struktur kepemilikan hadir di Amerika

perusahaan. Spektrum mencakup struktur kepemilikan bersama perusahaan dan perusahaan

diadakan. Sampai saat ini, sedikit yang diketahui tentang dampak struktur kepemilikan alternatif

dalam firmsâ sistem pemerintahan. Alasan utama untuk penelitian bukan adalah kesulitan dalam

memperoleh data tentang sistem pemerintahan untuk perusa

Anda mungkin juga menyukai