Anda di halaman 1dari 3

No.

6/30/BGub/Humas

BANK SENTRAL DAN KEMENTERIAN KEUANGAN NEGARA ASIA


SEPAKAT UNTUK DORONG PENGEMBANGAN PEMBIAYAAN USAHA
MIKRO DAN PERDESAAN

Bank sentral Asia dan kementerian keuangan sepakat untuk secara bersama-sama
mendorong pengembangan pembiayaan usaha mikro dan perdesaan. Hal tersebut
dituangkan dalam The Yogyakarta Communiqué 2004 yang antara lain menyoroti
penciptaan iklim kondusif, peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, dan orientasi
pasar, bagi pengembangan pembiayaan kedua sektor tersebut.

The Yogyakarta Communiqué 2004 tersebut merupakan hasil pembahasan pemimipin


dari 10 bank sentral dan pejabat tinggi kementerian keuangan di belahan Asia yang
merupakan semacam kesepakatan bersama untuk mendorong pengembangan
pembiayaan usaha mikro dan perdesaan. Kesepakatan tersebut selanjutnya akan
dibahas di negara masing-masing untuk kemudian mendapat persetujuan dari otoritas
terkait. Kesepakatan tersebut dibacakan oleh Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin
Abdullah, pada tanggal 27 Februari 2004 yang merupakan puncak High Level Policy
Meeting on Microfinance and Rural Finance in Asia yang berlangsung dari tanggal 26-28
Februari 2004 di Yogyakarta.

"Kami akan mengintegrasikan pembiayaan usaha mikro dan perdesaan sebagai alat
yang ampuh dalam strategi pengentasan kemiskinan di negara-negara Asia.
Kesepakatan tersebut akan kami implementasikan segera," ujar Burhanuddin Abdullah.

Menurut Burhanuddin, kesepakatan tersebut antara lain menyoroti hal-hal berikut:


penciptaan iklim kondusif yang berorientasi pasar, penghapusan subsidi bunga,
peningkatan sumber daya manusia di usaha kecil menengah serta peningkatan dialog
regional.

Sebelumnya, dalam sesi diskusi, para nara sumber dari bank sentral juga mencermati
pergeseran paradigma peran bank sentral dalam pengembangan pembiayaan usaha kecil
dan perdesaan. Pergeseran paradigma tersebut merupakan konsekuensi dari evolusi
fungsi bank sentral yang ditandai oleh semakin menurunnya peran langsung namun
tanpa mengurangi kepeduliannya terhadap pengembangan kedua sektor tersebut

"Peran Bank Indonesia dalam mendorong sektor usaha kecil telah mengalami
perkembangan sesuai dengan mandat yang diberikan dalam undang-undang," jelas
Burhanuddin Abdullah.

Dalam pertemuan yang disponsori oleh Deutsche Gesellschaft fur Technische


Zusammenarbeit (GTZ), institusi milik Pemerintah Jerman yang bergerak dalam
pemberian bantuan teknis bagi usaha kecil, Burhanuddin menjelaskan bahwa pergeseran
paradigma peran bank sentral tersebut terjadi atas fungsinya yang dahulu berperan
langsung dalam kegiatan pengembangan usaha kecil, kemudian berubah menjadi
institusi yang tidak langsung terlibat dalam pengembangan usaha kecil. "Keterlibatan
bank sentral yang langsung diantaranya berupa penyaluran kredit, penetapan suku
bunga, dan penjaminan kredit; sedangkan peran yang tidak langsung terutama
dilakukan melalui pengembangan kemampuan bank dalam membiayai usaha kecil,
pelaksanaan riset yang terkait dengan potensi pengembangan usaha kecil, pertukaran
informasi dan jasa konsultasi."

Menurut Burhanuddin, pergeseran paradigma tersebut sudah mendunia dan sangat


terkait dengan evolusi fungsi bank sentral yang saat ini lebih fokus terhadap pencapaian
inflasi yang stabil dan rendah. Sebagai konsekuensinya, peran langsung bank sentral
dalam pengembangan usaha kecil terpaksa harus dikurangi. Peran langsung merupakan
suatu kebijakan yang tidak sejalan dengan tujuan utama untuk menjaga inflasi pada
tingkat yang rendah. Namun demikian, bank sentral, termasuk Bank Indonesia, tetap
menaruh perhatian penuh terhadap usaha kecil. Dalam mendorong usaha kecil maupun
ekonomi perdesaan, Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa ketentuan perbankan
guna meningkatkan penyaluran kredit kepada usaha kecil, kemampuan dan kapasitas
usaha kecil, intensitas komunikasi dengan pengusaha kecil, dan kerja sama dalam
memberikan bantuan teknis.

Dewasa ini pergeseran paradigma tidak hanya terjadi pada peran bank sentral, namun
terjadi pula pada pemerintah. "Saat ini tengah berkembang pemahaman bahwa fungsi
bank sentral dan pemerintah hanya sebatas pada penciptaan iklim kondusif dalam
pengembangan usaha kecil ketimbang melakukan intervensi secara langsung."

Burhanuddin menjelaskan bahwa perhatian penuh yang diberikan Bank Indonesia


kepada usaha kecil sangat beralasan, dikarenakan usaha kecil dan perdesaan
merupakan sektor yang telah terbukti dapat bertahan ketika krisis keuangan melanda
kawasan Asia, tidak terkecuali Indonesia.

Program Director GTZ Indonesia, Mr. A. Hannig, mengatakan bahwa peran bank sentral
dan pemerintah dalam mengembangkan usaha kecil antara lain dapat berupa kebijakan
yang memberi stimulus terhadap mobilisasi dana masyarakat, pelaksanaan riset,
konsultasi, pelatihan, peningkatan kapasitas sektor usaha kecil, dan pertukaran
informasi.

Dalam pertemuan tingkat tinggi tersebut para delegasi berdiskusi dan bertukar informasi
mengenai pengembangan usaha kecil di masing-masing negara. Mr. B.N Bhattarai,
Deputi Gubernur bank sentral Nepal, mengungkapkan bahwa di Nepal, seperti halnya di
Indonesia, juga terdapat linkage program yaitu suatu program menghubungkan
perbankan dengan usaha kecil, serta program peningkatan profesionalisme pengusaha
kecil. Ke depan, peran langsung bank sentral dan Pemerintah Nepal terhadap
pengembangan usaha kecil diperkirakan akan semakin dikurangi. Hal senada juga
diungkapkan oleh Mr. Fakhruddin Ahmed, Gubernur bank sentral Bangladesh. Ia juga
menambahkan bahwa pengembangan usaha kecil dilakukan melalui standarisasi prinsip-
prinsip akuntasi dan standar-standar usaha lainnya.

Sementara itu, Mr. W.A. Wijewardena, Deputi Gubernur bank sentral Srilanka,
berpendapat bahwa untuk mendorong pembiayaan usaha kecil dan perdesaan guna
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan, diperlukan lembaga pembiayaan usaha yang
memiliki prospek, terpercaya, dan berkelanjutan. Selanjutnya, Mr. Wijewardana
menjelaskan bahwa lembaga pembiayaan tersebut harus dapat memenuhi permintaan
nasabah secara fleksibel dan inovatif. Hal lain yang disoroti oleh Mr. Wijewardana adalah
disiplin pasar, pengembangan sumber daya manusia, dan penguatan pelaksanaan tata
kelola yang baik.

Pertemuan tingkat tinggi tersebut dihadiri pemimpin bank sentral dan pejabat tinggi
kementerian keuangan di belahan Asia, antara lain, Da Afghanistan Bank, Bangladesh
Bank, Bank Negara Malaysia, Bangko Sentral Ng Pilipinas, Central Bank of Sri Lanka,
Nepal Rastra Bank, Central Bank of Cambodia, Bank Indonesia, Departemen Keuangan
RI, Ministry of Rural Rehabilitation Afghanistan, Ministry of Finance Thailand, serta wakil
dari Bank Rakyat Indonesia dan perguruan tinggi.

Yogyakarta, 27 Februari 2004


BANK INDONESIA
Rusli Simanjuntak
Kepala Biro

Anda mungkin juga menyukai