Anda di halaman 1dari 7

Scribd

Upload a Document
Search Books, Presentations, Business, Academics...
Explore

Documents

• Books - Fiction
• Books - Non-fiction
• Health & Medicine
• Brochures/Catalogs
• Government Docs
• How-To Guides/Manuals
• Magazines/Newspapers
• Recipes/Menus
• School Work
• + all categories

• Featured
• Recent

People

• Authors
• Students
• Researchers
• Publishers
• Government & Nonprofits
• Businesses
• Musicians
• Artists & Designers
• Teachers
• + all categories

• Most Followed
• Popular

• diputra1234567

Account

o Home
o My Documents
o My Collections
o My Shelf
o View Public Profile
o Messages
o Notifications
o Settings
o Help
o Log Out

/ 15

Download this Document for Free

Semua ini masuk tahapan kedua yaitu pembentukan lima unsur-unsur kasar (Panca Maha
Buta) yang timbul dari kombinasi lima unsur – unsur halus dan mempunyai sifatnya
sendiri-sendiri sebagai berikut :

1. Unsur suara menimbulkan ether atau ruang (akasa) dengan sifat suara
2. Unsur suara+raba menimbulkan udara (vayu)dengan sifat raba
3. Unsur suara+raba+warna menimbulkan api (tejah) dengan sifat warna
4. Unsur suara+raba+warna+rasa menimbulkan air (apah) dengan sifat rasa
5. Unsur suara+raba+warna+rasa+bau menimbulkan tanah (prthivi) dengan sifat bau.

Dari lima unsur kasar inilah alam semesta beserta isinya (jagat) berkembang, seperti bumi,
gunung-gunung, sungai, pepohonan dan mahluk hidup lainnya. Dengan demikian dapat pula
dikatakan bahwa alam semesta beserta isinya merupakan perubahan secara evolusi dari
Prakrti. Unsur-unsur kasar yang ada pada suatu pohon akan selamanya ada di dalam pohon
itu. Tetapi kalau pohon itu mati maka unsur-unsur kasar yang membentuknya akan terurai
kembali ke unsur-unsur yang membentuknya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses evolusi berjalan dalam duapuluh empat
langkah, yang bermula dari akar penyebab yaitu prakrti dan berakhir pada unsur tanah yang
merupakan unsur yang terkasar. Proses ini dapat dibagi menjadi dua proses besar yaitu :
Katagori pertama, perkembangan prakrti menjadi buddhi, ahamkara, dan sebelas
unsur-unsur indra,
katagori kedua, evolusi dari lima unsur halus dan lima unsur kasar.

Katagori pertama dapat dibagi menjadi dua yaitu pembentukan indra-indra internal atau indra
yang halus (antahkarana) dan pembentukan indra-indra eksternal (bahyakarana). Katagori
kedua juga dibagi menjadi dua bagian yaitu sifat-sifat yang tidak spesifik, tidak khusus
seperti sifat dari lima unsure-unsur halus yang tidak bisa dikenal dan dinikmati oleh manusia
biasa dan sifat spesifik, khusus (visesa) yaitu sifat lima unsure kasar yang memiliki sifat-sifat
khusus yang dapat dinikmati,
menyakitkan atau membuai. Manifestasi khusus ini dapat diuraikan menjadi dua
yaitu unsur-unsur kasar eksternal dan tiga jenis badan (badan fisik, badan halus dan badan

penyebab).
b. Involusi (Pengkerutan).
Pada suatu saat nanti alam semesta yang telah terbentuk ini akan dilebur kembali atau
mengalami pralaya, maka apa yang telah terbentuk itu akan dilebur kembali dengan gerakan
yang berlawanan dengan tahapan-tahapan gerak pada waktu pengembangannya dan terakhir
ia akan lebur kedalam Prakrti. Itulah proses penyusutan atau penguncupan yang tidak
memiliki awal dan tidak memiliki akhir.

MANUSIA DAN INKARNASI

Sebagaimana alam semesta maka manusia juga terbentuk dari unsur Purusa dan Prakrti.
Prakrti kemudian berkembang menjadi unsur-unsur halus atau unsur-unsur kejiwaan yang
akan menjadi Badan Halus (Linga Sarira atau Suksma Sarira)dan unsur-unsur kasar yang
akan menjadi Badan Kasar (Sthula Sarira). Badan Halus (Linga Sarira/Suksma Sarira)
Seluruh organ-organ atau peralatan yang merupakan Peralatan Batin (Antah Karana) dengan
alat-alat bantunya berupa lima indra persepsi (Panca Buddhendriya atau Panca Jnanendriya),

lima indra penggerak (Panca Karmendriya) dan lima unsur halus yang dinamakan Panca Tan
Matra. Semuanya ini bersifat fisik. Merupakan syarat mutlak bagi
purusa untuk mendapatkan pengalaman. Tubuh ini tidak akan terpisah dari seseorang, juga
ketika ia mati. Tubuh ini hanya dapat dipisahkan dari manusia jika ia telah
mendapatkan kelepasan yang sempurna. (Harun, Hal.68).

Badan Halus ini tidak berpisah dari seseorang pada saat orang itu meninggal dunia. Badan
Kasar (Sthula Sarira) Badan kasar ini dibentuk oleh lima unsur alam
(ruang-uadara-api-air-tanah) yang disebut Panca Maha Bhuta yang setiap saat mengalami
perubahan dan akan hancur pada saat seseorang meninggal dunia. Badan
manusia ini akan terurai menjadi lima unsur alam itu. Sang Diri atau Sang Pribadi (Purusa)
Menurut Samkhya pribadi yang sesungguhnya (The True Self) yang menjadi saksi dan
pengamat (Drsta), penengah (Madhyastha) dan netral (Udasana).

Manusia yang merupakan perpaduan antara Purusa Dan Prakrti diibaratkan sebagai
bekerjasamanya dua orang yang akan menuju ke suatu tempat yang sama. Orang yang
pertama adalah lumpuh (Purusa) yang tak mampu berjalan, sedangkan orang yang lainnya
adalah buta (prakrti) yang tidak dapat melihat. Kedua orang ini sepakat untuk bekerja sama
agar dapat sampai ke tujuan yang sama itu dengan menggendong orang yang lumpuh oleh
yang buta. Dengan digendong oleh Prakrti yang dapat berjalan maka Purusa
dapat sampai ke tujuan itu, sedangkan Prakrti walaupun tidak dapat melihat, ia
dibantu oleh Purusa untuk menuju ke tujuan itu juga. Setelah sampai di tempat
tujuan mereka akan berpisah, Prakrti dibebaskan oleh Purusa (Sang Diri) sehingga ia berhenti
melakukan aktifitas atau berbuat dan Sang Diri mencari kebahagiaan terakhir.

Kebebasan Sang Diri yang sesungguhnya ( Purusa) dimaksudkan adalah bahwa ia tidak
dilahirkan kembali (Moksa) yang berarti pula bebas dari 3 macam penderitaan :
1. Adhyatmika : demam atau penyakit-penyakit lainnya.
2. Adhidaivika : bencana alam
3. Adhibhautika : penyakit bawaan, gigitan ular atau kalajengking. (

Konsep Pembebasan
Menurut filsafat Samkhya, alam semesta penuh dengan kesengsaraan dan penderitaan,
walaupun apa yang dipikirkan sebagai kebahagiaan bercampur dengan kedukaan karena
semua kebahagiaan itu berakhir dengan kekecewaan yang merupakan dasar dari
kesengsaraan. Inilah kecenderungan yang hakiki dari semua mahluk hidup yang ingin
melepaskan diri dari kesakitan dan kesengsaraan, namun Samkhya menyatakan bahwa
semuanya itu akan dapat dicapai lewat pengetahuan yang benar tentang realitas.

Keseluruhan dari dunia eksternal dan fenomena internal berasal dari prakrti, tetapi kesadaran
murni, purusa bebas dari pembatasan ruang, waktu dan sebab akibat. Semua aktivitas,
perubahan, pemikiran, perasaan, kesakitan dan kebahagiaan menjadi milik dari organisme
badan, pikiran dan bukan milik dari sang pribadi (the self). Sang diri adalah murni dan
selamanya diterangi dengan kesadaran dan mengatasi keseluruhan fenomena dunia, termasuk
badan dan pikiran yang kompleks ini. Sang diri memiliki sebuah badan, tetapi sang diri
bukanlah badan ini. Seperti juga sang diri memiliki sebuah pikiran, ego dan intelek tetapi
sang diri sangat berbeda dengan semuanya itu.
Kesenangan dan kesakitan, kebajikan dan kriminal, berjasa atau tidak berjasa bukan

merupakan ciri dari sang diri murni tetapi cirri dari intelak yang terlibat dengan sesuatu
yang
ada disekelilingnya. Semua pengalaman tentang alam fenomena diterima oleh purusa
disebabkan oleh karena kesalahan mengidentifikasi dirinya dengan pikiran,
intelek dan ego. Intelek bertanggung jawab pada semua pengalaman-pengalaman itu, namun
ketika purusa salah menidentifikasi dirinya sama dengan intelek maka ia berfikir bahwa
pengalaman-pengalaman itu seperti apa yang dilakukan oleh intelek, walaupun purusa pada
hakekatnya selalu dan selamanya mengatasi evolusi prakrti.

Manifestasi alam semesta kedalam duapuluh tiga evolusi dari prakrti tidak
dimaksudkan untuk menciptakan perbudakan bagi purusa tetapi membantu purusa
merealisasikan bahwa ia sama sekali berbeda dari prakrti. Walaupun kelihatannya bahwa
obyek-obyek eksternal diperuntukkan bagi kenikmatan fisik, mental dan internal
namun bukan itu maksudnya karena pikiran, ego dan intelek tidak berfungsi untuk
dirinya sendiri, keberadaannya adalah untuk memberikan pengalaman-pengalaman
kepada purusa. Perasaan sakit dan menderita dialami karena purusa salah
mengidentifikasi dirinya dengan rajas dan tamas, melupakan kapasitasnya menyelami
identitasnya yang palsu. Juga purusa keliru mempergunakan manifestasi sattvika dari prakrti
sebagai alat-alat yang baik dan efisien dalam membedakan sang diri dengan yang bukan sang
diri. Dominasi dari rajas dan tamas dalam pikiran dan ego serta intelek tidak mengijinkan
alat-alat itu menyaring dengan baik pengalaman-pengalaman eksternal, sehingga purusa
menerima pengalaman yang tidak tersaring dan terkontaminasi serta tidak tahu bahwa
penderitaan, sakit dan kesengsaraan itu, merupakan refleksi dari intelek.

Samkhya berpendapat bahwa prakrti adalah seperti seorang ibu yang penuh dengan cinta
kasih yang melengkapi segala sesuatu yang dibutuhkan purusa untuk mengerti hakekat
dirinya yang berbeda dengan prakrti baik prakrti yang dalam keadaan termanifestasi- kan
maupun yang tidak termanifestasikan. Prakrti memanifestasikan dirinya bukan karena belas
kasihnya kepada purusa, tetapi seperti halnya air susu seorang ibu yang dihasilkan bukanlah
untuk belas kasihnya kepada bayinya. Walaupun dikontaminasikan
sedemikian rupa, susu ibu selalu menyehatkan sang bayi, seperti juga halnya evolusi
prakrti akan menyehatkan purusa jika tidak dikontaminasi oleh dominasi rajas dan tamas,
identifikasi yang salah, kegiatan untuk diri sendiri, kepemilikan, atau tidak

mempunyai kemampuan membedakan.

Baik prakrti maupun purusa adalah tidak terbatas dan kekal, dan ketika prakrti dalam keadaan
tidak termanifestasikan bercampur dengan purusa dan purusa bersemangat untuk
merealisasikan hakekat dirinya yang sesungguhnya. Semangat purusa seperti itu
memungkinkannya untuk berada lebih dekat kepada prakrti. Perhatiannya kepada prakrti
seperti itu memberikan inspirasi kepada kekuatan yang tersembunyi dari prakrti untuk
berfungsi, yang berarti purusa telah memulai manifestasi alam semesta dan prakrti membantu
purusa dalam merealisasikan dirinya yang berbeda dengan prakrti itu
sendiri. Ketika melewati kebodohan purusa lupa akan tujuannya mendekati prakrti,
yaitu membedakan dirinya dengan prinsip-prinsip yang tidak sadar, malahan ia
mengikatkan diri dengannya. Ketika ia sadar akan tujuannya dan membedakan dirinya
dengan manifestasi dunia ini serta dengan penyebab dunia ini, ia sadar akan hakekatnya yang
sesungguhnya dan mencapai pembebasan. Seperti halnya seorang tukang masak yang
meneruskan memasak sampai masakannya matang dan berhenti setelah siap
semua, purusa juga demikian terus mengalir dalam arus kehidupan sampai tujuannya

tercapai.

Pada saat tujuan tertinggi dari hidup yaitu kesadaran (realization) dicapai maka ia berhenti
mengalir dalam arus kehidupan ini. Seperti juga halnya seorang penari yang tampil untuk
menghibur yang penonton akan terus menari sampai penontonnya dipuaskan. Pada saat tarian
itu telah memenuhi kepuasan penontonnya yang durasinya tergantung dari penonton itu
sendiri maka penari menghentikan tariannya. Hal seperti itu juga terjadi pada tarian dari
prakrti yang akan terus menari sampai fungsinya untuk membantu membedakan tercapai.
Setelah ia memenuhi tugasnya maka prakrti menarik dirinya kembali kedalam keadaan tidak
termanifestasikan. Tujuan dari manifestasi prakrti adalah menunjukkan dirinya kepada purusa
sehingga purusa menyadari bahwa dirinya berbeda dengan prakrti. Pada saat purusa sadar
bahwa ia bukanlah obyek-obyek
eksternal, maka keseluruhan dari manifestasi itu akan ditarik kembali.

Pada kenyataannya kesadaran murni, purusa adalah sesuatu yang tidak terikat, bebas karena
ia tidak pernah benar-benar terikat. Konsep tentang keterikatan dan pembebasan, kesakitan
dan penderitaan adalah sebagai akibat dari kebodohan atau salah mengerti. Prakrti mengikat
dirinya dengan tali dari manifestasinya sendiri dan ketika purusa mengenal prakrti sebagai
yang berbeda dengan dirinya maka prakrti
membebaskan dirinya. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa ada delapan sifat dari mahat
atau buddhi yang merupakan evolusi utama dari prakrti, yaitu :
keterikatan dan ketidakterikatan, kriminal dan kebajikan, perbuatan baik dan buruk,
kebodohan dan berpengetahuan. Prakrti mengurung atau mengikat dirinya sendiri dengan
tujuh sifat yang pertama dan membebaskan dirinya dengan sifat yang kedelapan yaitu
pencerahan pengetahuan. Sehingga dengan demikian keterikatan dan pembebasan adalah dua
konsep dari intelek.

Dengan melaksanakan yoga pembedaan atau diskriminasi dengan mengulangi pernyataan


bahwa tidak sama dengan badan, indra, pikiran. Bahwa saya bukanlah yang mengalami, saya
bukanlah yang berbuat, bagaimanapun hal itu terjadi semuanya ada dalam prakrti, sehingga
seseorang harus mengasah inteleknya dan menjadi lebih sadar akan hakekat dirinya yang
sesungguhnya. Pengetahuan ini atau pengertian ini membawa kita kepada pembebasan dari
kebingungan dan identifikasi yang keliru serta kita akan memiliki
pengetahuan tentang hakekat diri kita yang sesungguhnya. Setelah kita mengetahui diri
kita yang sesungguhnya maka semua kekhawatiran menjadi lenyap. Orang akan lepas dari
kelahiran kembali jika ia berhasil mengetahui, bahwa purusa berbeda dengan prakrti. Dengan
demikian ia tidak akan hidup lagi dalam ketidaktahuan. Jika seseorang mendapat kelepasan,
purusa akan menjadi “tidak berteman”, artinya : purusa akan dilepaskan dari pada prakrti. Ia
akan melihat dirinya sendiri saja. . Sang diri tidak begitu tertarik lagi melihat prakrti dan
prakrti sendiri tidak tertarik lagi untuk memperlihatkan dirinya karena ia telah terlihat dan
tujuannya telah tercapai. Prakrti dan purusa dua-duanya tidak terbatas dan meliputi segalanya
serta kekal bersama, seperti halnya dua sisi mata uang dimana ketika tujuannya tercapai maka
proses memanifestasikan diri berakhir.

Dalam filsafat Samkhya ada dua macam pembebasan yaitu :


jivanmukti dan videha mukti atau videhakaivalya.
Jivanmukti adalah pembebasan yang dicapai dalam kehidupan ini. Dalam pembebasan ini
seseorang meneruskan eksistensinya sebagai manusia yang telah sampai pada tataran
pembebasan. Ia hidup di dunia ini dan menikmati obyek-obyek indrawi sampai ia melepaskan
badannya. Ia meneruskan perjalanannya dalam kehidupan dunia ini seperti sebuah kipas
angin yang terus saja berputar dengan kecepatan sebelumnya untuk beberapa waktu sampai
switchnya di offkan. Ketika semua samskara, yang merupakan impresi atau kesan-kesan dari

perbuatan-perbuatan masa lalu berakhir, maka ia melepaskan badannya dan dikatakan bahwa
ia memasuki videha mukti yaitu pembebasan
setelah mati.

The Quran and Universe


Analysis of Universal System
in the light of modern science
www.AhmedHulusi.org/

Cari Komputer Murah?


Cari Aja di berniaga.com: Banyak
Pilihan Komputer Baru Dan Bekas!
www.berniaga.com

FingerTec
Jenama Unggul SidikJari
Sertai Program Penyalur Global
www.fingertec.com
Upload a Document

• About
• Press
• Blog
• Partners
• Branded Reader
• Web Stuff
• Scribd Store

• Support
• FAQ
• Developers / API
• Jobs
• Terms - General
• Copyright

• Follow Us!
• scribd.com/scribd
• twitter.com/scribd
• facebook.com/scribd

scribd. scribd.

pdf doc txt

Anda mungkin juga menyukai