Anda di halaman 1dari 10

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit TB Paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh


bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang bersifat sistemis (menyeluruh) sehingga
dapat mengenai hampir seluruh organ tubuh, dengan lokasi terbanyak  di paru-
paru yang  biasanya merupakan lokasi infeksi yang pertama kali terjadi.(WHO,
2009)

Insidensi Tuberculosis TB Paru dilaporkan meningkat secara drastis pada


dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini
biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat
sosial ekonomi menengah ke bawah. TB Paru merupakan penyakit infeksi
penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi,
angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama.
(Sulianti, 2003)

Di Indonesia TB Paru merupakan penyebab kematian utama dan angka


kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga
setelah India dan China dalam jumlah penderita TB Paru di dunia. Jumlah
penderita TB Paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Tiap tahun
terdapat 583.000 kasus TB Paru di Indonesia. Setiap tahun TB Paru membunuh
140.000 orang. Setiap hari 425 orang meninggal akibat TB Paru di Indonesia.
Tingkat resiko untuk terserang TB Paru di Indonesia berkisar antara 1,7 % - 4,4
%. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TB paru, dan setiap dua menit
muncul satu penderita baru TB paru yang menular. Bahkan setiap empat menit
sekali satu orang meninggal akibat TB Paru di Indonesia. (Sulianti, 2003)

Penyakit TB Paru biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan


bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TB Paru
batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB
Paru dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru
akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar
getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TB Paru dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang,
kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling
sering terkena yaitu paru-paru. (Nurhadi, 2009)

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak


dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,
meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan
adanya epidemi dari infeksi HIV. Di samping itu daya tahan tubuh yang
2

lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang


peranan penting dalam terjadinya infeksi TB Paru.(Nurhadi, 2009)

Untuk mengurangi peningkatan kasus TB Paru dapat dilakukan


pencegahan diantaranya dengan Imunisasi BCG pada anak balita, bila ada yang
dicurigai sebagai penderita TB Paru maka harus segera diobati sampai tuntas agar
tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan, jangan minum susu
sapi mentah dan harus dimasak, bagi penderita untuk tidak membuang ludah
sembarangan, tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat
pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat, memastikan tubuh kita
mendapat asupan gizi seimbang dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan
berolahraga. (Depkes RI, 2007)

Fenomena yang ada adalah sebagian masyarakat kurang memahami


bagaimana cara pencegahan penularan TB Paru dan BBPKPM hanya sebatas
bergerak dibidang kuratif TB Paru. Oleh karena itu perlu adanya inovasi
pelayanan promosi kesehatan untuk penderita TB Paru, yaitu dengan media audio
visual Paman Dolit. Paman Dolit mempunyai kelebihan diantaranya sebagai
sarana promosi pencegahan penularan dengan memberikan informasi kesehatan
yang lebih mudah untuk diterima pasien khususnya anak ataupun pengantar
(dalam hal ini keluarga pasien) dan sarana hiburan khususnya pada anak saat
berobat di BBPKPM. Harapannya dengan adanya media ini, pesean informasi
yang diberikan masyarakat akan lebih mudah diingat dan diaplikasikan karena
penyampaian yang menarik dan menghibur sehingga bisa memperkecil angka
penderita TB paru, khususnya pada anak.

Tujuan Penulisan

Memperagakan pencegahan penularan TB Paru pada anak dengan inovasi


penggunaan media audio visual Paman Doolit sehingga diharapkan bisa lebih
mudah dimengerti dan bisa menjadi sarana hiburan di BBPKPM serta media
promosi kesehatan pencegahan penularan TB Paru pada anak.

Manfaat Penulisan
Diharapkan melalui penulisan karya tulis ini memberikan inovasi
penggunaan media audio visual Paman Doolit untuk sarana hiburan di BBPKPM
dan media promosi kesehatan pencegahan dan penularan TB Paru pada anak.

GAGASAN

TB Paru

Tuberkulosis atau TBC adalah suatu infeksi bakteri kronik yang


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Pada tahun 1995, diperkirakan ada
3

9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia, atau dapat
dikatakan bahwa bakteri ini telah menginfeksi ± 1/3 penduduk dunia.
Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada
negara-negara berkembang. Kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit
yang sebenarnya dapat dilakukan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB
berada di negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB
lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan, dan nifas (Depkes
RI, 2008).
Sumber penularan adalah penderita TB BTA (+). Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet . Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh
lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe ,saluran napas, atau
penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya (Saroso, 2003).
Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama
setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB paru masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT)
tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberculosis merupakan penyebab kematian
nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada
semua golongan usia dan nomor satu dari golongan infeksi (SKRT, 2001).
Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection =
ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1 - 3 %. Pada
daerah dengan ARTI sebesar 1 %, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10
(sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak
akan menjadi penderita TB, hanya 10 % dari yang terinfeksi yang akan menjadi
penderita TB. Dari keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa daerah
dengan ARTI 1 %, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100
penderita tuberkulosis setiap tahun, dimana 50 % penderita adalah BTA positif.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah
daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS
(Depkes, 2008).
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif,
penderita TB kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari 1995-1998,
cakupan penderita TB Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcourse Chemotherapy) atau pengawasan langsung menelan obat jangka
pendek/setiap hari baru mencapai 36% dengan angka kesembuhan 87%. Sebelum
strategi DOTS (1969-1994) cakupannya sebesar 56% dengan angka kesembuhan
yang dapat dicapai hanya 40-60%. Karena pengobatan yang tidak teratur dan
kombinasi obat yang tidak cukup dimasa lalu kemungkinan telah timbul
kekebalan kuman TB terhadap OAT (obat anti tuberkulosis) secara meluas atau
multi drug resistance. (Saroso, 2003).
Tingkat TB anak diperkirakan mencapai 9,6 % dan 11 % dari semua kasus
insiden dengan mayoritas kasus yang terjadi di Negara dengan beban TB yang
tinggi. Anak-anak dapat menderita TB pada usia berapa pun, namun usia paling
umum adalah antara 1 dan 4 tahun. Kasus TB pada anak tergantung pada
4

intensitas epidemi, struktur umur penduduk, alat diagnostik yang tersedia, dan
pelacakan kontak secara rutin (WHO, 2010).
Berdasarkan Global Tuberculosis Control Tahun 2009 (data tahun 2007)
angka prevalensi semua tipe kasus TB, insidensi semua tipa kasus TB dan Kasus
baru TB Paru BTA Positif dan kematian kasus TB dapat dilihat di tabel.

Tabel 1. Angka Prevalensi, Insidensi dan Kematian, Indonesia, 1990 dan 2009
Sumber: Global Report TB, WHO, 2009 (data tahun 2007)
Kasus TB 1990 2009
Per tahun Per Per hari Per tahun Per Per hari
100.000 100.000
penduduk penduduk
Insidensi 626.867 343 1.717 528.063 228 1.447
semua
tipe TB
Prevalensi 809.592 443 2.218 565.614 244 1.550
semua
tipe TB
Insidensi 282.090 154 773 236.029 102 647
kasus
baru TB
paru
BTA+
Kematian 168.956 92 463 91.369 39 250
Berdasarkan tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2007
prevalensi semua penduduk sekitar 565.614 kasus semua tipe TB, insidensi semua
tipe TB sebesar 228 per 100.000 penduduk atau sekitar 528.063 kasus semua tipe
TB, Insidensi kasus baru TB BTA Positif sebesar 102 per 100.000 penduduk atau
sekitar 236.029 kasus baru TB Paru BTA Positif sedangkan kematian TB 39 per
100.000 penduduk atau 250 orang per hari.
Kegiatan Pengendalian TB Paru

Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) adalah


upaya untuk menurunkan dan mengurangi angka kesakitan dan angka kematian
akibat penyakit menular. Secara epidemiologis, pemberantasan penyakit menular
harus memperhatikan faktor-faktor: host, agent, environment dan time, place,
person sehingga upaya pemberantasannya harus dapat memutuskan rantai
penularan penyakit. Program penanggulangan tuberkulosis adalah salah satu
indikator kinerja pada program P2M. Program penanggulangan tuberkulosis
adalah upaya untuk menurunkan dan mengurangi angka kesakitan dan angka
kematian akibat penyakit menular tuberkulosis. Kegiatan pengendalian TB paru
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu (Depkes RI, 2007):
Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TB paru
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TB paru,
carapenularan, cara pencegahan, faktor resiko
5

3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.


Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TB paru segera ke Puskesmas/RS, agar dapat
diketahui secara dini
Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam
jangka waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita
tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk
mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat
pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol
(EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10
mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15
mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol adalah
Neuritisretrobulbar disertai penurunan ketajaman penglihatan. Uji ketajaman
penglihatandianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek
samping INH yang berat jarang terjadi. Komplikasi yang paling berat adalah
hepatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20 tahun
dan mencapai puncaknya pada usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati, seperti
terbukti dengan peningkatan aktivitas serum aminotransferase, ditemukan pada
10-20% yang mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah
konversi biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan
terapi dengan INH saja selama satu tahun.
Media Promosi Kesehatan Pencegahan Penularan TB Paru

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan


pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti
pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, KIE. Promosi kesehatan merupakan
cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran
masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi didalamnya terdapat usaha untuk menfasilitasi
dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi
kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan social masyarakat harus mampu
mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu menubah atau
mengatasi lingkungannya (Maulana, Heri, 2009).
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan
Promosi kesehatan pada tatananan keluarga
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, untuk mencapai perilaku sehat
masyarakat, maka harus memulai pada tatanan masing-masing keluarga. Dari teori
pendidikan dikatakan, bahwa keluarga adalah tempat persemaian manusia sebagai
anggota masyarakat. Karena itu, bila persemaian itu jelek maka akan jelas
berpengaruh pada masyarakat. Agar masing-masing keluarga menjadi tempat
yang kondusif untuk tumbuhnya perilaku sehat bagi anak-anak sebagai calon
6

anggota masyarakat, amka promosi kesehatan akan sangat berperan. Dalam


promosi kesehatan, keluarga ini sasaran utamanya adalah orang tua terutama ibu.
Karena ibulah dalam keluarga yang berperan dalam meletakkan dasar perilaku
sehat pada anak-anak mereka sejak lahir.
Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya sekolah
merupakan tempat lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi anak, termasuk
perilaku kesehatan peran guru dalam promosi kesehatan disekolah sangat penting,
karena guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh anak-anak daripada orang tuanya.

Promosi kesehatan pada tatanan tempat kerja


Romosi kesehatan di tempat kerja ini dapat dilakukan oleh pimpinan
perusahaan atau tempat kerja dengan memfasilitasi tempat kerja yang kondusif
bagi perilaku sehat karyawan atau pekerjanya, misalnya tersedianya air bersih,
tempat pembuangan kotoran, tempat sampah, kantin, ruang istirahat, dan
sebagainya.
Promosi kesehatan di tempat-tempat umum
Tempat-tempat umum adalah tempat dimaa orang-orang berkumpul pada
waktu-waktu tertentu. Ditempat-tempat umum juga perlu dilakukan promosi
kesehatan dengan menyedikan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku
sehat bagi pengunjungnya.
Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, poliklinik, tempat praktik dokter, dan sebagainya adalah tempat yang
paling strategis untuk promosi kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan di
institusi pelayanan kesehatan dapat dilkukan baik secara individual oleh para
petugas kesehatan kepada pasien atau keluarga pasien.
Inovasi Paman Doolit untuk Pencegahan Penularan TB Paru Anak

Paman doolit atau dikenal sebagai badut merupakan salah satu media
audio visual di dalam promosi kesehatan. Paman doolit berfungsi untuk
membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan kesehatan. Media
ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang baik pada setiap
manusia itu diterima atau ditangkap oleh panca indera. Semakin banyak indera
yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas
pula pengetahuan yang diperoleh. Paman doolit membantu dalam melakukan
promosi kesehatan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan
masyarakat sasaran dapat menerima pesan yang telah disampaikan. Paman Doolit
memperagakan dan menjelaskan lewat gerakan dan suara untuk penularan TB
Paru dan cara pencegahannya secara sederhana.
Penularan TB Paru
Penularan TB Paru dapat terjadi melalui beberapa cara diantaranya
(Nurhadi, 2009) :
1. Langsung
a. Kuman-kuman yang berasal dari percikan ludah atau cairan hidung
b. Penderita berpindah ke orang lain secara langsung pada waktu mereka
berbicara, berhadapan, berciuman atau bersin.
2. Tidak langsung
7

Bila penderita TB paru meludah di sembarang tempat, kemudian ludak yang


mengandung kuman TB paru itu mengering, berterbangan dan dihirup oleh
orang lain.
Pencegahan Penularan TB Paru
a. Jika batuk, mulut ditutup dengan sapu tangan
b. Dahak ditampung pada tempat kemudian diberi lysol atau pembunuh
kuman
c. Anggota keluarga dan orang yang sering bergaul dengan penderita
sebaiknya memeriksakan diri kelaboratorium
d. Pada bayi jangan lupa diimunisasi BCG
e. Secara dini dilakukan pengobatan dan memeriksakan kesehatannya bila
batuk lebih dari 2 minggu
f. Ventilasi rumah harus ada dan memenuhi syuarat kesehatan dan sinar
matahari dapat masuk ke ruangan, terutama pada pagi hari sehingga dapat
membunuh kuman TB paru
g. Meningkatkan daya tahan tubuh antara lain dengan memakan makanan
bergizi.
Inovasi paman doolit sebagai media promosi kesehatan pencegahan
penularan TB paru diharapkan mampu memberikan hiburan dan menarik
perhatian pengunjung atau penderita TB paru di Balai Besar Pengobatan
Kesehatan Paru Masyarakat, sehingga lebih mudah untuk diingat dan
diaplikasikan guna mencegah penularan TB paru dan menurunkan angka
kesakitan TB Paru.
Media audiovisual paman doolit ini termasuk dalam media alat bantu
promosi kesehatan sederhana. Alat ini mudah dibuat dan didapat karena peraga
hanya memerlukan kostum sederhana seperti badut dan membawa properti untuk
dijelaskan pada pengunjung BBPKPM. Properti yang dibawa bisa berupa poster
ataupun benda nyata seperti tempat-tempat untuk meludah. Media ini dilengkapi
dengan microphone yang dibawa oleh pemeraga sehingga pesan kesehatan tidak
hanya dilihat dari peraga tetapi juga didengar dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh masyarakat (Notoatmojo, 2005).

KESIMPULAN

Paman doolit atau dikenal sebagai badut merupakan salah satu media
audio visual di dalam promosi kesehatan. Paman doolit berfungsi untuk
membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan kesehatan. Media
ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang baik pada setiap
manusia itu diterima atau ditangkap oleh panca indera.
Inovasi paman doolit sebagai media promosi kesehatan pencegahan
penularan TB paru diharapkan mampu memberikan hiburan dan menarik
perhatian pengunjung atau penderita TB di Balai Besar Pengobatan Kesehatan
Paru Masyarakat, sehingga informasi yang diberikan lebih mudah untuk diingat
dan diaplikasikan guna mencegah penularan TB paru dan menurunkan angka
kesakitan TB Paru khususnya pada anak.
8

DAFTAR PUSTAKA

BPPK. 2002. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Jakarta : Badan Litbang
Depkes.

Depkes RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan


VI, Jakarta.

Depkes RI. 2007. Pedoman Penanggulangan TB Paru. Edisi 2 Cetakan pertama.


online (http://www.scribd.com/doc/3616799/PEDOMAN-
NASIONAL-PENANGGULANGAN-TUBERKULOSIS-2007)
diakses 27 Januari 2011.

Heri, Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : ECG.

Nurhadi. 2009. Satuan Acara Penyuluhan Gambaran Tentang Penyakit TB di


Ruang 7B RSU dr. syaiful Anwar Malang. UMM.

Soekidjo, Notoatmojo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :


Rineka Cipta.

Sulianti, Saroso. 2003. Rumah Sakit Penyakit Infeksi. Jakarta. online


(http://www.en. infeksi.org/wiki/tuberculosis_radiology.html),
diakses 26 Januari 2011.

WHO. 2009. Tuberculosis. online http://www.who.int/topics/tuberculosis/en/,


diakses 26 Januari 2011.

WHO. 2010. Childhood Tuberculosis. online


(http://www.who.int/tb/challenges/children/en/index.html), diakses
26 Januari 2011.
9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Arrum Firda Ayu Maqfiroch


NIM : E2A008026
Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo, 31 Maret 1991
No Telp/HP : 081804415698
Email : arrum.firda.am@gmail.com
Alamat Asal : Maron RT 3 RW 2, Nguter, Sukoharjo
Karya ilmiah yang pernah dibuat : - Studi Kelayakan Sanitasi di Daerah Rob
Kota Semarang
- Pome Pudding Penangkal Radikal Bebas
Sebagai Terobosan Produk Makanan
Kesehatan
- Ceremays Sebagai Terapi Diet Untuk
Penderita Insomnia
- Uji Efektivitas Kolaborasi Tanaman
Herbal Binahong Dengan Idu Bacin
Sebagai Obat Pengering Luka Berharga
Murah dan Berkhasiat Tinggi
- Paman Doolit Audio Visual Media
Sebagai Sarana Hiburan di BBPKPM
Dan Media Promosi Kesehatan
Pencegahan Penularan TB Paru Pada Anak
2. Nama Lengkap : Ermayani Dwi Astuti
NIM : E2A 008 045
Tempat Tanggal Lahir : Surakarta, 31 Desember 1989
No Telp/HP : 08562515585
Email : ermayani_da@yahoo.com
Alamat Asal : Siwal RT 04 RW 03, Baki, Sukoharjo
Karya ilmiah yang pernah dibuat :- Youth Advisory Centre Sebagai Inovasi
Strategi Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja
- Chips Bellamnya javanica sebagai
Aternatif Pemenuhan Makanan Kesehatan
High Protein
- Efektifitas Metode Peer Education
sebagai Sarana untuk Mengurangi
Konsumsi Rokok pada Pelajar SMP di
Semarang

3. Nama Lengkap : Ekki Indri Retno Utami


NIM : E2A009079
Tempat Tanggal Lahir : Karanganyar, 11 Mei 1991
No Telp/HP : 085647009815
Email : ekkiindri@yahoo.com
Alamat Asal : Krebet RT 13 RW 4 , Krebet, Masaran,
Sragen
10

Karya ilmiah yang pernah dibuat : Youth Advisory Centre Sebagai Inovasi
Strategi Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja

Anda mungkin juga menyukai