Anda di halaman 1dari 9

Masa Depan Partai Politik Islam Dalam Pertarungan Pemilu 2009

MASA DEPAN PARTAI POLITIK ISLAM DALAM PERTARUNGAN


PEMILU 2009

Yedi purwanto

ABSTRACT

As the majority in this country, the Moslems have an important role in determining
who and what party will win the upcoming general election this year and then lead
this country for the next five years. Dealing with leadership, Moslems believe that
Prophet Muhammad is the best leader ever in the world. However, some Moslem
intellectuals argued that Prophet Muhammad was only a religious leader, instead of a
political leader. This article discusses any issues on the leadership of Prophet
Muhammad that is presumably related to our present national concern, the general
election.

1. Pendahuluan banyak.
Aristoteles (w. 347 SM) (2000)
Dalam pepatah Latin dikatakan menjelaskan tiga hal, yaitu pemegang
bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan kekuasaan tertinggi, tujuan pemerintah-
(vox populi vox Dei). Dengan demikian, an, dan bentuk pemerintahan. Menurut-
kedaulatan rakyat tidak boleh dikom- nya, jumlah pemegang kekuasaan
promikan dengan apa dan siapa pun, tertinggi, yaitu (1) kekuasaan tertinggi
kehendak rakyat seakan-akan kehendak dalam menyelenggarakan negara berada
Tuhan. Di samping itu, ada juga pepatah di tangan satu orang; (2) kekuasaan
yang mengatakan kekuasaan rakyat tertinggi dalam menyelenggarakan
adalah hukum yang paling tinggi (salus negara berada di tangan beberapa orang;
populi supreme lex). Oleh karena itu, dan (3) kekuasaan tertinggi dalam
dalam demokrasi ditetapkan bahwa menyelenggarakan negara berada di
hukum yang paling tinggi adalah tangan banyak orang.
kehendak rakyat (Rais, 1998:7). Tujuan pemerintahan dibedakan
Demokrasi adalah salah satu oleh Aristoteles menjadi dua, yaitu (1)
bentuk pemerintahan yang dinilai buruk pemerintahan yang bertujuan untuk
oleh sebagian filosof. Pemerintahan membentuk kebaikan, kesejahteraan
yang didasarkan asas demokrasi adalah umum, dan pemenuhan kepentingan
pemerintahan yang pemimpinnya ber- umum (tujuan baik); dan (2) pemerin-
asal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk tahan yang bertujuan untuk membentuk
rakyat. Akan tetapi, demokrasi seperti kebaikan, kesejahteraan, dan pemenuhan
ini hampir sulit didapatkan; yang tampak kepentingan pemegang kekuasaan itu
di hadapan mata adalah segelintir orang sendiri (tujuan buruk, penyimpangan).
menentukan atau mengendalikan orang Bila dilihat dari segi kuantitas,
pemegang kekuasaan tertinggi, dan
KK Ilmu Kemanusian FSRD ITB
Jurnal Sosioteknologi Edisi 16 Tahun 8, April 2009 543
Masa Depan Partai Politik Islam Dalam Pertarungan Pemilu 2009

tujuan negara Aristoteles pun mengkla- kebaikan, dan kesejahteraan kelompok


sifikasikan bentuk pemerintahan pendukungnya (Campbell, 1994:18-19).
menjadi dua, yaitu pemerintahan yang Amin Rais, reformis muslim
baik dan pemerintahan yang buruk. Indonesia, menjelaskan bahwa esensi
Menurut Aristoteles, bentuk-bentuk demokrasi, yaitu kebebasan menyatakan
pemerintahan yang baik adalah monarki, pendapat; kebebasan beragama; ke-
yaitu kekuasaan tertinggi dalam bebasan dari rasa takut; kebebasan untuk
penyelenggaraan negara berada di sejahtera; kebebasan rakyat dalam
tangan satu orang dengan tujuan berpartisipasi politik untuk menentukan
pemerintahan untuk memenuhi kepen- nasibnya sendiri; dan berjalannya
tingan, kebaikan, dan kesejahteraan keseimbangan (check and balances),
umum; aristokrasi, yaitu kekuasaan serta tegaknya hukum (Rais, 1998: 6).
tertinggi dalam penyelenggaraan negara Dalam tulisan ini, akan dibahas
berada di tangan beberapa orang dengan pula mengenai partisipasi politik umat
tujuan pemerintahan untuk memenuhi Islam Indonesia pada pemilihan presiden
kepentingan, kebaikan, dan kesejahtera- tahun 2009 dan hubungannya dengan
an umum; politeia (negara), yaitu masa depan partai politik Islam. Oleh
kekuasaan tertinggi dalam penyeleng- karena itu, pembahasan mengenai teori
garan negara berada di tangan banyak partisipasi dan peranan umat Islam
orang dengan tujuan pemerintahan untuk terhadap demokrasi perlu didahulukan
memenuhi kepentingan, kebaikan, dan pembahasannya.
kesejahteraan umum (Rapar, 1993:44-
46). 2. Tinjauan Teoretis tentang Politik
Bagi Aristoteles, bentuk negara
yang paling ideal adalah monarki. Selain Partisipasi dalam kajian ilmu sosial
itu, ia menjelaskan tiga bentuk politik dapat dijelaskan dengan teori
pemerintahan yang buruk, yaitu tirani struktural fungsional yang diperkenalkan
(sebagai kebalikan dari monraki). Tirani oleh Talcott Parson. Teori ini
adalah kekuasaan tertinggi dalam menjelaskan hubungan realitas tertinggi
penyelenggaraan negara berada di (ideal) dengan realitas fisikal yang
tangan satu orang dengan tujuan dibingkai oleh kegiatan conditioning dan
pemerintahan untuk memenuhi kepen- controlling. Hubungan realitas tertinggi
tingan, kebaikan, dan kesejahteraan dengan realitas fisikal dibentuk oleh
penguasa; oligarki5 adalah kekuasaan empat media (subsistem), yaitu sub-
tertinggi dalam penyelenggaraan negara sistem kebudayaan, subsistem sosial,
berada di tangan beberapa orang dengan subsistem kepribadian, dan subsistem
tujuan pemerintahan untuk memenuhi perilaku organik. Dalam teori ini di-
kepentingan, kebaikan, dan kesejah- tetapkan partisipasi politik adalah (sama
teraan penguasa; demokrasi adalah dengan) tindakan sosial. Oleh karena itu,
kekuasaan yang berada di tangan orang partisipasi politik dikondisikan oleh
banyak yang berasal dari kalangan subsistem kepribadian; dan pada saat
tertentu yang dominan, digunakan lebih yang sama juga dikontrol oleh subsistem
banyak untuk memenuhi kepentingan, kebudayaan. Midle rank theory sub-
Jurnal Sosioteknologi Edisi 16 Tahun 8, April 2009 544
Masa Depan Partai Politik Islam Dalam Pertarungan Pemilu 2009

sistem kepribadian adalah teori suka dari individu terhadap suatu partai
psikologis; dan Midle rank theory sub- atau kelompok politik tertentu.
sistem kebudayaan adalah teori Deden Effendi (dosen sosiologi
sosiologis (Ritzer, 2002). hukum Islam) menjelaskan pendapat
Sodik (2003) mengutip sejumlah Marger yang membedakan partisipasi
pendapat yang merupakan lanjutan dari politik menjadi dua, yaitu partisipasipasi
teori Struktural fungsional. Pertama, politik yang institusional (institutional
pendekatan sosiologis keyakinan tentang forms of plitical participation) dan
determinasi sosial (eksternal) dalam partisipasi politik yang tidak insti-
penentuan preferensi (keberpihakan- tusional (noninstitutional forms of
pemilihan) seseorang terhadap calon plitical participation). Bentuk partisipasi
pimpinan atau partai. Pola perilaku yang kedua dianggap sebagai partisipasi
memilih seseorang dapat diramalkan yang menunjukkan ketidakpatuhan
sesuai dengan karakteristik sosial yang sebagai warga negara kepada negara,
melingkupi keberadaannya. Teori ini konfrontasi atau bahkan tindakan yang
kemudian melahirkan sejumlah tesis, direncanakan untuk menggulingkan
yaitu pemilihan umum adalah ekspresi sistem politik yang mapan. Milbrath
dari perjuangan kelas secara demokratis mengembangkan rentang partisipasi
(dari Seymour Lipset); predisposisi politik yang institusional menjadi empat
sosial ekonomi dan keluarga pemilih bentuk, yaitu kegiatan gladiator (men-
(termasuk agama) mempunyai hubungan calonkan diri untuk menduduki jabatan
yang signifikan dengan perilaku politik, menggalang dana-dana politik,
memilih (dari Pomper); dan aspek anggota aktif sebuah partai politik,
demografis (kedaerahan) berhubungan menghadiri pertemuan strategis, dan
dengan perilaku memilih (dari Sherman menyita waktu untuk kampanye),
dan Kolker). Kedua, pendekatan kegiatan transisi (menghadiri pertemuan
psikologis, yaitu sikap dan perilaku atau pawai politik, memberikan sum-
politik seseorang antara lain ditentukan bangan pada partai atau calon
oleh apa yang terkandung di dalam pemimpin, dan melakukan hubungan
dirinya sendiri (seperti idealisme, tingkat dengan pemimpin politik), kegiatan
kecerdasan, faktor biologis, dan petaruh (mengenakan gambar partai
motivasi); ia juga dipengaruhi oleh politik, berusaha mempengaruhi orang
lingkungan budaya, kehidupan ber- lain dalam menentukan pilihan, meng-
agama, politik, sosial, dan ekonomi. awali sebuah diskusi politik, dan
Secara sederhana, Riswandha (dalam memberikan suara pada pemilihan
Sodik, 2003) berpendapat bahwa umum), dan apatis (tidak melakukan
perilaku memilih individu dapat kegiatan politik). Kelompok terakhir ini,
dideteksi dengan dua konsep, yaitu dikenal sebagai kelompok yang tidak
perasaan penting atau tidak untuk menggunakan hak pilihnya dalam
terlibat dalam isu-isu politik yang pemilihan umum; atau menentukan
bersifat umum (political involvement) memilih untuk tidak memilih pemimpin
dan preferensi perasaan suka atau tidak yang sedang berkompetisi (Khaeruman,
2004).
Jurnal Sosioteknologi Edisi 16 Tahun 8, April 2009 545
Masa Depan Partai Politik Islam Dalam Pertarungan Pemilu 2009

Milbrath mengatakan bahwa Rais (Capres yang diusung PAN), dan


urutan tersebut (gladiator, transisi, Hamzah Haz (Capres yang diusung PPP)
petaruh, dan apatis) menunjukkan urutan mewakili muslim-santri, Sedangkan
dari segi jumlah (kuantitas) partisipan, Wiranto (capres yang diusung Partai
yaitu jumlah gladiator paling sedikit dan Golkar), Megawati (Capres yang di-
jumlah apatis paling banyak. Mayoritas usung PDIP), Susilo Bambang
penduduk yang memiliki hak pilih Yudoyono dan Yusuf Kala (Capres dan
melakukan tindakan apatis (golput) Cawapres yang diusung oleh Partai
karena berbagai alasan. Pernyataan ini Demokrat), Siswono Yudohusodo
tentu saja tidak relevan dengan (Cawapres yang diusung oleh PAN), dan
partisipasi politik di Indonesia. Dari Agum Gumelar (Cawapres yang diusung
gladiator ke transisi dan dari transisi ke oleh PPP), berasal dari kalangan
petaruh sangat mungkin menunjukkan nasionalis.
hierarkis, tetapi kelompok apatis (dalam Kesatu, sebagian umat Islam (baik
empat kali pemilihan umum-tahun 2009) dari kalangan santri maupun nasionalis)
tidak menjadi kelompok mayoritas. dipastikan melakukan kegiatan sebagai
pelaku pawai politik, penyumbang,
3. Bercermin pada Pengalaman berhubungan dengan pemimpin politik.
Sejarah Mereka dianggap telah melakukan
kegiatan politik yang tergolong transisi.
Umat Islam (pada masa pemilu Kedua, sebagian umat Islam
2004) dapat dikelompokkan menjadi dipastikan turut serta dalam menem-
dua, yaitu umat Islam yang menjadi pelkan gambar partai atau calon
aktivis partai, baik partai yang pemimpin, berusaha mempengaruhi
berlandaskan Islam maupun partai yang orang lain dalam menentukan pilihan,
tidak berlandaskan Islam dan umat dan memberikan suara pada pemilihan
Islam yang tidak menjadi anggota atau umum legislatif dan pemilihan presiden
simpatisan partai. Dalam ilmu politik, langsung.
kelompok kedua sering disebut Ketiga, sebagian umat Islam
kelompok massa mengambang karena dipastikan telah memilih untuk tidak
tidak mengikatkan diri dengan partai ikut memilih calon pemimpin yang
tertentu. sedang berkompetisi untuk menjadi
Secara umum, peranan politik umat pemimpin nasional. Mereka adalah
Islam dalam pemilihan presiden tahap I kelompok kritis yang melakukan golput
(pada pemillu 2004) dapat dibedakan karena berbagai alasan dan jumlah
menjadi empat, pertama sebagian umat mereka cukup signifikan. Sebagian dari
Islam bertindak sebagai gladiator. mereka tidak menggunakan hak pilih
Secara umum, umat Islam yang menjadi karena alasan ideologis; dan mungkin
gladiator dapat dibedakan menjadi dua: yang lainnya karena kekecewaan
santri dan nasionalis, contohnya (karena tokoh yang didukungnya tidak
Salahuddin Wahid (Cawapres yang masuk bursa calon pemimpin nasional).
diusung Partai Golkar), Hasyim Muzadi Dalam pemilu legislatif pertama,
(Cawapres yang diusung PDIP), Amin nonvote (atau golput) dilakukan oleh
Jurnal Sosioteknologi Edisi 16 Tahun 8, April 2009 546
Masa Depan Partai Politik Islam Dalam Pertarungan Pemilu 2009

kelompok Islam tertentu karena tidak pada putaran kedua adalah Mega-
percaya kepada partai yang ada Hasyim dan Susilo-Kala (mereka lebih
(termasuk partai yang berasaskan Islam) tampak sebagai muslim nasionalis).
dalam upaya mewujudkan syariat Islam Dengan demikian, pemilihan presiden
di Indoinesia secara sungguh-sungguh. tahap pertama pada dasarnya
Menurut mereka, partai-partai Islam memperlihatkan bahwa muslim-santri
yang ada minus cita-cita penegakan telah dikalahkan oleh muslim-nasionalis.
syariat Islam secara kâffat. Kekalahan Hamzah-Agum di
Dalam pemilihan presiden tahap wilayah Jawa Barat menunjukkan bahwa
pertama, tindakan golput disuarakan dan teori yang menyatakan bahwa aspek
juga sangat mungkin dilakukan oleh demografis (kedaerahan) berhubungan
kelompok umat Islam (dan tentu tidak secara signifikan dengan perilaku
hanya umat Islam) yang simpati kepada memilih adalah keliru; karena Agum
Abdurrahman Wahid (mantan presiden Gumelar (cawapres dari kalangan etnis
RI) yang tidak lolos dalam test Sunda satu-satunya) tidak memiliki
kesehatan. dukungan yang signifikan di Jawa Barat.
Dalam pemilihan presiden tahap Di samping itu, teori yang menyatakan
kedua, tindakan golput sangat mungkin bahwa predisposisi sosial ekonomi dan
dilakukan oleh kelompok umat Islam keluarga pemilih (termasuk agama)
yang simpati kepada Amin Rais (mantan mempunyai hubungan yang signifikan
ketua MPR RI) yang tidak lolos pada dengan perilaku memilih, perlu
putaran kedua karena mendapatkan dipertanyakan. Mayoritas penduduk
suara yang tidak signifikan dalam Jawa Barat beragama Islam (dan bahkan
pemilihan presiden putaran pertama. santri), tetapi pihak gladiator yang
Memperhatikan pihak yang kalah mendapat dukungan luas adalah muslim-
dan yang menang pada pemilihan nasionalis. Oleh karena itu, dalam
presiden putaran pertama, pihak yang konteks pemilihan presiden Indonesia di
menang adalah Mega-Hasyim dan lingkungan provinsi Jawa Barat,
Susilo-Kala, sedangkan pihak yang menunjukkan dua hal, pertama ikatan
kalah adalah Wiranto-Wahid, Amin- primordial kedaerahan (etnis) masya-
Siswono, dan Hamzah-Agum. Dengan rakat Sunda sudah sangat longgar; dan
memperhatikan para gladiator yang kedua ikatan primordial keagamaan
mencalonkan diri sebagai presiden, (santri) masyarakat Sunda juga rendah.
pihak santri yang kalah adalah Amin Akan tetapi, pernyataan ini memerlukan
Rais dan Hamzah Haz, sedangkan pembuktian lebih lanjut, sebab tidak ada
nasionalis yang kalah hanyalah Wiranto data yang pasti yang membuktikan
(Geertz, 1960:121). Dari segi calon bahwa muslim-santri di Jawa Barat lebih
presiden, pemilihan presiden putaran banyak dibanding dengan muslim-
pertama menunjukkan bahwa umat nasionalis. Apabila bukti menunjukkan
Islam pada umumnya tidak berminat bahwa muslim-nasionalis di Jawa Barat
(mungkin juga tidak atau belum percaya mayoritas, berarti teori Pomper benar
untuk) memilih calon presiden dari adanya.
kalangan santri. Gladiator yang maju
Jurnal Sosioteknologi Edisi 16 Tahun 8, April 2009 547
Masa Depan Partai Politik Islam Dalam Pertarungan Pemilu 2009

Belajar dari pemilihan presiden kewajiban menjalankan syariat Islam


putaran kedua, pihak yang mewakili bagi pemeluk-pemeluknya” (Abdullah,
santri hanyalah satu orang (Hasyim 1991:19). Kalimat ini bukan hanya
Muzadi, ketua umum PBNU nonaktif ditakuti oleh nonmuslim, tetapi juga
ketika itu). Oleh karena itu, sebagian oleh muslim bahkan sebagian
santri kalangan NU mendukung intelektualnya. Jalaluddin Rakhmat
pasangan Mega-Hasyim dengan segenap misalnya menolak gagasan pelaksanaan
daya dan dana. Sejumlah pesantren di syariat Islam karena menolak dominasi
Jawa Barat (seperti Pesantren Cipasung kekuasaan fuqaha dan pensucian
Tasikmalaya dan Pesantren al- pemikiran ulama.6
Masthuriyah Sukabumi) menyatakan Pemilihan presiden putaran
dukungan secara terbuka kepada pertama menunjukkan banwa para
pasangan Mega-Hasyim. Dukungan politisi yang bernaung dalam partai-
secara tersembunyi dilakukan oleh partai yang berasaskan Islam mulai
sekelompok umat Islam yang meng- goyah seiring dengan perubahan cara
adakan pertemuan di salah satu pandang mereka terhadap doktrin-
pesantren di Tasikmalaya dan Muham- doktrin politik keagamaan dan
madiyah Jawa Barat. Akan tetapi, kecerdasan untuk menggapai kekuasaan
pasangan Mega-Hasyim tidak mem- pada level tertentu. Inkonsistensi cara
peroleh dukungan mayoritas masya- pandang terhadap doktrin politik-
rakat. Kenyataan yang ada yang menjadi keagamaan dengan tindakan politik yang
pemimpin pertama pilihan rakyat di dilakukan oleh para politisinya akan
Indonesia adalah Susilo-Kala. Pilihan menjadi “blunder” bagi partai-partai
presiden putaran kedua membuktikan yang bersangkutan.
bahwa kekalahan santri dalam kom- Sekedar contoh, ikhtilaf
petisi politik nasional semakin (perbedaan pendapat) dikalangan ulama
sempurna. Dalam pemilihan presiden tentang keabsahan presiden perempuan
putaran pertama, muslim modernis dan telah mengalami proses panjang. Di
tradisionalis kalah dalam berkompetisi; Indonesia, Bahtsul Masa’il NU (BM-
dan dalam pemilihan presiden putaran NU) terlihat sebagai lembaga yang
kedua, muslim tradisionalis juga kalah paling progresif karena keputusannya
dalam berkompetisi. yang “radikal.” Pada awalnya (25
Oktober 1961), BM-NU mengharamkan
4. Partai Politik Islam dan Nasionalis perempuan menjadi kepala desa,
sedangkan pada tahun 1987, BM-NU
Kekalahan pihak santri atas pihak tidak lagi menjadikan perempuan
nasionalis (pemilu 2004) mengulang sebagai syarat pemimpin (presiden)
kekalahan kalangan Islam atas (Mubarok, 2003:114-115). Pada pemilu
nasionalis dalam kancah politik awal presiden putaran pertama, isu ini muncul
kemerdekaan Indonesia; peristiwa yang kembali. Pengurus NU Wilayah Jawa
senantiasa diingat oleh kalangan Islam Timur yang dimotori oleh KH. Abdullah
hingga sekarang adalah Piagam Jakarta Faqih (dari Langitan) memfatwakan
yang menghilangkan kalimat “dengan bahwa perempuan tidak boleh menjadi
Jurnal Sosioteknologi Edisi 16 Tahun 8, April 2009 548
Masa Depan Partai Politik Islam Dalam Pertarungan Pemilu 2009

presiden. Fatwa ini kemudian disetujui pendirian partai, yaitu menegakkan


oleh Hamzah Haz (Wapres). Akan syariat Islam secara kaffah. PBB
tetapi, ketika kalah pada pemilihan menyatakan dukungan pada pasangan
presiden putaran pertama, PPP yang Susilo-Kala yang berasal dari kalangan
juga dipimpin oleh Hamzah Haz nasionalis.
termasuk kelompok yang mendukung Inkonsistensi antara pandangan
pembentukan Koalisi Kebangsaan yang politik-keagamaan PPP, PKS, dan PBB,
dimotori oleh partai Golkar yang secara dengan tindakan politik yang dilakukan,
terbuka mendukung Mega-Hasyim pada memberikan kesan bahwa dari segi cita-
pemilihan presiden putaran kedua. cita penegakkan syariat Islam secara
Bagaimanapun antara sikap dengan kaffah (semangat Piagam Jakarta), para
tindakan politik yang dilakukan oleh politisi di tiga partai tersebut sulit
pimpinan PPP dapat dikatakan dipercaya, pandangannya mudah ber-
inkonsistensi (atau perubahannya terlalu ubah karena kepentingan sesaat, dan
cepat sehingga sulit dipahami). mungkin akan ditinggalkan oleh
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pemilihnya pada pemilihan umum lima
yang dimotori oleh Hidayat Nur Wahid tahun ke depan (2009).
juga melakukan tindakan politik yang Sebagai telah disinggung bahwa
kelihatannya inkonsistensi dengan per- kekalahan pasangan Mega-Hasyim pada
nyataannya. Pada pemilihan presiden pemilihan presiden putaran kedua,
putaran pertama, diberbagai media merupakan kekalahan pihak muslim
massa diberitakan bahwa PKS tidak santri atas muslim nasionalis. Pasangan
akan mendukung calon presiden dari ini dalam pemilihan presiden putaran
kalangan militer. Pada putaran pertama, kedua didukung oleh sejumlah kyai di
meskipun kelihatannya terlambat, PKS pesantren-pesantren (tradisionalis),
mendukung pasangan Amin-Siswono. Muhammadiyah PWM Jawa Barat
Akan tetapi, capres-cawapres dukungan (modernis), dan kalangan intelektual
sejumlah partai kecil ini tidak lolos pada muslim yang mengadakan pertemuan di
putaran kedua. Pada pemilihan presiden salah satu pesantren di Tasikmalaya.
putaran kedua secara terbuka dengan Akan tetapi, pasangan Mega-Hasyim
argumentasi adanya kesamaan visi dan kalah. Kekalahan ini dapat diartikan
kontrak politik, PKS mendukung bahwa muslim santri (baik tradisional,
pasangan Susilo-Kala, Susilo Bambang modernis, maupun intelektual) sudah
Yudoyono yang notabene seorang tidak lagi ditaati oleh masyarakatnya.
jenderal-militer. Tindakan ini memberi- Oleh karena itu, dapat diduga bahwa
kan kesan bahwa PKS bertindak kekalahan Mega-Hasyim pada pemilihan
oportunis (demi kepentingan praktis- presiden putaran kedua merupakan bukti
sesaat), dan melanggar janjinya sendiri. masyarakat semakin otonom (tidak
Begitu juga Partai Bulan Bintang (PBB) melakukan tindakan atas dasar tekanan
yang dimotori oleh Yusril Ihza kelompok keagamaan). Kesan yang
Mahendra, sejak pemilihan presiden muncul kemudian adalah bahwa institusi
putaran pertama, PBB seperti sudah lupa pesantren (termasuk kyai) dan pimpinan
dengan janji-janjinya pada awal
Jurnal Sosioteknologi Edisi 16 Tahun 8, April 2009 549
Masa Depan Partai Politik Islam Dalam Pertarungan Pemilu 2009

ormas-ormas Islam sudah tidak ditaati, Seperti hak hidup dengan layak,
dan tidak dipercaya oleh masyarakatnya. mendapatkan pendidikan yang layak,
pekerjaan yang memadai, dan hak-hak
5. Penutup lainnya. Yang lebih utama lagi,
bagaimana umat Islam terbebas dari dua
Peranan umat Islam dalam penyakit utama yang kini membelenggu
pemilihan presiden tahun 2004 dapat mereka, yaitu kemiskinan dan ke-
dikelompokkan menjadi dua: (1) bodohan. Paling tidak partai-partai yang
kelompok muslim yang menggunakan mengusung dua isu ini sebagai tujuan
hak pilihnya dengan bertindak sebagai perjuangan mereka, besar kemungkinan
gladitor, kegiatan transisi, atau kegiatan akan menangguk kemengan di ajang
petaruh; dan (2) kelompok muslim yang pesta demokrasi nanti (pemilu 2009).
melakukan tindakan apatis (mereka
memilih untuk tidak memilih) dan lebih 6. Keterangan
dikenal sebagai kelompok golput.
1
Perubahan yang terjadi di tubuh Monarchia bearsal dari monos
partai-partai Islam begitu cepat sehingga dan arche. Monos berarti sendiri; dan
arche berarti kekuasaan atau
kurang tersosialisasikan kepada publik. pemerintahan. Jadi, monarki secara
Kesan yang muncul kemudian adalah bahasa berarti pemerintahan satu orang.
bahwa politisi muslim-santri cenderung Lihat J. H. Rapar, Filsafat Politik
Aristoteles, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
inkonsisten antara pernyataan dengan Persada, 1993), cet. ke-2, h. 46.
tindakan politik yang mereka lakukan. 2
Aristokrasi berasal dari aristos
Inkonsistensi ini bisa dijadikan alasan dan kratos. Aristos berarti paling baik;
oleh para pendukungnya untuk tidak dan kratos berarti kekuasaan atau
pemerintahan. Oleh karena itu, arti
memilih lagi partai-partai tersebut pada aristokrasi secara bahasa adalah
pemilu yang akan datang, yaitu pemilu pemerintahan yang dikendalikan oleh
2009. beberapa orang yang paling baik atau
Kegiatan politik dengan me- paling arif. J. H. Rapar, Filsafat Politik,
h. 46.3
nampilkan kesalehan secara individual Secara bahasa, politeia berati
dan sosial seperti yang dilakukan oleh konstitusi.
4
PKS memberikan secercah harapan akan J. H. Rapar, Filsafat Politik, h.
44-46.5
masa depan partai-partai yang ber- Oligarki berasal dari oligon
asaskan Islam. Oleh karena itu, virus (sedikit) dan arche (kekuasaan).
6
pola pengkaderan dan pembinaan mental Pendapat tersebut disampaikan
kelompoknya harus segera ditularkan secara lisan dalam acara Simposium
Nasional “Format Baru Gerakan
kepada ormas dan partai Islam lain agar Keagamaan” yang diselenggarakan oleh
politisinya terhindar dari KKN dan dapat Program Pascasarjana IAIN (sekarang
membentuk pemerintahan yang bersih UIN) Jakarta, 6 Agustus 1998 di PPIM
dan berwibawa. Jakarta. Lihat Jaih Mubarok, “Format
Baru Gerakan Keagamaan di Indonesia,”
Perlu diingat oleh segenap umat makalah dipresentasikan dalam diskusi
Islam, bahwa partai politik bukanlah reguler PPIP IAIN SGD Bandung 10
satu-satunya alat perjuangan bagi umat Agustus 1998, h. 2, t.d.
Islam dalam membela hak-hak mereka.
Jurnal Sosioteknologi Edisi 16 Tahun 8, April 2009 550
Masa Depan Partai Politik Islam Dalam Pertarungan Pemilu 2009

7. Pustaka -------- “Dinamika Pemikiran Hukum


Islam di Indonesia,” Unisia:
A. Tafsir. 1985. “Negara Sekuler yang Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Nomor
Mementingkan Agama: Sebuah 48/XXVI/II/2003.
Pengantar,” Khilafah dan -------- 2001. “Dukungan NU buat
Pemerintahan dalam Islam. Ali Mega,” Republika, 13 Juli 2001.
Abd al-Raziq. Bandung: Pustaka. -------- 1998. “Format Baru Gerakan
Abdullah, Abdul Gani (penghimpun). Keagamaan di Indonesia,”
1991. Himpunan Perundang- makalah dipresentasikan dalam
undangan dan Peraturan diskusi reguler PPIP IAIN SGD
Peradilan Agama, Jakarta: PT. Bandung 10 Agustus 1998.
Intermasa. Rais, M. Amin. 1998. “Masalah-masalah
Al-Raziq, Ali `Abd. al-Islâm wa Ushûl yang Dihadapi Bangsa Indonesia,”
al-Hukm. Mesir: al-Hay’at al- Milenium: Jurnal Agama dan
Mishriyyat al-`Ammat li al-Kitab, Tamaddun, Nomor 1 Tahun 1,
t.th). Januari-April 1998.
--------1994. “Kekhilafahan dan Dasar- Rapar, J. H.1993. Filsafat Politik
Dasar Kekuasaan,” Islam dan Aristoteles. Jakarta: PT. Raja
Pembaharuan: Ensiklopedi Grafindo Persada.
Masalah-masalah. John J. Ritzer, George. 2002. Sociological
Donohue dan John L. Esposito Theory. New York: MC Graw-
(ed.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Hill.
Persada. Sodik, Abror. “Perilaku Memilih Warga
Aristotle. 2000. Politics. terj. Benjamin NU pada Pemilu 1999 di Kampung
Jowet, direproduksi oleh Cik Mlangi Desa Nogotirto Kecamatan
Hasan Bisri. Gamping Kabupaten Sleman,”
Bandung: Lembaga Penelitian dalam Jurnal Penelitian Agama
IAIN SGD. Islam, Vol. XII, No. 2, Mei-
Campbell, Tomp Campbell. 1994. Tujuh Agustus 2003.
Teori Sosial: Sketsa, Penilaian, Zuhri, Muh. 2002. “Sejarah Politik
dan Perbandingan, Yogyakarta: Islam,” Tarjih: Jurnal Tarjih dan
Kanisius. Pengembangan Pemikiran Islam,
Geertz, Clifford. 1960. The Religiona of Edisi ke-3, Januari 2002.
Java. Canada: Collier-Macmillan.
Khaeruman, Badri., dkk. 2004. Islam
dan Demokrasi: Mengungkap Fenomena
Golput sebagai
Alternatif Partisipasi Politik
Umat. Jakarta: Nimas Multima.
Mubarok, Jaih Mubarok. 2001. “Camat
Wanita di Tasikmalaya Mengapa
Diprotes,” Pikiran Rakyat, 7
Oktober 2001.

Jurnal Sosioteknologi Edisi 16 Tahun 8, April 2009 551

Anda mungkin juga menyukai