Anda di halaman 1dari 5

DRAFT PROPOSAL DESA BINAAN

UPAYA PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI


PERBAIKAN SISTEM AGRIBISNIS DI PEDESAAN DESA PASIRBIRU
KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sebagian besar penduduk Jawa Barat masih bertempat tinggal


dikawasan pedesaan dengan sumber pendapatan utama dari sektor
primer yaitu sektor pertanian. Kondisi sosial ekonomi yang tinggal di
pedesaan umumnya masih jauh tertinggal dibanding dengan mereka
yang tinggal diperkotaan. Hal ini merupakan akibat dari perubahan
struktur ekonomi dan proses industrialisasi, dimana investasi ekonomi
oleh swasta maupun pemerintah cenderung terkonsentrasi di daerah
perkotaan.

Nilai tambah bruto pada kelompok usaha mikro dan kecil akan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian target pembangunan Jawa Barat
yang diukur dengan IPM (Indek Pembangunan Manusia) atau HDI
(Human Development Index). Target IPM tahun 2004 sebesar 75,53
hanya tercapai 68,36 dengan indek daya beli sebesar 58,83 dari target
70,20. target IPM tahun 2010 sebesar 80 kemungkinan akan sulit
tercapai tanpa percepatan pembangunan ekonomi di pedesaan.

Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mendorong percepatan


pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat
tumbuh sehingga dapat mengembangkan (penarik) wilayah-wilayah
tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan
ekonomi yang sinergis, tanpa limitasi batas wilayah administrasi,
tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata rantai
proses industri dan distribusi.

Salah satu faktor yang selalu menjadi pertimbangan utama dalam


pembangunan di pedesaan adalah berbasis pada sektor usaha yang
dijalankan oleh masyarakat desa. Hingga saat ini sebagian besar
penduduk di pedesaan masih mengandalkan sektor pertanian sebagai
mata pencaharian utama. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang harus didorong
dari berbagai aspek untuk meningkatkan pendapatan penduduk desa
dan mengentaskan dari kemiskinan. Untuk mendorong peningkatan
pendapatan dan mengentaskan dari kemiskinan yang selaras dengan
akselerasi IPM melalui sektor pertanian, maka salah satu pilihannya
adalah membangun sistem agribisnis di pedesaan.

Sistem agribisnis di pedesaan secara langsung akan mempunyai


keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward
linkage), sehingga dapat membuka kesempatan dalam penyediaan
sumber-sumber lapangan kerja baru di pedesaan. Perluasan dan
penganekaragaman lapangan kerja di pedesaan akan memberikan
kesempatan bagi masyarakat pedesaan untuk berkembang dan
menghasilkan pendapatan baru maupun tambahan bagi peningkatan
kesejahteraannya. Membangun sistem agribisnis di pedesaan
sepenuhnya akan bertumpu kepada tiga aspek yakni aspek
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya ekonomi.
Ketiga sumberdaya tersebut akan berada di tiga wilayah dalam sistem
agribisnis yaitu wilayah on-farm, off-fram dan non-farm. Selama ini
pembagunan sistem agribisnis lebih banyak terkonsentrasi pada
wilayah on-farm saja, padahal wilayah off-fram dan non-farm
merupakan wilayah yang dapat memberikan nilai tambah terhadap
produk pertanian yang dihasilkan oleh petani di pedesaan.

Memandang agribisnis sebagai sebuah sistem tentunya seluruh


kegiatan harus dapat mengakomodasi ketiga wilayah tersebut. Untuk
wilayah on-farm perlu dilakukan upaya-upaya dalam memperbaiki
sistem budidaya baik dari segi pasokan bahan baku maupun dari
praktek produksi yang dijalankan petani. Perbaikan sistem budidaya
secara langsung akan meningkatkan volume dan kualitas produk yang
dapat memperkuat daya saing produk tersebut. Upaya-upaya
perbaikan sistem budidaya dalam sistem agribisnis tidak hanya
terbatas pada komoditi tanaman saja, akan tetapi juga menyangkut
komoditi perikanan dan peternakan yang menungkinkan dan terbiasa
diusahakan di pedesaan.

Sebagian besar petani di pedesaan belum dapat melaksanakan proses-


proses on-farm dengan baik yang menurut beberapa penelitian
dipengaruhi oleh rendahnya kapasitas sumberdaya manusia petani
dan rendahnya kemampuan petani untuk menyediakan berbagai input
produksi bagi tanaman, ikan maupun ternak yang diusahakannya. Hal
tersebut menunjukan bahwa sumberdaya manusia petani perlu
ditingkatkan kapasitasnya melalui berbagai kegiatan yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan di wilayah on-farm.
Penguatan kapasitas petani akan memberikan dampak terhadap
perilaku petani baik dalam penyediaan inout produksi maupun dalam
pemanfaatannya. Petani akan mampu mengelola bantuan modal untuk
penyediaan input produksi (jika ada) jika petani tersebut telah
mengalami penguatan dari sisi kapasitas kelembagaannya. Hal ini
akan mengeliminir bantuan-bantuan yang tidak terkelola dengan baik
seperti sering ditemui dalam kasus tunggakan Kredit Usaha Tani dan
program lainnya yang terbuang percuma karena lemahnya kapasitas
penerima bantuan.

Sumberdaya yang sepenuhnya dapat dijadikan modal utama dalam


membangun agribisnis di pedesaan adalah aspek sumberdaya
manusia. Sumberdaya manusia merupakan komponen terpenting yang
perlu mendapat perhatian khusus dalam peningkatan akselerasi IPM di
daerah, tidak terkecuali Kabupaten Sumedang. Berdasarkan data BPS
Jawa Barat tahun 2003, Kabupaten Sumedang dalam IPM berada pada
urutan 13 di bawah Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis
IPM Kabupaten/Kota se Jawa
Barat
1999 2002 2003
N
o IP IK IDB IPM IP IK IDB IPM IP IK IDB IPM
64.6 78. 66. 57. 67. 78. 66. 58. 67.
Jawa Barat 0 30 55 42 45 40 57 63 87
79. 67. 52. 66.4 74. 68. 53. 65. 75. 69. 58. 67.
1 Kab. Bogor 87 00 57 8 78 50 48 59 60 70 13 81
Kab. 76. 62. 50. 63.2 75. 63. 52. 63. 77. 66. 57. 67.
2 Sukabumi 67 33 66 2 98 33 04 78 22 33 82 13
76. 64. 50. 63.5 77. 65. 50. 64. 77. 66. 53. 65.
3 Kab. Cianjur 40 33 03 9 36 17 98 50 66 00 09 58
78. 69. 51. 66.6 82. 69. 53. 68. 82. 67. 53. 67.
4 Kab. Bandung 69 33 88 3 67 67 89 74 02 33 20 52
78. 57. 49. 61.7 78. 58. 51. 62. 78. 60. 55. 65.
5 Kab. Garut 31 33 55 3 69 17 56 81 97 83 84 21
Kab. 78. 67. 50. 65.3 80. 68. 52. 67. 79. 68. 52. 67.
6 Tasikmalaya 13 50 31 1 27 50 64 14 70 58 89 06
76. 64. 52. 64.8 77. 65. 52. 65. 78. 67. 64. 69.
7 Kab. Ciamis 82 83 90 5 76 00 99 25 11 07 61 93
74. 66. 53. 64.9 74. 66. 53. 65. 74. 73. 53. 67.
8 Kab. Kuningan 69 50 75 8 56 83 85 08 57 30 87 25
81. 70. 52. 68.0 83. 71. 53. 69. 83. 72. 56. 71.
9 Kota Cirebon 73 17 32 7 31 00 41 24 90 53 58 00
70. 63. 51. 61.6 71. 63. 52. 62. 72. 64. 52. 63.
10 Kab. Cirebon 40 33 10 1 33 83 07 41 75 17 09 00
Kab. 72. 63. 52. 62.8 74. 64. 54. 64. 75. 70. 56. 67.
11 Majalengka 60 33 46 0 89 17 05 37 39 03 62 35
Kab. 78. 69. 51. 66.6 79. 69. 53. 67. 80. 71. 57. 69.
12 Sumedang 84 17 90 4 09 50 82 47 34 23 43 67
Kab. 53. 63. 52. 56.5 62. 64. 57. 61. 62. 65. 57. 61.
13 Indramayu 13 83 71 6 13 50 08 24 52 25 94 90
69. 66. 53. 63.1 67. 67. 53. 63. 72. 70. 58. 67.
14 Kab. Subang 47 67 38 7 91 67 45 01 09 67 62 12
Kab. 78. 64. 52. 65.0 78. 65. 53. 65. 79. 69. 55. 68.
15 Purwakarta 78 17 11 2 38 17 18 58 02 73 81 19
Kab. 68. 62. 51. 60.9 72. 63. 53. 62. 72. 67. 52. 64.
16 Karawang 53 33 93 3 36 17 20 91 80 92 57 33
73. 69. 51. 64.7 77. 70. 53. 66. 75. 71. 64. 70.
17 Kab. Bekasi 51 33 40 5 18 00 50 89 22 67 10 33
85. 71. 52. 69.7 86. 71. 57. 71. 86. 69. 58. 73.
18 Kota Bogor 60 17 37 1 27 67 66 87 49 70 13 96
Kota 84. 67. 53. 68.4 85. 68. 53. 69. 85. 77. 57. 73.
19 Sukabumi 18 83 18 0 29 67 71 22 27 07 85 40
86. 72. 53. 70.6 88. 73. 57. 72. 89. 79. 62. 77.
20 Kota Bandung 87 00 08 5 82 00 03 95 29 20 95 15
85. 69. 51. 68.7 88. 71. 58. 72. 88. 72. 69. 73.
21 Kota Bekasi 62 33 19 1 44 83 28 85 63 50 32 49
85. 78. 58. 73. 86. 78. 63. 76.
22 Kota Depok 62 00 19 94 38 27 75 13
Kota 82. 69. 58. 69.
23 Tasikmalaya 22 00 12 78
87. 73. 55. 72.
24 Kota Cimahi 24 17 60 00
79. 67. 66. 70.
25 Kota Banjar 68 07 14 96

Anda mungkin juga menyukai