OBSERVASI
Oleh
Jamila Nurhidayati
Observasi 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Observasi barangkali menjadi metode paling dasar dan paling tua dalam sebuah
penelitian, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati.
Beberapa penelitian baik itu kualitatif maupun kuantitif mengandung observasi di dalamnya.
Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘MELIHAT’ dan
‘MEMPERHATIKAN’. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara
akurat, mencatatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomena tersebut. Observasi seringkali menjadi bagian dalam penelitian dalam
berbagai disiplin ilmu baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, dapat berlangsung dalam
konteks laboratorium (eksperiental) maupun alamiah.
Observasi yang berarti mengamati bertujuan untuk mendapat data tentang suatu
masalah sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat rechecking, atau pembuktian
terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Justru karena observasi selalu terlibat dalam proses pengambilan data, observasi
kadang dianggap dapat dilakukan oleh siapapun, tidak perlu dibahas secara khusus. Karena
kedapatannya dengan suasana kehidupan sehari-hari (selama masih hidup, sadar maupun
tidak, semua orang melakukan observasi), observasi terkadang diangap sebagi metode yang
kurang ilmiah. Setiap individu dapat memiliki persepsi yang sangat berbeda mengenaisuatu
fenomena yang sama. Apa yang dilihat seseorang sangat tergantung pada minat, bias-bias dan
latar belakang mereka. Oleh karena itu, menurut Patton Bahwa persepsi selektif pada manusia
menyebabkan munculnya keragu-raguan terhadap validitas dan reliabilitas observasi sebagai
suatu metode pengumpulan data yang ilmiah. Menanggapi keragu-raguan tersebut Patton
mengingatkan bahwa persepsi selektif yang mewarnai bias-bias dan minat pribadi tersebut
sesungguhnya terjadi pada kebanyakan orang awam yang memang tidak terlatih. Agar
memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus
dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan memadai, serta telah
mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
Observasi 2
Latihan observasi mencakup belajar mengadakan observasi secara umum pada
konteks atau subjek yang dipilih, maupun mengadakan observasi dengan fokus-fokus khusus.
Peneliti juga perlu berlatih begaimana menuliskan hasil observasi secara deskriptif, dan
mengembangkan kedisiplinan mencatatat kejadian lapangan secara lengkap dan menditail.
Peneliti seyogyanya dapat menentukan kapan perlu dan harus menulis secara detail, dan
membedakannya dari upaya mencatat semua hal yang tidak perlu secara berlebihan. Tanpa
keterampilan demikian, peneliti akan mengalami kebingungan, terbebani oleh banyaknya hal
yang terlibat dalam proses observasi tanpa dapat memilih secara tepat apa yang harus
dilaporkan.
Sebagai metode ilmiah observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas observasi
sebanarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Pengamatan yang tidak langsung misalnya melalui quesionere dan
tes.
4. Dapat di cek dan dikontrol validitas, relibilitas, dan ketelitiannya sebagaimana data
ilmiah lainnya.
B. TUJUAN OBSERVASI
Patton (1990) mengatakan bahwa data hasil observasi menjadi penting, karena :
Observasi 3
1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang
diteliti ada atau terjadi.
3. Mengingat individu yang telah sepenuhnya terlibat dalam konteks hidupnya seringkali
mengalami kesulitan merefleksikan pemikiran mereka tentang pengalamannya,
observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh pertisipan atau subjek
peneliti sendiri kurang disadari.
5. Jawaban terhadap pertanyaan akan diwarnai oleh persepsi selektif individu yang
diwawancara. Berbeda dengan wawancara, observasi memungkinkan peneliti
bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau
pihak-pihak lain.
2. Prosedur testing formal seringkali tidak ditangapi serius oleh anak-anak sebagaimana
orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
Observasi 4
dibandingkan orang dewasa sebab orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang
dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
Oleh karena itu, tujuan observasi seorang psikolog pada dasarnya adalah:
1. Untuk keperluan asesmen awal. Dilakukan di luar ruang konseling, misalnya: ruang
tunggu, halaman, ruang kelas, ruang bermain.
4. Sebagai dasar/titik awal dari kemajuan klien. Dari beberapa kali pertemuan psikolog
tahu kemajuan yang dicapai klien.
7. Digunakan dalam memberi laporan pada orang tua, guru, dokter, dll.
8. Sebagai informasi status anak/remaja (di sekolah) untuk keperluan bimbingan dan
konseling.
Observasi 5
BAB II
TEKNIK OBSERVASI
A. DIMENSI OBSERVASI
Secara umum setiap observasi yang dilakukan tercakup dalam tiga dimensi, yaitu:
Dalam setiap observasi yang dilakukan selalu tercakup ketiga dimensi diatas, dengan
berbagai kombinasi. Bisa Psrtisipan-Overt-Alamiah (poa), Non partisipan-Overt-Alamniah
(noa), Partisipan-Covert-Buatan (pcb), dan lain sebagainya.
Bila sebagian peneliti menyatakan keterlibatan aktif dalam konteks yang diamati
merupakan cara paling ideal, Patton menganjurkan agar kita tidak perlu berpikir demikian.
Yang paling penting adalah negosiasikan dan menyesuaikan derajat pertisipasi aktif peneliti
dengan karekteristik subjek atau objek penelitian, sifat interaksi peneliti-subjek penelitian,
maupun konteks sosial politik yang melingkupi fenomena yang diteliti. Dalam kasus-kasus
Observasi 6
tertentu, keterlibatan dan partisipasi aktif pengemat justru dapat memunculkan masalah dan
mengganggu langkah-langkah pengumpulan data.
Diyakini bahwa manusia pada umumnya akan bertingkah laku berbeda bila tahu
bahwa mereka diaamti. Sebaliknya, individu yang tidak menyadari bahwa ia sedang diamati
akan bertingkah laku biasa (tidak dibuat-buat atau disesuaikan dengan harapan sosial).
Karenanya sebagian peneliti berpendapat observasi yang tidak terbuka (covert) akan
meyakinkan peneliti menangkap kejadian yang sesungguhnya daripada observasi terbuka.
3. Apakah observasi perlu dilakukan dalam jangka waktu lama, atau cukup dalam
waktu yang terbatas?
Dalam tradisi studi antropologi, observasi dapat berlangsung sangat lama, dilakukan
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, dengan maksud agar peneliti dapat memeperoleh
pemahaman holistic mengenai budaya kelompok yang ditelitinya.
Sementara, dalam studi ilmu sosial pada umumnya tujuan digunakannya observasi
adalah untuk mengungkap kompleksitas dan pola-pola realitas sosial.
Untuk studi yang lebih praktis, waktu observasi yang terlalu lama tidak diperlukan,
apalagi bila fenomena yang diteliti adalah fenomena spesifik yang berlangsung pada saat-saat
tertentu saja. Dalam situasi yang demikian, yang penting adalah keberhasilan peneliti
melakukan observasi terhadap fenomena khusus yang jarang terjadi tersebut.
Ada observasi yang difokuskan pada fenomena utuh, dalam situasi seperti ini
dibutuhkan pelatihan meluas pada semua aspek yang terlibat. Ada pula observasi yang
sempit, misalnya dengan memfokuskan pada aspek-aspek atau elemen-elemen tertentu saja
dari keseluruhan yang kompleks.
Observasi 7
• Variasi dalam struktur observasi
Dapat bervariasi mulai dari observasi yang dilakukan secara sangat terstruktur dan
mendetai sampai pada observasi yang tidak terstruktur.
Dapat bervariasi mulai dari dikonsentrasikan secara sempit pada aspek-aspek tertentu
saja (missal: bentuk komunikasi nonverbal tertentu saja) atau diarahkan secara luas
pada berbagai aspek yang dianggap relevan.
• Variasi dalam metode dan sarana/instrument yang dilakukan untuk melakukan dan
mencatat observasi.
Mulai dari tulisan tangan, penggunaan computer (note book), dipakainya lembar
pengecek, stop watch, atau alat-alat yang lebih canggih seperti perekam suara dan
gambar.
Apakah umpan balik (perlu) diberikan kepada orang-orang yang diamati? Bila umpan
balik dismapaikan, sejauh mana informasi akan disampaikan dan mengapa?
B. TEKNIK OBSERVASI
Ada tida jenis pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk
keadaan-keadaan tertentu, yaitu: Observasi Partisipan-Observasi Nonpartisipan, Observasi
Sistematik-Obserbasi Nonsistematik dan Observasi Eksperimental- Observasi
Noneksperimental.
1. Observasi PARTISIPAN
Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang
sifatnya eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat
suku bangsa kerap kali diperlukan observasi partisipan ini.
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang mengadakan observasi
(observer) turut ambil bagian dalam kehidupan observee.
Observasi 8
Pengamatan partisipatif memungkinkan peneliti dapat berkomusikasi secara akrab dan
leluasa dengan observee dan memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan getail
terhadap hal-hal yang tidak akan dikemukakan dalam tida jenis observasi, yaitu:
Peneliti menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamati sehingga peneliti
mengetahui dan menghayati secara utuh dan mendalam sebagaimana yang dialami
subjek yang diteliti lainnya.
Maksudnya peneliti sebenarnya bukan anggota asli kelompom yang diteliti melainkan
dalam peristiwa-peristiwa tertentu bergabung dan berpartisipasi dengan subjek yang
diteliti dalam kapasitas sebagai pengamat.
Maksudnya peneliti ikut berpartisipasi dengan kelompom subjek yang diteliti, tetapi
hubungan antara peneliti dan subjek yang diteliti bersifat terbuka, tahu sama tahu,
akrab, bahkan subjek yang diteliti sebagai sponsor penelitian itu sendiri, yang
kepentingan penelitian tidak hanya bagi peneliti, melainkan juga subjek yang diteliti.
Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian secukupnya dari seorang
partisipan observer adalah:
a. Materi Observasi
Persoalan tentang materi observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan
tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Adalah perlu sekali observer memusatkan
perhatiannya pada apa yang sudah dikerangkakan dalam pedoman observasi (observation
guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
Observasi 9
Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang pelik
dan penting bagi observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencacatan dengan
segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi adalah yang terbaik.
Pencatatan on the spot, akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan.
Sungguh pun begitu ada saat dimana pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, misalnya
ketika situasi yang normal terganggu, ketika timbul rasa curiga pada observee, dan ketika
observer kesulitan karena harus mencegah perhatiaannya untuk parisipasi, mengobservasi,
dan mencatat secara bersama-sama.
Jika pencatatan on the spot tidak dilakukan, sedang kelangsungan situasi cukup lama,
maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi, pencatatan semacam
ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak
menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan misalnya pada kertas-kertas kecil atau
pada kertas apapu yang kelihatannya tidak berarti.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah memisahkan antara pendataan yang
faktual dengan pencatatan yang interpretatif. Tidak jarang penyelidik secara tidak sadar
mencatat suatu kejadian sebagai fakta, padahal sebenarnya adalah interpretasi. Ini dapat
diketahui dengan mudah bila dua orang observer dari latar belakang yang berlainan
mengkonfrontasikan pencatatan-pencatatan mereka. Oleh sebab itu ada baiknya jika pencatat
memberikan kode-kode tertentu untuk dua jenis pencatatan itu, misalnya kode (1) untuk
pencatatan jenis faktual dan kode (2) untuk pencatatan jenis interpretatif.
Observasi 10
1. Untuk membedakan mana data yang otentik dan mana yang tidak.
2. Jika observasi dilakukan oleh suatu team, dalam penganalisaan data tidak banyak
timbul kesulitan atau perselisihan paham.
Pedoman minimal yang perlu dipegang teguh oleh penyelidik dalam hal ini adalah:
Good rapport, yaitu hubungan antar pribadi yang ditandai oleh semangat kerjasama,
saling mempercayai, saling tenggang rasa, sama derajad dan saling membantu secara
harmonik antara observer dan observee, perlu diusahakan bukan saja dengan tokoh-tokoh
kunci, tetapi juga dengan seluruh lapisan masyarakat ajang observasi.
Masalah lain yang juga perlu mendapat perhatian penyelidik yang menggunakan
teknik observasi partisipan adalah memberikan “alasan” tentang kehadirannya yang dapat
dimengerti dan diterima oleh anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.
Dalam hal luasnya partisiapasi tidaklah sama untuk semua penyelidikan dengan
observasi partisipan ini. Penyelidik dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa
kagiatan sosial (partial participation), dan dapat juga pada semua kegiatan (full participation).
Dan dalam tiap-tiap kegiatan itu dia dapat turut serta sedalam-dalamnya (intensive
participation) atau secara minimal (surface participation). Hal ini tergantung pada situasinya.
Dalam observasi partisipan observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus
menjadi bagian dari yang diamati, sedangkan dalam observasi norpartisipan observer hanya
memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati,
merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang teliti.
Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup dalam arti tidak diketahui oleh subyek yang
diteliti ataupun terbuka yakni diketahui oleh subyek yang diteliti.
Observasi 11
2. Obsevasi SISTEMATIK
a. Materi Observasi
Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalam observasi sistematik umumnya lebih
terbatas. Sebagai alat untuk penyelidikan deskriptif, dia berlandaskan pada perumusan-
perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri telah lebih dahulu
dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dari penelitian, bukan situasi kehidupan
masyarakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian
eksploratif.
b. Cara-cara Pencatatan
Observasi 12
menimbulkan masalah yang sama dengan observasi partisipasi untuk mengusahakan rapport
yang baik. Pertama-tama situasinya harus disiapkan sedemikian rupa sehingga para observee
tidak berkeberatan menerima observer. Dengan kesibukannya mengadakan pencatatan,
menggunakan alat-alat, dan kesibukan-kesibukan lainnya, seorang observer tidak akan dapat
menyembunyikan kenyataan-kenyataan sedang mengadakan penyelidikan. Kerena itu,
mendapatkan kerjasama yang sebaik-baiknya dengan observee adalah syarat mutlak dalam
observasi sistematik.
3. Observasi EKSPERIMENTAL
• Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk
semua observee.
• Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku
yang akan diamati oleh observer.
Observasi 13
• Situasi sedemikian rupa sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenarnya dari
observasi.
• Observer atau alat pencatat membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara
observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah reaksi semata-mata.
Observasi 14
BAB III
PROSES OBSERVASI
A. ALAT OBSERVASI
Ada bebarapa alat observasi yang digunakan dalam situasi-situasi yang berbeda-beda,
antara lain :
1. Anekdotal
Observer mencatat hal-hal yang penting. Pencatatan dilakukan sesegera mungkin pada
tingkah laku yang istimewa. Observer harus mencatat secara teliti apa dan bagaimana
kejadian, bukan bagaimana menurut pendapatnya. Akan tetapi, kerugian dari bentuk seperti
ini adalah memakan waktu yang agak lama.
2. Catatan Berkala
3. Check List
Check list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama subyek dan faktor-faktor yang
hendak diselidiki. Check list dimaksudkan untuk mensistematikan catatan observasi. Dengan
check list ini lebih dapat dijamin bahwa penyelidik mencatat tiap-tiap kejadian yang telah
ditetapkan hendak diselidiki.
Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam check list,
dan observer tinggal memberi tanda check secara cepat tentang ada tidaknya aspek perbuatan
yang tercantum dalam list.
4. Rating Scale
Observasi 15
Rating scale adalah pencatatan gejala menurut tingkat-tingkatnya. Rating scale ini
sangat populer karena pencatatanya sangat mudah, dan relatif menunjukkan keseragaman
antara pencatat dan sangat mudah untuk dianalisis secara statistik.
Rating scale umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku yang
harus dicatat secara bertingkat observasi diminta mencatat pada tingkat yang bagaimana
suatu gejala atau ciri tingkah laku timbul.
Rating scale mempunyai kesamaan dengan ckeck list. Observer tinggal member
tanda-tanda tertentu dan mengecek pada tingkat-tingkat tingkah laku tertantu. Dengan cara ini
deskripsi yang panjang lebar tidak diperlukan, dan waktu sangat dihemat oleh karenanya.
Namun, demikian ada beberapa sumber kesesatan yang perlu mendapat perhatian dari
observer, yaitu:
a. Hallo Effects
Kesesatan ‘halo’ terjadi jika observer dalam pencatatan terpikat oleh kesan-kesan
umum yang baik pada observe, sedang observer tidak menyelidiki kesan-kesan umum itu.
Jadi, misalnya seorang observer mungkin terpikat oleh tingkah laku yang sopan dari orang
yang diamati, dan memberikan penilaian yang tinggi pada observe tanpa memperhatikan pada
aspek yang sebenarnya hendak diamati. Dan sebaliknya seorang observer dapat memberi nilai
yang lebih rendah daripada semestinya tentang suatu hal yang oleh karena observe
berpakaian yang kurang rapi, sedang observer sendiri adalah orang yang biasa berpakaian
rapi.
b. Generosity Effects
Kesesatan dapat terjadi karena keinginan untuk berbuat baik. Dalam keadaan-keadaan
yang meragukan seorang observer mempunyai kecenderungan seorang observer mempunyai
kecenderungan untuk menilai yang menguntungkan (atau merugikan) observee.
Carry over effects terjadi jika pencatat tidak dapat memisahkan satu gejala dari yang
lain dan jika gejala yang satu kelihatan timbul dalam keadaan yang baik, gejala yang lainnya
juga dicatat dalam keadaan baik, sungguhpun kenyataannya tidak begitu. Pencatatan gejala
yang satu dan dibawa-bawa dalam pencatatan gejalan lainnya ini pasti tidak akan
Observasi 16
menghasilkan fakta-fakta yang sesuai dengan keadaannya. Sehingga hal ini perlu
diperhatikan oleh seorang peneliti yang hendak meneliti suatu gejala.
5. Mechanical Devices
• Sebagai alat untuk melatih observer untuk memperbaiki kecermatan dan ketelitian
observasinya.
B. OBSERVER
Spradley (1980) menyebutkan bahwa peran observer dalam metode observasi adalah:
Dalam Observasi observer tidak berperan, kehadiran dalam area penelitian hanya
untuk melakukan observasi tetapi tidak diketahui oleh subyek yang diamati.
Observasi jenis ini bisa dilakukan, misalnya dengan menggunakan kaca “one way
mirror“ seperti pengamatan pada sekelompok anak-anak dengan perilaku di dalam kelas
dalam suatu ruangan atau kelas, atau menggunakan teropong jarak jauh untuk mengamati
perilaku seorang atau sekelompok orang. Pengamatan semacam itu juga bisa dilakukan
dengan cara menggunakan rekaman video sehingga peneliti benar-benar tidak melakukan
peran sama sekali.
Observasi 17
2. Observer berperan pasif
Dalam jenis ini observer mendatangi peristiwa, akan tetapi kehadirannya di lapangan
menunjukkan peran yang peling pasif. Kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh
orang yang diamati, dan bagaimanapun hal ini membawa pengaruh. Agar kehadiran peneliti
tidak mempengaruhi sifat alamiah subjek, sebaiknya peneliti tidak membuat catatan selama
penelitian, kecuali mungkin dengan menggunakan perekaman secara tersembunyi. Tetapi
setelah selesai melakukan pengamatan, peneliti harus segera membuat catatannya secepatnya
sebelum tertumpuk oleh informasi lainnya.
Dalam observasi ini peneliti dapat memainkan berbagai peran yang dimungkinkan
dalam suatu situasi sesuai dengan kondisi subjek yang diamati. Cara ini dilakukan semata
untuk dapat mengakses data yang diperlukan bagi penelitian. Keberadaan peneliti sebenarnya
diketahui oleh subjek yang diteliti, tetapi peneliti telah dianggap sebagai bagian dari mereka
dan kehadirannya tidak mengganggu atau mempengaruhi sifat naturalistik. Apa yang
dilakukan tidak ubahnya sebagaimana yang dilakukan subjek yang diteliti.
Pada observasi ini peneliti bisa jadi sebagai anggota resmi dari kelompok yang
diamati atau sebagai orang dalam atau orang luar tetapi telah dianggap sebagai orang dalam.
Peran peneliti dalam observasi terlibat penuh, bukan sekedar partisipasi aktif dalam
kegiatan subjek yang diteliti, tetapi juga bisa lebih menjadi pengarah acara sebuah peristiwa
terarah dengan skenario peneliti agar kedalaman dan keutuhan datanya tercapai.
Dalam melakukan observasi ada beberapa hal yang mempengaruhi kecermatan dalam
observasi, yaitu:
Observasi 18
• Ketelitian pencatatan hasil-hasil observasi
• Ketepatan alat dalam observasi. Pengertian observer tentang gejala yang diobservasi.
Oleh karena itu untuk dapat menjadi seorang observer yang baik harus memiliki
syarat-syarat sebagai berikut :
3. Membagi perhatian
Seorang observer harus mampu mengamati perilaku observee sampai pada perilaku
yang sekecil-kecilnya, karena bisa saja perilaku yang dianggap tidak penting justru
merupakan perilaku yang sangat penting.
5. Dapat mereaksi dengan cepat dan menerangkan contoh-contoh tingkah laku secara
verbal/non verbal.
Seorang observer harus bisa memahami dengan cepat perilaku yang ditunjukkan oleh
observee dan bagaimana respon yang harus diberikan.
Observasi 19
Kemampuan menjalin hubungan baik dengan observe merupakan faktor yang sangat
penting dalam observasi.
Dalam melakukan observasi ada beberapa point yang biasanya perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Penampilan fisik : yang meliputi kondisi fisik observe, misalnya tinggi badan, berat
badan, warna kulit, dan lain-lain.
5. Rekasi emosi : yaitu bagaimana reaksi emosi observe. Dalam penelitian seorang
observer perlu memperhatikan bagaimana reaksi emosi observe terhadap suatu
masalah yang ingin diteliti.
6. Aktivitas yang dilakukan : Misalnya jenisnya, lamanya, dengan siapa, dimana dan
sebagainya.
7. Dan beberapa hal yang perlu diobservasi. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian
yang akan dilakukan.
Observasi 20
1. Peroleh dahulu pengetahuan apa yang akan diobservasi. Penyelidik dapat
mengobservasi dan mengingat-ingat lebih banyak sifat-sifat khusus dari sesuatu jika
dia telah mempunyai pengetahuan lebih dahulu tentang apa yang akan diobservasi dan
jenis fenomena-fenomena apa yang perlu dicatat. Sebab itu ketahui dan tentukan lebih
dahulu apa-apa yang perlu diobservasi.
3. Buatlah suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi. Adalah penting sekali untuk
menetapkan lebih dahulu simbol-simbol statistik atau rumusan-rumusan deskriptif
yang akan digunakan untuk mencatat hasil-hasil observasi. Cara ini akan menghemat
waktu dan menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak
peristiwa. Banyak orang merasa perlu mencatat-catat hasil observasi, tetapi tidak
berhasil untuk melakukan itu karena ketiadaan cara pencatatn yang efisien.
Untuk melaksanakan itu umumnya digunakan check list. Check list akan menghemat
pencatatan sampai minimal dan jika dibuat secara cermat akan memungkinkan
penyelidik mencatat secara teliti unsur-unsur khusus dari gejala yang akan diselidiki.
4. Adakan dan batasai dengan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan
digunakan, kecuali mencatat jumlah frekuensi dari suatu jenis tingkah laku, kerapkali
perlu sekali penyelidik mengetahui besar kecilnya jenis tingkah laku yang muncul.
Observasi 21
2. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
E. PENCATATAN LAPANGAN
Catatan lapangan berisi tentang hal-hal yang diamati, apapun yang oleh peneliti
dianggap penting. Penulisan catatan lapangan dapat dilakukan dalam cara yang berbeda-beda.
Yang penting untuk diingat adalah catatan lapangan mutlak dibuat secara lengkap, dengan
keterangan tanggal dan waktu yang lengkap.
Untuk mampu menulis catatan lapangan yang lengkap dan informatif, peneliti perlu
melatih kedisiplinan untuk melakukan pencatatan secara kontinyu, dan menuliskannya
langsung saat melakukan observasi di lapangan. Bila pencatatan tidak mungkin
dilakukan langsung di lapangan, hal tersebut wajib dilakukan sesegera mungkin setelah
peneliti meninggalkan lapangan. Peneliti harus menyadari ia tidak dapat mengandalkan
ingatanya saja, dan bila ia tidak segera mencatat apa yang ia amati, sangat mungkin akan
kehilangan nuansa yang diamati.
Catatan lapangan harus deskriptif, diberi tanggal dan waktu, dan dicatat dengan
menyertakan informasi-informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa yang hadir
di sana, bagaimana setting fisik lingkungan, interaksi sosial dan aktifitas apa yang
berlangsung dan sebagainya.
Yang sangat penting untuk selalu diingat adalah peneliti yang baik akan melaporkan
hasil observasinya secara deskriptif, tidak interpratatif. Pengamat tidak mencatat kesimpulan
atau interpretasi, melainkan data kongrit berkenaan dengan fenomena yang diamati.
Deskripsi yang memadai dalam detil, dan ditulis sedemikian rupa untuk
memungkinkan pembaca menvisualisasikan setting yang diamati. Deskripsi interpretasi
Observasi 22
dengan menggunakan penyimpulan-penyimpulan dari peneliti harus dihadari interpretasi
dengan memberikan lebel atau penjelasan sifat-sifat tidak ditunjukkan. Yang perlu dilakukan
adalah menjabarkan situasi yang diamati segera mengambil kesimpulan tentang hal tersebut.
Hasil interpretasi :
Contoh : Ruangan sangat nyaman dan indah. Mereka sangat membenci satu sama lain.
Contoh :
Ruangan berukuran…, terdengar suara musik dari alat perekam, dan tembok yang berwarna
biru muda digantungi beberapa lukisan pemandangan……
Kedua tersebut saling memuku. Yang satu terjatuh dan lelaki yang lain kemudian menginjak
sampai yang terjatuh tersebut berteriak-teriak…….
Bila relevan yang memungkinkan, catatan lapangan perlu juga diisi kutipan-kutipan
langsung apa yang dikatakan obyek yang diamati selama proses observasi. Hal itu akan
membantu peneliti dalam mengungkap prespektif orang yang diamati mengenai realitas yang
alami.
2. Buku harian, yang dibuat dalam bentuk yang teratur dan ditulis setiap hari, yang
isinya diambil dari catatan lapangan.
3. Catatan tentang satuan-satuan sistematis, yaitu catatan rinci tentang tema yang
muncul.
Observasi 23
4. Catatan kronologis, yang merupakan catatan rinci tentang urutan peristiwa dari waktu
ke waktu.
5. Peta konteks, yang dapat berbentuk peta, sketsa atau diagram. Dengan peta konteks
ini dapat diperoleh gambaran umum tentang posisi subjek serta perkembangannya.
7. Jadwal observasi berisi dekripsi waktu secara rinci tentang apa yang dikerjakan, apa
yang diamati, dimana, kapan dan lain-lain.
9. Panel yaitu pengamatan terhadap seseorang atau sekelompok orang secara periodik.
10. Kuesioner yang diisi oleh pengamat untuk memberikan balikan kepada pengamat
sehingga dapat lebih mengarahkan dan memperbaiki teknik pengamatannya.
11. Balikan dari pengamat lainnya, juga dapat memperbaiki teknik pengamatan yang
dipergunakannya.
12. Daftar cek, dibuat untuk mengecek apakah semua aspek informasi yang diperlukan
telah direkam.
14. “Topeng Steno“ yaitu alat perekam suara yang diletakkan secara tersembunyi di tubuh
peneliti.
Banister (1994) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu membuat
catatan observasi, yaitu:
1. Deskripsi konteks.
Observasi 24
6. Pertimbangan mengenai alternatif interpretasi lain.
Dalam melakukan observasi, terutama bagi observer pemula yang belum mahir
melakukan observasi kerap terjadi kesalahan dalam melakukannya oleh karena itu perlu
diketahui masalah-masalah yang sering menjadi sumber kesalahan dalam melakukan
observasi.
Ada beberapa sumber kesalahan yang sering ditemukan dalam observasi, yaitu:
1. Kesalahan yang bersumber pada kualitas personel observer. Hal ini berkaitan dengan
penelitia, hello effect, usia, latar belakang pendidikan/budaya, personal value.
2. Kesalahan yang berhubungan dengan setting, skala, atau alat-alat yang digunakan.
Setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk metode observasi.
Seorang peneliti harus mengetahui kelebihan dan kekurangan metode yang digunkan sebagai
alat untuk mengumpulkan data penelitian yang akan dilakukannya sehingga dapat membuat
perencanaan yang matang tentang metode yang akan dipilih untuk kepentingan penelitiannya.
Observasi 25
5. Dapat menghasilkan data yang tidak mungkin diperoleh dengan metode lainnya.
2. Persepsi selektif. Orang cenderung memilih satu hal sebagai pusat pengamatan
sehingga hal lain luput dari pengamatan.
6. Dibutuhkan pengetahuan yang lebih tentang persoalan pokok yang diamati dan
pengalaman yang memadai.
7. Banyak kejadian yang tidak dapat diungkap dengan observasi langsung, misalnya
kehidupan pribadi yang sangat rahasia.
8. Timulnya kejadian tidak selalu dapar diramalkan sehingga observer dapat hadir untuk
mengamati kejadian tersebut.
Observasi 26
9. Tugas observasi dapat terganggu pada waktu ada peristiwa yang tidak terduga,
misalnya cuaca.
2. Dapat menangkap makna dari tindakan penuh arti yang dialami para subjek.
Selain cara-cara tersebut, cara yang juga sering dilakukan oleh seorang peneliti yang
menggunakan metode observasi dalam pengumpulan data adalah dengan cara memperbanyak
jumlah orang yang melakukan observasi (observer).
Observasi 27
BAB IV
A. VALIDITAS
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin
diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda, maka ia harus menggunakan
timbangan. Timbangan adalah alat ukur yang valid bila dipakai untuk mengukur berat. Bila
panjang benda yang ingin diukur, maka harus menggunakan meteran. Meteran adalah alat
pengukur valid bila digunakan untuk mengukur panjang. Tetapi, tibangan bukanlah alat
pengukur yang valid jika digunakan untuk mengukur panjang.
1. Jenis-Jenis Validitas
Validitas alat pengumpul data dapat digolongkan beberapa jenis, di bawah ini ada
beberapa jenis validitas yang perlu diperhatikan.
a. Face Validity
Bagaimana kelihatannya suatu alat pengukur benar-benar mengukur apa yang akan
diukur. Misalnya mengukur kemampuan sebagai seorang sopir, seorang observee harus
disuruh mengendarai mobil. Tetapi bila pengukuran kemampuan mengendarai mobil
dilakukan dengan ujian tertulis tentang teknik mengendarai mobil, maka lat pengukur
tersebut kurang memiliki face validity.
b. Content Validity
Content validity atau bisa disebut sebagai validitas isi adalah sejauh mana isi alat ukur
tersebut memiliki semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. data yang
mencerminkan ciri-ciri yang telah ditentukan yaitu apa saja yang diungkap / diukur.
Contohnya bila seorang peneliti ingin mengukur keikutsertaan dalam program KB dengan
menyatakan metode kontrasepsi yang dipakai. Bila aspek yang diamati tidak mencakup
semua metode kontrasepsi, maka alat ukut tersebut tidak memiliki validitas isi.
c. Predicty Validity
Observasi 28
Alat pengukur yang dibuat oleh peneliti seringkali dimaksudkan untuk memprediksi
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Contohnya adalah ujian seleksi masuk
perguruan tinggi. Ujian tersebut adalah upaya untuk memperedisi apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang. Peserta yang lulus ujian dengan nilai baik diprediksikan akan dapat
mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan sukses.
Apakah soal ujian masuk tersebut memiliki validitas prediktif, sangat tergantung pada
apakah ada korelasi yang tinggi antara nilai ujian masuk dengan prestasi belajar setelah
menjadi mahasiswa. Bila ternyata ada korelasi yang tinggi antara nilai ujian seleksi dengan
indeks prestasi belajar mahasiswa, maka soal ujian selaksi tersebut memiliki validitas
prediktif.
Untuk mendapatkan validitas yang tinggi maka harus menyiapkan dengan sungguh-
sungguh materi yang akan diukur.
d. Construct validity
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Misalkan seorang peneliti ingin
mengukur konsep religiusitas. Pertama-tama yang harus dilakukan oleh peneliti ialah mencari
apa saja yang merupakan kerangka dari konsep tersebut. Dengan diketahuinya kerangka
tersebut, seorang peneliti dapat menyusun tolak ukur operational konsep tersebut.
e. Concurent validity
Observasi 29
2. TEKNIK MENGUJI VALIDITAS
Pekerjaan untuk mencari validitas suatu alat ukur disebut validation. Prinsip dari
validation adalah membandingkan hasil-hasil dari pengukuran faktor dengan suatu kriterium,
suatu ukuran yang telah dipandang valid untuk menunjukkan faktor yang dimaksud. Jadi
misalnya suatu alat pengukur handak menyelidiki faktor ketelitian kerja, maka harus diambil
lebih dahulu suatu kriterium yang dapat dipandang mencerminkan ketelitian kerja. Dari
kriterium itulah kemudian hasil dari pengukuran faktor ketelitian kerja disoroti. Jika hasil
pengukuran menunjukkan besar ketelitian kerja yang sesuai dengan hasil pengukuran itu,
maka alat pengukur itu dipandang valid.
Ada dua jenis kriterium yang digunakan untuk menguji kejituan alat pengukur, yaitu:
Yaitu suatu kriterium yang diambil dari luar alat pengukur itu sendiri. Misalnya :
suatu tes tentang ketelitian kerja, diuji validitasnya dengan prestasi kerja yang sesungguhnya
sebagaimana ditunjukkan oleh catatan-catatan hasil kerja atau penilaian pimpinan unit.
Yaitu suatu kriterium yang diambil dari dalam alat itu sendiri. Biasanya diambil hasil
keseluruhan pengukuran atau total score sebagai kriteriumnya. Misalnya : ingin mengukur
intelegensi yang terdiri dari faktor-faktor daya analisa, daya klasifikasi, daya ingatan, daya
pemahaman, daya kritik dsb. Maka untuk menguji apakah sekelompok item benar-benar
mengukur daya analisa, misalnya, jawaban-jawaban terhadap item daya analisa dicocokkan
dengan hasil tes karena secara keseluruhan atau total score. Antara nilai total harus terdapat
korelasi yang positif tinggi dan cukup meyakinkan.
Kecocokan antara hasil-hasil dari item yang disangka mengukur suatu faktor dengan
suatu kriterium yang dipandang telah valid disebut factorial validity atau validitas faktor.
Besar kecilnya validitas faktor tergantung kepada besar kecilnya kecocokan itu.
B. RELIBILITAS
Reliabilitas observasi adalah keajegan apa yang diobservasi. Suatu hasil observasi bila
diuji kembali oleh orang lain baik di lain waktu maupun sekarang maka hasilnya relatif sama.
Observasi 30
1. Sumber-Sumber Kesesatan
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologik dan pspsikologik. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-
proses pengamatan dan ingatan. Dalam masing-masing, proses ini tergantung sumber-sumber
kesesatan yang perlu mendapat perhatian yang sekasama.
a. Pengamatan
Dua indra yang sangat vital dalam pengamatan adalah mata dan telinga. Baik dalam
penyelidikan di laboratorium maupun dalam penyelidikan lapangan dua-duanya selalu
terpakai, sungguhpun dalam banyak hal mata memegang peranan yang lebih dominan.
1. Menyediakan waktu yang lebih banyak agar dapat melihat objek yang kompleks
dari berbagai segi, dari berbagai jurusan secara berulang-ulang,
3. Mengambil lebih banyak objek yang sejenis agar dalam jangka waktu yang
terbatas dapat disoroti objek-objek itu dari segi-segi yang berbeda-beda oleh
penyelidik yang terbatas jumlahnya.
b. Ingatan.
Tidak semua orang memiliki ingatan yang setia dan luas. Kedua dimensi ingatan ini
membuat batasan-batasan dalam reliabilitas pengamatan. Karena itu ada cara-cara
yang perlu diperhatikan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu antara
lain :
Observasi 31
1. Mengadakan pencatatan biasa dan atau dengan check list.
Prosedur yang lazim digunakan untuk menilai reliabilitas pengukuran adalah mencari
petunjuk atau indeks hubungan antara hasil-hasil pengukuran yang pertama dengan hasil-
hasil pengukuran ulangan. Indeks hubungan itu disebut koefisien korelasi.
Pada dasarnya ada dua pokok pikiran yang tersembunyi di balik penghitungan
koefisien korelasi itu :
a. Bahwa gejala atau ciri gejala tetap bertahan dan tidak berubah dari pengukuran yang
satu ke pengukuran yang lain.
a. Teknik Ulangan
Dalam teknik ulangan alat pengukur yang sama diberikan kepada sejumlah subjek
yang sama pada saat-saat yang berbeda, dalam kondisi-kondisi pengukuran yang relatif sama.
Observasi 32
2. Setelah beberapa waktu berselang, ulangi langkah yang pertama; alatnya sama, subjeknya
juga sama, prosedur pengukurannya juga sama dan kondisi-kondisi pengukuran harus relatif
sama.
3. Selidiki korelasi antar hasil pengukuran yang pertama dengan pengukuran yang kedua.
Dalam teknik ulangan ini diambil asumsi bahwa gejala yang diukur tidak berubah
dalam tenggang waktu pengukuran pertama dan kedua. Jika jarak pengukurannya cukup lama
asumsi itu menjadi sangat kabur tanpa suatu pengetahuan bahwa memang dalam tenggang
waktu sekian lama itu gejalanya sama sekali tidak berubah.
Dalam teknik bentuk parerel ini sekelompok item disajikan kepada sejumlah subjek.
Kelompok item ini disebut bentuk I. Kepada subjek-subjek itu juga dengan atau tanpa
tenggang waktu diberikan sekelompok item lainnya yang dipandang seimbang dengan
kelompok item yang pertama. Kelompok item yang kedua ini disebut bentuk II. Hasil dari
kedua bentuk itu kemudian dikorelasikan untuk memperoleh koefisien korelasi.
Jadi langkah-langkah pokok dalam reliabilitas dengan teknik bentuk pararel adalah
sebagai berikut :
2. Memberikan bentuk II kepada subjek-subjek itu juga, dengan atau tanpa tenggang
waktu.
Dalam teknik belah dua suatu baterai alat pengukur diberikan kepada sejumlah
subjek, kemudian item dari baterei dibagi dua, dan score dari separuh baterei dikorelasikan
dengan score dari separuh item sisanya.
Observasi 33
3. Cari korelasi antar score dari separuh item yang pertama dengan score dari separuh
item yang kedua.
Prosedur yang lazim untuk membelah baterei menjadi dua kelompok item adalah
mengumpulkan item yang bernomor ganjil menjadi satu kelompok, dan item yang genap
menjadi satu kelompok yang lain (ganjil-genap). Kecuali bisa dengan jalan random.
Observasi 34
Contoh Check List
Terlambat - -
Mencatat - -
Bertanya -
Menjawab Pertanyaan - -
Partisipasi dalam Diskusi - -
Observasi 35
Sangat Kadang- Tidak
Ahmad Sering
Sering Kadang Pernah
Terlambat
Mencatat
Bertanya
Menjawab Pertanyaan
Partisipasi dalam Diskusi
Berbicara dengan Teman di
Dalam Kelas
Contoh Observasi
Observasi 36
A. Temperamen
B. Fisik
No Kualitas Keterangan
• Pandangan mata.
3. Di dalam kelas dibandingkan anak lain Lebih banyak bicara.
Observasi 37
Lebih diam.
Lebih banyak
mengganggu orang lain.
4. Di luar kelas (Misalnya: saat istirahat/olahraga). Aktif mengikuti
Sendirian.
Bergerombol.
Berjalan-jalan.
Diam di kelas.
5. Kecepatan melakukan tugas Lebih cepat dari
temannya.
Sama cepatnya.
Kalah cepat.
C. Sosial-Emosional
Keterangan
Observasi 38
2. Pemusatan Perhatian
Observasi 39
6. Kepatuhan terhadap aturan
Pedoman Observasi Tentang Persepsi Karyawan Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Aspek Kriteria
Observasi 40
Baik Kurang
1. Lingkungan Kerja
Di dalam gedung
• Suhu udara
• Penerangan.
• Kebersihan.
• Polusi udara.
• Kebisingan.
Di luar gedung
• Suhu udara
• Penerangan
• Kebersihan
• Polusi udara
• Kebisingan
2. Keadaan mesin dan peralatan
Penyediaan peralatan
penanggulangan bahaya ditempat-
tempat strategis.
Observasi 41
bekerja di lingkungan kerja.
Kesehatan pekerja.
• Telinga
• Hidung
• Tenggorokan
• Jantung
• Hati
• Dan lain-lain
4. Cara kerja
Observasi 42
dari pekerja.
Pmasangan tanda-tanda
peringatan bahaya.
Pemasangan nomor-nomor
telepon untuk keadaan darurat.
Pelaksanaan kursus-kursus
keselamatan dan keselamatan
kerja untuk pekerja.
Observasi 43
Contoh :
Aspek Kriteria
Observasi 44
1. Fisiologis
Observasi 45
Pekerja gelisah bila sedang bekerja.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Contoh Format Observasi 1
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Tanggapa Observer
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………46
Observasi
………………………………………………………………………………………………
Contoh Format Observasi 2
Observasi 47
Jenis Observasi :………………………………………………………………………….
Observer :………………………………………………………………………….
Catatan :………………………………………………………………………….
Observasi 48