KELOMPOK:
ROBI AFRIZAL
REDO MARGA UTAMA
ROHMAT OKI WIJAYA
RIO YULIANTO
PENGERTIAN ZAKAT
Pengertian "BERSIH" dan "SUCI" dalam istilah zakat ialah membersihkan harta
dan membersihkan diri orang kaya daripada bersifat kedekut dan bakhil. Dalam
erti yang lain ialah membersihkan diri daripada sifat dengki dan dendam
terhadap orang kaya.
Zakat dari segi syarak pula ialah mengeluarkan sebahagian harta tertentu
diberikan kepada asnaf-asnaf yang berhak menerimanya setelah memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan oleh syarak
Melahirkan rasa tenang dan tenteram dalam hati dan jiwa pembayar zakat
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam masalah kewajiban zakat.
Syarat tersebut ada yang berkaitan dengan muzakki (orang yang
mengeluarkan zakat) dan ada yang berkaitan dengan harta.
Adapun anak kecil dan orang gila –jika memiliki harta dan memenuhi syarat-
syaratnya- masih tetap dikenai zakat yang nanti akan dikeluarkan oleh
walinya. Pendapat ini adalah pendapat terkuat dan dipilih oleh mayoritas
ulama.[6]
Syarat kedua, berkaitan dengan harta yang dikeluarkan: (1) harta tersebut
dimiliki secara sempurna, (2) harta tersebut adalah harta yang berkembang,
(3) harta tersebut telah mencapai nishob, (4) telah mencapai haul (harta
tersebut bertahan selama setahun), (5) harta tersebut merupakan kelebihan
dari kebutuhan pokoknya.[7]
آَ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َوأَ ْنفِقُوا ِم َّما َج َعلَ ُك ْم ُم ْست َْخلَفِينَ فِي ِه فَالَّ ِذينَ آَ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوأَ ْنفَقُوا لَهُ ْم أَجْ ٌر َكبِي ٌر
Harta yang hakikatnya milik Allah ini telah dikuasakan pada manusia. Jadi
manusia yang diberi harta saat ini dianggap sebagai pemegang amanat harta
yang hakikatnya milik Allah.
Sedangkan yang dimaksud dengan syarat di sini adalah harta tersebut adalah
milik di tangan individu dan tidak berkaitan dengan hak orang lain, atau harta
tersebut disalurkan atas pilihannya sendiri dan faedah dari harta tersebut
dapat ia peroleh.[9]
Dari sini, apakah piutang itu terkena zakat? Pendapat yang benar dalam hal
ini, piutang bisa dirinci menjadi dua macam:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha’
kurma atau satu sha’ gandum ke atas hamba dan orang yang merdeka sama ada lelaki
mahu pun wanita, anak kecil mahu pun dewasa dari kalangan umat Islam. Baginda
memerintahkan agar ia dibayar sebelum orang ramai keluar menunaikan solat (Aidil
Fitri). [Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, hadis no: 1503 (Kitab al-
Zakat, Bab kewajipan sedekah fitrah)]
Berdasarkan hadis di atas, jumhur ilmuwan berpendapat bahwa hukum zakat fitrah
ialah wajib. Ada segelintir yang berpendapat kewajibannya telah dibatalkan berdasarkan
sebuah riwayat lain:
ُت ال َّز َكاةُ لَ ْم يَأْ ُمرْ نَا َولَ ْم يَ ْنهَنَا َونَحْ ن ْ ِص َدقَ ِة ْالف
ْ َط ِر قَ ْب َل أَ ْن تَ ْن ِز َل ال َّز َكاةُ فَلَ َّما نَزَ ل َ ِ أَ َم َرنَا َرسُو ُل هَّللا
َ ِصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ب
ُنَ ْف َعلُه
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk membayar zakat
fitrah sebelum turunnya (kewajiban membayar) zakat (tahunan). Maka tatkala
disyari‘atkan (kewajiban membayar) zakat (tahunan), baginda tidak lagi memerintahkan
kami (untuk membayar zakat fitrah) maupun melarang kami (dari membayar zakat
fitrah). Namun kita tetap melakukannya (membayar zakat fitrah). [Sahih: Dikeluarkan
oleh al-Nasai dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan al-Nasai, hadis no:
2505 (Kitab al-Zakat, Bab kewajiban sedekah fitrah sebelum disyari‘atkan zakat
tahunan)]
Ibn Hajar al-‘Asqalani rahimahumullah (852H) telah menolak pendapat segelintir ini
dengan hujah bahwa hadis di atas tidak menunjukkan adanya pembatalan. Sebaliknya
sikap diam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah karena perintah baginda yang
awal sudah mencukupi tanpa perlu untuk baginda mengulanginya. Lebih dari itu,
pensyari‘atan sesuatu yang baru tidak semestinya bererti pembatalan ke atas sesuatu yang
lama. [Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari (Dar al-Fikr, Beirut, 2000), jld. 4, ms.
139]
Selain itu ada juga yang berpendapat hukum zakat fitrah ialah sunat muakkad karena
mereka memahami istilah “faradha” dalam hadis ‘Abd Allah ibn ‘Umar di atas sebagai
“kadar ukuran”. al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani sekali lagi menolak pendapat ini dengan
menukil hujah Ibn Daqiq al-‘Id rahimahumullah (702H), bahwa istilah “faradha” dari
sudut bahasa memang bermaksud “kadar ukuran”. Akan tetapi yang diambil kira ialah
maksud dari sudut syari‘at dan dari sudut ini, “faradha” ialah “kewajiban”. Maka
memahami hadis ‘Abd Allah ibn ‘Umar dengan maksud kewajiban adalah lebih tepat.
[Fath al-Bari, jld. 4, ms. 139]
Zakat merupakan kewajiban syar’i dan salah satu dari rukun Islam yang sangat penting
setelah syahadat dan shalat. Dalil dari Al Qur’an, As Sunnah maupun ijma’ kaum
muslimin telah nyata menunjukkan bahwa zakat merupakan perkara wajib yang jika
seseorang mengingkarinya bisa terjerumus ke dalam jurang kekufuran (murtad).Dia harus
bertobat jika ingin kembali diakui lagi sebagai seorang muslim. Jika ia enggan bertobat
maka boleh untuk diperangi. Sedang mereka yang bakhil atau membayar namun tidak
sesuai kewajibannya maka ia telah berbuat zhalim dan akan berhadapan dengan ancaman
Allah yang sangat keras.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang diberi oleh Allah
harta kemudian ia tidak membayar zakatnya maka akan dijelmakan harta itu pada hari
kiamat dalam bentuk ular yang kedua kelopak matanya menonjol. Ular itu melilitnya
kemudian menggigit dengan dua rahangnya sambil berkata: “Aku hartamu aku
simpananmu” (HR. Al-Bukhari)
Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari rukun Islam yang
menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabbnya, akan
menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.
Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana
firman Allah, artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. “. (QS.
2:276)
Dalam sebuah hadits yang muttafaq ‘alaih Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga
menjelaskan bahwa shadaqah dari harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh
Allah berlipat ganda. Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah
disabda-kan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar
zakat. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut
kepada saudaranya yang tidak punya.
Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta
maupun raga bagi kaum muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab
sudah pasti ia kan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat
pengorbanannya. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan):
1. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir
miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di
dunia.Memberikan support kekuatan bagi kaum muslimin dan mengangkat
eksistensi mereka.Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya
adalah mujahidin fi sabilillah.
2. Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosisal, dendam dan rasa dong-kol yang ada
dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka
yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang
tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta
yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu
akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
3. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya
akan melimpah.
4. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena
ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak
fihak yang mengambil manfaat.
HAJI
Pengertian Haji, Syarat Sah Haji, Wajib Dan Rukun
Ibadah Haji
A. Arti Definisi / Pengertian Ibadah Haji
Ibadah haji adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh umat islam yang mampu atau kuasa
untuk melaksanakannya baik secara ekonomi, fisik, psikologis, keamanan, perizinan dan
lain-lain sebagainya. Pergi haji adalah ibadah yang masuk dalam rukun islam yakni rukun
islam ke lima yang dilakukan minimal sekali seumur hidup.
1. Agama Islam
2. Dewasa / baligh (bukan mumayyis)
3. Tidak gila / waras
4. Bukan budak (merdeka)
1. Sehat jasmani dan rohani tidak dalam keadaan tua renta, sakit berat, lumpuh,
mengalami sakit parah menular, gila, stress berat, dan lain sebagainya. Sebaiknya haji
dilaksanakan ketika masih muda belia, sehat dan gesit sehingga mudah dalam
menjalankan ibadah haji dan menjadi haji yang mabrur.
2. Memiliki uang yang cukup untuk ongkos naik haji (onh) pulang pergi serta punya
bekal selama menjalankan ibadah haji. Jangan sampai terlunta-lunta di Arab Saudi karena
tidak punya uang lagi. Jika punya tanggungan keluarga pun harus tetap diberi nafkah
selama berhaji.
3. Keamanan yang cukup selama perjalanan dan melakukan ibadah haji serta keluarga
dan harta yang ditinggalkan selama berhaji. Bagi wanita harus didampingi oleh suami
atau muhrim laki-laki dewasa yang dapat dipercaya.
Rukun haji adalah perbuatan-perbuatan yang wajib dilakukan dalam berhaji. Rukun haji
tsb adalah:
1. Ihram
2. Wukuf di Arafah
3. Tawaf ifâdah
4. Sa'i
5. Mencukur rambut di kepala atau memotongnya sebagian
6. Tertib
Rukun haji tsb harus dilakukan secara berurutan dan menyeluruh. Jika salah satu
ditinggalkan, maka hajinya tidak sah.
Wajib Haji
1. Memulai ihram dari mîqât (batas waktu dan tempat yang ditentukan untuk melakukan
ibadah haji dan umrah)
2. Melontar jumrah
3. Mabît (menginap) di Mudzdalifah, Mekah
4. Mabît di Mina
5. Tawaf wada' (tawaf perpisahan)
Jika salah satu dari wajib haji ini ditinggalkan, maka hajinya tetap sah, namun harus
membayar dam (denda).
Pelaksanaan Ibadah Haji (Manasik Haji)
Ihram dapat dimulai sejak awal bulan Syawal dengan melakukan mandi sunah,
berwudhu, memakai pakaian ihram, dan berniat haji dengan mengucapkan Labbaik
Allâhumma hajjan, yang artinya "aku datang memenuhi panggilanmu ya Allah, untuk
berhaji".
Kemudian berangkat menuju arafah dengan membaca talbiah untuk menyatakan niat:
Labbaik Allâhumma labbaik, labbaik lâ syarîka laka labbaik, inna al-hamda, wa ni'mata
laka wa al-mulk, lâ syarîka laka
Artinya:
Aku datang ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu; Aku datang, tiada sekutu
bagi-Mu, aku datang; Sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan, dan seluruh
kerajaan, adalah milik Engkau; tiada sekutu bagi-Mu.
2. Wukuf di Arafah
Dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijah, waktunya dimulai setelah matahari tergelincir
sampai terbit fajar pada hari nahar (hari menyembelih kurban) tanggal 10 Zulhijah.
Saat wukuf, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: shalat jamak taqdim dan
qashar zuhur-ashar, berdoa, berzikir bersama, membaca Al-Qur'an, shalat jamak taqdim
dan qashar maghrib-isya.
3. Mabît di Muzdalifah, Mekah
Waktunya sesaat setelah tengah malam sampai sebelum terbit fajar. Disini mengambil
batu kerikil sejumlah 49 butir atau 70 butir untuk melempar jumrah di Mina, dan
melakukan shalat subuh di awal waktu, dilanjutkan dengan berangkat menuju Mina.
Kemudian berhenti sebentar di masy'ar al-harâm (monumen suci) atau Muzdalifah untuk
berzikir kepada Allah SWT (QS 2: 198), dan mengerjakan shalat subuh ketika fajar telah
menyingsing.
4. Melontar jumrah 'aqabah
Dilakukan di bukit 'Aqabah, pada tanggal 10 Zulhijah, dengan 7 butir kerikil, kemudian
menyembelih hewan kurban.
5. Tahalul
Tahalul adalah berlepas diri dari ihram haji setelah selesai mengerjakan amalan-amalan
haji.
Tahalul awal, dilaksanakan setelah selesai melontar jumrah 'aqobah, dengan cara
mencukur/memotong rambut sekurang-kurangnya 3 helai.
Setelah tahalul, boleh memakai pakaian biasa dan melakukan semua perbuatan yang
dilarang selama ihram, kecuali berhubungan seks.
Bagi yang ingin melaksanakan tawaf ifâdah pada hari itu dapat langsung pergi ke Mekah
untuk tawaf. Dengan membaca talbiah masuk ke Masjidil Haram melalui Bâbussalâm
(pintu salam) dan melakukan tawaf. Selesai tawaf disunahkan mencium Hajar Aswad
(batu hitam), lalu shalat sunah 2 rakaat di dekat makam Ibrahim, berdoa di Multazam,
dan shalat sunah 2 rakaat di Hijr Ismail (semuanya ada di kompleks Masjidil Haram).
Kemudian melakukan sa'i antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari Bukit Shafa dan
berakhir di Bukit Marwa. Lalu dilanjutkan dengan tahalul kedua, yaitu
mencukur/memotong rambut sekurang-kurangnya 3 helai.
Dengan demikian, seluruh perbuatan yang dilarang selama ihram telah dihapuskan,
sehingga semuanya kembali halal untuk dilakukan.
Selanjutnya kembali ke Mina sebelum matahari terbenam untuk mabît di sana.
6. Mabît di Mina
Dilaksanakan pada hari tasyrik (hari yang diharamkan untuk berpuasa), yaitu pada
tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Setiap siang pada hari-hari tasyrik itu melontar jumrah
ûlâ, wustâ, dan 'aqabah, masing-masing 7 kali.
Bagi yang menghendaki nafar awwal (meninggalkan Mina tanggal 12 Zulhijah setelah
jumrah sore hari), melontar jumrah dilakukan pada tanggal 11 dan 12 Zulhijah saja.
Tetapi bagi yang menghendaki nafar sânî atau nafar akhir (meninggalkan Mina pada
tanggal 13 Zulhijah setelah jumrah sore hari), melontar jumrah dilakukan selama tiga hari
(11, 12, dan 13 Zulhijah).
Dengan selesainya melontar jumrah maka selesailah seluruh rangkaian kegiatan ibadah
haji dan kembali ke Mekah.
7. Tawaf ifâdah
Bagi yang belum melaksanakan tawaf ifâdah ketika berada di Mekah, maka harus
melakukan tawaf ifâdah dan sa'i. Lalu melakukan tawaf wada' sebelum meninggalkan
Mekah untuk kembali pulang ke daerah asal.
Umrah
Umrah artinya berkunjung atau berziarah. Setiap orang yang melakukan ibadah haji wajib
melakukan umrah, yaitu perbuatan ibadah yang merupakan kesatuan dari ibadah haji.
Pelaksanaan umrah ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah: 196
yang artinya "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah..."
Mengenai hukum umrah, ada beberapa perbedaan pendapat. Menurut Imam Syafi'i
hukumnya wajib. Menurut Mazhab Maliki dan Mazhab Hanafi hukumnya sunah
mu'akkad (sunah yang dipentingkan).
Umrah diwajibkan bagi setiap muslim hanya 1 kali saja, tetapi banyak melakukan umrah
juga disukai, terlebih jika dilakukan di bulan Ramadhan. Hal ini didasarkan pada hadist
Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya "Umrah di dalam bulan
Ramadhan itu sama dengan melakukan haji sekali".
Pelaksanaan umrah
Tata cara pelaksanaan ibadah umrah adalah: mandi, berwudhu, memakai pakaian ihram
di mîqât, shalat sunah ihram 2 rakaat, niat umrah dan membaca Labbaik Allâhumma
'umrat(an) (Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, untuk umrah), membaca
talbiah serta doa, memasuki Masjidil Haram, tawaf, sa'i, dan tahalul.
Syarat, Rukun, dan Wajib Umrah
Syarat untuk melakukan umrah adalah sama dengan syarat dalam melakukan ibadah haji.
Adapun rukun umrah adalah:
1. Ihram
2. Tawaf
3. Sa'i
4. Mencukur rambut kepala atau memotongnya
5. Tertib, dilaksanakan secara berurutan
Sementara itu wajib umrah hanya satu, yaitu ihram dari mîqât.
Larangan dalam Haji dan Umrah
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang sudah memakai pakaian ihram dan
sudah berniat melakukan ibadah haji/umrah adalah:
1. Melakukan hubungan seksual atau apa pun yang dapat mengarah pada perbuatan
hubungan seksual
2. Melakukan perbuatan tercela dan maksiat
3. Bertengkar dengan orang lain
4. Memakai pakaian yang berjahit (bagi laki-laki)
5. Memakai wangi-wangian
6. Memakai khuff (kaus kaki atau sepatu yang menutup mata kaki)
7. Melakukan akad nikah
8. Memotong kuku
9. Mencukur atau mencabut rambut
10. Memakai pakaian yang dicelup yang mempunyai bau harum
11. Membunuh binatang buruan
12. Memakan daging binatang buruan
Macam-macam Haji
1. Haji ifrâd
Haji ifrâd yaitu membedakan ibadah haji dengan umrah. Ibadah haji dan umrah masing-
masing dikerjakan tersendiri. Pelaksanaannya, ibadah haji dilakukan terlebih dulu, setelah
selesai baru melakukan umrah. Semuanya dilakukan masih dalam bulan haji.
Haji tamattu' adalah melakukan umrah terlebih dulu pada bulan haji, setelah selesai baru
melakukan haji.
Orang yang melakukan haji tamattu' wajib membayar hadyu (denda), yaitu dengan
menyembelih seekor kambing. Jika tidak mampu dapat diganti dengan berpuasa selama
10 hari, yaitu 3 hari selagi masih berada di tanah suci, dan 7 hari setelah kembali di tanah
air.
Haji qirân adalah melaksanakan ibadah haji dan umrah secara bersama-sama. Dengan
demikian segala amalan umrah sudah tercakup dalam amalan haji.
Mîqât adalah batas waktu dan tempat melakukan ibadah haji dan umrah. Mîqât terdiri
atas mîqât zamânî dan mîqât makânî.
Mîqât makânî adalah dari tempat mana ibadah haji sudah boleh dilaksanakan.
Tempat-tempat untuk mîqât makânî adalah:
* Zulhulaifah atau Bir-Ali (450 km dari Mekah) bagi orang yang datang dari arah
Madinah
* Al-Juhfah atau Rabiq (204 km dari Mekah) bagi orang yang datang dari arah Suriah,
Mesir, dan wilayah-wilayah Maghrib
* Yalamlan (sebuah gunung yang letaknya 94 km di selatan Mekah) bagi orang yang
datang dari arah Yaman
* Qarnul Manazir (94 km di timur Mekah) bagi orang yang datang dari arah Nejd
* Zatu Irqin (94 km sebelah timur Mekah) bagi orang yang datang dari arah Irak
2. Ihram
Ihram ialah niat melaksanakan ibadah haji atau umrah dan memakai pakaian ihram.
Bagi laki-laki, pakaian ihram adalah dua helai pakaian tak berjahit untuk menutup badan
bagian atas dan sehelai lagi untuk menutup badan bagian bawah. Kepala tidak ditutup dan
memakai alas kaki yang tidak menutup mata kaki.
Bagi wanita, pakaian ihram adalah kain berjahit yang menutup seluruh tubuh kecuali
wajah.
Sunah ihram adalah memotong kuku, kumis, rambut ketiak, rambut kemaluan, dan
mandi. Kemudian melakukan shalat sunah ihram 2 rakaat (sebelum ihram), membaca
talbiah, shalawat, dan istighfar (sesudah ihram dimulai).
3. Tawaf
Tawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali, dimulai dari arah yang sejajar dengan
Hajar Aswad dan Ka'bah selalu ada di sebelah kiri (berputar berlawanan arah jarum jam).
Syarat tawaf adalah:
Tawaf ifâdah
Tawaf sebagai rukun haji yang apabila ditinggalkan maka hajinya menjadi tidak sah.
Tawaf ziyârah
Tawaf kunjungan, sering juga disebut tawaf qudûm, yaitu tawaf yang dilakukan setibanya
di kota Mekah.
Tawaf sunah
Tawaf yang dapat dilakukan kapan saja.
Tawaf wada'
Tawaf perpisahan, yaitu tawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan Mekah setelah
selesai melakukan seluruh rangkaian ibadah haji.
4. Sa'i
Sa'i adalah berjalan dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa sebanyak 7 kali.
Syarat sa'i adalah:
1. Seluruh perjalanan sa'i dilakukan secara lengkap, tidak boleh ada jarak yang tersisa
2. Dimulai dari Shafa dan berakhir di Marwa
3. Dilakukan sesudah tawaf
4. Dilakukan sebanyak 7 kali perjalanan
5. Wukuf di Arafah
Wukud di Arafah adalah berdiam diri di padang Arafah sejak matahari tergelincir pada
tanggal 9 Zulhijah sampai terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah (hari nahar), baik dalam
keadaan suci maupun tidak suci.
Haji tanpa wukuf tidak sah dan harus diulang lagi pada tahun berikutnya. Hal ini
berdasarkan hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:
Haji itu 'arafah, siapa yang datang pada malam mabît di Muzdalifah sebelum fajar
menyingsing, ia sudah mendapatkan haji.
Ketika melakukan wukuf, disunahkan untuk tidak berpuasa, menghadap kiblat, berzikir,
membaca istighfar, dan berdoa. Menurut riwayat Imam Ahmad, doa Nabi SAW ketika di
hari arafah adalah:
Tiada Tuhan kecuali Allah, yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya seluruh kerajaan,
bagi-Nya pula segala pujian, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Ia Maha Kuasa atas
segalanya.
6. Melontar Jumrah
Melontar jumrah ialah melempar batu kerikil ke arah 3 buah tonggak, yaitu ûlâ, wustâ,
dan ukhrâ, masing-masing 7 kali lemparan. Hari melontar jumrah dimulai pada tanggal
10 Zulhijah, ke arah jumrah 'aqabah atau jumrah kubra, dan 2 atau 3 hari dari hari-hari
tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah) ke arah 3 jumrah yang telah disebutkan di atas.
Waktu melontar jumrah disunahkan sesudah matahari terbit. Bagi orang yang lemah atau
berhalangan boleh melakukannya pada malam hari.
Adapun melontar jumrah pada 3 hari yang lain, hendaknya dimulai pada waktu matahari
sudah mulai turun ke barat sampai saat matahari terbenam.
Ketika melontar jumrah disunahkan:
1. Berdiri dengan posisi Mekah ada di sebelah kiri dan Mina di sebelah kanan
2. Mengangkat tangan tinggi-tinggi bagi laki-laki
3. Membaca takbir ketika melempar batu yang pertama
Bagi orang yang berhalangan menyelesaikan haji dengan tidak melakukan wukuf di
Arafah, tawaf, ataupun sa'i, apa pun penyebabnya, menurut pendapat jumhur ulama orang
tsb wajib menyembelih seekor kambing, sapi, atau unta di tempat ia bertahalul.
Apabila ibadahnya itu ibadah wajib, ia harus meng-qadha pada tahun berikutnya, tetapi
bila bukan ibadah wajib, ia tidak perlu meng-qadha.
Haji Akbar dan Haji Mabrur
Haji akbar (haji besar)
Istilah haji akbar disebut dalam firman Allah SWT pada surah At-Taubah: 3 yang artinya:
Dan (inilah) suatu pemakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada manusia pada hari haji
akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang
musyrikin...
Ada beberapa pendapat ulama tentang haji akbar, yaitu haji akbar adalah:
Namun pendapat yang paling masyhur adalah pendapat yang menyatakan bahwa haji
akbar adalah haji yang wukufnya jatuh pada hari jum'at.
Ada haji besar, ada pula haji asgar (haji kecil) yang merupakan istilah lain untuk umrah.
Haji mabrur
Haji mabrur adalah ibadah haji seseorang yang seluruh rangkaian ibadah hajinya dapat
dilaksanakan dengan benar, ikhlas, tidak dicampuri dosa, menggunakan biaya yang halal,
dan yang terpenting, setelah ibadah haji menjadi orang yang lebih baik.
Balasan bagi orang yang mendapat haji mabrur adalah surga. Hal ini didasarkan pada
sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya:
Umrah ke satu ke umrah berikutnya adalah penebus dosa di antara keduanya, dan haji
mabrur ganjarannya tiada lain kecuali surga (HR Bukhari dan Muslim)
Dam (Denda)
Dam dalam bentuk darah adalah menyembelih binatang sebagai karafat (tebusan)
terhadap beberapa pelanggaran yang dilakukan ketika melakukan ibadah haji atau umrah.
Jenis dam adalah:
1. Dam tartîb
2. Dam takhyîr dan taqdîr
3. Dam tartîb dan ta'dîl
4. Dam takhyîr dan ta'dîl
1. Dam tartîb
Dam tartîb yaitu bila binatang yang disembelih adalah kambing, tetapi bila tidak
mendapat kambing, harus melaksanakan puasa 3 hari di tanah suci dan 7 hari apabila
telah pulang ke kampung halaman.
Orang diwajibkan membayar dam tartîb karena 9 hal, yaitu:
Dam takhyîr dan taqdîr ialah boleh memilih menyembelih seekor kambing, berpuasa,
atau bersedekah memberi makan kepada 6 orang miskin sebanyak 3 sa' (1 sa' = 3,1 liter).
Dam jenis ini dikenakan untuk satu diantara sebab-sebab berikut:
Dam tartîb dan ta'dîl adalah pertama kali wajib menyembelih unta, apabila tidak mampu
boleh menyembelih sapi, apabila tidak mampu juga baru menyembelih kambing 7 ekor.
Apabila tidak mendapat 7 ekor kambing, si pelanggar harus membeli makanan seharga
itu dan disedekahkan kepada fakir miskin di tanah suci.
Dam jenis ini dikenakan karena pelanggaran melakukan hubungan seksual.
4.Damtakhyîr dan ta'dîl
Dam takhyîr dan ta'dîl adalah boleh memilih diantara 3 hal yaitu:
Sedangkan tempat penyembelihan dam dan penyaluran dagingnya adalah di tanah haram.
Bagi orang yang melakukan haji, diutamakan menyembelihnya di Mina, sedangkan bagi
orang yang melakukan umrah, menyembelihnya di Marwa.
Mewakilkan Haji
Perwakilan haji berlaku untuk seseorang yang mampu melakukan haji dari segi biaya,
tapi kesehatannya tidak memungkinkan, seperti sakit yang parah atau karena usia tua.
Dalam hal ini wajib orang lain untuk menghajikannya dengan biaya dari orang yang
bersangkutan, dengan syarat orang yang menggantikan tsb sudah mengerjakan haji untuk
dirinya sendiri.
Tetapi bila setelah dihajikan orang itu sembuh, menurut Imam Syafi'i, ia tetap wajib
melakukan haji.
Perwakilan haji juga dapat dilakukan atas orang yang sudah meninggal, asalkan orang tsb
berkewajiban haji, antara lain mempunyai nazar dan belum dapat melaksanakannya. Hal
ini didasarkan pada hadist yang meriwayatkan bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi
SAW:
"Ayah saya sudah meninggal dan ia mempunya kewajiban haji, apakah aku harus
menghajikannya?" Nabi SAW menjawab, "Bagaimana pendapatmu apabila ayahmu
meninggalkan hutang, apakah engkau wajib membayarnya?" Orang itu menjawab, "Ya".
Nabi SAW berkata, "Berhajilah engkau untuk ayahmu".(HR. Ibnu Abbas RA).
Di antara Asmaul Husna yang dimiliki Allah Subhanahu wa Ta’ala
adalah Al-Hakim yang bermakna : “Yang menetapkan hukum, atau
Yang mempunyai sifat hikmah, di mana Allah tidak berkata dan
bertindak dengan sia-sia. Oleh karena itulah semua syari’at Allah
Subhanahu wa Ta’ala mempunyai kebaikan yang besar dan manfaat
yang banyak bagi hamba-Nya di dunia seperti kebagusan hati,
ketenangan jiwa dan kebaikan keadaan. Juga akibat yang baik dan
kemenangan yang besar di kampung kenikmatan (akhirat) dengan
melihat wajah-Nya dan mendapatkan ridha-Nya.
Demikian pula haji, sebuah ibadah tahunan yang besar yang Allah
syari’atkan bagi para hamba-Nya, mempunyai berbagai manfaat yang
besar dan tujuan yang besar pula, yang membawa kebaikan di dunia
dan akhirat. Dan di antara hikmah ibadah haji ini adalah:
[1]. Mengikhlaskan Seluruh Ibadah
Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
menghadapkan hati kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada
yang diibadahi dengan hak, kecuali Dia dan bahwa Dia adalah satu-
satunya pemilik nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia.
Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak
ada tandingan-Nya.
Mereka bisa mendengar dari para ulama, apa yang bermanfaat bagi
mereka yang di sana terdapat petunjuk dan bimbingan menuju jalan
yang lurus, jalan kebahagiaan menuju tauhidullah dan ikhlas kepada-
Nya, menuju ketaatan yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan mengetahui kemaksiatan untuk dijauhi, dan supaya mereka
mengetahui batas-batas Allah dan mereka bisa saling menolong di
dalam kebaikan dan takwa.
Dari Makkah inilah tertib ilmu itu, yaitu ilmu tauhid dan agama.
Kemudian (berkembang) dari Madinah, dari seluruh jazirah ini dan dari
seluruh negeri-negeri Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ada ilmu dan
ahli ilmu. Namun, semua asalnya adalah dari sini, dari lingkungan
rumah Allah yang tua.
Maka wajib bagi para ulama dan da’i, di mana saja mereka berada,
terlebih lagi di lingkungan rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, untuk
mengajari manusia, orang-orang yang menunaikan haji dan umrah,
orang-orang asli dan pendatang serta para penziarah, tentang agama
dan manasik haji mereka.
Mundur dari menuntut ilmu, itu bukanlah sifat malu, tetapi suatu
kelemahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Dan Allah
tidak malu dari kebenaran” [Al-Ahzab : 53]
Maka disyariatkan bagi orang yang menjalankan haji dan umrah untuk
memperbanyak thawaf semampunya dan memperbanyak shalat di
tanah haram. Oleh karena itu perbanyaklah shalat, qira’atul qur’an,
tasbih, tahlil, dzikir. Juga perbanyaklah amar ma’ruf nahi mungkar dan
da’wah kepada jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala di mana banyak orang
berkumpul dari Afrika, Eropa, Amerika, Asia dan lainnya. Maka wajib
bagi mereka untuk mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.
WAKAF
Pengertian Wakaf ialah salah satu ibadah menyerahkan
harta yang kita miliki untuk kegunaan umum masyarakat
dengan niat sebagai ibadah mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Contoh Amalan Wakaf ialah apabila Baginda
Rasulullah SAW membina Masjid Quba’ yang dibina di atas
tanah yang diwakafkannya ketika penghijrahan Baginda dan
para sahabat ke Madinah. Begitu juga dengan pembinaan
Masjid Nabawi di Madinah yang juga dibina dengan sumber
wakaf.
Wakaf adalah suatu kata yang berasal dari bahasa arab yaitu Waqf yang berarti menahan,
menghentikan atau mengekang. Sedangkan menurut istilah ialah menghentikan
perpindahan milik suatu harta yang bermanfaat dan tahan lama, sehingga manfaat harta
itu dapat digunakan untuk mencari keridhaan allah SWT. ( Asymuni A.Rahman, Dkk:
1986 )
Menurut literatur yang lain mendefinisikan bahwa Wakaf ialah menyerahkan suatu benda
yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya baik oleh umum maupun oleh perorangan.
( Syamsuri: 2006 )
Adapun yang dinyatakan sebagai dasar hukum wakaf oleh para ulama, al-Qur’an surat al-
hajj:77
Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam jama’ah kecuali Bukhori dan Ibnu
Majah dari Abi Hurairah RA. Sesungguhnya nabi SAW bersabda:
1. 2. Rukun Wakaf
Wakif ( orang yang berwakaf ), pemilik harta yang mewakafkan hartanya dengan
syarat kehendak sendiri bukan karena dipaksa.
Mauquf (harta yang diwakafkan ), pada permulaan wakaf diisyaratkan pada
zaman rasulullah maka sifat-sifat harta yang diwakafkan haruslah yang tahan
lama dan bermanfaat seperti tanah dan kebun. Tetapi kemudian para ulama
berpendapaty bahwa harta selain tanah dan kebunpun dapat diwakafkan asal
bermanfaat dan tahan lama, seperti binatang ternak, alat-alat pertanian, kitab-kitab
ilmu pengetahuan dan bangunan. Akan tetapi dalam hal ini banyak para ulama
yang berbeda pendapat adapun kesimpulan dari berbagai pendapat tersebut pada
asasnya semua harta yang bermanfaat dapat diwakafkan, hanya saja harta yang
tahan lama lebih lama pula mengalir pahalanya diterima oleh waqif dibanding
dengan harta yang tidak tahan lama.
Mauquuf’alaih ( tujuan wakaf ), antara lain untuk mencari keridhaan Allah Swt
dan untuk kepentingan masyarakat.
Shighat wakaf, ialah kata-kata atau pernyataan yang diucapkan atau dinyatakan
oleh orang yang berwakaf. ( Asymuni A.Rahman, Dkk: 1986 )
Untuk selama-lamanya, merupakan syarat sahnya amalan wakaf tidak sah bila
dibatasi dengan waktu tertentu.
Tidak boleh dicabut, bila dalam melakukan wakaf telah sah maka pernyataan itu
tidak boleh dicabut.
Pemilikan wakaf tidak boleh dipindah tangankan, dengan terjadinya wakaf maka
sejak itu harta wakaf telah menjadi milik Allah SWT dan tidak boleh dipindah
tangankan kepada siapapun dan wajib dilindungi.
Setiap wakaf harus sesuai dengan tujuan wakaf pada umumnya, tidak sah wakaf
bila tujuannya tidak sesuai atau bertentangan dengan ajaran agama islam.
( Asymuni A.Rahman, Dkk: 1986)
ada dua macam wakaf yang terkenal dikalangan kaum muslimin, yaitu:
Wakaf ahli, atau wakaf keluarga yang diperuntukan hanya khusus kepada orang-
orang tertentu, seorang atau lebih, keliarga waqif atau bukan.
Wakaf Khairi, ialah wakaf yang sejak semula manfaatnya diperuntukan untuk
kepentingan umum tidak dikhususnya untuk orang-orang tertentu seperti
mewakafkan tanah untuk mendirikan masjid dan lain sebagainya. (Asymuni
A.Rahman, Dkk: 1986 )
Adapun manfaat wakaf bagi yang menerima wakaf atau masyarakat antara lain:
Kemudian pasal 9 ayat 5 PP No.28 tahun 1997 menentukan bahwa dalam melaksanakan
ikrar, fihak yang mewakafkan tanah diharuskan membawa serta dan menyerahkan surat-
surat berikut:
1. Analisis
Dari uraian diatas dapat kita analisis bahwa yang termasuk dari Konsep adalah
Pengertian, dimana pengertian disini menjelaskan arti wakaf baik secara bahasa ataupun
istilah. Dan yang termasuk kedalam Prinsip adalah Dasar Hukum wakaf, Macam-macam
wakaf, Rukun dan Syarat.
Adapun yang termasuk kedalam nilai ialah Manfaat dari Wakaf itu sendiri yang
mempunyai sesuatu yang bermanfaat yang dijadikan pedoman dalam bertindak.