Peringatan Hari Pendidikan Nasional yang dirayakan setiap tanggal 2 Mei setiap tahunnya,
membuat kita mengenang ke masa silam pada awal masa perjuangan dulu, ketika bangsa kita
ingin melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Dimana penderitaan dan kebodohan mendera di
setiap kehidupan masyarakat yang terjajah di bawah kekuasaan bangsa lain.
Momentum lahirnya Taman Siswa yang didirikan oleh Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
(1889 – 1959) atau lebih terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara membangkitkan semangat
pendidikan untuk mencerdaskan rakyat dan melepaskan diri dari belenggu kebodohan akibat
menjadi bangsa terjajah.
Sejarah selalu mencatat, kebangkitan suatu bangsa selalu ditandai dengan lahirnya masyarakat
yang terdidik. Seperti kebangkitan Jerman dan Jepang setelah Perang Dunia II, dengan
banyaknya pemuda-pemuda yang terpelajar untuk belajar di negara lain agar bangkit dari
keterpurukan akibat perang yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan.
Pendidikan dalam konteks resmi dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Pada dasarnya, pendidikan yang baik itu haruslah mampu menciptakan proses belajar
mengajar yang efektif dan bermanfaat serta menjadikan masyarakat pedesaan lebih
terbuka dan akses terhadap pendidikan. Seiring perkembangan zaman, pengertian
pendidikan pun mengalami perkembangan.
Mendidik anak itulah mendidik rakyat. Keadaan dalam hidup dan kehidupan kita jaman
sekarang, itulah buahnya pendidikan yang kita terima dari orang tua pada waktu kita
masih anak-anak.( Ki Hajar Dewantara 1889 – 1959 )
Selain itu, didalam UU Nomor 2 tahun 1989, menyebutkan juga bahwa pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang
Dewasa ini, penting bagi setiap warga negara beserta pemerintah untuk saling
bekerjasama memfokuskan perhatian mereka dalam memberantas kemiskinan yang
terjadi terutama pada masyarakat pedesaan dimana mereka banyak menghadapi dan
dihadapi oleh beragam masalah yang terjadi, diantaranya adalah kurangnya peran serta
pemerintah secara nyata dalam ‘mengurus’ kepentingan dan kebutuhan masyarakat
pedesaan, wilayah tempat tinggal mereka yang terisolasi baik terhadap dunia luar maupun
terhadap akses-akses yang seharusnya mereka nikmati sebagai fasilitas negara terutama
akses akan sumber daya terlebih pendidikan, sehingga berdampak pada pertumbuhan dan
kemajuan desa menjadi relatif lambat. Selain itu, mereka berpandangan sempit bahwa
pendidikan bukanlah segalanya. Hal ini, menyebabkan mereka mengalami krisis motivasi
dan keinginan akan kebutuhan pendidikan yang berujung pada rendahnya kualitas dan
kuantitas pendidikan di tingkat masyarakat pedesaan.
Maka dari itu, diperlukan pula usaha dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan dalam menyiapkan generasi yang berkualitas untuk kepentingan
masa depan yang terkait dengan eksistensi serta keberlangsungan hidup dalam rangka
mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan kehidupan yang
berkelanjutan baik bagi masyarakat pada khususnya maupun bangsa pada umumnya,
hingga menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan pokok dalam kehidupan mereka dalam
mengembangkan kreativitas dan inovasi.
Masyarakat yang terberdayakan sebagai hasil pendidikan yang baik dapat memiliki nilai
tambah dalam kehidupan yang tidak dimiliki oleh masyarakat yang tidak mengenyam
pendidikan sama sekali. Sehingga jelas, peranan pendidikan sebagai kebutuhan pokok
yang mendasar dan haruslah terpenuhi bagi masyarakat dalam manfaat lainnya untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesajahteraan hidup yang berkelanjutan.
Dari catatan di atas, dapat disimpulkan bahwa, pendidikan itu ternyata penting bagi
kemajuan suatu bangsa maupun masyarakatnya, tetapi dewasa ini, pemerintah seakan
lupa akan tanggung jawab mereka untuk lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat
lebih- lebih kebutuhuan akan pendidikan.
Pencanangan wajib belajar 9 tahun oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang
tercantum dalam penjelasan Pasal 25 ayat (1) UU No.2 Tahun 1989, bahwa “Pada
dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat
dan Pemerintah, yang berlaku juga dalam hal pembiayaan”.
Peran pemerintah:
- Memberi pengarahan
- Memberi latihan
- Memberi bimbingan
Marilah kita saling mendukung, berpartisipasi untuk kemajuan pendidikan bangsa kita
saling mendukung, berpatisipasi untuk kemajuan pendidikan bangsa kita ini untuk
mencetak generasi-generasi yang benar-benar berpotensi positif dan berbakat.