Anda di halaman 1dari 2

Multikuluturalisme dan Diversitas di Amerika

Amerika, negara superpower yang sudah berusia dua abad ini merupakan negara yang sulit
didefinisikan budayanya. Tidak seperti Indonesia, China, Jepang, India atau negara negara lain
yang punya budaya yang khas. Budaya budaya di Amerika, berasal hampir dari seluruh penjuru
dunia. Hal ini karena latar belakang Amerika sebagai the nation of immigrants – negaranya para
imigran. Para imigran ini datang ke Amerika dengan harapan mencari kehidupan yang lebih
baik. Mereka datang dengan membawa berbagai budaya dari negara asal mereka dan tetap
melestarikannya di Amerika. Mereka membawa bahasa, cara berpakaian, makanan khas, hingga
agama yang berasal dari negara asal mereka. Dan pada bulan Januari – February 2011 lalu, kami
berkesempatan melihat langsung keragaman ini di Amerika, atas sponsor dari beasiswa dari
Kemenlu Amerika, dalam program bernama Study of United States Institute (SUSI) on Religious
Pluralism in America. Dalam kesempatan ini kami diperkenalkan pada interaksi kemajemukan
agama di Amerika khususnya, dan juga kemajemukam masyarakat Amerika pada umumnya.

Di Amerika, terdapat berbagai macam agama. Misalnya, protestan. Disana, ada 300 lebih
denominasi protestan yang dijamin keberadaannya oleh pemerintah Amerika. Terdapat pula
agama agama yang tidak akan bisa ditemui di Indonesia seperti Baha’I dan Zoroaster. Di
Amerika, kami berinteraksi dengan orang – orang dari lintas agama. Kami diperkenalkan dengan
pluralisme agama yang ada di masyarakat.

Selain agama, keberagaman ras juga sangat terasa. Kita bisa bertemu dengan berbagai macam
orang yang berbeda dari segi fisik dan budaya. Seperti chinese american, african american, latin
american, dll. Dalam keberagaman tersebut, harmony di dalamnya juga terasa. Walaupun
berbeda, masyarakat Amerika bisa berjalan saling beriringan. Perbedaan sepertinya telah
tercampur dalam sebuah mangkuk, seperti istilah salad bowl yang menjadi ciri khas America.

Tetapi, dalam keidealisan tersebut, tidak bisa dipungkiri di Amerika juga masih terjadi banyak
konflik antar ras dan agama seperti juga di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena kurangnya
pengetahuan atau ketidakpedulian satu kelompok terhadap kelompok yang lain sehingga timbul
prejudice dan stereotype yang menjadi sumber masalah dalam masyarakat yang plural.

Rizqi&Safitri

Anda mungkin juga menyukai