Anda di halaman 1dari 10

Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak Secara

Umum
February 27th, 2010 • Related • Filed Under

II. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak secara umum

Berdasarkan undang-undang no 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan


tatacara perpajakan, sebagaimana terakhir telah diubah dengan undang-
undang no 16 tahun 2000, terdapat hak dan kewajban wajib pajak
sebagai berikut :

a. Kewajiban Wajib Pajak.

1) Mendaftarkan diri ke KPP untuk memperoleh NPWP.

Dalam rangka program extensifikasi, meskipun Wajib Pajak tidak


(belum) mendaftarkan diri, bagi wajib pajak yang telah memenuhi
syarat untuk memiliki NPWP maka akan diberikan NPWP secara jabatan.
Apabila kepada wajib pajak telah diberikan NPWP secara jabatan, maka
telah menggugurkan kewajiban wajib pajak untuk mendaftarkan diri.

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana dalam administrasi


perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak, oleh karena itu kepada setiap Wajib Pajak
hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain daripada itu,
Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban
dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.
Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak
diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.

2) Wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha


Kena Pajak.

Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang memenuhi syarat untuk


dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN, wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

Fungsi pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain dipergunakan untuk


mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya, juga
berguna untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) serta untuk pengawasan
administrasi perpajakan.
3) Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Dalam rangka pelayanan dan kemudahan bagi Wajib Pajak, formulir Surat
Pemberitahuan disediakan pada kantor-kantor di lingkungan DJP dan
tempat-tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak yang
diperkirakan mudah terjangkau oleh Wajib Pajak.

4) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat


Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya.

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasa


Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor
pelayanan pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan. Bagi
Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam
bahasa Indonesia dan mata uang selain Rupiah yang diizinkan.

5) Wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang ke kas


negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Persepsi.

Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan


ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak

6) Wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.

Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia diwajibkan untuk
menyelenggarakan pembukuan. Dikecualikan dari kewajiban pembukuan,
tetapi diwajibkan melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Pembukuan dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kegiatan usaha


harus disimpan oleh wajib pajak selama 10 (sepuluh) tahun. Karena
selama jangka waktu tersebut DJP masih dapat melakukan pemeriksaan.

7) Dalam hal terjadi pemeriksaan pajak, Wajib Pajak wajib :


• Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
• Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
• Memberikan keterangan yang diperlukan.

b. Hak Wajib Pajak

1) Wajib Pajak berhak untuk menerima tanda bukti pelaporan SPT.


Untuk Surat Pemberitahuan yang disampaikan dengan pos tercatat
melalui kantor pos dan giro, maka tanggal pegiriman dianggap sebagai
tanggal penerimaan.

2) Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan penundaan


penyampaian SPT. Apabila Wajib Pajak ternyata tidak dapat
menyampaikan atau menyiapkan laporan keuangan tahunan atau neraca
perusahaan beserta laporan laba rugi dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis
penyusunan laporan keuangan, sulit untuk memenuhi batas waktu
penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah
ditentukan, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan agar memperoleh
perpanjangan waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan. Perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan hanya dapat diberikan paling
lama 6 (enam) bulan.

3) Wajib Pajak berhak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan yang


telah disampaikan ke KPP. Terhadap kekeliruan dalam pengisian Surat
Pemberitahuan yang dibuat oleh Wajib Pajak, masih terbuka baginya hak
untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2
(dua) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau
Tahun Pajak, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai
melakukan tindakan pemeriksaan.

4) Wajib Pajak dapat untuk mengajukan permohonan penundaan dan


permohonan untuk mengangsur pembayaran pajak sesuai dengan
kemampuannya. Atas permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak
dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak yang terutang termasuk kekurangan pembayaran Pajak Penghasilan
yang masih harus dibayar dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan, meskipun tanggal jatuh tempo pembayaran telah
ditentukan. Kelonggaran tersebut diberikan dengan hati-hati untuk
paling lama 12 (dua belas) bulan dan terbatas kepada Wajib Pajak yang
benar-benar sedang mengalami kesulitan likuiditas.
5) Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan penurunan
angsuran PPh Pasal 25.

6) Wajib pajak berhak untuk mengajukan permohonan pengembalian


kelebihan pembayaran pajak.

7) Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan pembetulan


salah tulis atau salah hitung atau kekeliruan yang terdapat dalam
Surat Ketetapan Pajak.

Wajib Pajak berhak untuk mengajukan keberatan atas Surat


Ketetapan Pajak dan memperoleh kepastian terbitnya keputusan atas
surat keberatannya. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya
kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan


mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang
dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib
Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas dalam jangka waktu 3
bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak yang diajukan keberatan

9) Wajib Pajak berhak mengajukan banding ke pengadilan pajak


atas keputusan keberatan yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.

10) Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan penghapusan


atau pengurangan pengenaan sanksi perpajakan serta pembetulan
ketetapan pajak yang salah atau keliru.

11) Wajib Pajak berhak memberikan kuasa khusus kepada orang lain
yang dipercayainya untuk mewakilinya dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.

Kewajiban

1. Mendaftarkan diri (NWP/NPPKP)

2. Membayar, memotong/memungut dan melaporkan

3. Memenuhi pemeriksaan
4. Memberi data (Pasal 35 UU KUP)

Hak

1. Memperoleh kelebihan pajak (restitusi/imbalan bunga)

2. Hak dalam pemeriksaan

3. Hak mengajukan pembetulan, keberatan, banding, peninjauan kembali.

4. Hak-hak lainnya:

 Hak kerahasiaan WP
 Hak penundaan pembayaran
 Hak pembebasan pajak
 Hak mendapat insentif pajak
 Hak pengurangan

1. Kewajiban Wajib Pajak

Setelah timbul kewajiban pajak (dapat dikenakan pajak), maka untuk menghitung
jumlahnya yang dipakai sebagai dasar pengenaan pajak diperlukan bantuan dari wajib
pajak dengan cara memasukkan surat pemberitahuan (SPT).

Adapun setiap orang yang menerima SPT pajak dari inspeksi pajak diwajibkan:

 Mengisi SPT pajak itu menurut keadaan sebenarnya.


 Menandatangani sendiri SPT tersebut.
 Mengembalikan SPT pajak tersebut kepada inspeksi yang bersangkutan dalam
jangka waktu yang ditentukan oleh inspeksi pajak.

    Kewajiban dalam memberikan keterangan: wajib pajak berkewajiban untuk waktu


yang ditunjuk memberikan segala keterangan baik secara tertulis maupun lisan setiap
waktu hal itu dapat diminbta oleh inspeksi pajak.

    Kewajiban memperlihatkan buku-buku dan bukti-bukti pembukuan: setiap waktu


diperlukan untuk penetapan pajak, kepada inspeksi pajak pada tempat dan waktu yang
ditunjuk dapat meminta kepada wajib pajak untuk memperlihatkan pembukuan/bukti-
bukti yang menjadi dasar pembukuan itu, baik kepada inspeksi pajak, kepada ahli-
ahli/juru bahasa yang ditunjuk, yang diatur dalam KUHD pada pasal 6.

Hak Yang Dipunyai Wajib Pajak

Adapun setiap wajib pajak mempunyai hak-hak antara lain:


1. Mengajukan keberatan kepada Kepala Inspeksi Pajak/Direktur Jendral Pajak
apabila wajib pajak keberatan terhadap ketetapan pajak (atas jumlah yang dipakai
dasar pengenaan pajak), yang harus diajukan dalam waktu tiga bulan setelah
tanggal surat ketetapan pajak.
2. Mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak apabila wajib pajak
keberatan atas;
1. Keputusan yang diambil oleh Kepala Inspeksi Pajak terhadap surat
keberatannya;
2. Surat tagihan susulan/kemudian yang dikeluarkan oleh kepala inspeksi
pajak.
3. Meminta pengembalian pajak (restitusi), meminta pemindahbukuan setoran pajak
ke setoran pajak lainnya atau setoran tahun berikutnya.
4. Wajib pajak dapat pula mengajukan gugatan perdata ataupun pidana kepada
Pengadilan Negeri atas dasar "perbuatan melanggar hukum = onrechtmatige
daad" ataupun pembocoran rahasia dari wajib pajak yang menyebabkan
timbulnya kerugian pada wajib pajak.

Hak-hak Wajib Pajak

Hak-hak wajib Pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:

1.      Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1(satu) Surat Pemberihatuan Masa.

2.      Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu

3.      Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau
dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak.

4.      Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan
tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak yang belum melakukan tindakan pemeriksaan.

5.      Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

6.      Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

a.       Surat Ketetapan Kurang Bayar;

b.      Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan;

c.       Surat Ketetapan Pajak Nihil;

d.      Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau


e.       Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

7.      Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan
Keberatan.

8.      Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

       Kewajiban Wajib Pajak


1.      Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat  Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor
Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.
2.      Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan untuk dikukuhkan menjadi pengusaha Kena Pajak.
3.      Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia
dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, serta
menandatangani dan menyampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempa lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
4.      Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan  menggunakan
satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
5.      Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
6.      Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.
7.      Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak baan, dan melakukan pencatatan bagi Wajib
Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
8.      Memperlihatkan dan/ atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
9.      Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu
dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
10.  Memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa

Pengertian pajak
Pajak adalah iyuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib
pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa
yang dapat ditunjuk secara langsung.

Pengetian pajak menurut bebetapa ahli :

1.Prof Dr Adriani

pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan, yang terutang oleh wajibpajak
membayarnya menurut peraturan derngan tidak mendapat imbalan kembali yang dapat
ditunjuk secara langsung.

2. Prof. DR. Rachmat Sumitro,SH

pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sector
pemerintah berdasarkan undang-undang)

(dapat dipaksakan  dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi)yang langsung
dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang —sehingga
dapat dipaksakan— dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut
penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang
dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.[1]

 Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
 Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada
Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.
 Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock
Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan
yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-
tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

Ada berapa jenis Surat Pemberitahuan (SPT)?


1. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21/26
2. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasa1 22;
3. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasa1 23/26
4. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasa1 25
5. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasa1 4 ayat (2)
6. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 15
7. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
8. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut
9. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha Kena Pajak
Pedagang Eceran yang menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak
10. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah
11. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
12. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang
diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang asing
13. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
14. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasa1 21

 
Definisi SPT
SPT (Surat Pemberitahuan) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta
dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
 
Jenis SPT yaitu:
-          SPT Masa, yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak
-          SPT Tahunan, yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak
 
Lalu  ada berapakah  jenis SPT masa dan tahunan?
SPT Masa ada beberapa jenis:
1. SPT Masa PPh Pasal 21/26
2. SPT Masa PPh Pasal 22
3. SPT Masa PPh Pasal 23/26
4. SPT Masa PPh Pasal 25
5. SPT Masa PPh Pasal 4(2)
6. SPT Masa PPN
7. SPT Masa PPN Pemungut
8. SPT Masa PPnBM
 
SPT Tahunan ada beberapa jenis:
1. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
-       SPT untuk Wajib Pajak yang berstatus sebagai pegawai (1770 S)
-       SPT untuk Wajib pajak OP yang berstatus sebagai usahawan (1770)
-       SPT untuk Wajib Pajak OP yang berstatus sebagai pegawai dengan jumlah
penghasilan bruto setahun kurang dari Rp. 60.000.000,- (1770 SS)
1. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771)
2. SPT Tahunan PPh Pasal 21 (1721)
 
Nah yang dimaksud di SPT di dalam Spanduk-Spanduk yang banyak dilihat di KPP, Tempat-
tempat tertentu dll, adalah SPT Tahunan, baik untuk WP Orang Pribadi maupun untuk Wajib
Pajak Badan.
Bagaimana pengambilan SPT, bagaimana menyerahkan SPT,  kelengkapan apa saja yang harus
dilampirkan kita pelajari di waktu berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai