Anda di halaman 1dari 6

MASYARAKAT DESA

Oleh

Jappy PELLOKILA

Kejadian pasal 4 menunjukkan bahwa, manusia berhasil mengembangkan


hidup dan kehidupan serta kebudayaan. Mereka juga berhasil
mengembangkan pertanian dan peternakan; perlengkapan tembaga dan besi;
hidup mengembara atau nomade; membangun masyarakat atau komunitas
desa, termasuk komunitas pertama di dan dalam kota [harfiah, desa] agar
bersosialisasi, membangun, mengembangkan hidup dan kehidupan. Jadi,
jelas bahwa nenek moyang kita memulai kehidupan di tempat terpencil,
mungkin lebih sederhana serta terbatas dari desa yang dikenal sekarang.
Desa adalah sekelompok dan kesatuan rumah atau kampung di luar kota;
disebut juga masyarakat kecil yang anggota-anggotanya hidup bersama di
suatu lokasi tertentu, terikat dalam kesatuan komunitas, meliputi norma,
budaya, sistem nilai, yang ditaati bersama. Pada umumnya Masyarakat desa
memiliki sejumlah karakteristik terkait dengan etika dan budaya, dan bersifat
umum. Hal tersebut, antara lain sederhana karena secara ekonomi [relatif]
tidak mampu serta pada umumnya tidak senang menyombongkan diri;
mudah curiga, secara umum, menaruh curiga pada hal-hal baru di luar dirinya
yang belum dipahaminya; serta seseorang atau sekelompok yang menurut
komunitas mereka yang dianggap asing; menjunjung tinggi budaya dan
kesopanan; penuh kekeluargaan; berbicara apa adanya; jika diberi janji, akan
selalu diingat; religius, dalam kesehariannya, mereka taat menjalankan
ibadah secara kolektif serta mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya
yang bernuansa keagamaan; dan lain-lain. Dari kesaksian Alkitab, ada
beberapa catatan penting mengenai kehidupan desa secara umum, yaitu :

1. Hasil Ciptaan TUHAN Allah. Masyarakat desa serta semua aspek yang
berhubungan dengan hidup dan kehidupan di dalamnya diciptakan oleh
TUHAN Allah. Dalam diri manusia ada citra TUHAN Allah, dan ini
berarti hal tersebut untuk semua manusia, di kota dan desa. Di hadapan
TUHAN Allah mereka [masyarakat desa] adalah sesama manusia yang
sama dan sederajat.
2. Mengembangkan Kualitas Hidup Dan Kehidupannya. Masyarakat desa
juga merupakan sesama manusia yang telah kehilangan kemuliaan
TUHAN Allah. Tetapi Ia tetap mengasihi dan memberi kemampuan
kepada manusia agar berusaha untuk memperbaiki kualitas hidup dan
kehidupannya. Sehingga walaupun masyarakat desa [pada umumnya]
mempunyai pendidikan formal terbatas, tetapi mereka mempunyai etos
kerja yang cukup tinggi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
3. Hidup Menyatu Dengan Alam. Pada umumnya masyarakat di pedesaan
berada pada lingkungan alam yang belum tercemar polusi seperti di
wilayah perkotaan. Hal tersebut muncul karena pola hubungan
masyarakat desa dengan alam, yaitu menyatu dengan alam. Hidup
yang menyatu dengan alam ini menjadikan
1.
 alam harus ditakuti, hal ini menjadikan ada semacam
peraturan tidak tertulis yang melarangan memasuki serta
bertindak yang negatif di lokasi tertentu, misalnya daerah
keramat ataupun suci. Jka “peraturan” itu dilanggar maka
akan terjadi malapeka bagi seluruh isi desa
 manusia harus berusaha sebaik mungkin agar yang
memiliki alam tidak mencurahkan murkanya kepada
mereka karena akan berakibat fatal bagi hidup dan
kehidupan
 menjaga keselarasan dengan alam, karena hidup dan
kehidupan manusia tergantung sepenuhnya pada kebaikan
dan kemurahan alam. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang
dilakukan oleh manusia ia harus berusaha agar tidak
merusak lingkungan alam sekitarnya
4. Ikatan Kekerabatan Yang Erat. Salah satu akibat pola hidup dan
kehidupan yang menyatu dengan alam, tercermin juga dalam hubungan
kekerabatan. Keluarga tidak terbatas pada ayah-ibu-anak, tetapi
menyangkut semua yang masih mempunyai hubungan darah. Dengan
demikian hubungan keluarga menjadi lebih luas dan besar dan sangat
memperhatikan [bahkan menghafal] silsilah atau asal-usul dirinya atau
kerabatnya. Hubungan ini menjadikan mereka tinggal pada lokasi yang
berdekatan satu sama lain.
5. Mempraktekkan Bentuk-Bentuk Konkrit Dari Agape. Pada umumnya
[dalam beberapa aspek tertentu] sejak masa lalu situasi dan kondisi
desa tidak begitu berubah. Kebanyakan masyarakat desa [di Indonesia
Bagian Barat] tidak mengerti makna Kasih [Agape-Storge-Philia-Eros]
menurut Alkitab, karena mayoritas beragama Islam. Tetapi justru
mereka melaksanakan bentuk-bentuk kongkrit dari Kasih [storge-
philia-eros] terutama Agape. Masyarakat kota [kita] mungkin harus
belajar dari mereka yang ada di desa tentang bentuk-bentuk konkrit
dari Agape, seperti yang terkandung dalam 1 Korintus 13:1-13. Pada
umumnya bentuk-bentuk konkrit dari Agape yang dilakukan
masyarakat desa, antara lain, murah hati, suka menolong sesamanya
dan gotong royong dalam menanggung beban sesama, tidak
mementingkan diri sendiri, memperhatikan kedamaian dan berusaha
untuk kesejahteraan masyarakat sekitar; tidak memegahkan diri tapi
rendah hati, tidak melakukan yang tidak sopan pada sesama; berusaha
sedapat mungkin agar menyelesaikan persoalan antar sesamanya
melalui musyawarah dan mufakat; hidup penuh dengan ucapan syukur
[bahkan cenderung menerima apa adanya] karena semua pemberian
Ilahi adalah baik, serta tidak boleh menolak garis hidup yang telah
ditentukan Yang Maha Kuasa.

Sejumlah karakteristisk sosio-kultural-politik-ekonomi-etika-moral-dan


teologis masyarakat desa [seperti diungkapkan di atas] tersebut, selayaknya
mendapat perhatian orang-orang kota [penguasa, pengusaha, pendidik, kaum
terdidik, dan seterusnya] dalam rangka meningkatkan tarah hidup dan
kehiduapan mereka. Upaya untuk mencapai hal tersebut, bukan sekedar
dengan atau melalu slogan pemberdayaan masyarakat desa;yang dalam
prakteknya adalah memperdaya serta menipu masyarakat desa karena
keluguan serta ketulusan mereka.
Secara khusus, di Indonesia, masyarakat desa merupakan kekuatan
komunitas yang bisa diandalkan. Namun, sayangnya kekuatan itu hanya
difungsikan sebagai sejumlah suara dukungan politik pada pemilihan
anggota parlemen, kepala daerah maupun presiden; serta sebagai konsumen
produk industri di perkotaan.
Pemberdayaan masyarakat desa dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta,
dan terutama mereka yang disebut umat beragama. Dan yang paling utama
dalam kerangka itu adalah upaya pendidikan. Di dalamnya menyangkut
perbaikkan dan peningkatkan sarana dan prasarana sekolah dari jejang
rendah sampai menengah; dan memperkenalkan pola pengelolaan pertanian
dan peternakan yang berbasis teknologi tinggi dan tepat guna.

Desa, atau udik, menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area
perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di
Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa, sedangkan di Kutai Barat,
Kalimantan Timur disebut Kepala Kampung atau Petinggi.

Sejak diberlakukannya otonomi daerah Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di
Sumatera Barat disebut dengan istilah nagari, dan di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur
disebut dengan istilah kampung. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut
dengan nama lain sesuai dengan karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah
satu pengakuan dan penghormatan Pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah
kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan
Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam
perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah statusnya menjadi kelurahan.

Kewenangan desa adalah:

• Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa
• Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung
dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
• Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
• Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.

[sunting] Pemerintahan Desa


Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa (yang
meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

[sunting] Kepala Desa

Artikel utama: Kepala Desa

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan


yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa
adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga
memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa
setempat. Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun
2005 sbb:

1. Bertakwa kepada Tuhan YME


2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta
Pemerintah
3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat
4. Berusia paling rendah 25 tahun
5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
6. Penduduk desa setempat
7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman
paling singkat 5 tahun
8. Tidak dicabut hak pilihnya
9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan
10. Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota

[sunting] Perangkat Desa

Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil.
Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.

Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa.

[sunting] Badan Permusyawaratan Desa

Artikel utama: Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam


penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa
bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga,
pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.
Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali
masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan
sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

[sunting] Keuangan desa


Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), bantuan pemerintah dan bantuan
pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh
pemerintah desa didanai dari APBD. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan
oleh pemerintah desa

Sumber pendapatan desa terdiri atas:

• Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa
(seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan partisipasi, hasil
gotong royong
• Bagi hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota
• bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
• bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;
• hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
• Pinjaman desa

APB Desa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Rancangan APB
Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD
menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.

[sunting] Lembaga kemasyarakatan


Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan, yakni lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan
masyarakat. Lembaga kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Salah satu fungsi
lembaga kemasyarakatan adalah sebagai penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat
dalam pembangunan. Hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan
Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.

[sunting] Pembentukan Desa ( Pembagian Administratif


Desa)
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial
budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau
bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau
pembentukan desa di luar desa yang telah ada.

Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa
Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat.
Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.

Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan
dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.

Desa mempunyai ciri budaya khas atau adat istiadat lokal yang sangat urgen,

Anda mungkin juga menyukai